Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S
Sunday, April 27, 2014
Details:
- Title
: Detective Failure
- Genre
:
Action, Romance, Mystery
- Category : 15+
- Author
:
Zusli a.k.a Shin Sung Young
- Casts :
§ Shin Sung Young as Agen Shin
§ Heo Young Saeng as himself
§ Kim Hyung Joon as Komandan Kim
§ Park Jung Min as agen Park
§ Kim Hyun Joong as Mr. Kim
§ Kim Kyu Jong as himself
§ Others...
Thanks to GOD, casts, and readers…
^^happy
reading~
©2012 zuSaeng501
*501*
Prolog
“Mwo?!”
Langsung kumatikan PSP yang sedang
kumainkan begitu mendengar perkataan eomma. Ucapan gila macam apa itu??
Dijodohkan? Ommona… Padahal baru 1 tahun yang lalu aku lulus SMA, eomma dan
appa ingin aku menikah? dengan namja yang mereka pilihkan pula, heuh.
“Ne, kau harus menikah dengan anak
keluarga Heo.” Lanjut appa santai sambil membolak-balik Koran yang sedang
dibaca. Aku hanya bisa menyipitkan mata, menatap kedua orangtuaku heran. Ada
apa dengan mereka ini?
“Anni! Aku tidak akan menikah
dengan siapapun!” Ucapku emosi. Dadaku menjadi sesak karena kesal.
“Hya! Nona Shin, itulah masalahmu.
Kau satu-satunya anak appa. Kau cantik dan pintar. Akan tetapi sifatmu itu
tidak mencerminkan seorang yeoja. Keluyuran kesana-kemari bersama teman-teman
namjamu. Kadang pulang larut malam. Ah, appa tidak mengerti dirimu. Sudah cukup
appa dan eomma memberi kebebasan padamu. Sekarang kau sudah dewasa Sung
Young-ah. Kau harus menikah dengan namja pilihan appa dan eomma. Dia anak yang
sangat pintar dan sopan. Dan kudengar dia juga kuliah di Namsang University
sama sepertimu.”
Heuh, aku hanya mencibir mendengar
perkataan appa yang panjang lebar, tidak tertarik. Bodo amat namja itu pintar,
kaya, sopan, jenius, atau apapun. Tapi kalau tampan yaaa..lumayan, sih. Hanya
saja aku tidak ingin menikah dulu. Masa depanku masih panjang, umurku baru 20
th. Yah, kuakui dari dulu aku belum pernah pacaran, hmm…walaupun temanku 80%
namja dan tidak sedikit yang menembakku, sih, hehehe. Tapi tetap saja aku belum
terpikir untuk itu apalagi menikah, ah, apalagi menikah dengan namja yang sama
sekali belum kukenal. Bahkan rupa dan berntuknya pun aku tidak tahu.
“Dwaesseo, appa! Aku tidak mau!”
Aku segera bangun dari sofa, berjalan tegas menuju kamar membawa emosi sambil
menenteng PSPku.
“Pokoknya besok Sabtu pastikan kau
di rumah, Sung Young-ah!!”
START
Sung Young berjalan tegas sambil
melipat-lipat wajahnya memberengut kesal. Masih terpikir olehnya perkataan appa
semalam. Menikah? Dijodohkan? Itu hal paling konyol yang pernah didengar Sung
Young.
Sung Young menembus kerumunan
mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu-lalang di cafeteria kampus. Lehernya
dijenjangkan sepanjang mungkin, mencoba mencari seseorang, eh, bukan lebih
tepatnya dua orang namja yang biasanya nongkrong di sini. Akhirnya dia menemukan
juga, seorang namja dengan rambut coklat kehitaman, berkemeja putih dilengkapi
rompi coklat, serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Ditemani seorang
namja dengan kaos lengan panjang garis-garis. Mereka tengah duduk di pojok
cafeteria sambil bercengkrama. Sung Young menhampiri.
“Kau kenapa, jhagi? Lupa mensetrika
mukamu?” Celoteh namja berkacamata itu sambil terkekeh. Tapi sedetik kemudian
kacamata berbingkai hitamnya dilepas dan diletakkan di meja.
“Heh, mulut besar! Jangan pernah
memanggilku jhagi lagi, heuh. Mendengarnya menjadikan moodku semakin buruk,
ck!” Sungut Sung Young sambil duduk di kursi yang kosong. Namja itu malah
tertawa semakin keras, senang menggoda temannya yang satu ini.
“Memang kau sedang ada masalah apa,
Sung Young-ah?” Tanya namja satunya sambil menggulung lengan kaosnya sampai
siku.
“Aku tidak mengerti dengan appa dan
eomma.” Sung Young mendekatkan kepalanya, memberikan isyarat kepada kedua
teman, emm..lebih tepat sahabatnya agar ikut mendekat. “Aku akan dijodohkan.”
Ucapnya lirih tapi cukup keras untuk didengar mereka bertiga. Kedua namja itu
langsung membelalakkan mata.
“Huahahaha, hari gini masih ada
jodoh-jo…hummmph..” Sung Young langsung membungkam mulut namja berkemeja putih
itu. Matanya menyipit kesal menatapnya, mengisyaratkan untuk tutup mulut.
“Jung Min-ssi! Jangan keras-keras.”
Peringat Sung Young sambil melepaskan tangannya. Adegan tadi sempat menjadi
perhatian seisi cafeteria yang menatap mereka heran.
“Apa..apa itu benar? Kau akan
dijodohkan dengan siapa?” Tanya namja yang satunya sambil mengusap wajah.
“Sebentar,aku lupa namanya. Tadi
sudah diberitu eomma tapi aku lupa. Engg..He..Heo..ah, dia katanya juga kuliah
di sini. Tapi sepertinya aku tidak tahu yang mana orangnya.”
“Ah, Heo Young Saeng!” Pekik kedua
namja itu serempak membuat Sung Young sedikit terlonjak. Namun mereka segera
menutup mulut karena dirasa suara mereka kelewat keras membuat Sung Young
mendelik.
“Hey, Kyu Jong, bukankah dia di
jurusan ekonomi sama sepertimu?” Tanya Jung Min sambil menyikut namja
disebelahnya.
“Ne..Kau tidak tahu Sung Young-ah?
Dia, kan namja paling jenius di jurusan ekonomi. Bahkan bisa dibilang paling
jenius se-Namsang. Memang, sih orangnya yah..menurutku agak aneh dan
penyendiri. Tidak heran kau tidak tahu. Tapi, kan, ah..sebenarnya mencari dia
itu sangat mudah. Namja tinggi dengan kacamata bingkai hitam tebal plus poni
yang menjuntai(?) di wajahnya.” Jelas Kyu Jong dengan ekspresi tidak suka.
“Yang kudengar dia seperti batu.
Disapa hanya tersenyum, bicara saja hanya saat dia bertanya di jam pelajaran.
Benar begitu?” Tanya Jung Min yang hanya dibalas anggukan oleh Kyu Jong.
Sung Young hanya mengkerutkan
kening, merasa ilfil dengan namja yang baru saja dideskripsikan. Namja aneh
berkacamata yang menurut Sung Young lebih pantas digolongkan pada kelompok
anak-anak ingusan.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh
seseorang yang sudah berdiri di samping meja mereka. Namja tinggi dengan kemeja
putih, berdasi, serta berjas abu-abu panjang. Sesaat dia tersenyum yang dibalas
tundukan oleh mereka bertiga. Namja yang ternyata dosen ekonomi ini menepuk
pundak Sung Young pelan sambil sedikit membungkuk.
“Aku butuh bantuanmu lagi kali ini.
Kau tidak sedang sibuk,kan, Sung Young-shi?”
“Oh, anni Mr.Kim. KyuMin-ssi! Aku
pergi dulu, daaaa.” Sung Young meraih tasnya dan beranjak meninggalkan Jung Min
dan Kyu Jong, mengikuti dosen ekonomi yang sudah lebih dulu berjalan keluar
cafeteria.
Yah, Sung Young mahasiswi dari
jurusan bahasa asing suka dimintai tolong oleh dosen ekonomi itu karena memang
Sung Young cukup pintar dalam bahasa asing terutama Inggris. Biasanya dia
diminta untuk menterjemahkan materi atau semacamnya. Entah kenapa dia tidak mau
menolak, mungkin karena disisi lain dia
ingin dekat dengan dosen tampan yang tentunya masih muda itu. Dosen yang
menjadi idola seluruh warga Namsang university karena ketampanannya sehingga
tidak sedikit yang masuk jurusan ekonomi hanya untuk melihat namja itu. Dosen
yang dikenal dengan sebutan Mr.Kim.
---
Saturday, 20.00 KST
Sung Young hanya cemberut saat
eomma menyisir rambutnya. Sebuah dress biru tua sudah melekat rapi di tubuhnya.
Wajahnya pun sudah dirias sedemikian rupa oleh eomma. Ne, hari ini adalah Sabtu
malam. Malam dimana Sung Young akan bertemu calon jodohnya beserta orangtuanya.
Sayup-sayup dia bisa mendengar orang-orang yang sedang berbincang di lantai
bawah. Tamunya sudah menunggu di meja makan. Entah, Sung Young merasa ingin
kabur malam ini, tapi tentu saja tidak mungkin.
“Nah, sekarang turunlah, mereka
sudah menunggu. Anak eomma sangat cantik malam ini.”
Eomma lebih dulu ke bawah, ke ruang
makan menemui tamunya. Sung Young hanya menggembungkan pipi, ragu. Tapi
akhirnya dia memutuskan untuk turun, toh ini hanya makan malam. Bersikap biasa
saja, itu lebih baik.
“Nah, itu Sung Young. Kemari, Nak.”
Seru appa saat melihat Sung Young berjalan menuju mereka. Sung Young hanya bisa
tersenyum walau itu dipaksakan, menyambut uluran tangan namja dan yeoja paruh
baya yang tersenyum senang melihatnya.
“Wuah, ternyata Sung Young lebih
cantik dari yang aku kira, hahaha. Oh iya, Young Saeng! Kemarilah. Mungkin
kalian pernah bertemu di Namsang?” Kata namja di depannya.
Seorang namja yang semula duduk
langsung berjalan menghampiri Sung Young dan menyalaminya. Ini dia, namja tinggi
dengan..ah ternyata dia tidak memakai kacamatanya. Hanya saja poni hitamnya
yang panjang menutupi sebelah mata. Ternyata namja ini tidak seburuk yang ada
di benak Sung Young. Namja ini cukup manis apalagi saat tersenyum menampakkan
lesung pipi.
Menit-menit kedepan, 6 orang di
ruang makan ini langsung menyantap makanan yang tersedia. Sung Young sedari
tadi bungkam, tidak mengatakan sepatah katapun sama seperti namja di depannya.
Bahkan sampai sekarang dia belum mendengar suaranya. Sambil menikmati makanan,
sesekali Sung Young melirik namja yang juga sedang asyik mengunyah makanannya
itu.
“Ah, semalam aku sudah
mempertimbangkan dengan istriku. Bagaimana kalau kita melaksanakan upacara pernikahan
sebulan lagi.”
UHUK! UHUK! Sung Young hampir memuntahkan
makanan yang sedang dikunyahnya saat mendengar pernyataan appa Young Saeng.
Eomma segera menepuk punggung anak satu-satunya itu sambil memberinya minum.
Ternyata Young Saeng pun begitu, terkejut. Air putih yang sedang diminumnya
sampai menetes di jas hitamnya.
“Wah, kami malah berpikir akan
melaksanakan pernikahan 2 Minggu lagi. Bukankah lebih cepat akan lebih baik?”
Ucap appa.
“Ah, itu ide bagus. Kami setuju
saja. Benar begitu, kan,Young Saeng?” Young Saeng hanya tersenyum simpul.
Sung Young membulatkan mata
sempurna. Dia sudah tidak tahan dengan semua ini, segala perjodohan ini. Dari
awal dia memang sudah tidak setuju. Ini keterlaluan, pikirnya. Empat orangtua
ini seenaknya menentukan masa depan Sung Young. Bahkan tanpa menanyakan atau
merundingkan dengannya. Kali ini Sung Young sudah tidak bisa mengendalikan
emosi, digebraknya meja makan membuat semua yang berada di situ terkejut.
“Apa-apaan semua ini!? Shireo! Aku
tidak setuju dengan semua perjodohan gila ini!!”
Appa dan eomma Sung Young
terbelalak mendapati tingkah putrinya yang emm..tidak sopan. Sepertinya emosi
appa ikut tersulut. Beliau bersiap meledakkan amarahnya tapi tangannya segera
dicengkram oleh sang istri, memberi isyarat agar meredam sejenak amarahnya.
Sung Young berlalu begitu saja, berjalan kesal menaiki tangga menuju kamar.
Orangtua Young Saeng hanya terdiam menyaksikan kejadian tadi. Sementara Young
Saeng justru tersenyum tipis.
“Ohh..jeongmal. Maafkan putri kami.
Dia memang sedikit lelah hari ini. Mian mian mian, bukan maksudnya untuk
berkata seperti itu.”
BRAAKKK!! Sung Young yang sedang
bermain PSP dengan brutal langsung menegok ke pintu kamar. Sudah menjadi
kebiasaan jika dia sedang kesal, maka PSPnyalah yang menjadi korban. Appa
dengan wajah penuh amarah langsung mendekat ke Sung Young di tempat tidur. Sung
Young tahu, dia akan dimarahi oleh appa. Tapi dia juga sebenarnya ingin marah
mengingat kejadian tadi.
“Yaa! Kau ini tidak sopan sekali
berkata seperti tadi Sung Young-ah! Kau membuat appa dan eomma malu!!” Appa
berteriak keras, untung tamu-tamunya itu sudah pulang.
Sung Young tetap asyik bermain PSP,
ditekan-tekannya tombol PSP keras. Eomma tiba-tiba datang, ditenangkannya appa
agar amarahnya sedikit mereda.
“Dengar! kau tidak boleh melakukan
itu lagi, arraseo!!?” Appa melanjutkan, tapi Sung Young memilih tetap diam. Mungkin
karena tidak mau meledakkan amarahnya lagi, appa memilih keluar kamar. Eomma
menatap kepergian appa sejenak lalu duduk di samping putri kesayangannya, dibelainya
kepala Sung Young.
“Jhagi, jeongmal mianhae. Kami
melakukan ini sebenarnya untuk kebaikanmu juga. Jika mau, kau bisa menyuruh
appa untuk menunda pernikahan.”
Mendengar perkataan eomma membuat
Sung Young semakin kesal. Ternyata eomma memang benar-benar berpihak pada appa.
Mata Sung Young memanas saat itu
juga. Entah dia seperti ingin menangis tapi air mata itu tidak keluar. Yah,
karena Sung Young tidak terbiasa menangis. Untuk meredam kesal dan sedih, Sung
Young memilih mengambil bedcover dan bersembunyi dibaliknya. Mencoba berbaring
membelakangi eomma yang masih duduk di pinggir tempat tidur. Sesaat kemudian
eomma berdiri, dimatikannya lampu kamar Sung Young.
“Geurae, tidurlah jhagi. Jal jayo.”
Fyuuhh..Sung Young hanya bisa
menghela nafas panjang mendengar pintu kamarnya ditutup.
---
Monday, 08.00 KST
Lesu. Sung Young serasa enggan
pergi ke kampus hari ini. Dia menyeret langkahnya pelan, memaksa kakinya
menurut untuk menyusuri koridor yang dipenuhi warga Namsang University.
Tiba-tiba Sung Young dikagetkan oleh seseorang yang sudah berdiri di depannya.
Ah…Kyu Jong. Namja itu ternyata sudah menunggu lama di ujung koridor.
“Ikut aku.”
Tanpa ba bi bu, Kyu Jong langsung
menarik Sung Young ke suatu tempat.
Taman. Mereka menuju taman belakang
universitas yang jarang dikunjungi orang. Terbukti taman ini terlihat begitu
sepi. Hanya ada mereka berdua di sana. Padahal pemandangan dari situ lumayan
indah dan hawanya sangat sejuk. Sung Young masih bertanya-tanya, untuk apa
sahabatnya ini membawanya ke taman, Kyu Jong tidak seperti biasanya.
Ekspresinya sulit dideskripsikan.
“Ada apa, Kyu?” Tanya Sung Young
akhirnya.
Mereka tiba di sebuah pohon
rindang. Terasa sejuk berdiri di bawahnya. Kyu Jong melepaskan cengkramannya,
berdiri menghadap Sung Young tapi pandangannya menyapu ke langit biru tanpa
awan sambil menghela nafas panjang mencoba mempertimbangkan sesuatu.
“Andwae!” Kata Kyu Jong tiba-tiba
membuat Sung Young mengernyit, bingung. Tatapan Kyu Jong masih terarah pada
langit. “Kau benar akan menikah? Maksudku dijodohkan?” Kali ini tatapannya
beralih ke yeoja di depannya. Sung Young menyipit, memandang heran pada Kyu
Jong yang tiba-tiba menanyakan itu.
“Molla.”
“Andwae! Aku…Aku mencintaimu, Sung
Young-ah!”
Deg! Apa itu tadi? Kyu Jong
mencintanya? Sung Young memiringkan kepalanya, mungkin dia hanya salah dengar.
Jantungnya tidak bekerja normal saat itu juga.
“Jeongmal. Sudah lama aku
mencintaimu Sung Young-ah. Bahkan sejak kita bertemu di SMP dulu.” Bingo!
Ternyata Sung Young tidak salah dengar. Temannya ini memang mencintainya.
Sungguh tidak dapat dipercaya, Kyu Jong memendam perasaan padanya? Selama itu?
“Anni!” Sung Young reflex menyentakkan
tangannya agar terlepas dari genggaman Kyu Jong. ”Ahh..Mian. Tapi… Kyu Jong-ah
selama ini aku… aku hanya menganggapmu teman. Dan aku…sepertinya tidak bisa
mencintaimu. Bukan karena ada orang lain, tapi..tapi jeongmal aku memang hanya
menganggapmu sebagai teman, eh, bukan, seorang sahabat.” Sung Young berusaha
tenang. Dia bicara sepelan mungkin, tidak ingin temannya ini marah oleh
penolakannya. Hanya saja dia tidak menyangka, Kyu Jong, namja yang sudah sejak
SMP menjadi temannya ternyata..ternyata menyukainya, ah, mencintainya. Kenapa
dia baru mengatakannya sekarang? Kenapa harus mencintainya? Tidak habis pikir.
Kyu Jong menunduk setelah mendengar
semua itu. Perasaannya sangat kacau. Antara sedih, kecewa, dan marah. Sung
Young malah mengacak-acak rambutnya sendiri, frustasi. Jika disuruh untuk
memilih, dia ingin mati untuk hari ini tapi kemudian hidup lagi dan menjalani kehidupannya
seperti semula, kehidupan yang normal, tidak dibelit oleh masalah yang
membingungkan tentang…asmara.
Tiba-tiba Kyu Jong mencengkram
kedua pundak Sung Young. Ditatapnya tajam yeoja itu. Tatapan yang tidak pernah
ia keluarkan sebelumnya membuat Sung Young bergidik, dia menjadi was-was.
“Saranghaeyo~”
Sedetik kemudian Kyu Jong langsung
melumat bibir Sung Young. Terbalalak, kaget, tentu saja Sung Young sangat
kaget. Michyeo namja! tanpa permisi berani-beraninya namja ini menyentuh bibir
Sung Young. Bahkan bisa dibilang ini first kiss untuknya. Dia berusaha berontak
tapi sial, Kyu Jong mencengkramnya kuat,membuat pundaknya sakit. Mata Sung
Young memanas lagi, kali ini air mata sukses mengalir di pipi. Baru kali ini
Sung Young berhasil menitikkan air mata lagi semenjak SD. Karena sudah tidak
tahan, Sung Young terpaksa menendang kaki Kyu Jong. Namja itu mengerang
kesakitan dan berhasil membuatnya menyisakan jarak. Kesempatan ini tidak
disia-siakan. Secepat mungkin Sung Young berlari meninggalkan Kyu Jong yang
menatapnya nanar.
Atap gedung. Rasanya hanya tempat
ini yang cocok untuk Sung Young. Begitu sunyi, jauh dari keramaian. Ini yang
dibutuhkan Sung Young, menenangkan pikiran dan menutupi air matanya. Entak
kenapa yeoja itu tidak mau jika orang-orang melihatnya menangis. Baginya itu
sangat memalukan dan terlihat seperti orang lemah.
Sesaat Sung Young hanya bisa
menatap ke bawah, bersandar pada tembok pembatas. Dilihatnya dua anak kucing yang saling
kejar-kejaran, bercanda satu sama lain, terlihat begitu bahagia. Sungguh
berbeda dengan dirinya. Pikirannya masih kacau mengingat kejadian tadi. Kyu
Jong, ah..namja itu menjadi aneh. Bukan seperti Kyu Jong yang dia kenal. Bahkan
dia berani menciumnya seperti itu. Mata yeoja itu masih betah mengeluarkan
butiran air. Sung Young menangis benar-benar sebuah rekor. Dia menangis bukan
karena Kyu Jong saja, tapi karena entahlah…kejadian yang akhir-akhir ini
membuatnya risau.
“Uljimayo!”
Tiba-tiba sebuah suara membuat Sung
Young terlonjak. Segera diusapnya air mata yang tersisa. Benar-benar tidak
ingin orang lain tahu dia sedang menangis.
“Eh, nuguseyo?”
Seorang namja muncul dari tangga. Orang
yang tinggi dengan kacamata bingkai hitam. Poninya membuat Sung Young tidak
bisa melihat mata namja itu. Ah, Sung Young sepertinya tahu.
“Neo?”
Sung Young hanya bisa menghela
nafas sambil berdecak. Tidak habis pikir kalau dia akan bertemu dengan Young
Saeng, namja pilihan orangtuanya, namja yang sebentar lagi menjadi pendamping
hidupnya. Namja itu ikut bersandar di samping Sung Young, menatap ke bawah
entah apa yang dilihatnya. Sung Young memperhatikan namja ini seksama, dari atas
sampai bawah. Namja ini berbeda dengan yang ditemuinya Sabtu malam itu. Lebih
aneh menurutnya, penampilannya.
“Kenapa kamu menangis? Masalah
pernikahan itu?” Ucap Young Saeng sambil tetap melihat ke bawah. Sung Young
kali ini bisa mendengar dengan jelas suara Young Saeng. Suara yang cukup berat
tapi terkesan lembut.
“Hah, siapa yang menangis!”
Sung Young tidak senang dengan
ucapan namja itu. Young Saeng hanya tersenyum mendengar pengelakan Sung Young
“Aku juga sedang tidak memikirkan pernikahan itu.”
“Jadi..kau menerimanya?”
“MWO?!”
“Ah…iya, besok sore temani aku
membeli barang-barang untuk pernikahan kita, ne? Eomma yang menyuruh.” Sung
Young hanya berdecak. Topik pembicaraan ini membuat keadaannya tak kunjung
membaik. Dia segera beranjak, meninggalkan Young Saeng yang masih asyik menatap
pemandangan di bawah. Mengetahui Sung Young pergi, justru membuat Young Saeng
tertawa pelan. Merasa geli dengan tingkah calon istrinya.
Cepat. Sung Young berjalan cepat di
koridor. Tidak ingin bertemu lagi dengan orang yang salah. Baik itu Kyu Jong
atau Young Saeng. Ah, 2 namja itu. Tapi ternyata Sung Young malah bertemu
dengan Jung Min. Yang kebetulan Jung Min juga sedang mencarinya. Langsung
dicengkramnya Sung Young begitu mereka berpapasan.
“Aku ingin memberitahu sesuatu.”
Ini persis kejadian tadi, saat Kyu
Jong menariknya. Sesaat Sung Young merasa ini akan terulang lagi tapi dia hanya
menurut saat Jung Min mengajaknya ke……taman? Lagi? Benar-benar persis. Taman
belakang universitas yang sama dengan yang dia pijak beberapa saat lalu. Namja
itu, ah Kyu Jong sudah tidak ada di sini. Membuat Sung Young sedikit lega.
“Komandan Kim punya misi lagi. Dan,
dia memintamu.” Ujar Jung Min pelan. Seketika wajah Sung Young kembali cerah.
Hatinya menggebu mendengar kata ‘misi’. Itu berarti ada tugas baru yang harus
dijalankannya. Entah kenapa karena sebuah misi, Sung Young menjadi lupa akan segalanya, lupa akan masalahnya.
“Jeonmal? Misi apa?” Tanya Sung
Young tak sabar.
“Entahlah. Emm…komandan memintamu
datang. Nanti kita ke markas, oke?” Sung Young mengangguk cepat. Dia
benar-benar sudah tidak sabar untuk misi itu. Jung Min tersenyum melihat Sung
Young yang begitu antusias. Dia tahu, Sung Young akan sangat senang mendengar
kabar ini. Sebuah misi atau kasus yang sudah lama tidak muncul akhirnya muncul
lagi.
---
Monday, 17.00 KST
“Kau yakin menerimanya agen Shin??”
Kata seorang namja yang duduk di sofa. Namja dengan kemeja dan blazer hitam itu
menatap Sung Young lekat. Jung Min langsung tersenyum saat Sung Young menganggukkan
kepalanya cepat, meyakinkan keragu-raguan Komandan Kim.
“Tentu saja, ini kesempatanku lagi.
Aku akan menanganinya, komandan. Dijamin berhasil seperti misi-misi yang
sebelumnya.” Ucap Sung Young percaya diri sambil menepuk-nepuk dadanya.
“Jadi…Misi ini mengenai peredaran
obat-obatan terlarang yang sedang terjadi di Seoul akhir-akhir ini. Ternyata
sudah berjalan sejak lama, hanya saja polisi tidak menyadarinya. Baru diketahui
saat seorang agen kita menjumpai siswa yang membawa obat-obat tersebut ke
sekolah. Tapi dia mengelak tentang orang yang memberinya. Nah, dalam misi ini
kamu harus menyelidiki pelaku utamanya. Orang yang benar-benar bertanggung
jawab dengan kasus ini, arra?” Lagi-lagi Sung Young hanya menganggukkan kepala,
matanya berbinar-binar. Dia sudah optimis dari awal kalau dia akan berhasil
memecahkan kasus ini dan membawa tersangka yang sebenarnya.
“Ini bagus.” Komentar Sung Young
dengan senyum di wajahnya.
“Geurae. Agen Park, kau bantu Agen
Shin, ne? Hanya kau agen bebas bulan ini,”
“Ah, Komandan… Bukannya aku
menolak, tapi aku lebih tertarik dengan kasus semacam..yah, pembunuhan.
Bukankah Komandan tahu??”
Komandan yang sebenarnya masih
dangat muda itu hanya mengelus-elus dagunya. Berdecak sesaat karena Jung Min
yang memang agak sulit jika dimintai menyelidiki kasus yang bukan kesenangannya.
Yah, walaupun Jung Min adalah salah satu agen kesukaannya karena jenius dan
cepat menyelesaikan misi. Dia berpikir, apakah yeoja ini bisa menjalankannya
sediri? Dia bisa saja membantu hanya saja jika memang keadaan sangat mendesak,
dan dia sedang ‘agak’ tidak bebas minggu ini.
“Heu, tenang saja Komandan. Aku
akan menyelidikinya sendiri. Aku yakin aku bisa. Aku, kan hebat, hehehe.”
Dengan percaya diri Sung Young
berdiri sambil menepuk-nepuk dadanya, merasa bangga akan dirinya. Jung Min
mencibir mendengar ocehan Sung Young yang sangat percaya diri. Komandan Kim
hanya tertawa dan pada akhirnya dia mengizinkan Sung Young untuk menjalankan
misi ini seorang diri, walau dia agak ragu. Namun Komandan Kim tetap mengawasi
tentunya dan Jung Min akan siap membantu jika keadaan mendesak. Can she solve
it by herself???
“Aku benar-benar tidak membutuhkan
bantuanmu jika kau memang tidak mau.” Kata Sung Young sambil bersedekap dan
menatap Jung Min lekat.
“Kau yakin bisa?”
“Sudah ku bilang, aku ini hebat.
Bahkan lebih hebat darimu.” Sung Young menunjuk-nunjuk dada Jung Min.
“Ah, ternyata kau melebihiku,
ya, hahaha. Narsis dan percaya diri.”
Ujar Jung Min sambil menjulurkan lidahnya mengejek. Sung Young hanya menggembungkan
pipinya. Sementara Komandan Kim segera beranjak, tidak tahan dengan obrolan
tidak penting dua agen kesayangannya.
---
Tuesday, 10.00 KST
“Lalu, apa rencanamu??” Kata Jung
Min sambil mengaduk-aduk milkshake strawberry dengan sedotan. Dipelototinya
milkshake itu yang ternyata kemasukan seekor semut.
“Hmm..aku akan ke kawasan sekitar Myeongdong.
Kudengar di sanalah tempat bertransaksi obat-obat itu. Tapi aku belum
mengetahui tempatnya dengan jelas.” Ujar Sung Young. Tidak terasa milkshake
coklatnya sudah habis setengah dalam sekali sedot. Jung Min hanya
manggut-manggut menanggapi, masih asyik berkutat dengan semut di dalam gelas.
“Berarti kau harus menggali
informasi lebih jauh, harus teliti. Jangan sampai kau salah tangkap
tersangka.”
“Ne, tentu saja. Aku akan membawa
biang yang sesungguhnya, hohoho.” Ucap Sung Young sebegitu yakin.
Dalan waktu singkat, milkshake
coklat Sung Young sudah tak berbekas. Namun dia merasa masih haus. Tanpa
basa-basi dia langsung mengambil milkshake strawberry dihadapannya dan diminum
hampir setengahnya.
“Yaaa! Itu punyaku!!”
Jung Min melotot melihat Sung Young
melanjutkan meminum milkshakenya sampai tuntas. Tidak tersisa barang setetes
pun. Senyum kemenangan terukir di wajah Sung Young, jahil.
“Ahh..gamsahamnida, ne. kkkk~”
“Aish~ Mentang-mentang Kyu Jong
tidak ada di sini, lalu aku yang menjadi sasaran.. Ahhh..jeongmal kau ini yeoja
yang menyebalkan. Pantas kau tidak mempunyai namjachingu, eh malah dapat namja
kamseupay. Kau mending siksa saja dia, kan, seperti batu. Dia tidak akan
menolak.”
CTAKK!! Sung Young mendaratkan
kepalan tangannya di kepala Jung Min dan sukses membuat kepala cenut-cenut.
Jung Min hanya bisa meringis menahan sakit sambil memegangi kepalanya. Tidak
habis pikir, jitakan yeoja itu ternyata sangat keras.
“YAA! TIDAK SOPAN! Aku lebih tua
darimu!!”
Sung Young tidak peduli dengan
omelan-omelan namja di depannya itu. Jari dan matanya sibuk berkutat dengan
ponsel. Seolah dia menganggap omelan Jung Min hanya angin lalu, yah, walaupun
volume suaranya tidak bisa dipungkiri kalau terlalu loud. Untung cafetaria yang
mereka tempati ini sepi, hanya mereka berdua dan 2 mahasiswi yang cekikikan
sendiri mendengar teriakan-teriakan Jung Min. Karena merasa Sung Young
menghiraukannya, akhirnya Jung Min memutuskan untuk diam. Tidak mau
mempermalukan dirinya sendiri.
“Emm..by the way, Kyu Jong kemana?
Aku tidak melihatnya daritadi. Tidak seperti biasanya, saat dia ke kampus,
pasti langsung mencariku atau mencarimu. Kau tahu dimana dia?” Tanya Jung Min.
Mendengar nama Kyu Jong membuat Sung Young menghentikan jarinya yang sedang
mengetik pesan.
“Annia.” Jawab Sung Young singkat.
Tidak ditanya pun sebenarnya Sung
Young tahu. Kyu Jong tidak muncul hari ini mungkin karena dia menghindarinya.
Gara-gara kejadian kemarin. Kejadian saat dia dan namja bernama Kyu Jong itu
berdiri di taman belakang universitas. Ah, mengingatnya membuatnya risau lagi.
Tapi sebisa mungkin Sung Young melupakannya, menganggap semua itu tidak pernah
terjadi. Karena memang dia tidak ingin semua itu terjadi, hanya akan membuat
persahabatan mereka bertiga renggang.
Namun, perkiraan Sung Young salah.
Seorang namja sudah berdiri di depan pintu cafetaria, namja yang baru saja
dipikirkan Sung Young. Ne, Kim Kyu Jong.
“Nah, itu Kyu Jong!” Kata Jung Min
berbinar mendapati sahabatnya.
Dengan langkah berat dan kepala
tertunduk, Kyu berjalan menuju meja favorit yang selalu mereka bertiga tempati.
Namja ini masih takut, takut kalau yeoja yang sedang duduk itu marah padanya,
mencecarnya, atau bahkan menamparnya karena kejadian kemarin. Tapi dia sudah
yakin. Secepatnya harus minta maaf karena dia tidak mungkin bersembunyi terus
dari yeoja itu.
“Hey, Sob! Kemana saja kau?”
Jung Min menepuk lengan Kyu Jong
yang berdiri di depan meja mereka. Kyu meringis sejenak merasa agak sakit
dengan tepukan Jung Min yang cukup keras. Sung Young tidak peduli dengan
mereka, dia mengalihkan pandangan pura-pura melanjutkan mengetik pesan.
“Sung..Sung Young-ah?” Kata Kyu
lirih setelah dia duduk di kursi. Jung Min heran memandang Kyu yang terlihat
gugup. Sung Young melirik Kyu Jong sekilas, memasang ekspresi datar, mencoba
menunggu apa yang akan namja itu katakan selanjutnya.
“Aku…aku sungguh minta maaf Sung
Young-ah. Jeongmal mianhae.” Kyu menelungkupkan telapak tangannya ke wajah,
mengusapnya. “Tidak seharusnya aku berkata dan berbuat itu padamu.”
Sung Young hanya diam, ditatapnya
Kyu Jong lembut. Dia tahu, namja ini akan secepatnya minta maaf dan menyesali
perbuatannya. Inilah diri Kyu Jong yang sebenarnya. Senyum simpul terlihat di
wajah Sung Young.
“Yaa! Sebenarnya kalian ini
kenapa?”
Jung Min benar-benar bingung. Kyu
Jong tiba-tiba datang dan meminta maaf pada Sung Young, apa maksudnya?
Ditatapnya kedua orang itu bergantian mencoba mencari jawaban atas
ketidaktahuannya. Tapi mereka berdua malah tersenyum kompak melihat kebingungan
Jung Min.
“Ne, Kyu. Um..Aku traktir kalian,
ne?”
Sung Young segera beranjak,
berjalan menuju petugas cafeteria untuk memesan milkshake dan roti seperti
biasanya yang mereka bertiga pesan. Jung Min semakin bingung dibuatnya,
benar-benar heran dengan sikap kedua sahabatnya, pertama Kyu Jong yang aneh.
Kedua Sung Young yang entah kerasukan setan apa tiba-tiba mau mentraktir.
Bukankah yeoja itu terlewat irit?
“Jebal, Kyu. Beritahu aku apa yang
terjadi.” Pinta Jung Min memelas. Lagi-lagi Kyu Jong hanya tersenyum.
“Ini mungkin kesempatannya untuk
mentraktir kita, yah, sebelum dia menjadi milik orang lain.” Jawab Kyu Jong
nggak nyambung., membuat Jung Min semakin penasaran setengah mati.
---
“Benar kau tidak perlu bantuan?”
Tawar Jung Min untuk kesekian kalinya.
“Sudah berapa kali kau bertanya,
aku bosan!” Sungut Sung Young sambil memakan potongan terakhir rotinya. Saat
ini mereka bertiga masih betah duduk-duduk di cafetaria.
“Kau ada misi lagi, Sung Young-ah?”
Sudah menjadi hal yang biasa untuk
Kyu Jong mengetahui misi-misi apa yang dijalankan kedua sahabatnya. Walaupun
itu tidak boleh dilakukan. Tetapi dia sering membantu mencari solusi, dan
kadang sangat bagus. Hanya saja entah kenapa Kyu Jong tidak mau ikut bergabung
dengan kelompok detektif seperti mereka. Menurutnya, dia lebih senang membantu
mencari ide daripada mondar-mandir kesana-kemari mencari petunjuk, membuat
lelah.
“Ne, aku akan menangkap biangnya
pengedar obat-obatan terlarang di Seoul.”
“Ah, aku pernah mendengar itu.” Kyu
Jong mengelus-elus dagunya sejenak mencoba mengingat sesuatu. “Hm..Kudengar
transaksi obat-obatan itu di sekitar Myeondong.” Lanjutnya.
“Tuh, kan, benar. Aku memang
berniat menyelidiki di sana.”
Sung Young benar-benar senang
mendengar ada orang yang berpendapat sama.
“Ssst…cukup dulu membahasnya.”
Jung Min member isyarat sambil
menunjuk kearah pintu cafetaria. Seorang namja yang tidak asing masuk,
menghampiri mereka bertiga. Namja yang dikagumi seluruh warga Namsang karena
ketampannya, yah si dosen Ekonomi, Mr.Kim.
Sung Young langsung menepuk
jidatnya, lupa kalau dia ada janji membantu Mr.Kim hari ini. Sudah pukul 11.00
berarti dia terlambat 30 menit. Ah, sampai-sampai Mr.Kim menyusulnya di
cafetaria, tempat dimana Sung Young nongkrong yang sudah sangat dihafal Mr.Kim.
Sung Young langsung berdiri dan membungkuk saat dosen ekonomi itu sampai di
depan mereka.
“Ommona, Mr.Kim. Jeongmal mianhae,
aku…aku lupa.” Raut muka bersalah jelas terlihat di wajah Sung Young. Ternyata
dosen ekonomi itu selain tampan juga baik hati.
“Gwaenchana nona Shin, mian kalau
mengganggumu.”
“Aaa..anni anni. Kita sekarang
saja, Mr.”
“Kkaja! Oiya, Kyu Jong-ssi ini
sudah 2 minggu. Kau belum mengumpulkan laporanmu. Aku tunggu di kantor
sekarang.”
Kyu Jong hanya mengangguk dan
bergegas mengeluarkan laptop dari tasnya. Mulai melanjutkan laporan yang belum
sempurna dibantu Jung Min, tapi tentu saja Jung Min tidak mengerti. Dia, kan,
anak jurusan kimia.
Begitu membuka pintu kantor Mr.Kim,
Sung Young dikejutkan oleh seseorang yang duduk di kursi sambil membaca buku
super tebal. Sung Young menghela, tidak menyangka kalau akan bertemu namja itu.
Namja jenius di Namsang, Heo Young Saeng.
Namja itu menegok ke pintu
sebentar, tersenyum sejenak, kemudian melanjutkan membaca mengetahui yang
datang adalah yeojanya (walau tidak secara resmi).
“Ngapain di sini?” Tanya Sung Young
penasaran sambil mengambil buku-buku di depan Young Saeng yang telah disiapkan
Mr.Kim untuk diterjemahkan.
“Bukankah sudah jelas? Aku sedang
membaca.” Jawab Young Saeng tetap asyik dengan bukunya. Dibenarkan posisi
kacamatanya yang sempat melorot.
Sung Young hanya mencibir. Baiklah,
sekarang saatnya untuk mengerjakan tugasnya, melanjutkan menerjemahkan buku
yang kemarin belum selesai. Dia berusaha menganggap namja di depannya itu tidak
ada supaya tidak mengganggu konsentrasi. Toh, namja itu juga sedang sibuk,
membaca buku dalam diam.
Lembar demi lembar ditelitinya,
diterjemahkan tiap kata yang ada. Mencoba merangkai kalimat yang mudah
dipahami. Ini tidak terlalu sulit baginya, tapi butuh ketelitian.
Sampai pada suatu halaman Sung
Young merasa kesulitan. Merasa asing dengan kata-kata yang tertera. Dia berniat
mencari di kamus, tapi….kamus yang biasanya ada di meja Mr.Kim sekarang tidak
ada. Hingga matanya menemukan buku tebal itu berada di atas rak buku yang
lumayan tinggi.
“Woo… Kenapa Mr.Kim meletakkannya
di situ?”
Sung Young berusaha mengambil kamus
Korea-Inggris di atas rak yang ditindih buku tebal. Walaupun sudah berjinjit,
buku itu tetap sulit dijangkau karena memang rak itu cukup tinggi.
Hup! Akhirnya Sung Young berhasil
mencengkram buku itu. Kakinya sangat pegal karena terus berjinjit. Dengan satu
hentakan kamus digenggaman Sung Young langsung tertarik. Hanya saja buku tebal
di atasnya ikut tertarik dan hendak jatuh. Pasti terasa sangat sakit jika buku
itu jatuh menimpa kepala. Sung Young sadar, buku itu ikut jatuh dan…BRUKK!!
Buku setebal 1501 halaman itu membentur lantai.
“Mwo? Aku masih hidup?”
Sung Young langsung membuka matanya
mengetahui dia tidak merasa sakit. Dapat dirasakannya sesuatu mencengkram
pinggangnya. Ternyata Young Saeng yang menariknya, menyelamatkannya dari buku
paket ekonomi yang super tebal itu.
Sung Young mendongak menatap namja
yang sudah menyelamatkannya. Namja itu menunduk, memastikan Sung Young tidak
apa-apa. Sedetik mereka sempat saling menatap. Tapi Sung Young segera sadar
tidak seharusnya dia sedekat ini dengan Young Saeng.
“Yaa! Lepaskan!”
Yeoja itu berusaha mengusir tangan
Young Saeng dari pinggangnya. Sial, namja itu justru semakin mencengkramnya dan
lebih mendekatkan tubuh Sung Young kepadanya. Seketika wajah Sung Young memerah
mengetahui jarak mereka sangat dekat.
Krieekk…Pintu kantor Mr.Kim
terbuka, membuat Young Saeng langsung melepaskan tangannya yang sedari tadi
mencengkram pinggang Sung Young. Kyu Jong sudah berdiri di ambang pintu menatap
mereka berdua dengan…entahlah ekspresi macam apa. Mungkin merasa tidak enak
melihat kedekatan Sung Young dan Young Saeng.
“Hehehe…mianhae, aku hanya ingin
mengumpulkan laporanku.” Kyu Jong menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Ah, kau sudah selesai rupanya.
Taruh saja di meja”
Mr.Kim tiba-tiba muncul dari
belakang Kyu. Entah darimana saja dosen itu.
“Kalau begitu aku permisi dulu.”
Kyu Jong membungkuk sekilas pada Mr.Kim, lalu berjalan menjauh.
“Ak…aku juga mau pergi dulu, Mr.
Mianhae, kurasa aku bisa melanjutkannya besok.” Kata Sung Young sambil
mengambil tasnya lalu berlalu meninggalkan Mr.Kim yang kebingungan.
“Young Saeng-ssi? Apa yang
terjadi?”
---
Tuesday, 19.30 KST
Kedua mata Sung Young sudah siaga
sedari tadi. Mengawasi setiap gerak-gerik yang mencurigakan. Mengawasi setiap
orang yang berlalu-lalang. Sayang, sudah 2 jam dia mengawasi tetap saja tidak
ada sesuatu yang mencurigakan. Bahkan dia sudah meyelidiki dan bertanya
kesana-kemari mengenai obat-obatan terlarang yang beredar luas di Korea. Namun
nihil. Tidak secuil informasi pun yang didapatnya.
“Huh, tidak semudah yang aku
pikirkan. Mencari jejak yang belum pasti itu cukup sulit.” Ucapnya lirih sambil
melepas lelah. Duduk di bangku pinggir jalan kawasan Myeondong membuatnya
lumayan mengurangi penat.
Hmm...cuaca malam kali ini terasa
begitu dingin. Ah, musim dingin sudah dekat. Sung Young merapatkan jaket
coklatnya dan memasukkan tangan ke saku. Mencoba membuat tangannya tetap
hangat. Ceroboh, dia lupa memakai kaos tangan.
Diedarkannya pandangan Sung Young
ke segala arah, sekali lagi mencoba melihat sesuatu yang ganjil. Ternyata mata
Sung Young malah menangkap sepasang kekasih yang sedang bercumbu. Ih, membuat
Sung Young risih saja melihat yang seperti itu di depan umum. Apa mereka tidak
punya malu?
“Hyung, aku akan mengganti uangmu
lusa.”
Telinga Sung Young menangkap suara
seseorang yang berdiri beberapa meter dari tempatnya duduk. Sejenak diamatinya
namja yang..umm..sepertinya masih SMP, berbicara dengan namja yang lebih tua.
Mereka tengah berdiri di depan sebuah jalan kecil yang diapit dua bangunan
besar.
Mata Sung Young melotot melihat
namja yang lebih tua memberikan bungkusan putih pada namja kecil itu. Sung
Young tahu, bungkusan itu berisi bubuk heroin, salah satu obat-obatan yang
tidak seharusnya berada di tangan bocah SMP. Sebelum dua namja itu pergi, Sung
Young menghampiri mereka.
“Silyehamnida.” Kata Sung Young
ramah membuat namja itu terkejut. Mereka hendak kabur rupanya.
“Jamkkanman…Aku hanya ingin tahu di
mana kalian membeli bubuk heroin itu.” Kata Sung Young to the point.
Namja yang lebih kecil terlihat
ketakutan mendapati Sung Young. Namun namja yang satunya justru mengamati Sung
Young dari atas ke bawah sambil tersenyum.
“Kau mau beli juga, cantik?” Tanya
namja itu dengan senyum mesum.
“Hahaha, begitulah.” Jawab Sung
Young sekenanya, merasa risih dan eneg berlama-lama di depan mereka.
“Kau beli saja di tempatku.” Namja
itu menunjuk sekantong heroin.
“Anni, aku akan membeli dalam
jumlah banyak.”
“Wah, orang kaya. Baiklah…Kau Tanya
saja pada namja di sana.”
Si namja menunjuk ke jalan sempit
di belakangnya. Berbeda dengan jalan utama, jalan sempit itu lumayan gelap.
Sung Young menengok sekilas, matanya menangkap siluet orang yang sedang
berjalan semakin menjauh.
‘Itu dia.’ Pikir Sung Young. “Oh,
jeongmal gamsahamnida.”
Dengan cepat Sung Young berjalan
masuk ke jalan sempit itu, tidak peduli dengan teriakan namja yang baru saja
memberitahunya.
“AGH!”
Sung Young menendang tong sampah di
sampingnya, kesal. Ternyata orang yang dilihat Sung Young tadi sudah
menghilang. Hah, secepat itukah. Menggerutu, hanya itu yang bisa dilakukannya.
Padahal dia sudah sangat dekat dengan pelaku yang mungkin sangat bertanggung
jawab dengan kasus ini.
Saat akan berbalik, ekor mata Sung
Young melihat sesuatu di dekat tong sampah. Sebuah plastik bening berisi bubuk
putih. Diambilnya, lalu diendus singkat. Memang heroin. Rupanya si penjual
telah meninggalkan barang jualannya. Sejenak Sung Young teringat dengan dua
namja yang ditemuinya tadi. Berniat ingin menginterogasi lebih lanjut.
Lagi-lagi Sung Young tidak
beruntung. Dua namja tadi sudah pergi.
“Arrrhh…” Kesal Sung Young. Tangannya
menggenggam erat menahan kesal. Dilihatnya bungkusan yang tadi ditemukannya.
Kali ini Sung Young berniat masuk ke jalan itu lagi, menyelidiki apakah masih
ada sesuatu yang tertinggal dan bisa membantu memecahkan kasus ini.
Satu demi satu ditelitinya
barang-barang yang ada di situ. Walau pencahayaannya yang minim, mata Sung
Young yang sudah terbiasa dengan keadaan ini dengan cepat terbiasa.
“Huh, sepertinya sudah tidak ada.”
Sung Young berniat kembali lagi,
sekarang saatnya kembali ke markas. Melaporkan bungkusan yang dia temukan dan
menceritakan kejadian yang dia alami. Baru saja Sung Young berbalik, sesosok
yang tinggi berdiri di hadapannya.
“KYAAAAA!!”
Dag
dig dug! Sung Young merasa was-was. Apakah ini si penjual itu? Karena saking
gelapnya, Sung Young tidak bisa melihat rupanya dengan jelas. Tapi bisa
dipastikan kalau itu seorang namja. Matanya berkilat-kilat terkena pantulan
cahaya yang minim.
Belum
sempat berkata-kata lagi, tangan Sung Young langsung dicengkram dan ditarik
menuju jalan utama. Sung Young justru meronta, mencoba melepaskan tangannya
tapi sial! Percuma saja. Baru saat mereka sampai di jalan yang lebih terang,
Sung Young melongo tak percaya dan sedikit lega. Hah, ternyata itu Heo Young
Saeng. Padahal yeoja itu sudah takut setengah mati. Sung Young pikir dia akan
diculik, dibunuh, atau malah diperkosa.
“Sedang
apa kamu berada di jalan gelap itu, heum? Kalau ada yang macam-macam denganmu
bagaimana?” Kata Young Saeng khawatir sambil melepaskan genggamannya. Baru
disadari Sung Young kalau mata yang berkilat itu berasal dari kacamata Young
Saeng.
“Ya
suka-suka aku, dong. Jangan mengurusiku.” Sung Young tampak sebal. Mungkin
karena harus bertemu dengan Young Saeng, lagi.
“Umm..dan
kenapa kamu di Myeongdong? Aaah, kamu ingin menemaniku belanja, kan? Sudah
kuduga itu. Tapi…sayangnya aku sudah selesai.”
Young
Saeng menunjukkan 3 tas kresek besar.
“Iddih,
siapa juga yang ingin menemanimu. Bertemu denganmu saja enggan.”
Young
Saeng hanya terkekeh mendengarnya.
“Ah,
iya. Bagaimana kalau kita minum coklat panas? Cuacanya sangat dingin. Dan
kurasakan tadi tanganmu begitu dingin. Kkaja!”
Tanpa
menunggu persetujuan Sung Young, namja itu langsung menarik calon pendamping
hidupnya. Tidak dipedulikannya Sung Young yang terus ngedumel, entah memakinya
atau minta dilepaskan. Mereka tetap terus berjalan menuju REBIRTH café yang
masih berada di kawasan Myeongdong.
“Tolong
coklat panasnya 2.” Kata Young Saeng pada waitress begitu mereka duduk.
Café
ini ternyata lumayan sepi, tidak seperti biasanya orang-orang sampai rela
berdesak-desakan demi masuk ke Rebirth café. Mungkin karena cuaca yang kurang
mendukung sehingga orang-orang lebih baik berada di rumah, berkumpul bersama
keluarga, dan menyalakan penghangat ruangan.
Young
Saeng mengamati setiap sudut café. Benar-benar sepi. Dilihatnya seseorang yang
sedang memainkan piano. Ahh, menambah hangat suasana mendengarkan dentingan
piano yang begitu merdu. Sampai pada akhirnya mata Young Saeng tertuju pada
yeoja di depannya. Yeoja yang sedang melihat pemandangan di luar café karena
mereka memang duduk di dekat jendela. Atau mungkin yeoja itu hanya mengalihkan
pandangannya, tidak mau menatap namja yang saat ini duduk bersamanya. Begitu
coklat panas sampai di meja mereka, baru Sung Young mau menghadap Young Saeng.
“Waeyo?
Kenapa memandangiku terus? Membuatku takut.” Ternyata Sung Young sadar kalau
terus diperhatikan Young Saeng.
“Annia.
Oh, ya” Young Saeng terlihat sibuk mengobrak-abrik belanjaannya. “Saengil
Chukahamnida, Sung Young-ah.” Sung Young menganga mendapati sebuah kado
tersodor dihadapannya.
“MWO?
Apa kau tidak salah? Ulang tahunku sudah berbulan-bulan yang lalu. Kau sudah
sangat terlambat”
Sung
Young merasa aneh dengan namja di depannya. Bukankah ulang tahunhya itu 6 bulan
yang lalu? Entah apa dia harus menolak atau menerima kado itu.
“Ah,
tidak ada kata terlambat untukku. Terimalah! Atau kau bisa menganggapnya
sebagai tanda atas pertemuan kita, mungkin? Ini tidak besar, Sung Young-ah.”
Sung
Young hanya terdiam.
“Aku
akan mengembalikannya ke toko kalau kau tidak mau.” Lanjutnya.
Young
Saeng hendak mengambil kadonya lagi. Tapi Sung Young buru-buru meraihnya. Tak
sengaja tangan mereka sedikit bersentuhan.
“Ummm…go..gomawoyo.”
Oh,
sial. Kenapa jadi gugup seperti ini. Begitu batin Sung Young. Sepintas Sung
Young teringat dengan kejadian tadi siang di kantor Mr.Kim, ck membuatnya
bertambah gugup saja.
Kejadian
malam ini ternyata begitu singkat. Setelah mereka menghabiskan coklat panas,
Young Saeng segera mengantar Sung Young kerumah. Ternyata sepanjang perjalanan,
mereka terlihat semakin akrab saja. Mereka lebih banyak mengobrol dibandingkan
pertemuan-pertemuan sebelumnya. Wow, setan apa yang merasuki mereka?
Malam
semakin larut saja, tapi Sung Young belum juga memejamkan mata. Entah kenapa
dia jadi sulit tidur. Masih terpikirkan olehnya kejadian tadi. Dia masih saja
penasaran dengan orang yang begitu bertanggung jawab dengan penjualan narkoba
itu. Kadang-kadang yeoja itu merasa kesal karena tidak berhasil menemukan
petunjuk yang lebih jelas. Bahkan tadi dia sudah hampir dekat dengan si
penjahat. Ah, tapi sayang sekali orang itu malah kabur. Jangan-jangan penjahat
itu sudah tahu kalau ada seorang detektif yang ingin menangkapnya?
Otak
Sung Young terus berputar seperti film yang di flashback. Sampai dia teringat
kejadian saat di café. Sung Young jadi ingat dengan kado yang diberikan Young
Saeng, dia belum sempat membukanya sejak pulang tadi. Kado itu masih tergeletak
di tempatnya, di atas nakas dekat lemari.
Lama
Sung Young memandangi bungkusan biru itu. Mencoba menebak-nebak apa isinya.
Dikocoknya sejenak tapi tidak terdengar apa-apa. Perlahan dilucutinya kertas
kado yang ada. Sung Young terbelalak mendapati kardus pembungkus yang sangat
dikenalnya. Dan..taraaa…isnya pun sama seperti yang diduganya. Sebuah PSP yang
benar-benar masih baru dan mengkilap. Dia benar-benar tidak menyangka kalau
namja kamseupay itu akan mengkadonya sebuah PSP. Kebetulan sekali PSP lamanya
itu sudah rusak akibat permainannya yang kasar tempo lalu. Dan kali ini dia
benar-benar mendapatkan gantinya, ah, bahkan ini lebih bagus, merknya lebih
baik dari yang dimilikinya. Dasar orang kaya.
“Gomawoyo,
oppa.”
---
Wednesday,
20.00 KST
Karena
seharian tadi jadwal kuliah Sung Young begitu padat, yeoja itu baru bisa datang
ke markas pada malam harinya. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk
menunjukkan dan menceritakan yang ditemukannya kemarin malam. Tentu saja
kecuali saat pertemuannya dengan Young Saeng.
“Masuklah!”
Perintah seorang namja dari dalam ruangan begitu Sung Young mengetuk pintu.
Siapa lagi kalau bukan komadannya, Komandan Kim.
“Ah,
kau sudah di sini rupanya.” Kata Sung Young sambil mengisyaratkan Jung Min
untuk menggeser pantatnya, memberikan tempat yang cukup untuknya duduk.
“Jadi,
apa yang akan kau ceritakan?” Ujar Komandan Kim sambil mengamati Sung Young
yang sedang merogoh-rogoh saku jaketnya.
“Ini,
aku menemukan heroin di jalan sempit kawasan Myeongdong.”
Komandan
Kim mengamati bungkusan itu. Kepalanya mengangguk-angguk pelan mendengar cerita
Sung Young tapi matanya tetap focus pada benda di tangannya.
“Kalau
begitu, kau harus datang lagi ke tempat itu.” Komentar Jung Min begitu Sung
Young selesai dengan cerita panjangnya.
“Tentu
saja aku akan kesana lagi. Mungkin akan semakin bagus kalau aku bertemu dengan
dua konsumen yang sama.”
“Hmm…mungkin
kau bisa datang ke sana sendirian, tapi aku dan Komandan Kim akan mengawasimu.
Sampai pada saat kita melihat sesuatu yang mencurigakan, atau mungkin kau
menangkap tersangkanya, kami akan muncul untuk membantumu, eottokhae?” Usul
Jung Min.
“It’s
sound great. Tapi…sayang sekali aku tidak bisa akhir-akhir ini, kasus
penculikan yang kemarin belum selesai. Bagaimana kalau kau saja, Jung Min-ah?”
Kata komandan Kim menyesal.
“Itu
tidak perlu. Aku bisa sendiri, Komandan.”
Sung
Young melirik Jung Min sinis. Namja itu hanya tertawa, meragukan kemampuan Sung
Young mengatasi masalah ini sendirian. Komandan Kim hanya mengiyakan saja,
walau dari matanya jelas terpancar raut kekhawatiran.
“Berani
sekali kau, ya. Eh! Ada nyamuk di tengkukmu!!”
PLAK!
Jung Min menepuk tengkuk Sung Young keras-keras membuat yeoja itu berisik
karena teriak-teriakannya. Dengan jelas telihat tengkuk Sung Young memerah
akibat tepukan keras Jung Min. Pantas saja yeoja itu mengerang.
“BABO!!!
SAKIT TAUK!! Dasar kuda jelek!!”
Komandan
Kim langsung bangkit dari duduknya. Membiarkan dua agennya ribut. Sung Young
terus saja menjambak rambut lebat Jung Min membuat si empunya mengaduh berusaha
melepaskan diri dari cengkraman kuat tangan Sung Young. Sekuat tenaga Jung Min
berusaha lari dari penderitaan ini, tapi sia-sia saja. Yeoja ini, kalau sudah
kesal akan menyiksa apa saja tanpa perasaan.
“AAH!!
APPO!! Lepaskan Sung Young-ah!”
---
Thursday,
19.00 KST
Sesuai
rencana yang telah dipersiapkan, Sung Young kembali mendatangi kawasan
Myeongdong lebih tepatnya mendatangi jalan kecil yang diapit dua bangunan
besar. Seperti biasa, jalan itu minim penerangan sehingga Sung Young harus
benar-benar focus melihat segenap aktifitas di sana. Yeoja itu mengamati dari
bangku di pinggir jalan sama seperti kemarin malam.
Baru
disadari olehnya, salah satu bangunan yang mengapit tempat itu adalah toko
GameGyu. Yaitu toko yang menjual aneka macam peralatan yang bisa digunakan
untuk bermain game. Ah, pantas saja Young Saeng bertemu dengan Sung Young.
Ternyata Young Saeng membeli PSP untuknya di toko itu. PSP sebagai kado ulang
tahunnya yang sebenarnya sudah sangat terlewat. Dia tidak habis pikir kalau
akan ada orang yang membelikan benda yang sangat dia sukai. Sung Young
senyum-senyum sendiri mengingat PSPnya yang tersimpan aman di kamarnya. Bahkan
dia sempat mengingat namja yang memberinya PSP tersebut.
Menit
demi menit berlalu. Hanya saja di jalanan sempit itu belum ada tanda-tanda yang
mencurigakan. Orang-orang yang berlalu lalang semakin sedikit mengingat waktu
sudah menunjukkan pukul 20.30. Untuk kesekian kalinya Sung Young mengeratkan
jaket merah berbulu yang dikenakannya. Tangannya masuk ke saku-saku jaket
merasa tangannya membeku padahal dia sudah memakai sarung tangan. Hembusan asap
putih terus keluar seiring Sung Young bernafas. Hah, cuaca malam ini begitu
buruk. Sialnya Sung Young malah berada di luar rumah saat cuaca ekstrim seperti
ini, menunggu entah orang yang tidak jelas keberadaannya.
Lama-lama
Sung Young menjadi kesal karena sudah pukul 21.00 orang yang ditunggunya tidak
muncul-muncul. Dia berpikir mungkin memang tidak ada transaksi hari ini.
Akhirnya Sung Young memutuskan untuk pulang saja. Dan memutuskan untuk kembali
lagi besok. Dia berdoa semoga besok lebih beruntung.
Begitu
beranjak, suatu benda berwarna putih jatuh dari langit. Jatuh perlahan
menghampirinya. Sung Young menengadahkan wajahnya mencoba menyambut. Benda itu
terhenti ketika mendarat di pipi Sung Young, lalu melumer di sepanjang pipi
chubby yeoja itu.
“Ah,
salju pertama sudah turun.”
---
Sunday,
14.00 KST
“Bagaimana
misimu?” Tanya seorang namja yang sedang berjalan di samping seorang yeoja
sambil memakan lollypop. Yeoja itu tak lain adalah Sung Young, dan namja itu
adalah Jung Min.
“Sepertinya
penjual itu tahu kalau aku memperhatikannya. Semenjak malam aku menemukan
heroin itu, dia tidak pernah muncul lagi. Sampai-sampai aku membeku
menunggunya. Aku sudah menanyakan orang-orang disekitar, mereka tidak
tahu-menahu tentang transaksi obat-obatan itu. Bahkan sudah kuselidiki
tempat-tempat yang memungkinkan, tapi…ah benar-benar nihil.”
Sung
Young mengerang frustasi tidak menemukan petunjuk yang lebih ampuh sejauh ini.
“Komandan
juga sudah menyelidiki heroin itu. Tidak ada sidik jari yang menempel di
plastiknya, Sepertinya orang-orang yang bersangkutan menggunakan sapu tangan
untuk menyentuhnya. Ckckck, sungguh pintar.”
Sung
Young semakin mengerang mendengarnya. Tapi, tidak sampai di sini perjuangannya.
Dia akan terus berusaha untuk menyelidiki sampai tuntas.
“Mau
bareng?” Tawar Jung Min sambil membuka pintu mobilnya.
“Anni,
gomawo. Aku harus ke suatu tempat.” Jung Min mengangguk dan segera memacu
mobilnya.
Yah,
mereka saat ini baru saja pulang dari kampus. Mereka mengikuti special class di
hari Minggu. Sebenarnya cukup membosankan, tapi kesempatan untuk menuntut ilmu
ini tidak disia-siakan oleh murid yang bisa dibilang jenius seperti mereka.
Sung
Young berencana akan ke Myeongdong. Tapi kali ini bukan untuk duduk termangu di
pinggir jalan menunggu orang mencurigakan. Lagian ini masih siang. Dia ke
Myeongdong ingin membeli sesuatu. Entah, Sung Young merasa ingin memberikan
kado kecil atau mungkin balas budi untuk teman namjanya. Ah, bukan sekadar teman.
Bukankah mereka akan menikah?
Sesampainya
di Myeondong, Sung Young benar-benar bingung. Barang apa yang pantas diberikan
untuk Young Saeng? Dia sedari tadi hanya berjalan di trotoar. Melihat-lihat
toko dari luar. Sejenak dia berhenti dan melihat barang-barang dari kaca toko.
Tapi, entah kenapa tidak ada barang yang sesuai keinginan.
Sampai
dia berhenti di depan toko yang menjual barang-barang khusus namja. Sung Young
berniat masuk ke sana, mungkin ada barang yang cocok untuk Young Saeng. Baru
saja dia memegang kenop pintu, matanya menangkap seseorang yang berjalan keluar
dari jalan di samping toko. Baru disadari kalau jalan itu adalah jalan sempit
yang selalu diselidikinya.
Seketika
Sung Young mengurungkan niatnya untuk masuk ke toko. Dia terus memperhatikan
orang yang sangat aneh di depannya. Mungkin seorang namja. Orang itu memakai
jaket, topi, dan kacamata hitam. Plus sarung tangan dan jeans abu-abu. Namja
aneh itu celingak-celinguk sejenak, lalu dikeluarkannya sebuah kantong bening
dari saku jaket dan dimasukkan kedalam mobil hitam yang terparkir persis di
depannya. Sung Young tahu pasti, kantong itu berisi obat-obatan yang sama
seperti yang ditemukannya waktu itu. Yeoja itu terus terpaku di tempat. Mencoba
menyimpulkan kalau orang itu adalah penjahat yang dicarinya selama ini.
Baru
Sung Young tersadar saat penjahat itu berlalu dengan mobilnya. Sung Young
langsung panik mencari-cari taxi untuk membuntuti mobil hitam tadi sebelum
kehilangan jejak. Untung dia cepat menemukan taxi yang kebetulan melintas.
“Ahjussi,
tolong ikuti mobil hitam itu.” Pinta Sung Young. Tanpa ba bi bu lagi mereka
segera melesat.
Ternyata
si penjahat membawa Sung Young ke sebuah rumah yang begitu besar tapi terlihat
mengerikan seperti tidak terawat. Ditambah dengan pagar tembok tinggi yang
mengelilingi, semakin membuat kesan angker. Tapi yeoja itu tidak takut, dia
bahkan ingin segera menyelidiki dan memastikan orang tadi adalah penjahat yang
sebenarnya. Dia sudah muak dengan misi yang tidak kelar-kelar seperti ini.
Setelah
membayar taxi, Sung Young mengendap-endap masuk melalu pagar besi yang
kebetulan terbuka lebar. Woo..rumah itu semakin ngeri karena halamannya tidak
terawat sekali pun. Banyak semak-semak dan tanaman pengganggu yang tumbuh.
Yeoja itu harus berjalan sepelan mungkin agar tidak menginjak ranting-ranting
dan menjadikannya ketahuan.
Sung
Young memutuskan untuk masuk lewat pintu belakang, itu dirasanya cukup aman.
Dan kebetulan pintu belakang sangat mendukung karena memang tidak dikunci.
Perlahan Sung Young mengendap memasuki ruangan pertama yang dijumpainya.
Ruangan itu berdebu dan kosong. Hanya sarang labah-labah yang menghiasi di
sana-sini. Ck, tempat ini begitu cocok untuk sarang penjahat. Begitu kotor dan
menjijikkan.
Ruangan
pertama sukses dilewati. Sung Young beralih ke ruangan selanjutnya yang
terkesan lebih gelap karena semua jendela ditutup. Hanya fentilasi-fentilasi
yang mengantarkan cahaya dari luar membuat ruangan itu sedikit terang. Sejenak
Sung Young terdiam mendapati beberapa karung yang tergeletak di sudut ruangan,
di samping sebuah nakas. Yakin 501% kalau karung itu berisi obat-obatan
terlarang yang selama ini beredar di Korea. Evil smirk terlukis di wajahnya.
Sung Young memutuskan untuk menghubungi Komandan Kim kalau dia sudah menemukan
tempat dan mungkin tersangka yang tepat. Barus aja dia akan mengambil benda
khusus untuk menghubungi Komandan. Tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dari
belakang. Sontan yeoja itu terbelalak dan meronta berusaha melepaskan diri.
Tapi sayang sekali orang itu terlalu kuat.
“Huuummpphh…”
Kuatnya
dekapan membuat Sung Young sesak karena hidungnya ikut tertutup. Yeoja itu
merasakan diseret paksa (dengan masih dibekap tentunya) menuju ke sebuah
ruangan. Ruangan yang lebih bersih dari ruangan-ruangan lain, juga lebih
terang. Baru disadari kalau ternyata ruangan itu adalah kamar tidur. Terbukti
dengan adanya ranjang dan lemari. Yah, hanya itu saja. Tapi sukses membuat Sung
Young merinding. Segala ketakutannya ditepis jauh-jauh. Dia belum kalah, dia
harus melawan, berusaha membebaskan diri, dan tetap berpikir positif.
Benar-benar tidak ingin pikiran yang tidak-tidak menghantuinya sehingga salah
mengambil tindakan.
Begitu
mereka masuk, Sung Young seperti mendapatkan kekuatannya kembali. Tanpa segan,
yeoja yang notabenennya sebagai agen itu langsung menyikut rusuk orang di
belakangnya.
“Arrghh!!!”
Sontan
saja orang itu melepaskan dekapannya, beralih memegang bagian depan tubuhnya
yang terasa ngilu.
Kali
ini Sung Young dapat dengan jelas melihat siapa pelakunya. Seorang namja
rupanya. Sepertinya namja yang tadi. Berpostur tinggi dengan rambut
kehitamannya yang sedikit acak-acakan. Sung Young bersiap dengan mengeluarkan
sebilah pisau yang terselip di stockingnya. Sial sekali, karena kejadian yang
begitu mendadak ini membuat Sung Young lupa peralatan detektifnya. Terutama
pistol kesayangannya yang sekarang tersimpan di sebuah kotak bawah tempat
tidur. Ditambah dengan alat panggilan darurat tadi terjatuh entah dimana.
Namja
itu sudah berhenti dari sakitnya. Sekarang beralih menatap Sung Young. Hanya
saja, tatapan itu terkesan lembut tidak seperti penjahat yang biasa dihadapi
Sung Young. Tapi yeoja itu tetap memasang wajah garang sambil mengacungkan
sebuah pisau.
“Jadi…kau
penjahatnya? Orang yang melakukan transaksi obat-obatan terlarang, hah?”
Keringat
terus bercucuran di kulit wajah Sung Young, tapi tidak dipedulikannya.
“Ne.”
Jawab namja itu singkat sambil perlahan mendekati Sung Young.
“Yaa!!
Jangan mendekat!”
Sung
Young mengayunkan pisaunyanya, menakut-nakuti. Namja itu perlahan mundur atau
lebih tepatnya menghindar agar tidak terkena sabetan benda tajam itu.
“Eits,
jangan main-main dengan benda itu, Sung Young-ah. Berbahaya!”
Sung
Young terdiam sejenak, tapi masih waspada. Mwo? Namja itu baru saja menyebut
namanya. Berarti dia mengenal Sung Young.
“Neo?
Mengenalku? Sebenarnya siapa kamu?” Tanya Sung Young heran. Tapi tidak berusaha
menurunkan tangannya, tetap diacungkan pisau itu tepat menunjuk muka si
penjahat.
“Mwo??
Jadi daritadi kau tidak mengenalku? Hahahaha…Aneh sekali, dengan calon suami
sendiri tidak kenal.”
DUAARRR!
Bagai tersambar petir. Sung Young melotot sempurna, tubuhnya kaku mendengar
pengakuan si penjahat, mendapati siapa yang berdiri di depannya saat ini
ternyata adalah targetnya. Selama ini dia tidak menyadari, namja kalem dan cupu
yang selalu di sampingnya adalah….orang yang selama ini diburunya. Benar-benar
tidak masuk akal. Yeoja itu mencari kesana-kemari demi menangkapnya, tapi
ternyata orang itulah yang selalu berusaha mendekati dirinya.
Yang
lebih mengejutkan, namja pengedar narkoba ini sebentar lagi akan menikah
dengannya. Dengan kata lain dia menikah dengan seorang kriminal yang secepatnya
akan masuk sel. Herannya, Sung Young hampir tidak mengenali namja di depannya
itu. Mungkin karena tidak memakai kacamata dan rambutnya sedikit dinaikkan
menampakkan mata indah yang tidak pernah dilihat Sung Young dengan jelas selama
ini. Mungkinkah semua dandanan cupu itu hanya penyamaran? Inikah wujud asli
Young Saeng calon suaminya? Emm… entahlah atau mereka akan tetap menikah.
“Apa
kau belum percaya juga?”
Namja
itu menurunkan rambut depannya sehingga menutupi sebelah mata. Benar-benar
mirip dengan Young Saeng yang selama ini dikenalnya.
Sung
Young diam di tempat. Dirinya masih kaku setelah menerima semua kenyataan.
Ternyata kesempatan ini tidak disia-siakan. Young Saeng langsung mengambil alih
pisau di tangan Sung Young, membuat yeoja itu tersadar.
“Yaa!”
“Jangan
bermain-main lagi dengan ini, ne? Aku tidak mau diantara kita ada yang
terluka.” Kata Young Saeng santai sambil membuang pisau itu ke kolong tempat
tidur. Sung Young menatap kesal.
“Jadi..selama
ini kau hanya menyamar, hah? Aku tidak menyangka. Dan, jangan-jangan kau yang
telah merencanakan perjodohan kita? Entah aku tidak tau maksud dibalik semua
ini, tapi..aku yakin rencanamu itu busuk!” Semprot Sung Young, emosi.
“Hey,
dengarkan penjelasanku dulu.”
Young
Saeng mendekati Sung Young. Ekspresinya jelas terlihat kalau dia sedang memohon
agar Sung Young mendengarkan entah apa yang akan dijelaskannya. Tapi yeoja itu
tidak mau mengerti, malah semakin menjauh dan berjalan menuju pintu.
“Tidak
ada yang perlu dijelaskan. Sudah jelas saat ini kalau kau penjahat! Lupakan
semua perjodohan dan pernikahan! Aku akan membawamu ke kantor polisi! Dan
bilang semuanya pada orangtuaku kalau mereka telah salah menjodohkanku dengan
seorang kriminal.”
Sekuat
tenaga Sung Young menarik-narik kenop pintu. Tapi sayang, pintu itu tidak
bergeming. Yeoja itu terlihat panik tapi berusaha tenang.
“Kau
akan mengurungku?! Cepat bukakan pintunya!”
“Untuk
apa aku membukakan pintu kalau kau akan membawaku ke polisi. Aku akan
melepaskanmu setelah kau mendengarkan semua yang akan aku jelaskan. Syukur bisa
memahaminya.”
Sung
Young tidak peduli. Terus ditendangnya pintu itu berharap akan runtuh dan
membuatnya bisa keluar.
“Jebal..”
Tidak
disangka Young Saeng memeluk Sung Young dari belakang. Maksudnya agar yeoja itu
tenang. Tapi yang diperbuatnya malah membuat Sung Young kalap. Bertubi-tubi
pukulan mendarat di tubuh Young Saeng. Perbuatan Sung Young itu membuat Young
Saeng tidak sabar lagi. Yeoja ini begitu keras rupanya.
Dengan
mudah Young Saeng langsung mengunci tangan Sung Young. Dilemparnya yeoja itu ke
ranjang. Tidak menunggu Sung Young mengatur nafas, Young Saeng menuju lemari
untuk mengambil tali dan diikatnya pada kedua tangan yeoja itu lalu disatukan
pada kepala ranjang. Kakinya juga sekalian diikat agar tidak terus menendang.
“Apa
yang akan kau lakukan?!!” Teriak Sung Young. Tidak bisa dipungkiri kalau
jantungnya saat ini berdebar cepat. Tubuhnya terus berontak di atas tempat
tidur membuatnya berderik.
“Memaksamu.”
“Lepaskaaan!!!
Yaaa!”
“Dengarkan
penjelasanku.”
“Hanya
mendengarkan?”
“Oh,
anni. Kau hanya perlu tutup mulut mengenai kasus ini. Syukur-syukur kau bisa
membantuku” Tentu saja Sung Young terbelalak, menolak mentah-mentah. Mana
mungkin dia membiarkan kasus ini lepas begitu saja.
“KAU
GILA?! Tidak akan!!”
“Aku
punya alasan. Dengarkan aku dulu.”
“Ahh!!
Neoneun michyeo namja!!”
“Aish~ternyata
kau sangat berisik.”
Young
Saeng yang semula hanya berdiri menatapi Sung Young perlahan naik ke ranjang.
Tangannya terulur untuk membelai wajah calon istrinya yang menurutnya
cantik(:p). Evil smile terukir di wajahnya seiring tangannya yang semula berada
di pipi Sung Young kemudian ke dagu. Diangkatnya agar Sung Young mendongak,
lebih menatapnya. Sangat kentara yeoja itu gemetar atas perlakuan Young Saeng.
“Kau
mau mendengarku tidak?” Kata Young Saeng lirih.
“Jauhkan
tangan kotormu!!”
Young
Saeng hanya memutar bola matanya. Ternyata yeoja ini masih berisik saja,
sungguh keras kepala. Tangan Young Saeng tergerak menuju resleting jaket merah
Sung Young. Dibukanya cepat, membuat Sung Young terbelalak.
“KYAAAAA!
APA YANG AKAN KAU LAKUKAN?!”
“Melakukan…sesuatu…”
Wajah
Young Saeng sudah benar-benar dekat sehingga dapat dengan jelas melihat wajah
Sung Young yang pucat daritadi. Yeoja ini sebenarnya takut, tapi dia terus
berusaha melawan.
Akhirnya,
Young Saeng tidak punya pilihan lagi. Dia mencoba melepas kancing kemeja yeoja
di bawahnya itu. Satu. Tidak ada tanggapan apa-apa. Beralih ke kancing
berikutnya.
“AAAAA!!
NE! Aku akan mendengarkanmu. Jebal…lepaskan aku.” Mohon Sung Young. Ternyata
air mata sudah menggenang di matanya.
Young
Saeng tersenyum puas, rencananya berhasil. Tapi sebenarnya dia tidak tega
melihat orang yang dicintainya ketakutan dan hampir menangis seprti itu. Segera
dilepasnya tali yang sedari tadi mengikat Sung Young. Yeoja itu langsung
mengeratkan lagi jaket yang terbuka, merasa dingin dan…takut.
Saat
ini, mereka berdua sudah duduk berjejer di pinggir ranjang. Sung Young sudah
memasang telinga untuk mendengarkan penjelasan namja di sampingnya.
“Sebenarnya
aku melakukan ini karena terpaksa. Seseorang menyuruhku untuk menjadi bandar
narkoba karena mengancam akan membunuh orangtuaku. Ternyata itu juga motif agar
dia bisa mencuri saham perusahan keluargaku. Baru kusadari kalau ayahnya adalah
saingan terberat perusahaan appa, mereka berdua sama-sama licik. Tapi appa
licik untuk hal positif. Nah, pada akhirnya perusahaan itu kalah dan berniat
untuk mejatuhkan perusahaan appa dengan mencuri saham. Untuk itu, appa
berencana menjodohkan kita agar perusahaan appa bergabung dengan perusahaan
appa kamu sehingga bisa sedikit memperkuat perusahaan appa. Arraseo?”
Sung
Young mengerti sekarang alasan sebenarnya dibalik perjodohan ini.
“Lalu,
kenapa kau masih tergabung dengan komplotan ini?”
“Ah,
aku masih bertahan karena ingin merebut kembali saham appa. Jadi pertama, aku
melakukan ini karena diancam, dan yang kedua aku melakukannya karena punya
alasan yang baik. Apa aku pantas dipenjara?” Young Saeng memasang wajah
memelas, membuat Sung Young terkekeh. Sepertinya yeoja itu sudah menerima
kebenaran yang sesungguhnya.
“Hmm…Kau
bisa terbebas asal bisa mendapatkan penggantimu di penjara. Aku tidak mau,
dong, pulang dengan tangan kosong.”
“Hahaha…itu
beres.”
Sejenak
mereka tersenyum dan tertawa bersama. Entah sejak kapan, Sung Young menjadi
merasa nyaman saat berada di dekat Young Saeng. Ditambah melihat calon suaminya
yang ternyata cukup tampan ini membuatnya betah memandang namja itu. Sung Young
sadar, benih-benih cinta mulai tumbuh di hatinya. Oh, cinta? Hampir tidak
disangka kalau Sung Young akan jatuh cinta seperti ini.
Tanpa
di sadari, telapak tangan Young Saeng telah memegang pipinya. Tubuh Young Saeng
sedikit condong agar bisa meraihnya. Sebelum itu terjadi, Sung Young hanya bisa
memalingkan wajah. Jantungnya berasa ingin meledak dan wajahnya memanas.
“Eh..ehm,,ngomong-ngomong…siapa
penjahat yang sesungguhnya?”
Young
Saeng hanya tersenyum melihat wajah yeoja di depannya itu memerah, malu dan
gugup. Ditegakannya lagi badannya.
“Kau
tidak akan menyangka. Dan kau mengenalnya.”
“Nuguseyo?”
“Dia…
Dosen Ekonomi kita, MR.KIM.”
---
Monday,
10.45 KST
“Mwo?!
Kau yakin?!”
“Sssstt…tutup
mulut besarmu, Jung Min-ah.” Sungut Sung Young. Temannya ini ternyata tidak
berubah, selalu berbicara keras.
“Benarkah
Mr.Kim yang itu? Dosenku? Ommona…aku tidak menyangka.”
Kyu
Jong hanya menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya dengan semua penjelasan
Sung Young tadi.
Yah,
saat ini Jung Min, Kyu Jong, dan Sung Young berada di tempat biasa. Dimana lagi
kalau bukan cafetaria. Tentu saja Sung Young langsung menceritakan semua yang
dialaminya kemarin. Benar dugaannya, kedua temannya tidak akan percaya.
“Ne,
dan hari ini lah Young Saeng akan melancarkan aksi merebut sahamnya kembali
karena dia berhasil mengetahui lokasi penyimpanannya. Eh, aku ada jam sekarang,
kita sambung lagi sepulang kuliah.”
Sung
Young sudah beranjak, bersiap untuk pergi.
“Eh,
bukankah kamu lebih muda dari Young Saeng? Harusnya kau memanggilnya oppa,
bukan?” Komentar Jung Min sambil tersenyum penuh arti.
“Hahahaha,
akan kupikirkan.”
---
Monday,
14.00 KST
Seorang
namja terlihat sedang mengendap-endap di sebuah lorong yang remang-remang.
Sekecil mungkin membuat suara agar tidak ketahuan si pemilik rumah. Ne, Young
Saeng sedang melaksanakan aksinya untuk mengambil yang bukan hak pemilik rumah
ini. Kebetulan hari ini tidak ada jam, karena Mr. Kim sedang ada perlu di
Incheon. Sempurna.
Tidak
berapa lama, Young Saeng sudah sampai di ruang brankas. Satu-satunya brankas di
situ adalah tujuan utamanya. Untuk membukanya, diperlukan sidik jari si pemilik
rumah, Mr.Kim. Kebetulan dia sudah mendapatkannya saat menyusup ke kantornya di
Namsang.
BIP!
Brangkas itu menjeplak terbuka. Young Saeng berbinar mendapati apa yang
dicarinya. Ternyata lembran saham itu masih ada di tempatnya. Syukurlah. Hanya
saja kegembiraan itu tidak lama, seseorang lebih dulu memukul tengkuk Young
Saeng membuatnya tidak sadarkan diri.
Dilain
tempat…
Sung
Young merasa gelisah. Dia terus berdoa agar calon suaminya berhasil mendapatkan
saham itu. Selain berdoa, dia juga sedang menunggu kedua temannya di taman
depan University. Sayang sekali cafetaria yang biasa ditempati sudah tutup.
Hah, padahal baru jam setengah 3.
Lama
ditunggu, teman-temannya tidak muncul juga. Yah, karena memang kelas bahasa
asing keluar duluan. Terpaksa Sung Young menunggu. Dia hanya mondar-mandir
merasa bosan. Tiba-tiba ada seseorang yang muncul dan lansung membekap Sung
Young dari belakang. Bau alkohol dari saputangan menyeruak ke hidung membuatnya
pusing. Beberapa detik kemudian dirinya sudah tak berdaya, dan pelaku
pembekapan itu membawa Sung Young ke mobil yang sengaja di parkir tersembunyi.
Beberapa
saat kemudian…
Mengerjap.
Keadaan sekeliling Sung Young terasa berputar. Digelengkan kepalanya agar
terbiasa. Jamkkanman! Baru disadari kalau ternyata kedua tangannya terikat.
Posisinya saat ini sedang duduk di sebuah kursi tapi tangannya diikat ke
belakang.
“Yaaa!!
Apa-apaan ini!”
Sung
Young berontak keras berusaha lepas dari ikatan. Dia melihat ke sekeliling
ruangan yang asing ini, mencari sesuatu yang bisa digunakannya untuk meloloskan
diri. Namun, sesuatu yang dilihatnya justru lebih mengejutkan. Seorang namja
yang posisinya sama seperti dirinya tengah terpejam. Namja itu persis di
sebelah kanannya hanya saja sedikit jauh. Sung Young tahu benar siapa namja
itu. Ne, dia adalah Heo Young Saeng.
“Young
Saeng-ya!! Irreona!”
Sepertinya
berhasil. Young Saeng mengerjap sesaat mendengar suara keras yang mengusiknya.
Dilihatnya yeoja yang sangat dikenalnya membuatnya terbelalak.
“Sung
Young-ah! Apa yang kau lakukan di sini?”
BRAAKK!
Tiba-tiba pintu di belakang Sung Young menjeplak terbuka. Dua orang namja yang
SANGAT familiar muncul sambil menampakkan evil smirk. Young Saeng menatap
sengit kearah mereka sementara Sung Young, dia malah mematung. Benar-benar
tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Neo?”
Ucap Sung Young lirih, ditujukan pada seorang namja yang sudah lama
disayanginya.
“Ne?
Kau terkejut? Ternyata sangat mudah membawamu kemari, Sung Young-ah. Mianhae,
setelah kau menolakku, rasa cinta di hatiku perlahan tumbuh menjadi amarah. Aku
telah gagal! Gagal mendapatkanmu! Dan kau, malah memilih namja tidak penting
seperti..ORANG ITU!” Namja yang ternyata adalah Kyu Jong itu berteriak-teriak
tidak jelas sambil menunjuk Young Saeng.
Perlahan,
didekatinya Sung Young yang tengah menahan amarah agar tidak diledakkan begitu
saja. Percuma marah kalau keadaan tidak memungkinkan, mending langsung
bertindak sebagai pelampiasan. Kyu Jong jongkok di depan Sung Young,
diangkatnya dagu yeoja itu. Sejenak Kyu terpana dengan wajah yeoja yang sangat
dikaguminya sejak lama.
"Aku
memang orang jahat. Akulah anak buah Mr.Kim yang sesungguhnya." Kata Kyu
Jong dengan evil smirknya.
“Jadi,
kau yang telah membocorkan rencana pengambilan saham pada dosen licik itu?!”
Cuh!
Tanpa disangka, Sung Young meludah kearah Kyu Jong. Namja itu langsung berdiri
dan mengusap saliva Sung Young dalam diam. Young Saeng tersenyum puas dengan
yang dilihatnya.
“Jadi,
selama ini kau juga hanya bersandiwara, hah? Nae hagsaeng?”
Mr.Kim
Hyun Joong berkata keras dan menatap tajam Young Saeng yang tidak hentinya
menatap sengit.
“Kau
duluan yang memulai sandiwara ini!! Cepat kembalikan saham appa, dosen
menyedihkan!!” Teriak Young Saeng penuh emosi. Mr Kim hanya tertawa.
“Hahahaha..kau
lucu sekali. Hah, tidak lama lagi kau akan mati, Heo Young Saeng. Tapi
sebelumnya, lihat itu.”
Young
menengok kearah yang ditunjuk Mr.Kim, kearah Sung Young. Dengan evil smile, Kyu
Jong kembali berjongkok di depan yeoja yang tengah waspada dengan apa yang akan
dilakukan. Tanpa diduga, Kyu mencium Sung Young kasar. Mencoba menyiksa dengan
perbuatannya. Memegang tengkuk Sung Young agar yeoja itu tidak menghindar.
Tengkuk Sung Young entah kenapa terasa sangat perih saat di pegang Kyu Jong.
Sementara Young Saeng melotot tidak terima atas apa yang dilihatnya.
Young
Saeng terus bergerak, mencoba melepaskan diri dari tali yang melilit.
Benar-benar tidak tega melihat yeojanya diperlakukan seperti itu, dia harus
menolong, secepatnya, sebelum Kyu Jong bertindak lebih jauh. Tapi segala
usahanya sia-sia. Hyun Joong malah menodongkan pistol di pelipis Young Saeng
agar namja itu berhenti bergerak.
BRAKKK!!
DUAR! DUAR! Tiba-tiba dua orang namja masuk ke ruangan sambil menembakkan
pistol yang berisi obat bius. Tepat sekali jarum-jarum itu mengenai kaki Kyu
Jong dan Hyun Joong, membuat mereka tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.
Sung Young tahu siapa mereka. Ne, mereka orang-orang kepercayaannya, Park Jung
Min dan Komandan Kim. Agen dan Komandan itu bergegas melepas ikatan Young Saeng
dan Sung Young, tak lama kemudian 4 orang masuk dan membawa Mr.Kim serta Kyu
Jong. Mungkin ke kantor polisi?
“Ahh,
kalian benar-benar tepat waktu. Gamsahamnida.” Sung Young sangat senang. Tidak
hentinya dia membungkuk dihadapan Komandan Kim.
“Hey,
kau Heo Young Saeng si kamseupay itu? Ckck..penyamaran yang hebat untuk
menutupi identitasmu, hahaha.” Kata Jung Min riang sambil menepuk-nepuk
punggung Young Saeng yang hanya dibalas dengan ringisan karena tepukan Jung Min
terlalu keras (kebiasaan).
“Oh,
iya. Bagaimana kalian tahu aku di sini?”
Jung
Min melirik Komandan Kim penuh arti. Perlahan Jung Min membalik tubuh Sung
Young dan mencabut sesuatu di tengkuknya.
“Aww!
Appo!!” Teriak Sung Young bersamaan dengan sebuah benda tercabut dari tengkuk
Sung Young, meninggalkan luka.
“Saat
aku menepuk tengkukmu waktu itu, sekalian kusisipkan alat pelacak ini. Pantas
kau sangat kesakitan saat kutepuk. Ah,, alat ini benar-benar berguna. Kami
sudah menduga kalau kau tidak akan bisa mengatasi misi ini sendirian. Lihat,
buktinya kau membutuhkan kami.”
Perkataan
Jung Min sukses membuat Sung Young memerah. Malu, tentu saja. Dia terlalu
percaya diri selama ini. Tidak menyangka, kalau ternyata akhirnya akan seperti
ini. Misinya bisa dikatakan telah gagal dilaksanakan. Yah, walaupun penjahatnya
sudah berhasil ditangkap, tapi tetap saja.
“Tapi
kau sangat hebat, Agen Shin. Gamsahamnida. Kau yeoja pemberani. Ah, iya, jangan
penah kau meremehkan sebuah misi, ne? Karena bisa jadi misi itu akan berubah menjadi
sulit. Dan kau jangan segan meminta bantuan orang lain kalau itu memang
diperlukan. Ada beberapa pekerjaan yang kau tidak bisa mengerjakannya sendiri,
arraseo?”
“Ne,
Komandan Kim Hyung Joon.”
"Dan
kau, Heo Young Saeng atau siapapun namamu. Sampai jumpa di pengadilan."
EPILOG
Saturday, 15.00 KST
Huh, aku hampir membeku menunggu seseorang di parkiran yang sangat sangat
sepi. Hanya 3 mobil yang terparkir di tempat yang seperti lapangan ini. Aku
terus bersandar di samping mobil sambil menggosokkan kedua telapak tangan agar
tetap hangat. Agh, sial, lupa memakai kaos tangan lagi. Aigoo..benar-benar
dingin. Kulirik sekilas gedung putih di belakangku. Gedung pengadilan itu
terlihat begitu sepi. Aku tidak yakin mereka melakukan sidang di situ. Entah
mengapa aku memilih menunggu di parkiran saja daripada di dalam. Yah, walau
cuacanya sangat buruk.
“Mian membuatmu lama menunggu.”
Sesosok namja tiba-tiba sudah berada di belakang mobil silver yang
kusandari. Membuatku kaget saja, tapi aku tersenyum senang mendapati calon
suamiku sudah kembali dari persidangan.
“Bagaimana tadi ?”
Young Saeng oppa ikut bersandar di sampingku.
“Yah, bisa dibilang sukses. Sudah kujebloskan mereka ke penjara. Dan…aku
bebas. Bebas dari segalanya karena berhasil membawa bukti atas kesalahan
mereka. Umm, tentu saja dengan bantuan Komandan Kim, Park Jung Min, dan Appa.”
Jawab Young Saeng oppa sambil meraih salah satu tanganku, menggenggamnya,
mencoba membuat tetap hangat. Tidak pernah aku merasakan yang seperti ini.
Ternyata lebih hangat daripada memakai kaos tangan.
“Chukhaeyo, oppa.” Aku sudah benar-benar tidak ragu lagi untuk
memanggilnya oppa. Bukankah dia lebih tua? “Ohya, kudengar oppa diterima
menjadi agen, ne? Aah..Agen Heo.” Kataku sambil tersenyum, dia membalas.
Lega sekali. Entah, aku jadi merasa aneh semenjak misi waktu itu.
Sepertinya pekerjaan agen sudah bukan menjadi hal yang menarik di hidupku. Yang
menarik saat ini adalah…namja yang sekarang sedang di sampingku sambil
menggenggam tanganku.
“Ne, menggantikanmu, jhagi. Sebenarnya ini sudah menjadi impianku.
Setelah lama menjadi penjahat, aku ingin menjadi pahlawan, hehehe. Ummm…Sung
Young-ah, apa kau senang?”
“Tentu! Aku sangat senang oppa diterima menjadi agen menggantikan
posisiku. Dan yang terpenting, penjahat-penjahat kelas kakap seperti Kyu Jong
dan Mr.Kim sudah mendapat balasan yang setimpal.”
“Aaaah, bukan itu. Maksudku, apa kau senang kita akan menikah?”
Deg! Kenapa jantungku menjadi berdebar? Aku hanya bisa mengulum senyum
dan malu. Dulu aku begitu menolak pernikahan ini. Sekarang, ah aku sangat
menerimanya..bahkan tidak sabar.
“Tentu, oppa. Aku mau menerimamu sebagai suamiku. Aku sangat senang kita
bisa menikah.” Kataku berbinar sambil meremas tangan Young Saeng oppa yang
sedari tadi menggenggam tanganku. Tapi…Nampaknya Young Saeng oppa kurang puas
dengan jawabanku..
“Kojitmal! Bagaimana bisa kau menikah dengan namja yang tidak kau
cintai??” Namja itu mengalihkan pandangan dariku. Menatap lurus ke depan,
pura-pura ngambek tenyata. Aaa, Aku mengerti sekarang. Dia menginginkan jawaban
yang lain. Baikalah…
“Heo Young Saeng oppa, saranghaeyo~”
Young Saeng oppa tetap menatap lurus ke depan, tetap dengan ekspresi
datarnya. Namun dapat kulihat sebuah senyum sedikit terukir. Tiba-tiba dia
beranjak dan beralih ke hadapaku, menatap dengan tatapan yang sulit
kudeskripsikan plus sebuah senyum yang membuatku berdebar. Kurasakan oppa
semakin merapat dan membuatku terhimpit diantara dia dengan mobil dibelakangku.
Tangan Young Saeng oppa bertempu pada atap mobilnya yang lebih rendah.
Benar-benar hampir tidak ada jarak diantara kami. Apa-apaan ini? Huaaa…Aku
sangat gugup.
“Aku tidak dengar. Ulangi sekali lagi.”
Oh, namja ini mempermainkanku. Tidak ada pilihan selain aku mengatakannya
lagi.
“Heo Young Saeng oppa, saranghaeyo. Jeongmal sa-rang-hae-yo.” Kutekankan
kata saranghaeyo agar jelas didengarnya. Senyum sangat jelas terukir di
bibirnya. Bagaimana aku tidak melihat, wajahnya saja sangat dekat denganku.
“Nado saranghaeyo, Shin Sung Young.” Balasnya diikuti kecupan lembut di
bibirku. Tidak seperti sentuhan yang kudapatkan beberapa waktu lalu. Mungkin
karena dilakukan dengan orang yang dicintai. Hmm… Ini justru terasa hangat,
yah, sangat hangat.
Sepertinya tahun ini adalah musim dingin terhangat yang pernah kualami.
Ah..Aku sangat bahagia.
*THE
END*
DON'T FORGET TO RCL!
NO PLAGIATOR!! NO SILENT READER!!
Related Posts :
- Back to Home »
- 15+ , Action , Heo Young Saeng , Kim Hyun Joong , Kim Hyung Jun , Kim Kyu Jong , Mystery , Park Jung Min , Romance , SS501 , Young Couple »
- zuSaeng501 | Detective Failure | Action, Romance