Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S Monday, April 28, 2014

Details:

Title       : Nae Sarang Seonsaengnim (My Lovely Teacher)
Author   : Zusli aka Shin Sung Young
Genre     : Schoolship, Friendship, Romance
Category    : All age

Casts:
-          Shin Sung Young
-          Shin Neul Rin
-          Heo Young Saeng
-          Kim Hyun Joong
-          Kim Kyu Jong
-          Han Mi Young
-          Others...

Thanks to God, casts, and readers..
Happy reading^^

©2012 zuSaeng501



*501*

        Huh, kenapa hari Kamis datang secepat ini? Padahal rasanya baru kemarin. Menyebalkaaan...Aku ingin tidak berangkat saja hari ini. Tapi..tapi...Aku tidak mau bolos lagi. Sudah banyak tanda alfa di buku absen. Memang, aku bukanlah murid yang bisa dibilang rajin berangkat sekolah. Entah kenapa aku suka membolos terlebih saat hari itu ada mata pelajaran FISIKA. Yah, fisika! Mata pelajaran paling menyebalkan. Sebenarnya bukan karena pelajaran itu, hanya saja gurunya itu looooh...bikin naik pitam. Selalu aku, selalu Shin Sung Young yang menjadi sasaran. Baik itu olokan atau disuruh mengerjakan soal di depan kelas yang sama sekali tidak aku mengerti. Parahnya, jika tidak bisa mengerjakan, maka oleh guru menyebalkan itu akan dimarahi habis-habisan dengan kata-kata yang sangat JLEB. Maka dari itu aku sebal dengan FISIKA yang pelajarannya sangat sulit ditambah gurunya yang killer tukang semprot, aish.

        Ding...dong..ding! Bel masuk sudah berdentang rupanya. Ah, aku tidak peduli akan itu. Terus kulanjutkan menyantap makanan di kantin sekolah. Seorang yeoja di depanku langsung mempercepat memakan rotinya, berbeda denganku yang malah semakin lambat. Kenapa begitu? Karena di jam pertama ini adalah pelajaran FISIKA! Aku berniat terlambat lagi, masa bodoh dengan semprotan guru killer itu.

        “Sung Young-ah, ppaliya(fast)! Sudah masuk.”
Aku mengabaikan ajakan sahabatku itu. Terus kugigit makanan yang ada digenggamanku.

        “Kau tidak berniat untuk terlambat lagi, kan?”

        “Sedikit.” Jawabku sekenanya. Dia menghela nafas panjang, seolah sudah sering menghadapiku yang seperti ini, dan itu memang benar. Sejenak raut keraguan tergurat jelas di wajahnya.

        “Kalau kau mau, silakan duluan ke kelas.”
        Dan benar saja, sahabatku yang bernama Neul Rin itu semakin bingung. Memilih antara ikut denganku atau pergi ke kelas sekarang juga. Tapi kesetiaannya itu tidak diragukan lagi, dengan senang hati dia menemaniku, menemani masuk terlambat ke kelas. Mungkin hanya terlambat paling lama 15 menit.

        Aku sebenarnya sedikit iri dengan yeoja itu. Yeoja yang cerdas dan cenderung juara kelas. Ah, kapan aku bisa berotak cemerlang seperti dia. Kecerdasannya membuat Neul Rin tidak takut untuk terlambat ke kelas, mungkin guru hanya tersenyum padanya dan langsung menyuruh duduk. Sedangkan aku? Babo(stupid) yeoja(woman/girl) yang akan dimarahi habis-habisan saat terlambat masuk, apalagi lebih dari 5 menit. Entah setan apa yang merasukiku, seolah aku kebal dengan itu semua, bahkan tidak jera. Terutama saat FISIKA!!

        Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Pukul 10.30 KST, ah, sudah 15 menit aku meninggalkan kelas. Nah, sekarang saatnya menyiapkan mental dan menutup kuping rapat-rapat. Menghela nafas panjang dan segera melangkah meninggalkan kantin yang sudah benar-benar sepi. Bahkan koridor juga sudah sepi, tinggal seorang namja yang tengah menyapu. Kadang kulihat juga pengawas ruangan yang berlalu lalang.

        Aku dan Neul Rin menghela nafas lagi sesampainya di depan pintu kelas yang tertutup rapat. Aku yakin saat ini Lee seonsaengnim(teacher) tengah nyerocos menerangkan materi-materi yang membuat separuh siswa menjadi keriting. Neul Rin menyikutku tiba-tiba membuatku mengaduh, memberi isyarat untuk segera mengetuk pintu.

        Tok! Tok! Tok!...Pintu kayu kelas berbunyi nyaring saat kuketuk. Kami berdua sudah siap menerima omelan yang ada. Atau mungkin hanya diriku seorang yang terkena omelan.

        “Masuklah.” Kata seseorang dari dalam kelas. Jamkkanman(wait), itu bukan seperti suara Lee seonsaengnim. Lalu siapa? Suaranya terkesan lebih lembut dari suara Lee seonsangnim yang berat menggelegar.

        Dan...taraaaa..Kudapati sesosok namja yang sedang tersenyum kepada kami. Nuguseyo?(who) Namja(man/boy) itu bukan Lee seonsaengnim, kan? Mana mungkin Lee seonsaengnim menjadi tinggi dan lebih kurus. Dan yang lebih absurd lagi, mana mungkin Lee seonsaengnim menjadi lebih muda dan tampan, ckck. Mungkin kesamaan diantara mereka hanya pipinya yang seperti bakpao, hahaha.

        “Kalian Shin Sung Young dan Shin Neul Rin?” Tanyanya yang membuatku tersadar dari keterkejutan. Neul Rin lebih dulu mengangguk mengiyakan pertanyaan namja itu.

        “Oh, baiklah. Sekarang silakan duduk.”
Jeongmal(really), aku pikir dia akan seganas Lee seonsaengnim. Ternyata, dia jauh lebih baik. Atau mungkin hanya belum kentara sifatnya karena memang kami baru saja bertemu.

        “Nah, sekarang sudah masuk semua? Baiklah. Joneun(me/my/i) Heo Young Saeng imnida(name). Aku adalah guru pengganti sementara Lee Hyun Seo seonsaengnim. Beliau sedang ada keperluan mendadak di Shanghai selama 6 bulan. Jadi, selama itulah aku diminta beliau untuk mengajar fisika kelas XI.” Semua siswa langsung ber’oh’ ria. “Apa ada yang perlu ditanyakan?”

        “Umur Heo seonsaengnim berapa?hehe..” Tanya yeoja yang terkenal centil di kelas. Aku hanya mencibir.

        “Hahaha, aku sudah tua. Umurku 26 tahun.” Jawabnya dengan seulas senyum yang...umm manis. Murid-murid langsung ribut mendengarnya, terutama yang yeoja, ckckck dasar.

        “Bukankah itu termasuk muda? Daripada Lee seonsaengnim yang berumur 50 tahun.” Bisikku pada Neul Rin yang kebetulan sebangku denganku. Dia terkekeh pelan mendengarnya.

        “Umm...Lalu sudah punya kekasih atau belum?” Lanjutku tanpa berpikir panjang membuat Neul Rin menyikutku. Yeoja-yeoja langsung berbisik sambil cekikikan, sementara Heo seonsaengnim hanya tertawa mendengarnya. Wajahnya seketika merona.

        “Waeyo?(why) Kamu mau jadi yeojachinguku(girlfriend), nona Shin?” Tanyanya sambil tersenyum, berjalan perlahan mendekati mejaku dan Neul Rin yang kebetulan berada di depan. Mendadak kelas XI-5 langsung seperti pasar, sungguh ramai. Ommo(oh my god), aku tahu guru ini hanya bercanda. Hanya saja dia sukses membuatku malu dan salah tingkah, huh. Tanpa menjawab pertanyaanku, Heo seonsaengnim kembali berjalan menuju mejanya.

        “Sudah cukup, kan? Sekarang siapkan kertas! kita ulangan sesuai janji Lee seonsaengnim minggu lalu.”

        Mwoya?!(what) Ulangan?! Mampus, nih. Aku belum membuka buku fisika semalam, bahkan menyentuh pun ogah-ogahan. Jeongmal, aku lupa kalau hari ini ulangan. Aaaaa~Shin Sung Young, siap-siap saja kau mendapat nilai yang kelewat anjlok. Sudah pasti aku nanti akan remidi. Kapan, sih aku tidak remidi fisika? Tapi...bukankah ulangan belum dilaksanakan? Kenapa aku sudah memikirkan remidi, ckck.

        Heo seonsaengnim berjalan dari bangku ke bangku membagikan kertas yang akan mengantarku ke jurang kegelapan. Bagiku, kertas itu seperti kertas ujian untuk menyatakan aku masuk ke neraka atau surga, agh. Shin Neul Rin, kau harus membantuku.

        “Nah, selamat mengerjakan.” Kata Heo seonsaengnim sambil duduk di kursi guru depan kelas.

        “Psst, Neul Rin-ah, dikitttt..liat liat.”

        “Umm.. soal kita, kan berbeda. Lihat, aku mendapat soal A, kamu, kan soal B.”

        Kutepuk jidatku, kuacak-acak rambutku pertanda stres. Huaaa...eottokhae?(how.) Bagaimana aku mengerjakan soal ini? Yang dapat kulakukan hanya memandangi kertas itu dengan tatapan malas. Lima soal itu belum ada yang aku kerjakan. Kertas jawabku benar-benar masih kosong, hanya identitasku yang tertulis di sana. Ommo, Neul Rin saja sudah sampai nomor 3. Setelah kucermati, akhirnya hanya nomor 5 yang dapat kukerjakan. Disusul dengan nomor 3 yang entahlah aku hanya asal-asalan saja mengerjakannya. Suatu keajaiban kalau bisa benar, haha. Selanjutnya bagaimana? Aku hanya bisa menelungkupkan wajah ke meja, meratapi nasib yang tidak bisa mengerjakan 3 nomor lagi. God, help me!

        “Kau sudah selesai?”
Dapat kurasakan seseorang menepuk bahuku membuatku mendongak. Hah? Heo seonsaengnim.

        “Err..belum.” Jawabku gugup.

        “Masih tiga nomor, padahal waktu tinggal 10 menit lagi.”
Syock. Yah, tentu saja aku syock. Bagaimana bisa aku mengerjakan 3 soal dalam waktu 10 menit? AAAAA~Masa bodo.

>>> 

        “Shin Sung Young.”

        Dengan langkah gontai aku berjalan ke Heo seonsaengnim yang sedang duduk di kursi guru sambil memilah-milah kertas di tangannya. Ah, aku pasrah dengan nilaiku. Kemarin aku mengrjakannya asal-asalan. Siap-siap saja untuk disemprot guru pengganti itu. Semoga kata-katanya tidak separah Lee seonsaengnim.

        “Kau kesulitan dengan fisika?” Tanya Heo seonsaengnim sesampainya aku di depannya. Aku hanya mengangguk mengiyakan.

        “Kata Lee seonsaengnim nilaimu banyak yang tidak memuaskan. Bahkan beliau sudah tidak tahu bagaimana harus mengajarimu supaya dapat mengejar yang lainnya. Bukankah nilai mata pelajaranmu yang lain cukup bagus? Kenapa dengan fisika?”
Entahlah, aku tidak bisa menjawab barang sepatah katapun. Guru ini, aku menjadi sulit bicara saat di depannya. Baru kusadari kalau Heo seonsaengnim begitu lembut, sungguh berbeda dengan si tua itu.

        “Emm..kau bisa menemuiku setelah pulang sekolah untuk menanyakan materi fisika yang tidak kau mengerti, arra?(understand)

        “Ne(yes).”

        Setelah itu Heo seonsaengnim menyerahkan selembar kertas padaku, kertas ulanganku kemarin. Jantungku dag dig dug, takut melihat nilai yang tercetak di sana. Daaann... tarraaaa nilai 40 tertulis besar-besar. Sudah kuduga, nilaiku benar-benar..ahh. Aku hanya melengos menatapi nilai yang tentu saja sangat buruk itu. Hah, kapan aku bisa keluar dari nilai 40. Hanya untuk fisika saja. Eomma(mom) pasti akan marah habis-habisan kalau mengetahui ini. Tapi tentu saja eomma jangan sampai tahu, tidak akan pernah. Mana mungkin aku mengumbar nilai jelek di depan hidung orangtuaku, michyeo(crazy).

        Ding...dong...ding... Bel pulang terdengar begitu nyaring di telingaku. Waaahh... akhirnya aku terbebas dari fisika yang hari ini kebetulan ada di jam terakhir. Segera kukemas buku-buku dan peralatan tulisku. Aku sudah tidak sabar untuk segera pulang, merebahkan diri di kasur empukku, beristirahat dengan tenang. Hmm, membayangkannya saja menyenangkan.

        Setelah selesai berdoa segera kutarik Neul Rin keluar kelas. Berniat menunggu jemputan di kursi dekat gerbang. Ne, kami berdua selalu antar jemput ke sekolah. Entah, kami enggan naik bis karena memang tidak ada yang jalurnya melewati rumahku. Rumah Neul Rin dan rumahku lumayan jauh jaraknya sehingga aku jarang berkunjung ke rumahnya. Mungkin sesekali, tapi kami lebih sering menghabiskan waktu bersama di sekolah. Sampai-sampai teman-teman menjuluki kami sebagai couple. Astaga.

        Dari bangku yang kami duduki, dapat dengan jelas kulihat Heo Seonsaengnim yang tengah duduk di bangku depan kelas X sambil membaca buku. Namja itu, tidak terlihat seperti guru. Mungkin jika dia memakai seragam, orang-orang akan mengira dia murid Hyundai juga. Wajahnya terlalu imut untuk orang berusia 26 tahun, hahaha. Apa, sih yang aku pikirkan.

        “Kau terpesona dengan guru itu, ne? Hihihi.” Goda Neul Rin sambil menyikut lenganku sehingga membuatku tersadar dari lamunan, bahkan aku tidak tahu kalau sedang melamun.

        “Aish, apa-apaan kau ini. Eh, itu ayangmu sudah jemput.” Kataku sambil menunjuk motor yang berhenti tepat di depan gerbang. Saat helm pengendaranya dibuka, taraaa.. menyembullah wajah namja yang kuakui sangat tampan, seperti boyband-boyband saat ini.

        Lagi-lagi aku iri dengan Neul Rin. Dia mempunyai namjachingu(boyfriend) yang...ck very handsome. Mungkin dia memelet namja itu, hehehe. Anni anni(no), bahkan Neul Rin begitu serasi berdampingan dengan namja itu. Huhu, dia jahat mendahuluiku. Aku saja masih single.

        “Hehehe, aku pulang dulu, ne? Atau aku menunggu kamu dijemput saja?”

        “Ah, anieyo(no). Kamu pulang saja, tuh, Hyun Joong oppa sudah menunggu.”

        Mungkin karena terlalu lama, namja yang ada di motor itu turun dan menghampiri kami yang masih berbincang. Sepanjang dia berjalan, semua mata murid-murid langsung tertuju padanya, entah mungkin mereka terpesona dengan ketampanan namjachingu Neul Rin.

        “Kapan pulang, jhagi(honey, dear)?” Tanya Hyun Joong oppa. Semua murid yeoja di situ terkejut mengetahui namja tampan seperti patung itu adalah namjachingu Shin Neul Rin. Neul Rin langsung mendelik tajam mendengar Hyun oppa memanggilnya jhagi. Aku terkekeh melihat mereka.

        “Kau belum dijemput, ne Sung Young-ah?” Lanjutnya.

        “Ne, tapi kalia duluan saja, gwaenchana(no problem). Beneran, deh..SUER!

        “Baiklah kalau kamu memaksa. Daaa...annyeonghi(good bye).”

        Sejenak aku bersalaman dengan Neul Rin sebagi tanda perpisahan. Lalu dia segera mengikuti Hyun oppa yang sudah naik motor, memakai helm, dan melesat meninggalkanku duduk sendiri di bangku ini, huff. Oppa...kenapa kau lama sekali? Kebiasaan buruk Kyu Jong oppa yang selalu lama jika disuruh untuk menjemputku. Padahal aku sudah bilang kalau pulang jam setengah 4.

        Karena bosan, aku hanya memandangi seorang hoobae(junior) yang sedang makan roti. Hueee, aku jadi lapar. Hoobae, berilah sunbaemu(senior) ini sedikit rotimu, huhu. Tidak mau ngiler terlalu banyak, akhirnya aku memutuskan untuk melihat kearah bangku di depan kelas X. Ah, Heo seonsaengnim masih di sana. Eh, bukankah yang duduk di dekatnya itu si Mi Young? Yeoja centil yang sekelas denganku. Untuk apa dia dekat-dekat dengan Heo seonsaengnim?

        “Seonsaengnim, aku masih belum jelas.” Kata Mi Young manja.

        “Ah, baiklah aku jelaskan sekali lagi.”

        Heo seonsaengnim terlihat begitu serius mengajari Mi Young. Idih, tapi sepertinya Mi Young hanya memperhatikan wajah tampan guru fisika itu. Aku yakin 501% kalau Mi Young hanya berpura-pura belum jelas agar bisa lebih lama bersama Heo seonsaengnim. Ckckck, dasar yeoja genit. Atau mungkin yang lebih parah kalau Mi Young hanya berpura-pura tanya tentang materi fisika yang belum jelas. Jeongmal, sandiwara yang sangat memuakkan.

        Babo! Heo seonsaengnim melihat kearahku. Sepertinya dia sadar kalau daritadi aku memperhatikannya. Secepatnya aku mengalihkan pandangan. Huuf, kenapa aku jadi salah tingkah?

        “Sung Young-shi? Kau mau ikut belajar? Kemarilah.” Tawarnya.

        Aku menatapnya lagi, kali ini dia tersenyum. God! Kenapa manis sekali. Belum sempat aku menjawab, dapat kulihat Mi Young menatapku tajam, memberikan deathglare sebagai isyarat agar aku tidak ikut. OH, Dia tidak mau diganggu rupanya. Aku tersenyum sinis pada Mi Young yang menyebalkan itu. Lucky! Kyu Jong oppa sudah sampai di depan gerbang.

        “Mianhae(I’m sorry) seonsaengnim. Aku sudah dijemput. Mungkin lain kali aku akan bertanya.” Kataku sambil membungkuk sekilas. Lagi-lagi dia hanya tersenyum. Senyuman yang mengiringi kepergianku.

>>> 

        Shin Neul Rin, kenapa kau tidak berangkat hari ini? Aku, kan jadi duduk sendirian tadi. Padahal kemarin dia tidak apa-apa, kenapa hari ini mendadak demam. Ah, sudahlah. Aku akan ke perputakaan sendiri, mengerjakan tugasku sendiri. Untung saja bukan tugas fisika. Bisa mati karena stress aku kalau mengerjakan fisika sendiri, tanpa Neul Rin.

        Kebiasaan. Perpustakaan sekolah memang tempat yang paling sepi pengunjung. Hanya dua tiga siswa di sana. Kebetulan sekali, aku lebih suka seperti ini. Lebih tenang untuk mengerjakan tugas. Aku berjalan menyusuri rak-rak buku. Dimana, ya buku yang dimaksud Mrs. Park? Aha, ini dia. Buku paket bahasa Inggris yang aku mendapatkan tugas halaman 55 untuk diterjemahkan. Baiklah, ayo mulai.

        Saat sedang asyik-asyiknya mengerjakan, seseorang yang duduk di sampingku membuatku sedikit terusik. Woo? Ini, kan Heo Seonsaengnim. Dia juga suka ke perpustakaan, toh.

        “Annyeong(hi) seonsaeng.” Sapaku.

        “Annyeong. Kau sedang mengerjakan apa Sung Young-shi?”

        “Tugas bahasa Inggris dari Mrs.Park.”
Namja itu menengok sejenak pekerjaanku.

        “Banyak sekali yang harus kau terjemahkan. Kau tidak memakai kamus?”

        “Hehehe, anni. Aku merasa ini mudah untuk diterjemahkan.”
Sekilas kulihat Heo Seonsaengnim kagum dengan kemampuanku.

        “Kau ternyata pintar di bidang bahasa, ya. Kau tidak suka menghitung?”
Aish, aku tahu. Heo seonsaengnim mengajak pembicaraan kearah FISIKA. Aduh seonsaeng, jangan kau rusak moodku. Ini masih jam 10, masih pagi.

        “Mianhae seonsaengnim. Aku memang payah dalam hal menghitung. Terutama pelajaran fisika. Entah kenapa aku merasa itu sulit, ditambah dengan guru seperti Lee seonsaengnim yang galak membuatku semakin malas untuk belajar fisika. Aku tahu fisika itu penting, tapi…tapi..”
Yah, akhirnya kukatakan semuanya pada guru muda ini. Kupikir dia guru yang enak diajak ngobrol.

        “Arraseo, Sung Young-shi. Tapi ini belum terlambat, kau bisa lebih giat belajar agar bisa mengerjakan fisika. Lee seonsaengnim itu sebenarnya tidak galak, dia mungkin hanya sebal dengan sifatmu yang ogah-ogahan dalam fisika dan suka membolos.” Aku tertunduk dalam, malu. Sial. “Aku mau, sangat mau membantumu mengajari materi yang tidak kau mengerti. Tapi yah, jika kamu mau. Kalau kau tidak ada niat untuk belajar, selamanya kau tidak akan bisa.”
Ahh…kenapa aku sangat malu dengan ceramah Heo Seonsaengnim. Padahal aku tidak akan peduli jika ada seseorang yang menceramahiku. Aku merasa selama ini benar-benar babo.

        “Emm..ne. Apakah..Heo Seonsaengnim nanti ada waktu? Sepulang sekolah?”
Aku harus mencoba. Siapa tahu Heo Seonsaengnim enak jika mengajariku secara privat dan sabar. Tidak seperti Lee Seonsaengnim yang aku yakin sangat emosian.

        “Tentu saja, aku tunggu di kantorku, ne?” Katanya yang hanya kubalas dengan anggukan.

        Setelah itu kami hanya mengobrol seputar sekolah. Tentunya aku sambil mengerjakan tugas. Sebenarnya sangat membosankan topik yang dibicarakan, tapi entah mengapa begitu menyenangkan mengobrol dengan guru fisika ini. Heo Seonsaengnim menanyakan banyak hal, baik itu tentang seonsaengnim lain di sini atau seputar hagsaeng(student). Bahkan Heo Seonsaengnim juga sempat menanyakan tentangku. Dia juga menceritakan tentang dirinya. Guru fisika ini ternyata keponakan Lee seonsaengnim yang tinggal di Gwangju. Ahh.. babo! Aku yang lancang bisa-bisanya menanyakan juga tentang masalah pribadinya. Mengenai kekasih. Ternyata Heo Seonsaengnim pernah disakiti yeoja, jadi sampai saat ini dia belum mau berpacaran dulu. Aduh, keburu tua seonsaengnim, hehehe.

        Baru di tengah asyiknya mengobrol. Seorang yeoja berjalan berlenggak-lenggok bak model kesasar masuk ke perpustakaan dan menghampiri kami. Ish, siapa lagi yeoja centil di Hyundai kalau bukan Mi Young.

        “Seonsaengnim, aku mencarimu kemana-mana. Kkaja!(let’s go) Bukankah kita ada janji belajar? Kita ke kantor Heo seonsaengnim saja.”

        “Mi Young-shi, apa tidak bisa di sini saja? Kupikir Sung Young-shi juga mau ikut belajar.”
Sekilas Heo Seonsaengnim melirikku. Sementara Mi Young melotot kearahku, abaikan saja. Biarkan mata Mi Young lepas, biar tahu rasa. Aku sudah malas jika seperti ini.

        “Anieyo seonsaengnim. Aku akan ke kantin, lapar tadi belum sarapan. Gamsahamnida sudah menemaniku, seonsaeng. Annyeonghi.” Kataku sambil membungkuk. Sejenak dapat kulihat Mi Young tersenyum puas penuh kemenangan. Menyebalkan! Jika tidak ada Heo Seonsaengnim, mungkin sudah kujambak rambutnya, arrggghh…


        Sesuai rencana, sepulang sekolah aku bergegas ke kantor Heo Seonsaengnim. Tak lupa buku catatan dan buku paket fisika aku bawa serta. Huuff, semoga Heo Seonsaengnim orang yang benar-benar sabar dalam mengajari diriku yang babo ini. Sebelum aku sampai di kantor, seorang yeoja mencegatku sambil berkacak pinggang. Ish, yeoja ini lagi, mau apa dia? Akan mencegahku datang ke kantor Heo Seonsaengnim?

        “Babo! Kau akan ke kantor Heo Seonsaengnim, ne?” Kata Mi Young sarkastis. Ingin kurobek benar mulutnya yang sok manis. Tapi untung saja akal sehatku masih bekerja.
       
        “Jawab aku, babo!”
Mi Young langsung mencengkram tanganku mengetahui aku yang akan meneruskan berjalan, tidak mempedulikannya.

        “Ne, lalu kenapa? Masalah buat lo?”

        “Heh, jangan kau dekati Heo seonsaengnim!”

        “Cih, aku kesana hanya ingin belajar. Memangnya kamu yang pura-pura babo agar bisa mendekati guru muda itu, hah?!”
Kuhempaskan tanganku agar terlepas dari tangannya. Memangnya dia siapa? Melarangku untuk bertemu dengan Heo Seonsaengnim. Agh, benar-benar yeoja menyebalkan!!

        “Heh, jelek! Aku belum selesai!”
Aish, kututup telingaku tidak mau mendengarkan gerutuannya yang memuakkan. Yeoja itu, tidak malu apa berteriak seperti orang gila begitu. Ckckck, dasar aneh.


        Tok! Tok! Kuketuk pintu bercat putih itu perlahan. Suara lembut dari dalam sana menyuruhku untuk masuk. Duh, kenapa aku gugup, ne. Padahal, kan aku hanya ingin bertemu Heo Seonsaengnim.

        “Annyeong hasseyo, seonsaeng.” Kataku sambil membungkuk.

        “Ne, duduklah.” Ujar guru itu sambil merapikan buku-buku yang baru saja ia kerjakan. Apa dia sedang sibuk? Aku tidak mengganggu, kan?

        “Duduklah, Sung Young-shi. Aku sudah selesai, kok.” Lanjut Heo Seonsaengnim mengetahui aku yang hanya berdiri di samping sofa. Ah, sepertinya dia bisa mengetahui gelagatku.

        Heo Seonsaengnim bangkit dari kursi besarnya, dia pindah duduk di sebelahku, melihat buku paketku, membolak-balik setiap halamannya. Kemudian beralih meraih buku tulisku. Aduh, jangan buku tulisku, jebal. Aku tidak berani menatapnya saat Heo Seonsaengnim melihat buku tulisku yang aku tak ingin terakhir menulis di situ. Mungkin hanya 3 lembar yang terisi oleh tulisanku. Tak lama kemudian, buku tulisku diletakkannya kembali di meja.

        “Baiklah, kita mulai darimana? Bab apa yang belum kau mengerti?”

        Dapat kulihat dengan jelas raut muka keprihatinan di wajah Heo Seonsaengnim. Oh, sial. Sebagai jawaban aku hanya menunjuk bab 2 yaitu tentang Vektor. Aku benar-benar bisa keriting jika disuruh menghitung besar vektor, apalagi harus mengingat yang namanya sin, cos, tangen, dan teman-temannya, ck. Bisa masuk RSJ tiba-tiba.

        Menit-menit berikutnya aku sibuk berkonsentrasi mendengarkan penjelasan Heo Seonsaengnim. Dia dengan perlahan mengajariku, membuatku agar bisa benar-benar paham. Walau itu membutuhkan waktu yang lama, tapi Heo Seonsaengnim tetap sabar dan tidak pernah menyerah. Bahkan aku sempat memintanya untuk mengulang sampai 4 kali. Aigooo..maafkan neon hagsaeng(your student) yang babo ini, Heo Seonsaengnim. Karena aku benar-benar tidak mengerti, hehe.

        Selama 1 setengah jam, kami sibuk berkutat dengan bab 2 itu. Akhirnya, aku bisa sedikit mengerti. Yah, hanya sedikit, tapi lumayan lah daripada sebelumnya yang hanya blah bloh. Huwah, ini hebat. Selama 1 setengah jam ini aku bisa berkonsentrasi dengan fisika tanpa tertidur. Benar-benar keajaiban. Umm..atau semua ini karena guru imut ini? Hehehe. Yang jelas, aku membuat janji dengan Heo Seonsaengnim lagi untuk mengajariku fisika di lain waktu. Guru ini benar-benar baik, walaupun hari ini saja aku bisa melihat wajah frustasi dan capeknya setelah mengajariku. Mianhae Heo seonsaengnim.

        Entah kenapa, sejak pertemuan pertama ini, aku jadi berpikir bahwa fisika itu cukup menyenangkan juga. Apalagi kalau gurunya seperti Heo Seonsaengnim.

        “Hayo, melamun aja kerjaannya.”
Aku tersentak kaget mengetahui Kyu Jong oppa sudah berada tepat di depanku. Tumben dia cepat menjemputku, sampai berani masuk ke sekolah pula.

        “Hehehe, anni. Kkaja pulang! Aku sudah sangat lapar!”

>>> 

        “Neul Rin-ah! Kau kemana saja kemarin!?”
Aku berlari-lari kecil menuju Neul Rin yang baru saja turun dari motor namjachingu kesanyangannya. Seharian kemarin aku tidak bertemu dengan yeoja ini membuatku sangat merindukannya.

        “Kamu kangen, ne denganku?” Tanyanya sambil menjulurkan lidah.

        “NE! BOGOSHIPOYO(miss you)!” Teriakku sambil merangkul pundaknya keras membuatnya sedikit terhuyung.

        “Aish~appo(hurt/pain)!!” Protes Neul Rin tapi kuabaikan. Terus kugiring dirinya menuju kelas XI-5.

        “Kamu sudah sembuh total, kan, Neul Rin-ah?” Ucapku sambil melepaskan rangkulanku. Neul Rin terlihat mengelus tengkuknya yang kuyakin sedikit sakit, hihihi.

        “Ne. Oh iya, nanti pulang sekolah temani aku ke perpustakaan, ne?”

        “Mianhae, tapi aku ada janji dengan Heo Seonsaengnim.”
Perkataanku barusan membuat Neul Rin melotot. Aku, kok jadi takut, ne.

        “Neo(you)…Ada urusan apa dengan guru imut itu??hayooo…”

        “Ish! Aku, kan ingin belajar fisika dengannya. Daripada kamu tidak mau mengajariku.” Kataku sambil bersedekap.

        “Yaa!! Nae chingu(my friend) yang satu ini mau belajar fisika ternyata! Huaaaa..daebak(great), deh Heo Seonsaengnim bisa membujukmu, hahaha. Oiya, asal kau tahu, ne? Aku bukannya tidak mau mengajarimu. Hajiman(but)…Tahu sendiri, kan kamu membuatku stress.”

        Aku hanya cemberut mendengar pengakuan Neul Rin. Memang, sih aku selalu membuatnya stress. Huh, tapi tak disangka dia menyerah secepat itu, dasar. Sahabatku ini hanya bisa mengacak-acak rambutku mengetahui aku yang cemberut.

        “Hahaha, geurae(all right/ok).. Eh, Kim Seonsaengnim sudah datang.” Kata Neul Rin menyudahi percakapan kami.

        Selanjutnya kami hanya duduk diam mendengar penjelasan Kim Seonsaengnim, Tidak ada yang berani bicara atau ramai sendiri. Karena sekali hal itu dilakukan, tamatlah riwayatmu!! The next killer teacher after Lee Seonsaenim is Kim Seonsaengnim. My Mathematics teacher, hohoho.


        Seperti kemarin, aku datang lagi ke kantor Heo Seonsaengnim setelah bel pulang berbunyi. Tadi Neul Rin sudah bilang akan menemaniku serelah ke perpustakaan, huh, tapi ternyata dia malah lebih memilih berkencan dengan namjachingunya yang ganteng itu. Ah, sudahlah. Bukankah lebih enak berduaan?? Hohoho parah, nih.

        “Coba diulang lagi.” Suruh Heo Seonsaengnim padaku.

        “Cos 90 itu 0, sin 90 itu 1, hmm.. berarti tg 90 itu tidak terhingga. Benar, kan?”
Akhirnya aku bisa mengucapkan itu tanpa terbalik-balik.

        “Ne. Nah, kalau begitu kamu bisa mengerjakan soal yang ini.”

        Entah kenapa aku langsung semangat untuk mengerjakan yang ditunjuk Heo Seonsaengnim. Huuaaah, ternyata tidak sesulit yang aku kira, hehehe. Benar-benar ketemu jawabannya. Aku senang bukan main. Kulihat Heo Seonsaengnim juga tersenyum senang. Jeongmal gomawoyo(thanks) Seonsaeng. Akhirnya Heo Seonsaengnim bisa mengajariku dengan sangat baik.

        “Mau dilanjut bab lain atau diulang?”

        “Dilanjut saja. Aku ingin Seonsaengnim mengajariku bab mengenai dinamika partikel.” Pintaku sambil membuka bab 6.

        “Geurae.”

        Selanjutnya kami terus berkutat pada bab 6. Walaupun seharian tadi ada pelajaran olahraga, entah kenapa aku tidak merasa lelah saat ini. Aku tetap semangat memperhatikan apa yang diajarkan Heo Seonsaengnim. Sial! Baru kusadari kalau ternyata aku lebih sering memperhatikan wajahnya daripada penjelasan. Sung Young-ya! Apa-apaan kau ini! Tapi tidak bisa dihindari, guru ini sudah mengunciku dengan pesonanya, hohoho. Apa aku jatuh cinta dengannya? Aish~apa, sih yang kupikirkan. Tidak mungkin ah seorang namja berumur 26 th mau dengan bocah berumur 16 tahun. Ada ada saja.

        “Tolong jelaskan lagi tentang hukum 1 Newton, Seonsaeng.” Pintaku dengan kitten eyes yang aku yakin membuat Heo Seonsaengnim tidak bisa menolak. Yah, walaupun ini sudah yang ke 3 kali, tapi Heo Seonsaengnim masih mau menjelaskan.

        “Coba kamu bacakan Hukum 1 Newton sekaligus hukum II nya.”

        “Umm.. Hukum 1 Newton berbunyi ‘Bila gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang semula diam akan tetap diam atau yang semula bergerak tetap bergerak dengan kecepatan tetap pada suatu lintasan lurus.’ Sedangkan yang hukum newton II berbunyi ‘Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sebanding dengan massa benda dan percepatannya.’”

        Setelah aku membacakan hukum-hukum itu, Heo Seonsaengnim langsung menjelaskan. Aku hanya bisa mendengarkan dalam tenang. Sebisa mungkin menangkap dan mencerna apa yang dikatakan guru ini. Entahlah, apa aku masih bisa mengingat perkatannya besok? Lusa? Minggu depan? Bulan depan? Oh, astaga.

        “Selanjutnya kamu bisa bicakan yang Hukum Newton III.”

        “Hukum III Newton berbunyi ‘Jika benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada benda pertama, yang besarnya sama tapi arahnya berlawanan.’”


        Tidak terasa, ternyata langit sudah menggelap. Kulirik jam tangan hitam di tangan kiriku. Ommo! Jam setengah 6? Aku bahkan belum mengirim sms pada Kyu Jong oppa untuk menjemputku, aish.

        “Sudah hampir malam. Sebaiknya kita sudahi saja, lanjutkan besok lagi. Apa kau tidak lelah Sung Young-shi?”

        “Anieyo, oppa. EH! Maksudku Seonsaengnim.”
Kupukul-pukul bibirku karena telah mengucapkan kata yang tidak pantas. Oppa? Aku tadi memanggil Heo Seonsaengnim dengan sebutan oppa? Oh, aku pasti sudah gila.

        “Hahaha, santai saja. Kamu boleh, kok memanggilku oppa.” Katanya sambil tersenyum. Deg! My heart, what happen?. “Tapi tentu saja jika di luar sekolah, hehe. Oiya, oppa kamu sudah menjemput belum?”

        “M…Mollayo(I don’t know). Aku belum mengirim pesan padanya.”

        “Hm, kalau begitu denganku saja. Aku akan mengantarmu pulang, eottokhae?”

        “Mwo? Aaa…Bukankah Heo Seonsaengnim tinggal di rumah Lee Seonsaengnim? Berarti rumah kita berlawanan arah. Gamsahamnida(thanks you) Seonsaengnim, tapi aku bisa menunggu Kyu Oppa.”

        “Kau akan menunggu sendiri? Lihat, sudah sangat sepi. Kkaja! Gwaenchanayo, kebetulan aku membawa mobil Lee Seonsaengnim.”

        Karena terus didesak sedemikian rupa, akhirnya aku mau-mau saja diantar oleh guru baik bin cakep ini. Ah, lumayan lah irit pulsa dan bensin Kyu Oppa. Untung saja sekolahan sudah tidak ada siapa-siapa kecuali ahjussi(uncle) penjaga sekolah, Kalau tida, wow! bisa ribut semua yeoja yang mengetahui aku pulang bersama Heo Seonsaengnim, ckck terutama yeoja centil bin menyebalkan itu. Han Mi Young.

>>> 

        Entah kenapa, rasanya hari ini aku sangat senang. Apa aku sudah gila? Hmm…Mungkin saja. Ini semua pasti gara-gara kejadian kemarin. Tak kusangka, ternyata Heo Seonsaengnim tidak hanya mengantarku pulang tapi dia juga mentraktirku makan di DÉJÀ VU resto yang kebetulan kami lewati. Sekali lagi aku tidak bisa menolak karena memang perutku sangat melilit. Lucky me! Guru itu tidak hanya baik, tapi sangaaaaat baik. Rasanya aku ingin menghabiskan waktu bersama dengannya lebih lama, hehe.

        “Wah, wah, wah, lihat siapa yang sedang senang hari ini.” Kata Mi Young sinis yang tiba-tiba nongol di hadapanku. Sebisa mungkin aku tidak menanggapi, kulangkahkan kakiku terus agar bisa masuk kelas. Tapi yeoja menyebalkan itu malah menghadang jalanku dengan berdiri di ambang pintu.

        “Minggir!!” Kesalku sambil mendorongnya. Aku tidak peduli dengan Mi Young yang menggerutu kesal. Juga tidak kupedulikan seisi kelas yang menatap kami, yang kupedulikan saat ini hanya Neul Rin yang senang melihatku sudah datang.

        “Oh, lihatlah! Siapa yang kemarin berduaan dengan Heo Seonsaengnim? Sombong sekali sekarang. Heh, Sung Young jelek! Kau ada hubungan apa dengan guru tampan itu sampai bisa makan bersama di resto?! Kemarin kalian berkencan, hah?!”

        Perkataan Mi Young membuat langkahku terhenti. Kutatap wajahnya yang memerah menahan amarah dengan santai. Kerasnya suara Mi Young tentu saja menarik perhatian seisi kelas. Tak ayal semua mata langsung tertuju padaku, menatap dengan pandangan penuh tanya. Tentu saja, mereka pasti penasaran dan terkejut dengan perkataan Mi Young.

        “Kau ini bicara apa, Mi Young!?” Kata Neul Rin, entah sejak kapan dia sudah berada di belakangku, memegang pundakku sambil menatap Mi Young tajam. Sepertinya sahabatku ini juga tidak menyukai gadis rese itu.

        “Hmm..Jadi kau melihatku bersama Heo Seonsaengnim, ne? Itu benar, aku memang makan bersamanya. Tapi kami hanya sebatas makan! Hanya makan! Kami tidka berpacaran!” Tegasku sedikit meluap-luap.

        “Tapi kau menyukainya, kan? Menyukai Heo seonsaengnim?!”

        DUH! Aku harus menjawab apa? Aku…jujur sedikit menyukainya. Tapi kalau aku katakan, seisi kelas akan mentertawakan, menghina, dan Mi Young akan membunuhku karena yang kutahu dia juga mnyukai guru itu.

        “Memangnya kenapa? Bukankah seseorang mempunyai hak untuk menyukai lawan jenisnya?” Kata Neul Rin sambil merangkulku dan menyuruhku duduk.

        “Yeoja jelek! Setelah kau merebut Hyung Jun dariku, kau akan merebut Heo Seonsaengnim juga? Bukankah kau sudah memiliki Hyung Jun kenapa kau harus merebut Heo Seonsaengnim, hah?!”

        Tuh, kan. Mi Young memang menyukai guru muda itu. Hey, kenapa juga dia harus mengungkit-ungkit masalah 1 tahun yang lalu? Kenapa dia mengungkit tentang Hyung Jun lagi? Aku sudah muak dan bosan menjelaskan pada Mi Young kalau aku tidak ada hubungan apa-apa dengan kapten basket itu yang notabenenya namjachingu Mi Young, eh, maksudku mantan namjachingu.

        “Dengarkan! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Hyung Jun! Dari dulu aku hanya berteman dengannya! Bukankah, namja itu sudah mempunyai yeojachingu? Itu, tuh si Hong Ra.” Kataku sambil mengingat-ingat nama yeoja yang selalu bersama Hyung Jun. Tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat Mi Young, oh, bukan, tapi teman sebangku.

        Sekilas kulihat mata Mi Young berkaca-kaca. Dia terus menatapku antara percaya dan tidak. Mungkin dia baru dengar berita yang baru saja aku ucapkan. Sebenarnya aku sedikit tidak tega melihat Mi Young. Tapi apa boleh buat, dia mengertak duluan. Sempat kudengar beberapa siswi berbisik dan mengiyakan.

        Tidak kusangka ternyata Mi Young menitikkan air mata. Ck, yeoja cengeng. Dia berjalan menuju pintu, ingin keluar kelas. Tapi seseorang dari luar akan masuk kelas membuat Mi Young terhenti. Ternyata itu Heo Seonsaengnim. Pertengkaran tadi membuatku tidak mendengar bel masuk, dan guru pun sudah datang. Aku sedikit khawatir kalau-kalau Heo Seonsaengnim mendengarkan pertengkaran lagi. Semua hagsaeng bergegas duduk saat Heo Seonsaengnim berjalan menuju mejanya. Mi Young yang semula akan keluar berbalik lagi, menuju tempat duduknya di samping Hong Ra yang menatapnya penuh rasa prihatin dan minta maaf. Sekilas kulihat Heo Seonsaengnim menatapku sambil tersenyum. Hmm, atau Cuma perasaanku saja?

        “Baiklah kita mulai pelajaran kali ini! Tetapi sebelumnya silakan berdoa. Sung Young-shi? Bisakah kamu memimpin?”


        Hebat sekali, sampai jam pelajaran fisika selesai aku tidak tertidur barang sedetikpun. Dengan focus terus kuperhatikan Heo Seonsaengnim. Bahkan aku juga bisa mengerjakan soal di papan tulis dengan benar. Perkembanganku ini membuat Heo Seonsaengnim terus tersenyum padaku dan tentu saja membuat teman-temanku heran.

        Sampai pada bel pulang berdentang pun aku masih merasa semangat. Tapi jujur. Sampai saat ini aku masih memikirkan Mi Young. Aku merasa tidak enak padanya, tapi…ah! Aku juga sedikit kesal pada diriku sendiri karena memikirkan yeoja menyebalkan itu.

        Huh, seperti biasa. Hyun Joong oppa selalu tepat waktu menjemput Neul Rin. Sedangkan Kyu Jong oppa? Ommona! Namja itu selalu membuatku menunggu paling sebentar setengah jam. Tapi mungkin hari ini aku harus lebih lama menunggunya mengingat Kyu Jong oppa tidak membalas smsku. Dan babonya! Ternyata smsku daritadi tidak terkirim! HUH, PULSA HABIS! Pantas saja, walau aku menunggu sampai lumutan pun Kyu Jong oppa tidak akan membalas. Parahnya, aku tidak tahu harus meminjam ponsel siapa atau nebeng siapa. Neul Rin sudah pulang, bahkan seluruh teman sekalsku sudah pulang, dan sambungan telepon umum di sekolah sedang diperbaiki. Ah, geurae, aku akan menunggu sebentar lagi. Siapa tahu Kyu Jong oppa mencemaskanku dan meneleponku.

        “Sung Young-ah!” Teriak seorang yeoja dari kejauhan. Aku menoleh memastikan siapa yang memanggil. Hah? Mi Young? Mau apa lagi dia?

        “Waeyo? Mau bertengkar lagi?”

        “Hehehe, anieyo. Aku minta maaf soal tadi pagi. Tidak seharusnya aku berteriak padamu.”

        Ha? Apa aku tidak salah? Seorang Mi Young minta maaf padaku?

        “Oiya, aku mencarimu karena Heo Seonsaengnim menyuruhku untuk memanggilmu. Ppali! Dia ada di Lab Fisika.”

        “Jinja?(is it true) Geurae, aku akan kesana.”

        Tanpa banyak cakap lagi aku segera berjalan menuju Lab Fisika yang berada di ujung sekolahan. Aneh, bukankah aku tidak membuat janji belajar hari ini?

        Sesampainya di Lab Fisika….Tadaaa tidak ada siapapun di sini. Ku cek ruang penyimpanan barang. Nihil! Tidak ada siapa-siapa. Apa-apaan ini? Apakah Mi Young bohong padaku? Oiya, aku belum melihat ruang kerja. Mungkin saja Heo Seonsaengnim di sana. Hanya saja, begitu aku membuka pintu, mendadak kepalaku sakit dan semuanya menjadi gelap.

>>> 

        “Sung Young-shi? Sung Young? Irreona?(wake up)”

        Kukerjapkan mataku. Aww! Pusing tiba-tiba melanda. Kupegang dahiku, ada plester di sana. Dan…dapat kulihat seseorang duduk disampingku. Hah? Heo Seonsaengnim?! Sedang apa dia? Eh, bukan. Lebih tepat pertanyaanku adalah dimana aku sekarang? Apa yang terjadi?

        Sambil memegangi dahiku, sebisa mungkin kucoba untuk duduk. Ternyata aku berbaring di kasur putih. Eh, bukankah ini UKS? Oh, aku masih di lingkungan sekolah, pantas saja ada Heo Seonsaengnim. Tadi aku sempat berpikir yang macam-macam, hehe.

        “Kau sudah tidak apa-apa?”

        “Ne. Aku kok bisa ada di sini?” Kusentuh dahiku yang masih senut-senut.

        “Tadi saat aku akan mengambil tas yang tertinggal di lab fisika, aku menemukanmu tergeletak tak sadarkan diri. Banyak darah di dahimu, kuduga kamu tertimpa vas bunga karena kulihat pecahan vas di sampingmu. Untung lukamu tidak dalam.”

        Aku tercengang mendengar penjelasan Heo Seonsaengnim. Jadi daritadi aku pingsan? Astaga! Berapa lama?

        “Ngomong-ngomong kenapa kamu ada di lab?”

        “Loh, bukannya Heo Seonsaengnim memanggilku? Mi Young bilang…”

        Sekarang semuanya masuk akal. Mi Young, yeoja menyebalkan itu sengaja menyuruhku ke lab secara tidak langsung agar rencanya berhasil. Ne, rencana untuk mencelakaiku. JOASSEO!(good) ternyata rencananya berhasil.

        “Anieyo. Aku tidak memanggilmu, sungguh.”

        “Aish, yeoja itu.” Geramku.

        Aku bangkit dari ranjang UKS, aku ingin segera pulang. Badanku rasanya remuk semua. Kulihat Heo Seonsaengnim masih asyik membereskan kotak P3K. TERNYATA! Langit sudah benar-benar gelap! Kulirik jam tanganku. OMMO! Jam setengah tujuh? Apa-apaan ini?

        “Heo Seonsaengnim? Ternyata hari sudah malam. Sekarang sudah jam setengah tujuh. Bagaimana kalau gerbang sudah ditutup?”

        “Jinjayo?(really) Kkaja kita pulang!”

        Heo Seonsaengnim langsung menarikku. Dapat kurasakan dia sedikit panik kalau-kalau gerbang sekolah sudah ditutup. DAN BENAR SAJA! Gerbang besi tinggi itu sudah rapat. Eottokhaeyo?(how) Masa aku harus menginap di sini? Dengan Heo Seonsaengnim? Ini akan menjadi gossip besar kalau semua orang sampai tahu.

        Karena masih syock, yang dapat kulakukan hanya berjalan mengikuti Heo Seonsaengnim yang kesana-kemari. Mungkin mencoba menemukan ahjussi. Namun namja berumur 60an itu sudah tidak ada di sekolah. Hal ini menambah kepanikanku dan Heo Seonsaengnim.

        “Aish, kenapa ahjussi tidak mengecek semua ruangan? Bukankah seharusnya dia tahu kalau masih ada orang, kan mobil seonsaengnim masih ada.”

        “Mobil? Ah, hari ini aku naik taxi. Mobil Lee Seonsaengnim sedang dipakai anaknya.” Kata Heo Seonsaengnim lesu. Oh, bagus! Pantas saja.

        Semakin malam, aku semakin merinding. Suasana di lingkungan sekolah ini benar-benar sunyi. Dan gelap tentunya. Aduuhh, aku takut gelap. Untung ada Heo Seonsaengnim, kalau tidak, wah! Aku pasti sudah pingsan sampai besok.

        “Ah! Ponselku mati. Baterainya habis, bagaimana denganmu? Kau bawa ponsel?”

        “Bawa, sih. Tapi tidak ada pulsanya.” Ujarku frustasi. Kami hanya bisa mengerang bersama.

        “Tidak ada pilihan lain, kita di sini sampai besok.” Heo Seonsaengnim menatapku khawatir.

        Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di sekolah. Atau lebih tepatnya menunggu sampai seseorang peduli pada kami. Aku sedikit berharap Kyu oppa atau keluarga Heo Seonsaengnim cemas akan ketidaklengkapan anggota keluarga mereka, lalu berniat untuk mencari. Ish, tp harapanku itu kandas mengingat sekarang sudah pukul 10. Suasana sunyi luar biasa. Hanya suara jangkrik yang menemani kecemasan kami. Bahkan sesekali kudengar suara burung hantu yang kabarnya suka bersarang di pohon-pohon sekolah. Mengerikan. Huhuhu, yang dapat kulakukan hanya duduk di ranjang UKS dan bersandar pada dinding sambil memeluk lututku sendiri. Suer! Aku sangat takut. Apalagi teringat dibenakku cerita-cerita hantu tentang sekolah ini, hiiiy.

        “Kamu kedinginan?”

        Heo Seonsaengnim yang semula duduk di ranjang lain perlahan bangkit dan pindah di sampingku. Dalam temaram lampu UKS masih jelas kulihat dirinya yang tengah melepas blazer hitam yang dikenakannya lalu di pakaikan padaku. Aigooo…guru ini benar-benar baik. Dia lebih mementingkan hagsaengnya dan membiarkan dirinya sendiri hanya menggunakan kemeja di tengah dinginnya malam musim gugur ini. Padahal aku tidak terlalu kedinginan, aku lebih merasa takut daripada dingin. Tapi entah kenapa aku enggan mengembalikan blazer ini. Justru lebih kueratkan. Rasanya…..Heo Seonsaengnim memang meninginkan ini. Dia peduli padaku, pada hagsaengnya. Hagsaeng? Entahlah. Aku dapat merasakan dia mempunyai perasaan khusus padaku. AHAHAHA atau mungkin aku hanya keGRan saja.

        Kulihat Heo Seonsanegnim berniat kembali ke ranjang yang semula ia tempati. Hanya saja mendadak lampu padam. OH! Listrik di Seoul padam. EOMMA!!! Aku takut gelap.

        “AAAAAAAAHHH!!!” Teriakku sejadinya membuat Heo Seonsaengnim terlonjak. Refleks kupeluk lengan Heo Seonsaengnim sambil memejamkan mata. Huhuhu..takut.

        “Gwaenchanayo?” Dapat kurasakan Heo Seonsaengnim membelai rambutku lembut. Ommo! Disaat-saat seperti ini jantungku bekerja 2 kali lipat. Hanya saja, aku enggan melepas lengan Heo Seonsaengnim.

        “Aku…Aku takut gelap.” Kataku hampir menangis. Sung Young! Kau tidak boleh menangis. Jangan sampai air matamu menetes. Ahh..tapi aku benar-benar takut.

        “Tidak apa-apa, aku menemanimu.”

        Tidak tahu hanya perasaanku saja atau bukan, dalam keadaan gelap begini yang hanya diterangi sinar bulan dapat kulihat Heo Seonsaengnim tersenyum. Senyum yang membuat perasaanku damai, astaga. Mungkin aku benar-benar menyukai guru ini.

>>> 
       
        “Sung Young-shi??”

        Kurasakan tubuhku diguncang-guncang. Mau tidak mau aku harus bangun dari tidur nyenyakku. Hoaaahmm, aku menggeliat sejenak. NAMUN! Mwo? Kenapa banyak orang di sini? Nyawaku belum sepenuhnya terkumpul jadi aku hanya bisa celingak-celinguk bingung. ASTAGA! Aku baru ingat kalau sekarang masih berada di UKS. UKS yang dipenuhi siswa siswi yang saling berbisik. Aku langsung menusap-usap wajahku yang kuyakin sangat kusut. Tentu saja, aku kan baru bangun. Ternyata tadi Kim Seonsaengnim yang membangunkanku. Beliau menatapku dengan ekspresi yang sulit kudeskripsikan. Aku teringat lagi. Kucari sekelilingku. Tidak ada Heo Seonsaengnim.

        “Namja yang kau cari ada di kantor kepala sekolah. Kkaja, Sung Young-shi! Kau ikut aku.”

        Aku hanya menurut saja. Kuikuti guru yeoja tua ini yang ku ketahui menjabat juga sebagai wakil kepala sekolah.  Baru kusadari kalau blazer Heo Seonsaengnim masih menempel di punggungku. Bagus! Dengan ini aku bisa menutupi wajahku agar tidak dilihat oleh orang-orang di koridor sepanjang kami berjalan menuju kantor kepsek. Tidak sedikit siswa-siswi yang berbisik-bisik seiring aku berjalan di depan mereka. Ommo! Apa mereka membicarakan kejadian ini? Apa mereka sudah tahu aku bermalam dengan Heo Seonsaengnim? Aku rasa begitu.


        Benar. Heo Seonsaengnim sudah duduk di ruangan Mr. Shin. Aduh, kenapa perasaanku tidak enak. Aaa, aku tahu. Mungkin kami akan diintrogasi mengenai kejadian semalam. Huaaa! Harusnya aku menyadari itu sejak kemarin.

        “Benar, Mr.Shin. Saya dan Sung Young hanya bermalam di UKS karena kami terkunci.”

        “Bagaimana kalian bisa terkunci?”

        Heo Seonsaengnim menceritakan semua yang kami alami kemarin. Dimulai dari dia menemukanku pingsan di Lab Fisika sampai pada kami menyadari kalau gerbang sekolah sudah ditutup. Aku juga menambahkan hal tentang bagaimana aku bisa sampai di Lab Fisika. Sejenak Mr.Shin yang kuyakin sangat bijaksana itu hanya menggaruk-garuk dagunya.

        “Kim Seonsaengnim, bisakah Anda memanggil Go ahjussi?” Pinta kepala sekolah itu. Kim Seonsaengnim mengangguk dan pergi.

        “Ah, kulihat tadi kalian sangat mesra di UKS. Apa kalian pacaran?” Lanjut Mr.Shin sambil menyeringai. Astaga! Perkataan beliau sontan membuatku memerah. Kulihat Heo Seonsaengnim juga seperti itu.

        “An..Aneiyo Mr. Shin.” Jawab Heo Seonsaengnim. Aku yakin ada nada gugup di sana. Mr. Shin hanya terkekeh menanggapi. Ish, kepsek ini ternyata doyan bercanda juga. Baru tahu aku. Padahal wajahnya terlihat sangat sangar.

        Lama kami bertiga terdiam. Kemudian datang Kim seonsaengnim bersama Go Ahjussi. Mr.Shin menyambutnya dan menyuruh Go Ahjussi duduk.

        “Kenapa Go Ahjussi tidak mengecek semua ruangan kemarin? Apa Anda tidak tahu kalau masih ada orang di dalam? Lihatlah, Heo Seonsaengnim dan Nona Shin terkurung semalaman di sekolah.”

        “Ah..Jeongmal mianhamnida, mian, mian. Saya tidak tahu kalau masih ada orang di sekolah kemarin.” Dapat kulihat dengan jelas pancaran ketakutan di wajah Go Ahjussi. Aku tahu dia merasa tidak enak pada kami, terlihat dari tatapannya yang terus melirik kami penuh rasa penyesalan. “Karena kemarin saya terburu-buru akan ke rumah sakit menengok anak saya yang sakit, maka saya tidak sempat mengecek ruangan. Tapi kemarin seorang siswi memberitahu kalau sekolah sudah tidak ada siapa-siapa, tinggal dirinya.”

        “Seorang siswi?? Nuguseyo?(who)”

        “Mollayo. Saya tidak tahu namanya. Dia yeoja berambut ikal panjang berwarna coklat. Kalau tidak salah dia seorang siswi di kelas XI-5.”

        “Han Mi Young?” Ujarku cepat. Entah kenapa yeoja itu langsung melintas di benakku. Go Ahjussi terlihat berpikir tapi kemudian dia menggeleng tanda tidak tahu.

        “Kalau begitu panggilkan yang namanya Han Mi Young.”

        “Ini, Mr.Shin!” Teriak seseorang yang berada di pintu kepsek sambil mendorong Mi Young masuk. AH! Itu Neul Rin. Ommo! Aku tidak tahu kalau ternyata di luar banyak orang. Wah, wah, mereka menguping. Tapi nampaknya Mr.Shin dan Kim Seonsaengnim tidak peduli. Aku pun mencoba begitu. Sekilas kulirik kearah Neul Rin, ah, dia mengepalkan tangannya sambil menggumamkan FIGHTING.

        Mi Young maju menghadap Mr. Shin dengan kepala tertunduk. Dari gelagatnya dan bau-baunya, sepertinya dialah yang bertanggung jawab akan semua ini.

        “Nah, yeoja ini yang memberitahu saya kemarin.” Kata Go Ahjussi sambil menyelidiki Mi Young. Yeoja itu terus menunduk. Takut akan tatapan tajam Mr.Kim dan tatapan kemarahanku. Yah, tentu saja aku sangat marah dan kesal padanya.

        Aku tahu sekarang! Dia sebenarnya ingin menjebakku saja. Dengan cara mencelakaiku di Lab Fisika seperti kemarin. Namun untung saja ada Heo Seonsanegnim yang kebetulan kembali lagi ke Lab Fisika untuk mengambil tasnya yang tertinggal. Karena kebaikan guru itu, dia malah ikut terkunci bersamaku.

        “Ah, sepertinya Anda sudah boleh pulang, Heo Young Saeng. Sekalian antar Nona Shin ke rumah.” Ujar Mr.Shin membuat kami terheran-heran. Aduh, apa aku dan Heo Seonsaengnim di skors??

        “Pulang??”

        “Ye(yes *same with ‘NE’*). Bukankah Anda tidak ada jadwal? Dan…Aku yakin Nona Shin butuh istirahat di rumah. Aku lihat dia sedikit tidak enak badan. Gwaenchana, aku tidak menghukum kalian. Ini keringanan.” Kata Mr.Shin lagi sambil menatapku lekat. Lebih tepatnya menatap luka di dahiku.

        OH! Ternyata kepala sekolahku ini benar-benar baik. Penuh perngertian dibalik wajah sangarnya, hehe. Aku menduga beliau sudah menyimpulkan kejadian ini. Nyatanya beliau sudah membebaskan kami. Syukurlah…

        Karena tidak mau terlalu lama berada di sini, Heo Seonsaengnim langsung pamit dan mengajakku pulang. Lagi-lagi aku harus berdua dengan Heo Seonsanegnim. KYA! Ini menyenangkan, kekeke. Sedangkan Mi Young, aku rasa dia masih ditahan di ruang kepsek. Wa(and)…Neul Rin? Untuk apa dia dipanggil juga? Sudahlah, aku tidak mau memikirkan ini dulu. Kepalaku sudah sangat pening.
       
>>> 

        “Gamsahamnida Heo Seonsaengnim. Dan jeongmal mianhae, karena aku Heo Seonsaengnim jadi terkunci di sekolah. Mian…Mi__”

        “Sudahlah tidak apa-apa. Semalam itu sangat menarik, hahaha. Itung-itung pengalaman berhargaku saat mengajar di Hyundai.”

        “Berharga?”

        “Oh, umm…tentu saja. Tidak akan mudah aku lupakan.” Ucapnya sambil tersenyum. Senyumnya yang manis seperti biasa namun kenapa kali ini seperti ada arti tersendiri.

        “Aaah, benar. Ohiya, ini blazer Heo Seonsaengnim. Sekali lagi jeongmal gamsahamnida.” Kuserahkan blazer Heo Seonsaengnim. Tapi sebelum dia menerima, kutarik lagi blazer hitam itu. “Mungkin alangkah lebih baik kalau sekalian aku cuci blazer ini. Eottokhae?”

        “Hahaha, baiklah kalau begitu. Awas kalau tidak bersih dan wangi.”

        “Tentu Seonsaengnim.” Kuacungkan jempolku.

        “Hmm..geurae. Sepertinya aku harus pulang. Selamat istirahat! Oiya, kau tidak jadi memanggilku ‘oppa’? Bukankah kita di luar sekolah, hehe. Annyeonghi Shin Sung Young.” Bingung! Aku harus menjawab apa? Banyak kata-kata yang ingin kuucapkan. Tapi…sepertinya semua itu tidak bisa keluar. Sampai Heo Seonsaengnim masuk taxi yang tadi kami pakai pun aku masih belum berucap. Oh, bagus!!

        “Yaaa!! Nae yeodongsaeng(My little sister) sudah pulang! Dari mana saja kamu?? Aku khawatir setengah mati kemarin.” Ommo, Kyu Jong oppa mengagetkan saja. Muncul tiba-tiba di belakangku seperti hantu.

        “Tumben khawatir.” Kataku tak acuh sambil membuka pintu rumah.

        “Aish! Kau ini bukannya minta maaf dan menjelaskan, malah berkata seperti itu. Oh, aku tahu. Kau bersama namja tadi yang mengantarmu, ne? Iya kan? Hayoo..hayooo…Aku bilang pada appa eom___”

        “OPPA! Kalau tidak bisa berhenti bicara….Ku cium nanti!!” Potongku sambil melotot padanya.

        “Cium saja.” Kyu Jong oppa memajukan bibirnya.

        “Astaga…” Aku tidak peduli. Langsung kulangkahkan kakiku ke kamar. Samar-samar kudengar Kyu oppa terkekeh. Benar-benar michyeo namja(crazy boy/man)

>>> 

        Tidak terasa, hari ini sudah hari Minggu. Lagi? Kenapa waktu berjalan begitu cepat? Tidak seperti biasa aku tidak senang saat hari Minggu tiba. Mungkin karena dengan begitu aku tidak bisa bertemu Heo Seonsaengnim.
       
        Oh, sepertinya aku sudah benar-benar berubah gara-gara guru fisika itu. Heo Seonsaengnim, ne, dia merubahku 180 derajat. Neul Rin saja sampai terheran-heran dengan sifatku. Aku sekarang menjadi lebih rajin masuk kelas, tidak pernah membolos, dan selalu memperhatikan setiap guru mengajar. Guru apapun itu. Aku menjadi lebih semangat saat di sekolah daripada di rumah. Padahal dulu aku sangat ingin cepat-cepat pulang. Ah, tapi kali ini rasanya berbeda. Dan juga perkembanganku tentang fisika benar-benar LUAR BIASA. Bahkan sering kujumpai kertas ulangan fisikaku mendapat nilai 85. Itu sudah menjadi kebanggaan bagiku. Senang rasanya saat terbebas dari remidial fisika. Jeongmal gamsahamnida Heo Seonsaengnim. You are the best teacher for me. My lovely teacher, hehehe.

        Satu hal lagi. Menurut pemikiran teman-temanku bahkan Neul Rin sekalipun, aku terlihat semakin dekat saja dengan Heo Seonsaengnim. Yah, walau aku juga merasa seperti itu. Bahkan mereka suka mengira aku pacaran dengan guru itu. Waaa! Seprah itukah kedekatanku? Seonsaengnim lain juga tak kalah heboh menanggapi ini. Mereka suka menjodoh-jodohkanku dengan Heo Seonsaengnim saat pelajaran di kelas. Ah, pokoknya mereka suka menggodaku, ck sial.


        Huh, lama-lama bosan juga berdiam diri di rumah. Mana di rumah sangat sepi. Kyu oppa sibuk bekerja di hari Minggu ini, appa dan eomma entah pergi kemana. Sedari kemarin malah. Aku juga harus mencari kesibukanku.

        “Yeobboseyo?” Akhirnya kuputuskan untuk mengajak Neul Rin sepedaan mumpung masih pagi.

        “Ah, Neul Rin-ya kkaja kita sepedaan… Sekarang, lah masa tahun depan…  Ne, aku tunggu di depan rumah.”

        Lima menit aku menunggu seperti anak hilang, akhirnya yeoja itu muncul dengan sepeda birunya. Kami segera menggoes sepeda tak tentu arah. Entahlah, kami memang tidak mempunyai tujuan.

        “Neul Rin-ah! Bagaimana kalau kita lewat rumah Lee Seonsaengnim?” Aku tidak tahu kenapa ide itu tiba-tiba melintas.

        “Woo..Sehari tidak melihat Heo Young Saeng oppa saja sudah kangen.” Kata Neul Rin sambil menjulurkan lidahnya. Aish, yeoja itu. Ku senggol sepedanya sehingga membuatnya oleng dan hamir jatuh.

        “Yaa! Hampir saja jatuh. Geurae, geurae(all right) kita ke rumah Lee Seonsaengnim.”

        Dengan semangat kami langsung menggoes sepeda menuju rumah Lee Seonsaengnim yang cukup jauh. Iseng-iseng kami balapan, saling kebut dan mendahului. Untung kami memilih jalan yang sepi, kalau tidak ya tentu saja kami tidka berani balapan.

        “Youngi-ah!...Aku..capek. Sudahlah kita sepedaan biasa saja.”

        “Payah kau.” Ejekku. Tapi Neul Rin tidak menanggapi. Mungkin karena terlalu lelah.

        Tiba-tiba sebuah mobil merah yang kinclong melintas dengan kecepatan tinggi. JEONGMAL. Hampir saja menyerempetku. Rese benar si pengendaranya. Lu pikir ini jalan embah lu? Huh, sabar sabar sabar. Karena penasaran, akhirnya kubuntuti mobil itu dengan kecepatan tinggi. Tak kupedulikan Neul Rin yang berteriak-teriak minta ditunggu.

        CIIITTT!!! Ku rem mendadak sepedaku karena mobil merah itu tiba-tiba berbelok ke sebuah rumah. Eh? Ini kan rumah Lee Seonsaengnim? Aku hanya bisa memperhatikan dari jauh. Penasaran, siapa sih yang mengendarai mobil? Atau jangan-jangan anggota keluarga Lee Seonsaengnim?

        Taraaaa! Tebakanku salah. Seorang yeoja yang kelewat sexy muncul dari dalam mobil. Ommo!(Oh My God) Di musim gugur seperti ini bisa-bisanya mengumbar tubuh(?) Aku masih terdiam di balik pagar kayu rumah Lee Seonsaengnim. Mengamati setiap gerak-gerik yeoja itu. Kulihat ia memencet bel rumah lalu menunggu. Beberapa detik kemudian pintu langsung terbuka. Deg! Betapa terkejutnya saat yeoja itu dengan cepat memeluk namja yang membukakan pintu. Tak lain namja itu adalah Heo Seonsaengnim. Yeoja itu, nuguseyo?

        “Yaaak! Kau ini tega sekali meninggalkanku..hahh..hahh.” Sewot Neul Rin yang ternyata sudah di belakangku.

        Aku tidak peduli dengan omelan Neul Rin. Entahlah, aku…aku merasa aneh setelah melihat kejadian tadi. Kulihat yeoja yang memeluk Heo Seonsaengnim sudah tidak ada di depan rumah. Mungkin sudah masuk rumah. Ah, mungkin memang benar aku mencintai guru fisika itu. Aku merasa nyaman jika dekat dengannya. Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi, oh Tuhan! Aku tahu sekarang, mana mungkin seorang namja dewasa seperti Heo Seonsaengnim menyukai seorang yeoja kecil yang childish. Hueee…

        “Hei! Kau ini kenapa?” Kata Neul Rin sambil menepuk pundakku mengetahui aku yang diam saja.

        “Anieyo(no). Kkaja(let’s) kita pulang saja.”

        Segera kubalik arah sepeda dan kugoes menuju rumah. Kali ini tak sesemangat tadi. Malah rasanya benar-benar malas dan tidak mempunyai tenaga untuk menggoes. Astaga, apakah separah ini efek patah hati?


        “Jeongmal, aku tidak mengerti denganmu? Sebenarnya ada apa Youngi-ah? Apa yang kaulihat tadi di rumah Lee Seonsaengnim? Ayolah, ceritakan padaku!”

        Neul Rin langsung membombardirku dengan pertanyaan begitu kami sampai di depan rumahku. Yah, saat ini aku hanya terduduk lesu di beranda rumah.Sementara Neul Rin terlihat sangat penasaran melihatku seperti ini.

        “Neul Rin-ya, apakah salah jika kita menyukai seseorang yang jauh lebih tua?” Yeoja itu terdiam sejenak.

        “Umm…Kau membicarakan Heo Seonsaengnim?” Ah, yeoja ini memang cepat tanggap. “Kenapa harus salah? Jatuh cinta itu tidak mengenal batas usia. Karena cinta itu datangnya mendadak. Kita tidak tahu dengan siapa kita akan jatuh cinta. Ah, apa kau tidak ingat? Bukankah ada sepasang suami istri yang jarak umurnya sangaaat jauh. Berpuluh-puluh tahun. Bahkan pernah ada yeoja yang menikah dengan seorang kakek-kakek.”

        “Ne, aku tahu.”

        “Lalu?”

        “Emm…sakit hati itu tidak enak, ne?”

        “Oh, Sung Young. Apa yang membuatmu sakit hati?” Perlahan Neul Rin merangkul pundakku.

        “Anieyo, aku hanya merasa Heo Seonsaengnim itu sudah punya yeojachingu.” Perkataanku membuat sahabatku itu terdiam. Dia memandangku prihatin. Oh, aku tidak mau dikasihani. “Neul Rin-ya, apa kau tidak keberatan kalau kau pulang duluan? Mian__”

        “Ne ne, arraseo(understand) Aku tahu. Annyeonghi(good bye) Sung Young-ah! Jangan lupa makan.”

>>> 

        Hari Kamis. Oh, hari dimana aku harus bertemu Heo Seonsaengnim. Rasanya, sifatku yang suka membolos seperti dulu kambuh lagi. Aku merasa tidak semangat untuk pelajaran fisika, umm, sepertinya lebih tepat kalau aku tidak semangat untuk bertemu Heo Seonsaengnim. Baru kusadari, ternyata kekuatan fisikaku ada pada guru itu, ckckck.

        Sedari tadi aku hanya duduk terdiam di atap sekolah. Sudah kubulatkan tekadku untuk membolos 2 jam pelajaran fisika hari ini. Masa bodo kalau aku mendapat alfa lagi. Ah, lagi-lagi aku masih teringat dengan jelas kejadian hari Minggu. Yeoja itu. Hemm… cantik, sexy, langsing, tinggi, ah yang pastinya Heo Seonsaengnim sangat menyukainya. Sedangkan aku? Tentu kebalikan dari yeoja itu. Tapi tidak jelek banget dan tidak gendut, malah kata teman-teman aku terlalu langsing alias kurus, hohoho.

        Ding...dong..ding!
        Bel selesainya pelajaran fisika sudah berbunyi. Bagus! Sekarang saatnya masuk kelas karena ada pelajaran Bahasa Mandarin. Aku tidak akan membolos untuk pelajaran satu ini, dan bahasa Inggris juga.

        Ommo, aku sedikit tersentak saat tidak berpapasan dengan Heo Seonsaengnim di persimpangan koridor. Ommo, apa yang harus kulakukan? Geurae(all right) cuek saja.

        “Eh, Sung Young-ssi? Kau ini dari mana saja?”

        “Mianhae Seonsaeng.” Kataku sambil membungkuk satu kali “Sillyehamnida (excuse me) Seonsaeng, aku harus masuk kelas.” Tanpa menjawab pertanyaan guru itu, aku langsung melenggang pergi. Dapat kupastikan kalau Heo Seonsaengnim sangat heran dengan tingkahku. Ah, biarkan saja.

>>> 

        “Sebenarnya ada apa, heum?”

        Entah bagaimana Heo Seonsaengnim bisa membujukku untuk bertemu dengannya. Alhasil aku dan dia duduk di bangku yang biasanya aku duduki bersama Neul Rin, bangku dekat gerbang. Disaat-saat seperti ini kuharap Kyu Jong oppa cepat menjemputku. Sial, tapi namja itu selalu lama menjemput. Tidak ada pilihan lain saat Heo Seonsaengnim duduk di sampingku dan menanyaiku ini itu.

        “Kenapa diam saja?”

        Neul Rin! Kenapa kau lama sekali? Padahal aku sudah selesai dari ruang kesenian, tapi yeoja itu belum juga keluar. Ne, aku dan Neul Rin sekarang mulai menjalani extrakulikuler seni melukis. Tapi karena aku sudah menyelesaikan lukisanku, maka kuputuskan untuk menunggu Neul Rin di bangku yang biasa yang sudah sangat sepi karena hampir semua hagsaeng sudah pulang.
       
        “Mianhae Heo Seonsaengnim.”

        “Aku tidak mengerti. Yah, dulu kau memang pernah tidak semangat untuk belajar fisika. Namun, kau bisa membuktikan kalau sebenarnya kau bisa fisika. Hanya saja, kenapa akhir-akhir ini semangatmu menjadi turun lagi? Jika ada masalah, beritahu saja.”

        Benar apa yang dikatakan Heo Seonsaengnim. Semangatku dengan fisika semakin menurun saja. Lagi, aku kembali mendapat nilai rendah. Eottokhae?(how)

        Di tengah obrolan kami, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Mobil merah yang membuat perhatian kami tersita. Sepertinya aku tahu, itu mobil yang sama persis dengan yang digunakan oleh yeojachingu Heo Seonsanegnim. Ommo! Mau apa dia datang ke sekolah?

        Dan benar saja. Seorang yeoja dengan pakaian musim gugurnya berjalan santai memasuki gerbang menuju tempat dimana kami duduk. Lebih tepatnya dia menghampiri Heo Seonsaengnim yang tengah menatapnya heran dan sedikit terkejut. Semerbak bau parfum yang menyengat langsung menyeruak ke hidung begitu yeoja tinggi itu sampai di depan kami.

        “Sun Hee-ya? Kenapa kamu di sini?” Tanya Heo Seonsaengnim sedikit membentak. Yeoja itu melepas kacamata hitamnya dan menatap Heo Seonsaengnim santai. Sesekali dia melirik ke arahku. Aku rasa itu lirikan yang mengerikan.

        “Oh, aku kebetulan lewat sini, dan aku melihatmu. Jhagiya(dear/honey), kenapa kamu tidak segera pulang?”

        “Aku masih ada urusan. HEY!  jangan___”

        “Jhagi, aku pulang dulu, ne? Mobil itu mau dipakai appa(dad), bye!”

        Dengan tatapan aneh Heo Seonsaengnim memandang kepergian yeoja itu. Sedangkan aku? Entahlah hanya terdiam sedari tadi. Ternyata benar dugaanku, yeoja itu adalah yeojachingu Heo Seonsaengnim. Terlihat mereka begitu akrab. Apalagi yeoja tadi memanggil Heo Seonsanegnim dengan sebutan jhagiya. Hah~

        Sepertinya aku benar-benar harus menepis perasaanku. Aku merasa begitu bodoh telah menyukai Heo Seonsaengnim. Harusnya aku tahu dia sudah punya yeojachingu dari awal. Aku pikir ini hanya rasa kagum saja, tapi ternyata tidak.

        Kulihat Heo Seonsaengnim beralih menatapku lagi. Kali ini aku tidak mau memandang matanya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi selepas perginya mobil merah itu, Kyu Jong oppa menghentikan motornya di tempat mobil tadi berhenti. Ah, akhirnya aku bisa pulang juga.

        “Annyeonghi Seonsaeng.”

        “Eng, Sung Young-shi! Jamkkanman!(wait)”

        Aku tidak peduli. Terus kulangkahan kakiku menuju Kyu Jong oppa. Tanpa kusadari, ternyata Neul Rin sedari tadi sudah keluar dari ruang kesenian. Tapi dia hanya duduk di bangku depan kelas X. Bowaeyo?(why)

Other Side~~

        “Heo Seonsaengnim!”

        “Neo? Shin Neul Rin bukan? Temannya Sung Young.”

        “Ne. Umm…Itu tadi yeojachingu Heo Seonsaengnim?”

        “Mwo?(what) Bukan! Sebenarnya….Dia itu mantan kekasihku.”

        “Mantan? Ah, apa dia orang yang dulu menyakiti Heo Seonsaengnim?”

        “Ne, bisa dibilang seperti itu. Eh, darimana kamu tahu masalah itu??”

        “Euungg,, itu.. Heo Seonsaengnim kan pernah cerita ke Sung Young. Yeoja itu yang menceritakannya padaku, hehe.”

        “Ah, Sung Young.”

        “Umm..Apa Heo Seonsaengnim dekat lagi dengan yeoja itu?”

        “Kenapa kamu tanya seperti itu?”

        “Eh, anu..Sebenarnya, Sung Young. Umm…Dia tidak suka saat melihat Heo Seonsaengnim berdekatan dengan yeoja itu. Dia pikir, yeoja tadi adalah yeojachingu Heo Seonsaengnim. Ah, baiklah langsung saja. Sebenarnya Sung Young itu menyukai Anda.”

        “…….Menyukai? Jinja?(is it true)”

        “Setidaknya itu yang dikatakannya padaku. Dia menjadi merasa nyaman jika berada di dekat Heo Seonsaengnim, padahal dia tidak akan merasa senyaman itu jika berada di dekat namja lain. Semenjak dekat dengan Heo Seonsaengnim, Sung Young menjadi lebih semangat untuk masuk ke sekolah dan belajar fisika. Ingatkah bahwa Sung Young benar-benar malas dengan fisika? Nah, semenjak ada Heo Seonsaengnim, dia menjadi lebih rajin belajar.”

        “…..”

        “Namun, saat dia mengetahui Heo Seonsaengnim bersama yeoja lain, penyakit malasnya kambuh lagi. Itulah yang membuatnya akhir-akhir ini terlihat tidak begitu semangat.”

        “Mungkin ini terdengar gila. Aku…Aku merasakan hal yang sama saat berada di dekat Sung Young. Mungkin aku juga menyukai yeoja kecil itu.”

>>> 

        “MWOYA? Kau tidak bohong, kan?”

        Kaget. Tentu saja. Tiba-tiba Neul Rin datang kerumahku dan mengatakan kalau Heo Seonsaengnim, namja yang aku sukai itu juga menyukaiku. Ommona, aku tidak menyangka. KYAAAA! Aku sangat senang. Dan lagi, sebenarnya yeoja yang aku lihat itu hanyalah mantan kekasih Heo Seonsaengnim yang bisa-bisanya minta balikan lagi setelah menyakiti Heo Seonsaengnim terang-terangan. Dengan alasan telah menyukai yeoja lain, guru fisika itu menolak mantannya yang sexy itu. Dan ternyata yeoja yang dimaksud adalah AKU! Is it dream??

        “Kau harus memastikan itu besok, ne?” Neul Rin ikut berbinar-binar.

        “Ne ne ne…Tapi, apa yang harus kulakukan?”

        “Ah, gampang. Umm…mungkin, Heo Seonsaengnim akan mengatakannya besok. Kau tunggu saja.”

        Aigooo, aku masih belum percaya dengan ini semua. Heo Seonsaengnim, namja dewasa berumur 26 th menyukaiku yang hanya bocah berumur 16 th, eh, sebenarnya hampir 17 th. Ck, cinta memang tidak bisa ditebak. Dan cinta itu memang gila. Jarak kami terpaut 9/10 th?

        Duh, aku jadi dag dig dug sendiri membayangkan apa yang akan terjadi besok di sekolah. Ini kali pertamanya aku jatuh cinta pada namja. God!

>>> 

        Rekor. Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di sekolah. Bahkan akulah yang pertama kali datang ke kelas XI-5. Wow! Aku tidak pernah merasa sebegitu semangatnya. Bahkan, aku telah mengerjakan PR fisika yang sangaaat banyak dengan usahaku sendiri. Tapi entahlah sepertinya banyak yang salah, hehehe. Masa bodo, yang penting sudah berusaha.

        Neul Rin yang datang pagi juga karena piket sangat terkejut melihatku sudah duduk manis di bangku depan.

        “Aigooo, kau bangun jam berapa sampai datang sepagi ini? Tumben sekali.”

        “Hahaha, sudahlah itu tidak penting.”

        “Ciyee, yang lagi seneng.”
       
        Aku tidak mempedulikan Neul Rin yang terus mengolokku. Yang kulakukan hanya membaca novel yang sudah 2 minggu aku pinjam dari perpustakaan sekolah. Aku didenda berapa ya kira-kira?


        Ding...dong..ding! Tidak terasa bel masuk sudah berdering. Semua hagsaeng bergegas masuk kelas. Aku tidak sabar menunggu guru fisika tampan itu masuk kelas. Aku rindu senyuman manisnya, hehehe.

        TAPI! What? Lee Seonsaengnim? Loh, loh, kenapa Lee Seonsaengnim yang masuk kelas? Bahkan aku tidak tahu kalau beliau sudah pulang dari Shanghai. Kalau dihitung-hitung ini baru 5 bulan. Bukankah beliau pergi selama 6 bulan? Berbagai tanda tanya berputar-putar dibenakku dan mungkin semua teman-temanku juga.

        “Sejak kapan si tua itu pulang?” Tanyaku. Neul Rin hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu.

        “Annyeong hasseyo nae hagsaeng! (hello, how are you my students) Lama kita tidak berjumpa. Keberangkatanku ke Shanghai yang mendadak membuatku tidak bisa berpamitan. Sepertinya kepulanganku juga mendadak yang seharusnya 1 bulan lagi. Tapi tugasku selesai lebih cepat jadinya bulan ini sudah boleh pulang. ”

        “Mana oleh-olehnya, Seonsaeng?” Seru si ketua kelas.

        “Jin Suk-ssi, aku ke Shanghai untuk menjalankan tugas, bukan berekreasi.” Terdengar ‘huuu’ keras dari seluruh siswa.

        “Tenang, tenang. Oh iya, sepertinya kepulangan guru pengganti kalian juga mendadak. Heo Seonsaengnim, dia ada acara dadakan di kampusnya. Jadi, pagi-pagi sekali dia sudah berangkat ke Gwangju. Sehingga, yah, dia tidak sempat untuk berpamitan.”

        Mwo? Jadi…jadi Heo Seonsaengnim sudah tidak di sini? Dia sudah pulang? Mendadak aku merasa sedih. Tentu saja, aku tidak bisa bertemu dengannya lagi, dong. Bukankah dia katanya.. agh, sudahlah.
       
        Tapi. Bukankah setidaknya memberitahu. Padahal aku sedikit berharap dia benar-benar mengungkapkan kalau memang menyukaiku. Tapi kenapa seperti ini? Ah, atau mungkin kemarin Heo Seonsaengnim berniat berpamitan padaku, hanya saja aku malah tidak mau mendengarnya gara-gara terlanjur badmood karena yeoja rese itu.

        “Sung Young-ah, mungkin ini memang sangat mendesak. Kau jangan berprasangka buruk dulu.” Hibur Neul Rin, setengah bebisik. Aku hanya mengangguk mengiyakan sambil menghela nafas panjang. Tiba-tiba air mataku seperti terdorong ingin keluar. Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku tangisi, hueee!

        “Umm…Ini, Heo Seonsaengnim sempat menitipkan buku ini padaku untuk dibagikan pada kalian. Sepertinya ini buku cara cepat menghafal rumus yang ditulis olehnya sendiri. Yah, anggap saja sebagai kenang-kenangan darinya.” Apakah hanya buku itu yang ditinggalkan Heo Seonsaengnim? “Shin Sung Young.”

        Aku tersentak kaget saat Lee Seonsaengnim memanggil namaku. Dengan takut-takut aku berjalan kearahnya yang sedang berdiri di samping meja guru. Oh, ternyata beliau hanya mau memberikan buku itu padaku. Aku kira apa.

        “Aku bangga padamu. Kau mau berubah.” Wow, baru kali ini aku melihat Lee Seonsaengnim tersenyum begitu manis padaku. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Senyum Lee dan Heo Seonsaengnim sangat mirip.

        Hebat juga Heo Seonsaengnim bisa membuat buku seperti ini. Yah, sangat membantu. Kuamati cover buku rumus ini yang ternyata sudah tertera namaku besar-besar. Loh, kuperhatikan buku Neul Rin tidak ada namanya di sana. Pada buku teman-temanku juga tidak ada nama mereka.

        Penasaran, kubolak-balik setiap halamannya. Mencoba mencari apa ada sesuatu di dalamnya. Cukup banyak ternyata halaman yang tersedia. Sampai pada halaman terakhir kutemukan selembar kertas yang dilipat dan ditempelkan pada sampul belakang. Apa ini? Langsung saja kuluruskan kertas itu yang ternyata berisi tulisan yang kuyakin ini tulisan Heo Seonsaengnim.
       
        ~ Shin Sung Young ~

        Mianhae. Itu kata pertama yang ingin aku ucapkan. Telepon dari dosen yang mendadak membuatku harus meninggalkan Seoul mendadak juga. Tidak ada pilihan lain, aku segera berangkat pagi-pagi sekali.

        Entah kenapa, sejak di perjalanan, hanya murid pemalasku lah yang aku pikirkan, hehehe. Anni anni, aku yakin Sung Young yang sekarang tidak akan malas lagi. Akan penuh semangat dan selalu rajin belajar. Aku yakin Sung Young punya cita-cita, jadi harus selalu belajar, berdoa, dan berusaha agar cita-cita itu tercapai. Jangan malas, ne?

        Mungkin sejak Sung Young meminta untuk lebih berusaha memahami fisika itulah yang membuatku sedikit kagum. Sebenarnya yeoja yang pintar, hanya saja karena seorang seonsaengnim yang menurutnya menyebalkan membuat Sung Young tidak mau belajar. Itu tidak benar. Justru Sung Young harus bisa lebih pintar dari seonsaengnimnya. Dan ternyata benar, Sung Young memang yeoja yang pintar, dan manis tentunya. Aku semakin kagum saja.

        Baru kusadari akhir-akhir ini kalau ternyata…

        Ada perasaan yang aneh….♥

        Saat dekat dengan yeoja kecil itu…

        Tidak kusangka. Seorang hagsaeng yang selama ini kubimbing agar mau berubah ternyata menyukai gurunya sendiri. Dan mungkin aku juga seperti itu, menyukai muridku sendiri, hahaha ini aneh.

        Jadi aku hanya mau bilang. Aku minta maaf atas kepergianku yang mendadak. Dan aku sangat berterimakasih padamu karena telah memberi warna dan pengalaman ketika mengajar di Hyundai (selalu teringat kejadian saat bermalam di sekolah, hehe). Lalu aku mau bilang kalau sebenarnya aku juga menyukaimu, setidaknya begitulah perasaanku. Aku tahu ini hanya lewat secarik kertas, tapi aku janji lain kali akan mengtakannya langsung.

        So, will you wait me? Maybe for 1 year. I promise will comeback to you. I just hope you will wait me. (Aku tahu kau pintar Bahasa Inggris^__^)

        Oiya, selama aku tidak di Hyundai, jangan sekali-sekali Sung Young malas belajar, terutama fisika. Aku tidak mau mendengar Sung Young mendapat nilai 40. Kalau itu terjadi, mungkin aku tidak akan ke Seoul lagi :)

Nb: Without you (remember cos 90), me and you (remember sin 90), my love for you (remember tg 90)… Hahaha ternyata sulit membuat kata-kata indah ._.v

~Heo Young Saeng oppa :D~

        Yah, begitulah sekiranya isi tulisan itu. Ommo, aku tidak bisa membendung air mataku lagi. Heo Seonsaengnim…neo.

        Aku hanya bisa berkata NE! dalam hati. NE! aku akan menunggu. 1 tahun bukan waktu yang lama, mungkin. Dan aku akan membuktikan kalau di ujian besok nilai fisikaku harus diatas 80. Fighting!

        Jeongmal gamsahamnida Heo Seonsaengnim atas segala usahamu untuk menjadikanku seperti ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan kerja kerasmu. Umm… Nae Sarang Seonsaengnim. Nae Sarang yeongwonhi(forever).

*THE END*

Mianhae kalau endingnya nggantung XD hehehe...

DON'T FORGET TO RCL!
NO PLAGIATOR!! NO SILENT READER!!




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog
©2014 FF501. Powered by Blogger.

Newest Updates

Popular Posts

- Copyright © Fanfiction for SS501 -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -