Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S Sunday, April 27, 2014


Details:
-         Title                              : Detective Failure
-         Genre                           : Action, Romance, Mystery
-         Category                     : 15+
-         Author                         : Zusli a.k.a Shin Sung Young
-         Casts :

§  Shin Sung Young as Agen Shin
§  Heo Young Saeng as himself 
§  Kim Hyung Joon as Komandan Kim
§  Park Jung Min as agen Park
§  Kim Hyun Joong as Mr. Kim
§  Kim Kyu Jong as himself
§  Others...

Thanks to GOD, casts, and readers…
^^happy reading~

©2012 zuSaeng501



*501*

Prolog

“Mwo?!”
Langsung kumatikan PSP yang sedang kumainkan begitu mendengar perkataan eomma. Ucapan gila macam apa itu?? Dijodohkan? Ommona… Padahal baru 1 tahun yang lalu aku lulus SMA, eomma dan appa ingin aku menikah? dengan namja yang mereka pilihkan pula, heuh.

“Ne, kau harus menikah dengan anak keluarga Heo.” Lanjut appa santai sambil membolak-balik Koran yang sedang dibaca. Aku hanya bisa menyipitkan mata, menatap kedua orangtuaku heran. Ada apa dengan mereka ini?

“Anni! Aku tidak akan menikah dengan siapapun!” Ucapku emosi. Dadaku menjadi sesak karena kesal.

“Hya! Nona Shin, itulah masalahmu. Kau satu-satunya anak appa. Kau cantik dan pintar. Akan tetapi sifatmu itu tidak mencerminkan seorang yeoja. Keluyuran kesana-kemari bersama teman-teman namjamu. Kadang pulang larut malam. Ah, appa tidak mengerti dirimu. Sudah cukup appa dan eomma memberi kebebasan padamu. Sekarang kau sudah dewasa Sung Young-ah. Kau harus menikah dengan namja pilihan appa dan eomma. Dia anak yang sangat pintar dan sopan. Dan kudengar dia juga kuliah di Namsang University sama sepertimu.”

Heuh, aku hanya mencibir mendengar perkataan appa yang panjang lebar, tidak tertarik. Bodo amat namja itu pintar, kaya, sopan, jenius, atau apapun. Tapi kalau tampan yaaa..lumayan, sih. Hanya saja aku tidak ingin menikah dulu. Masa depanku masih panjang, umurku baru 20 th. Yah, kuakui dari dulu aku belum pernah pacaran, hmm…walaupun temanku 80% namja dan tidak sedikit yang menembakku, sih, hehehe. Tapi tetap saja aku belum terpikir untuk itu apalagi menikah, ah, apalagi menikah dengan namja yang sama sekali belum kukenal. Bahkan rupa dan berntuknya pun aku tidak tahu.

“Dwaesseo, appa! Aku tidak mau!” Aku segera bangun dari sofa, berjalan tegas menuju kamar membawa emosi sambil menenteng PSPku.

“Pokoknya besok Sabtu pastikan kau di rumah, Sung Young-ah!!”

START

Sung Young berjalan tegas sambil melipat-lipat wajahnya memberengut kesal. Masih terpikir olehnya perkataan appa semalam. Menikah? Dijodohkan? Itu hal paling konyol yang pernah didengar Sung Young.

Sung Young menembus kerumunan mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu-lalang di cafeteria kampus. Lehernya dijenjangkan sepanjang mungkin, mencoba mencari seseorang, eh, bukan lebih tepatnya dua orang namja yang biasanya nongkrong di sini. Akhirnya dia menemukan juga, seorang namja dengan rambut coklat kehitaman, berkemeja putih dilengkapi rompi coklat, serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Ditemani seorang namja dengan kaos lengan panjang garis-garis. Mereka tengah duduk di pojok cafeteria sambil bercengkrama. Sung Young menhampiri.

“Kau kenapa, jhagi? Lupa mensetrika mukamu?” Celoteh namja berkacamata itu sambil terkekeh. Tapi sedetik kemudian kacamata berbingkai hitamnya dilepas dan diletakkan di meja.

“Heh, mulut besar! Jangan pernah memanggilku jhagi lagi, heuh. Mendengarnya menjadikan moodku semakin buruk, ck!” Sungut Sung Young sambil duduk di kursi yang kosong. Namja itu malah tertawa semakin keras, senang menggoda temannya yang satu ini.

“Memang kau sedang ada masalah apa, Sung Young-ah?” Tanya namja satunya sambil menggulung lengan kaosnya sampai siku.

“Aku tidak mengerti dengan appa dan eomma.” Sung Young mendekatkan kepalanya, memberikan isyarat kepada kedua teman, emm..lebih tepat sahabatnya agar ikut mendekat. “Aku akan dijodohkan.” Ucapnya lirih tapi cukup keras untuk didengar mereka bertiga. Kedua namja itu langsung membelalakkan mata.

“Huahahaha, hari gini masih ada jodoh-jo…hummmph..” Sung Young langsung membungkam mulut namja berkemeja putih itu. Matanya menyipit kesal menatapnya, mengisyaratkan untuk tutup mulut.

“Jung Min-ssi! Jangan keras-keras.” Peringat Sung Young sambil melepaskan tangannya. Adegan tadi sempat menjadi perhatian seisi cafeteria yang menatap mereka heran.

“Apa..apa itu benar? Kau akan dijodohkan dengan siapa?” Tanya namja yang satunya sambil mengusap wajah.

“Sebentar,aku lupa namanya. Tadi sudah diberitu eomma tapi aku lupa. Engg..He..Heo..ah, dia katanya juga kuliah di sini. Tapi sepertinya aku tidak tahu yang mana orangnya.”

“Ah, Heo Young Saeng!” Pekik kedua namja itu serempak membuat Sung Young sedikit terlonjak. Namun mereka segera menutup mulut karena dirasa suara mereka kelewat keras membuat Sung Young mendelik.

“Hey, Kyu Jong, bukankah dia di jurusan ekonomi sama sepertimu?” Tanya Jung Min sambil menyikut namja disebelahnya.

“Ne..Kau tidak tahu Sung Young-ah? Dia, kan namja paling jenius di jurusan ekonomi. Bahkan bisa dibilang paling jenius se-Namsang. Memang, sih orangnya yah..menurutku agak aneh dan penyendiri. Tidak heran kau tidak tahu. Tapi, kan, ah..sebenarnya mencari dia itu sangat mudah. Namja tinggi dengan kacamata bingkai hitam tebal plus poni yang menjuntai(?) di wajahnya.” Jelas Kyu Jong dengan ekspresi tidak suka.

“Yang kudengar dia seperti batu. Disapa hanya tersenyum, bicara saja hanya saat dia bertanya di jam pelajaran. Benar begitu?” Tanya Jung Min yang hanya dibalas anggukan oleh Kyu Jong.
Sung Young hanya mengkerutkan kening, merasa ilfil dengan namja yang baru saja dideskripsikan. Namja aneh berkacamata yang menurut Sung Young lebih pantas digolongkan pada kelompok anak-anak ingusan.


Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh seseorang yang sudah berdiri di samping meja mereka. Namja tinggi dengan kemeja putih, berdasi, serta berjas abu-abu panjang. Sesaat dia tersenyum yang dibalas tundukan oleh mereka bertiga. Namja yang ternyata dosen ekonomi ini menepuk pundak Sung Young pelan sambil sedikit membungkuk.

“Aku butuh bantuanmu lagi kali ini. Kau tidak sedang sibuk,kan, Sung Young-shi?”

“Oh, anni Mr.Kim. KyuMin-ssi! Aku pergi dulu, daaaa.” Sung Young meraih tasnya dan beranjak meninggalkan Jung Min dan Kyu Jong, mengikuti dosen ekonomi yang sudah lebih dulu berjalan keluar cafeteria.

Yah, Sung Young mahasiswi dari jurusan bahasa asing suka dimintai tolong oleh dosen ekonomi itu karena memang Sung Young cukup pintar dalam bahasa asing terutama Inggris. Biasanya dia diminta untuk menterjemahkan materi atau semacamnya. Entah kenapa dia tidak mau menolak,  mungkin karena disisi lain dia ingin dekat dengan dosen tampan yang tentunya masih muda itu. Dosen yang menjadi idola seluruh warga Namsang university karena ketampanannya sehingga tidak sedikit yang masuk jurusan ekonomi hanya untuk melihat namja itu. Dosen yang dikenal dengan sebutan Mr.Kim.

---

Saturday, 20.00 KST

Sung Young hanya cemberut saat eomma menyisir rambutnya. Sebuah dress biru tua sudah melekat rapi di tubuhnya. Wajahnya pun sudah dirias sedemikian rupa oleh eomma. Ne, hari ini adalah Sabtu malam. Malam dimana Sung Young akan bertemu calon jodohnya beserta orangtuanya. Sayup-sayup dia bisa mendengar orang-orang yang sedang berbincang di lantai bawah. Tamunya sudah menunggu di meja makan. Entah, Sung Young merasa ingin kabur malam ini, tapi tentu saja tidak mungkin.

“Nah, sekarang turunlah, mereka sudah menunggu. Anak eomma sangat cantik malam ini.”
Eomma lebih dulu ke bawah, ke ruang makan menemui tamunya. Sung Young hanya menggembungkan pipi, ragu. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk turun, toh ini hanya makan malam. Bersikap biasa saja, itu lebih baik.


“Nah, itu Sung Young. Kemari, Nak.” Seru appa saat melihat Sung Young berjalan menuju mereka. Sung Young hanya bisa tersenyum walau itu dipaksakan, menyambut uluran tangan namja dan yeoja paruh baya yang tersenyum senang melihatnya.

“Wuah, ternyata Sung Young lebih cantik dari yang aku kira, hahaha. Oh iya, Young Saeng! Kemarilah. Mungkin kalian pernah bertemu di Namsang?” Kata namja di depannya.

Seorang namja yang semula duduk langsung berjalan menghampiri Sung Young dan menyalaminya. Ini dia, namja tinggi dengan..ah ternyata dia tidak memakai kacamatanya. Hanya saja poni hitamnya yang panjang menutupi sebelah mata. Ternyata namja ini tidak seburuk yang ada di benak Sung Young. Namja ini cukup manis apalagi saat tersenyum menampakkan lesung pipi.


Menit-menit kedepan, 6 orang di ruang makan ini langsung menyantap makanan yang tersedia. Sung Young sedari tadi bungkam, tidak mengatakan sepatah katapun sama seperti namja di depannya. Bahkan sampai sekarang dia belum mendengar suaranya. Sambil menikmati makanan, sesekali Sung Young melirik namja yang juga sedang asyik mengunyah makanannya itu.

“Ah, semalam aku sudah mempertimbangkan dengan istriku. Bagaimana kalau kita melaksanakan upacara pernikahan sebulan lagi.”
UHUK! UHUK! Sung Young hampir memuntahkan makanan yang sedang dikunyahnya saat mendengar pernyataan appa Young Saeng. Eomma segera menepuk punggung anak satu-satunya itu sambil memberinya minum. Ternyata Young Saeng pun begitu, terkejut. Air putih yang sedang diminumnya sampai menetes di jas hitamnya.

“Wah, kami malah berpikir akan melaksanakan pernikahan 2 Minggu lagi. Bukankah lebih cepat akan lebih baik?” Ucap appa.

“Ah, itu ide bagus. Kami setuju saja. Benar begitu, kan,Young Saeng?” Young Saeng hanya tersenyum simpul.

Sung Young membulatkan mata sempurna. Dia sudah tidak tahan dengan semua ini, segala perjodohan ini. Dari awal dia memang sudah tidak setuju. Ini keterlaluan, pikirnya. Empat orangtua ini seenaknya menentukan masa depan Sung Young. Bahkan tanpa menanyakan atau merundingkan dengannya. Kali ini Sung Young sudah tidak bisa mengendalikan emosi, digebraknya meja makan membuat semua yang berada di situ terkejut.

“Apa-apaan semua ini!? Shireo! Aku tidak setuju dengan semua perjodohan gila ini!!”
Appa dan eomma Sung Young terbelalak mendapati tingkah putrinya yang emm..tidak sopan. Sepertinya emosi appa ikut tersulut. Beliau bersiap meledakkan amarahnya tapi tangannya segera dicengkram oleh sang istri, memberi isyarat agar meredam sejenak amarahnya. Sung Young berlalu begitu saja, berjalan kesal menaiki tangga menuju kamar. Orangtua Young Saeng hanya terdiam menyaksikan kejadian tadi. Sementara Young Saeng justru tersenyum tipis.

“Ohh..jeongmal. Maafkan putri kami. Dia memang sedikit lelah hari ini. Mian mian mian, bukan maksudnya untuk berkata seperti itu.”


BRAAKKK!! Sung Young yang sedang bermain PSP dengan brutal langsung menegok ke pintu kamar. Sudah menjadi kebiasaan jika dia sedang kesal, maka PSPnyalah yang menjadi korban. Appa dengan wajah penuh amarah langsung mendekat ke Sung Young di tempat tidur. Sung Young tahu, dia akan dimarahi oleh appa. Tapi dia juga sebenarnya ingin marah mengingat kejadian tadi.

“Yaa! Kau ini tidak sopan sekali berkata seperti tadi Sung Young-ah! Kau membuat appa dan eomma malu!!” Appa berteriak keras, untung tamu-tamunya itu sudah pulang.
Sung Young tetap asyik bermain PSP, ditekan-tekannya tombol PSP keras. Eomma tiba-tiba datang, ditenangkannya appa agar amarahnya sedikit mereda.

“Dengar! kau tidak boleh melakukan itu lagi, arraseo!!?” Appa melanjutkan, tapi Sung Young memilih tetap diam. Mungkin karena tidak mau meledakkan amarahnya lagi, appa memilih keluar kamar. Eomma menatap kepergian appa sejenak lalu duduk di samping putri kesayangannya, dibelainya kepala Sung Young.

“Jhagi, jeongmal mianhae. Kami melakukan ini sebenarnya untuk kebaikanmu juga. Jika mau, kau bisa menyuruh appa untuk menunda pernikahan.” 
Mendengar perkataan eomma membuat Sung Young semakin kesal. Ternyata eomma memang benar-benar berpihak pada appa.

Mata Sung Young memanas saat itu juga. Entah dia seperti ingin menangis tapi air mata itu tidak keluar. Yah, karena Sung Young tidak terbiasa menangis. Untuk meredam kesal dan sedih, Sung Young memilih mengambil bedcover dan bersembunyi dibaliknya. Mencoba berbaring membelakangi eomma yang masih duduk di pinggir tempat tidur. Sesaat kemudian eomma berdiri, dimatikannya lampu kamar Sung Young.

“Geurae, tidurlah jhagi. Jal jayo.”
Fyuuhh..Sung Young hanya bisa menghela nafas panjang mendengar pintu kamarnya ditutup.

---

Monday, 08.00 KST

Lesu. Sung Young serasa enggan pergi ke kampus hari ini. Dia menyeret langkahnya pelan, memaksa kakinya menurut untuk menyusuri koridor yang dipenuhi warga Namsang University. Tiba-tiba Sung Young dikagetkan oleh seseorang yang sudah berdiri di depannya. Ah…Kyu Jong. Namja itu ternyata sudah menunggu lama di ujung koridor.

“Ikut aku.”
Tanpa ba bi bu, Kyu Jong langsung menarik Sung Young ke suatu tempat.

Taman. Mereka menuju taman belakang universitas yang jarang dikunjungi orang. Terbukti taman ini terlihat begitu sepi. Hanya ada mereka berdua di sana. Padahal pemandangan dari situ lumayan indah dan hawanya sangat sejuk. Sung Young masih bertanya-tanya, untuk apa sahabatnya ini membawanya ke taman, Kyu Jong tidak seperti biasanya. Ekspresinya sulit dideskripsikan.

“Ada apa, Kyu?” Tanya Sung Young akhirnya.
Mereka tiba di sebuah pohon rindang. Terasa sejuk berdiri di bawahnya. Kyu Jong melepaskan cengkramannya, berdiri menghadap Sung Young tapi pandangannya menyapu ke langit biru tanpa awan sambil menghela nafas panjang mencoba mempertimbangkan sesuatu.

“Andwae!” Kata Kyu Jong tiba-tiba membuat Sung Young mengernyit, bingung. Tatapan Kyu Jong masih terarah pada langit. “Kau benar akan menikah? Maksudku dijodohkan?” Kali ini tatapannya beralih ke yeoja di depannya. Sung Young menyipit, memandang heran pada Kyu Jong yang tiba-tiba menanyakan itu.

“Molla.”

“Andwae! Aku…Aku mencintaimu, Sung Young-ah!”
Deg! Apa itu tadi? Kyu Jong mencintanya? Sung Young memiringkan kepalanya, mungkin dia hanya salah dengar. Jantungnya tidak bekerja normal saat itu juga.

“Jeongmal. Sudah lama aku mencintaimu Sung Young-ah. Bahkan sejak kita bertemu di SMP dulu.” Bingo! Ternyata Sung Young tidak salah dengar. Temannya ini memang mencintainya. Sungguh tidak dapat dipercaya, Kyu Jong memendam perasaan padanya? Selama itu?

“Anni!” Sung Young reflex menyentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Kyu Jong. ”Ahh..Mian. Tapi… Kyu Jong-ah selama ini aku… aku hanya menganggapmu teman. Dan aku…sepertinya tidak bisa mencintaimu. Bukan karena ada orang lain, tapi..tapi jeongmal aku memang hanya menganggapmu sebagai teman, eh, bukan, seorang sahabat.” Sung Young berusaha tenang. Dia bicara sepelan mungkin, tidak ingin temannya ini marah oleh penolakannya. Hanya saja dia tidak menyangka, Kyu Jong, namja yang sudah sejak SMP menjadi temannya ternyata..ternyata menyukainya, ah, mencintainya. Kenapa dia baru mengatakannya sekarang? Kenapa harus mencintainya? Tidak habis pikir.

Kyu Jong menunduk setelah mendengar semua itu. Perasaannya sangat kacau. Antara sedih, kecewa, dan marah. Sung Young malah mengacak-acak rambutnya sendiri, frustasi. Jika disuruh untuk memilih, dia ingin mati untuk hari ini tapi kemudian hidup lagi dan menjalani kehidupannya seperti semula, kehidupan yang normal, tidak dibelit oleh masalah yang membingungkan tentang…asmara.
Tiba-tiba Kyu Jong mencengkram kedua pundak Sung Young. Ditatapnya tajam yeoja itu. Tatapan yang tidak pernah ia keluarkan sebelumnya membuat Sung Young bergidik, dia menjadi was-was.

“Saranghaeyo~”
Sedetik kemudian Kyu Jong langsung melumat bibir Sung Young. Terbalalak, kaget, tentu saja Sung Young sangat kaget. Michyeo namja! tanpa permisi berani-beraninya namja ini menyentuh bibir Sung Young. Bahkan bisa dibilang ini first kiss untuknya. Dia berusaha berontak tapi sial, Kyu Jong mencengkramnya kuat,membuat pundaknya sakit. Mata Sung Young memanas lagi, kali ini air mata sukses mengalir di pipi. Baru kali ini Sung Young berhasil menitikkan air mata lagi semenjak SD. Karena sudah tidak tahan, Sung Young terpaksa menendang kaki Kyu Jong. Namja itu mengerang kesakitan dan berhasil membuatnya menyisakan jarak. Kesempatan ini tidak disia-siakan. Secepat mungkin Sung Young berlari meninggalkan Kyu Jong yang menatapnya nanar.


Atap gedung. Rasanya hanya tempat ini yang cocok untuk Sung Young. Begitu sunyi, jauh dari keramaian. Ini yang dibutuhkan Sung Young, menenangkan pikiran dan menutupi air matanya. Entak kenapa yeoja itu tidak mau jika orang-orang melihatnya menangis. Baginya itu sangat memalukan dan terlihat seperti orang lemah.

Sesaat Sung Young hanya bisa menatap ke bawah, bersandar pada tembok pembatas.  Dilihatnya dua anak kucing yang saling kejar-kejaran, bercanda satu sama lain, terlihat begitu bahagia. Sungguh berbeda dengan dirinya. Pikirannya masih kacau mengingat kejadian tadi. Kyu Jong, ah..namja itu menjadi aneh. Bukan seperti Kyu Jong yang dia kenal. Bahkan dia berani menciumnya seperti itu. Mata yeoja itu masih betah mengeluarkan butiran air. Sung Young menangis benar-benar sebuah rekor. Dia menangis bukan karena Kyu Jong saja, tapi karena entahlah…kejadian yang akhir-akhir ini membuatnya risau.

“Uljimayo!”
Tiba-tiba sebuah suara membuat Sung Young terlonjak. Segera diusapnya air mata yang tersisa. Benar-benar tidak ingin orang lain tahu dia sedang menangis.

“Eh, nuguseyo?”
Seorang namja muncul dari tangga. Orang yang tinggi dengan kacamata bingkai hitam. Poninya membuat Sung Young tidak bisa melihat mata namja itu. Ah, Sung Young sepertinya tahu.

“Neo?”
Sung Young hanya bisa menghela nafas sambil berdecak. Tidak habis pikir kalau dia akan bertemu dengan Young Saeng, namja pilihan orangtuanya, namja yang sebentar lagi menjadi pendamping hidupnya. Namja itu ikut bersandar di samping Sung Young, menatap ke bawah entah apa yang dilihatnya. Sung Young memperhatikan namja ini seksama, dari atas sampai bawah. Namja ini berbeda dengan yang ditemuinya Sabtu malam itu. Lebih aneh menurutnya, penampilannya.

“Kenapa kamu menangis? Masalah pernikahan itu?” Ucap Young Saeng sambil tetap melihat ke bawah. Sung Young kali ini bisa mendengar dengan jelas suara Young Saeng. Suara yang cukup berat tapi terkesan lembut.

“Hah, siapa yang menangis!”
Sung Young tidak senang dengan ucapan namja itu. Young Saeng hanya tersenyum mendengar pengelakan Sung Young “Aku juga sedang tidak memikirkan pernikahan itu.”

“Jadi..kau menerimanya?”

“MWO?!”

“Ah…iya, besok sore temani aku membeli barang-barang untuk pernikahan kita, ne? Eomma yang menyuruh.” Sung Young hanya berdecak. Topik pembicaraan ini membuat keadaannya tak kunjung membaik. Dia segera beranjak, meninggalkan Young Saeng yang masih asyik menatap pemandangan di bawah. Mengetahui Sung Young pergi, justru membuat Young Saeng tertawa pelan. Merasa geli dengan tingkah calon istrinya.


Cepat. Sung Young berjalan cepat di koridor. Tidak ingin bertemu lagi dengan orang yang salah. Baik itu Kyu Jong atau Young Saeng. Ah, 2 namja itu. Tapi ternyata Sung Young malah bertemu dengan Jung Min. Yang kebetulan Jung Min juga sedang mencarinya. Langsung dicengkramnya Sung Young begitu mereka berpapasan.

“Aku ingin memberitahu sesuatu.”
Ini persis kejadian tadi, saat Kyu Jong menariknya. Sesaat Sung Young merasa ini akan terulang lagi tapi dia hanya menurut saat Jung Min mengajaknya ke……taman? Lagi? Benar-benar persis. Taman belakang universitas yang sama dengan yang dia pijak beberapa saat lalu. Namja itu, ah Kyu Jong sudah tidak ada di sini. Membuat Sung Young sedikit lega.

“Komandan Kim punya misi lagi. Dan, dia memintamu.” Ujar Jung Min pelan. Seketika wajah Sung Young kembali cerah. Hatinya menggebu mendengar kata ‘misi’. Itu berarti ada tugas baru yang harus dijalankannya. Entah kenapa karena sebuah misi, Sung Young menjadi   lupa akan segalanya, lupa akan masalahnya.

“Jeonmal? Misi apa?” Tanya Sung Young tak sabar.

“Entahlah. Emm…komandan memintamu datang. Nanti kita ke markas, oke?” Sung Young mengangguk cepat. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk misi itu. Jung Min tersenyum melihat Sung Young yang begitu antusias. Dia tahu, Sung Young akan sangat senang mendengar kabar ini. Sebuah misi atau kasus yang sudah lama tidak muncul akhirnya muncul lagi.

---

Monday, 17.00 KST

“Kau yakin menerimanya agen Shin??” Kata seorang namja yang duduk di sofa. Namja dengan kemeja dan blazer hitam itu menatap Sung Young lekat. Jung Min langsung tersenyum saat Sung Young menganggukkan kepalanya cepat, meyakinkan keragu-raguan Komandan Kim.

“Tentu saja, ini kesempatanku lagi. Aku akan menanganinya, komandan. Dijamin berhasil seperti misi-misi yang sebelumnya.” Ucap Sung Young percaya diri sambil menepuk-nepuk dadanya.

“Jadi…Misi ini mengenai peredaran obat-obatan terlarang yang sedang terjadi di Seoul akhir-akhir ini. Ternyata sudah berjalan sejak lama, hanya saja polisi tidak menyadarinya. Baru diketahui saat seorang agen kita menjumpai siswa yang membawa obat-obat tersebut ke sekolah. Tapi dia mengelak tentang orang yang memberinya. Nah, dalam misi ini kamu harus menyelidiki pelaku utamanya. Orang yang benar-benar bertanggung jawab dengan kasus ini, arra?” Lagi-lagi Sung Young hanya menganggukkan kepala, matanya berbinar-binar. Dia sudah optimis dari awal kalau dia akan berhasil memecahkan kasus ini dan membawa tersangka yang sebenarnya.

“Ini bagus.” Komentar Sung Young dengan senyum di wajahnya.

“Geurae. Agen Park, kau bantu Agen Shin, ne? Hanya kau agen bebas bulan ini,”

“Ah, Komandan… Bukannya aku menolak, tapi aku lebih tertarik dengan kasus semacam..yah, pembunuhan. Bukankah Komandan tahu??”
Komandan yang sebenarnya masih dangat muda itu hanya mengelus-elus dagunya. Berdecak sesaat karena Jung Min yang memang agak sulit jika dimintai menyelidiki kasus yang bukan kesenangannya. Yah, walaupun Jung Min adalah salah satu agen kesukaannya karena jenius dan cepat menyelesaikan misi. Dia berpikir, apakah yeoja ini bisa menjalankannya sediri? Dia bisa saja membantu hanya saja jika memang keadaan sangat mendesak, dan dia sedang ‘agak’ tidak bebas minggu ini.

“Heu, tenang saja Komandan. Aku akan menyelidikinya sendiri. Aku yakin aku bisa. Aku, kan hebat, hehehe.”
Dengan percaya diri Sung Young berdiri sambil menepuk-nepuk dadanya, merasa bangga akan dirinya. Jung Min mencibir mendengar ocehan Sung Young yang sangat percaya diri. Komandan Kim hanya tertawa dan pada akhirnya dia mengizinkan Sung Young untuk menjalankan misi ini seorang diri, walau dia agak ragu. Namun Komandan Kim tetap mengawasi tentunya dan Jung Min akan siap membantu jika keadaan mendesak. Can she solve it by herself???

“Aku benar-benar tidak membutuhkan bantuanmu jika kau memang tidak mau.” Kata Sung Young sambil bersedekap dan menatap Jung Min lekat.

“Kau yakin bisa?”

“Sudah ku bilang, aku ini hebat. Bahkan lebih hebat darimu.” Sung Young menunjuk-nunjuk dada Jung Min.

“Ah, ternyata kau melebihiku, ya,  hahaha. Narsis dan percaya diri.” Ujar Jung Min sambil menjulurkan lidahnya mengejek. Sung Young hanya menggembungkan pipinya. Sementara Komandan Kim segera beranjak, tidak tahan dengan obrolan tidak penting dua agen kesayangannya.

---

Tuesday, 10.00 KST

“Lalu, apa rencanamu??” Kata Jung Min sambil mengaduk-aduk milkshake strawberry dengan sedotan. Dipelototinya milkshake itu yang ternyata kemasukan seekor semut.

“Hmm..aku akan ke kawasan sekitar Myeongdong. Kudengar di sanalah tempat bertransaksi obat-obat itu. Tapi aku belum mengetahui tempatnya dengan jelas.” Ujar Sung Young. Tidak terasa milkshake coklatnya sudah habis setengah dalam sekali sedot. Jung Min hanya manggut-manggut menanggapi, masih asyik berkutat dengan semut di dalam gelas.

“Berarti kau harus menggali informasi lebih jauh, harus teliti. Jangan sampai kau salah tangkap tersangka.” 

“Ne, tentu saja. Aku akan membawa biang yang sesungguhnya, hohoho.” Ucap Sung Young sebegitu yakin.
Dalan waktu singkat, milkshake coklat Sung Young sudah tak berbekas. Namun dia merasa masih haus. Tanpa basa-basi dia langsung mengambil milkshake strawberry dihadapannya dan diminum hampir setengahnya.

“Yaaa! Itu punyaku!!”
Jung Min melotot melihat Sung Young melanjutkan meminum milkshakenya sampai tuntas. Tidak tersisa barang setetes pun. Senyum kemenangan terukir di wajah Sung Young, jahil.

“Ahh..gamsahamnida, ne. kkkk~”

“Aish~ Mentang-mentang Kyu Jong tidak ada di sini, lalu aku yang menjadi sasaran.. Ahhh..jeongmal kau ini yeoja yang menyebalkan. Pantas kau tidak mempunyai namjachingu, eh malah dapat namja kamseupay. Kau mending siksa saja dia, kan, seperti batu. Dia tidak akan menolak.”
CTAKK!! Sung Young mendaratkan kepalan tangannya di kepala Jung Min dan sukses membuat kepala cenut-cenut. Jung Min hanya bisa meringis menahan sakit sambil memegangi kepalanya. Tidak habis pikir, jitakan yeoja itu ternyata sangat keras.

“YAA! TIDAK SOPAN! Aku lebih tua darimu!!”

Sung Young tidak peduli dengan omelan-omelan namja di depannya itu. Jari dan matanya sibuk berkutat dengan ponsel. Seolah dia menganggap omelan Jung Min hanya angin lalu, yah, walaupun volume suaranya tidak bisa dipungkiri kalau terlalu loud. Untung cafetaria yang mereka tempati ini sepi, hanya mereka berdua dan 2 mahasiswi yang cekikikan sendiri mendengar teriakan-teriakan Jung Min. Karena merasa Sung Young menghiraukannya, akhirnya Jung Min memutuskan untuk diam. Tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.

“Emm..by the way, Kyu Jong kemana? Aku tidak melihatnya daritadi. Tidak seperti biasanya, saat dia ke kampus, pasti langsung mencariku atau mencarimu. Kau tahu dimana dia?” Tanya Jung Min. Mendengar nama Kyu Jong membuat Sung Young menghentikan jarinya yang sedang mengetik pesan.

“Annia.” Jawab Sung Young singkat.

Tidak ditanya pun sebenarnya Sung Young tahu. Kyu Jong tidak muncul hari ini mungkin karena dia menghindarinya. Gara-gara kejadian kemarin. Kejadian saat dia dan namja bernama Kyu Jong itu berdiri di taman belakang universitas. Ah, mengingatnya membuatnya risau lagi. Tapi sebisa mungkin Sung Young melupakannya, menganggap semua itu tidak pernah terjadi. Karena memang dia tidak ingin semua itu terjadi, hanya akan membuat persahabatan mereka bertiga renggang.

Namun, perkiraan Sung Young salah. Seorang namja sudah berdiri di depan pintu cafetaria, namja yang baru saja dipikirkan Sung Young. Ne, Kim Kyu Jong.

“Nah, itu Kyu Jong!” Kata Jung Min berbinar mendapati sahabatnya.

Dengan langkah berat dan kepala tertunduk, Kyu berjalan menuju meja favorit yang selalu mereka bertiga tempati. Namja ini masih takut, takut kalau yeoja yang sedang duduk itu marah padanya, mencecarnya, atau bahkan menamparnya karena kejadian kemarin. Tapi dia sudah yakin. Secepatnya harus minta maaf karena dia tidak mungkin bersembunyi terus dari yeoja itu.

“Hey, Sob! Kemana saja kau?”
Jung Min menepuk lengan Kyu Jong yang berdiri di depan meja mereka. Kyu meringis sejenak merasa agak sakit dengan tepukan Jung Min yang cukup keras. Sung Young tidak peduli dengan mereka, dia mengalihkan pandangan pura-pura melanjutkan mengetik pesan.

“Sung..Sung Young-ah?” Kata Kyu lirih setelah dia duduk di kursi. Jung Min heran memandang Kyu yang terlihat gugup. Sung Young melirik Kyu Jong sekilas, memasang ekspresi datar, mencoba menunggu apa yang akan namja itu katakan selanjutnya.

“Aku…aku sungguh minta maaf Sung Young-ah. Jeongmal mianhae.” Kyu menelungkupkan telapak tangannya ke wajah, mengusapnya. “Tidak seharusnya aku berkata dan berbuat itu padamu.”
Sung Young hanya diam, ditatapnya Kyu Jong lembut. Dia tahu, namja ini akan secepatnya minta maaf dan menyesali perbuatannya. Inilah diri Kyu Jong yang sebenarnya. Senyum simpul terlihat di wajah Sung Young.

“Yaa! Sebenarnya kalian ini kenapa?”
Jung Min benar-benar bingung. Kyu Jong tiba-tiba datang dan meminta maaf pada Sung Young, apa maksudnya? Ditatapnya kedua orang itu bergantian mencoba mencari jawaban atas ketidaktahuannya. Tapi mereka berdua malah tersenyum kompak melihat kebingungan Jung Min.

“Ne, Kyu. Um..Aku traktir kalian, ne?”
Sung Young segera beranjak, berjalan menuju petugas cafeteria untuk memesan milkshake dan roti seperti biasanya yang mereka bertiga pesan. Jung Min semakin bingung dibuatnya, benar-benar heran dengan sikap kedua sahabatnya, pertama Kyu Jong yang aneh. Kedua Sung Young yang entah kerasukan setan apa tiba-tiba mau mentraktir. Bukankah yeoja itu terlewat irit?

“Jebal, Kyu. Beritahu aku apa yang terjadi.” Pinta Jung Min memelas. Lagi-lagi Kyu Jong hanya tersenyum.

“Ini mungkin kesempatannya untuk mentraktir kita, yah, sebelum dia menjadi milik orang lain.” Jawab Kyu Jong nggak nyambung., membuat Jung Min semakin penasaran setengah mati.

---

“Benar kau tidak perlu bantuan?” Tawar Jung Min untuk kesekian kalinya.

“Sudah berapa kali kau bertanya, aku bosan!” Sungut Sung Young sambil memakan potongan terakhir rotinya. Saat ini mereka bertiga masih betah duduk-duduk di cafetaria.

“Kau ada misi lagi, Sung Young-ah?”
Sudah menjadi hal yang biasa untuk Kyu Jong mengetahui misi-misi apa yang dijalankan kedua sahabatnya. Walaupun itu tidak boleh dilakukan. Tetapi dia sering membantu mencari solusi, dan kadang sangat bagus. Hanya saja entah kenapa Kyu Jong tidak mau ikut bergabung dengan kelompok detektif seperti mereka. Menurutnya, dia lebih senang membantu mencari ide daripada mondar-mandir kesana-kemari mencari petunjuk, membuat lelah.

“Ne, aku akan menangkap biangnya pengedar obat-obatan terlarang di Seoul.”

“Ah, aku pernah mendengar itu.” Kyu Jong mengelus-elus dagunya sejenak mencoba mengingat sesuatu. “Hm..Kudengar transaksi obat-obatan itu di sekitar Myeondong.” Lanjutnya.

“Tuh, kan, benar. Aku memang berniat menyelidiki di sana.”
Sung Young benar-benar senang mendengar ada orang yang berpendapat sama.

“Ssst…cukup dulu membahasnya.”
Jung Min member isyarat sambil menunjuk kearah pintu cafetaria. Seorang namja yang tidak asing masuk, menghampiri mereka bertiga. Namja yang dikagumi seluruh warga Namsang karena ketampannya, yah si dosen Ekonomi, Mr.Kim.
Sung Young langsung menepuk jidatnya, lupa kalau dia ada janji membantu Mr.Kim hari ini. Sudah pukul 11.00 berarti dia terlambat 30 menit. Ah, sampai-sampai Mr.Kim menyusulnya di cafetaria, tempat dimana Sung Young nongkrong yang sudah sangat dihafal Mr.Kim. Sung Young langsung berdiri dan membungkuk saat dosen ekonomi itu sampai di depan mereka.

“Ommona, Mr.Kim. Jeongmal mianhae, aku…aku lupa.” Raut muka bersalah jelas terlihat di wajah Sung Young. Ternyata dosen ekonomi itu selain tampan juga baik hati.

“Gwaenchana nona Shin, mian kalau mengganggumu.”

“Aaa..anni anni. Kita sekarang saja, Mr.”

“Kkaja! Oiya, Kyu Jong-ssi ini sudah 2 minggu. Kau belum mengumpulkan laporanmu. Aku tunggu di kantor sekarang.”
Kyu Jong hanya mengangguk dan bergegas mengeluarkan laptop dari tasnya. Mulai melanjutkan laporan yang belum sempurna dibantu Jung Min, tapi tentu saja Jung Min tidak mengerti. Dia, kan, anak jurusan kimia.


Begitu membuka pintu kantor Mr.Kim, Sung Young dikejutkan oleh seseorang yang duduk di kursi sambil membaca buku super tebal. Sung Young menghela, tidak menyangka kalau akan bertemu namja itu. Namja jenius di Namsang, Heo Young Saeng.
Namja itu menegok ke pintu sebentar, tersenyum sejenak, kemudian melanjutkan membaca mengetahui yang datang adalah yeojanya (walau tidak secara resmi).

“Ngapain di sini?” Tanya Sung Young penasaran sambil mengambil buku-buku di depan Young Saeng yang telah disiapkan Mr.Kim untuk diterjemahkan.

“Bukankah sudah jelas? Aku sedang membaca.” Jawab Young Saeng tetap asyik dengan bukunya. Dibenarkan posisi kacamatanya yang sempat melorot.

Sung Young hanya mencibir. Baiklah, sekarang saatnya untuk mengerjakan tugasnya, melanjutkan menerjemahkan buku yang kemarin belum selesai. Dia berusaha menganggap namja di depannya itu tidak ada supaya tidak mengganggu konsentrasi. Toh, namja itu juga sedang sibuk, membaca buku dalam diam.

Lembar demi lembar ditelitinya, diterjemahkan tiap kata yang ada. Mencoba merangkai kalimat yang mudah dipahami. Ini tidak terlalu sulit baginya, tapi butuh ketelitian.
Sampai pada suatu halaman Sung Young merasa kesulitan. Merasa asing dengan kata-kata yang tertera. Dia berniat mencari di kamus, tapi….kamus yang biasanya ada di meja Mr.Kim sekarang tidak ada. Hingga matanya menemukan buku tebal itu berada di atas rak buku yang lumayan tinggi.

“Woo… Kenapa Mr.Kim meletakkannya di situ?”
Sung Young berusaha mengambil kamus Korea-Inggris di atas rak yang ditindih buku tebal. Walaupun sudah berjinjit, buku itu tetap sulit dijangkau karena memang rak itu cukup tinggi.

Hup! Akhirnya Sung Young berhasil mencengkram buku itu. Kakinya sangat pegal karena terus berjinjit. Dengan satu hentakan kamus digenggaman Sung Young langsung tertarik. Hanya saja buku tebal di atasnya ikut tertarik dan hendak jatuh. Pasti terasa sangat sakit jika buku itu jatuh menimpa kepala. Sung Young sadar, buku itu ikut jatuh dan…BRUKK!! Buku setebal 1501 halaman itu membentur lantai.

“Mwo? Aku masih hidup?”
Sung Young langsung membuka matanya mengetahui dia tidak merasa sakit. Dapat dirasakannya sesuatu mencengkram pinggangnya. Ternyata Young Saeng yang menariknya, menyelamatkannya dari buku paket ekonomi yang super tebal itu.
Sung Young mendongak menatap namja yang sudah menyelamatkannya. Namja itu menunduk, memastikan Sung Young tidak apa-apa. Sedetik mereka sempat saling menatap. Tapi Sung Young segera sadar tidak seharusnya dia sedekat ini dengan Young Saeng.

“Yaa! Lepaskan!”
Yeoja itu berusaha mengusir tangan Young Saeng dari pinggangnya. Sial, namja itu justru semakin mencengkramnya dan lebih mendekatkan tubuh Sung Young kepadanya. Seketika wajah Sung Young memerah mengetahui jarak mereka sangat dekat.

Krieekk…Pintu kantor Mr.Kim terbuka, membuat Young Saeng langsung melepaskan tangannya yang sedari tadi mencengkram pinggang Sung Young. Kyu Jong sudah berdiri di ambang pintu menatap mereka berdua dengan…entahlah ekspresi macam apa. Mungkin merasa tidak enak melihat kedekatan Sung Young dan Young Saeng.

“Hehehe…mianhae, aku hanya ingin mengumpulkan laporanku.” Kyu Jong menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Ah, kau sudah selesai rupanya. Taruh saja di meja”
Mr.Kim tiba-tiba muncul dari belakang Kyu. Entah darimana saja dosen itu.

“Kalau begitu aku permisi dulu.” Kyu Jong membungkuk sekilas pada Mr.Kim, lalu berjalan menjauh.

“Ak…aku juga mau pergi dulu, Mr. Mianhae, kurasa aku bisa melanjutkannya besok.” Kata Sung Young sambil mengambil tasnya lalu berlalu meninggalkan Mr.Kim yang kebingungan.

“Young Saeng-ssi? Apa yang terjadi?”

---

Tuesday, 19.30 KST

Kedua mata Sung Young sudah siaga sedari tadi. Mengawasi setiap gerak-gerik yang mencurigakan. Mengawasi setiap orang yang berlalu-lalang. Sayang, sudah 2 jam dia mengawasi tetap saja tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Bahkan dia sudah meyelidiki dan bertanya kesana-kemari mengenai obat-obatan terlarang yang beredar luas di Korea. Namun nihil. Tidak secuil informasi pun yang didapatnya.

“Huh, tidak semudah yang aku pikirkan. Mencari jejak yang belum pasti itu cukup sulit.” Ucapnya lirih sambil melepas lelah. Duduk di bangku pinggir jalan kawasan Myeondong membuatnya lumayan mengurangi penat.

Hmm...cuaca malam kali ini terasa begitu dingin. Ah, musim dingin sudah dekat. Sung Young merapatkan jaket coklatnya dan memasukkan tangan ke saku. Mencoba membuat tangannya tetap hangat. Ceroboh, dia lupa memakai kaos tangan.
Diedarkannya pandangan Sung Young ke segala arah, sekali lagi mencoba melihat sesuatu yang ganjil. Ternyata mata Sung Young malah menangkap sepasang kekasih yang sedang bercumbu. Ih, membuat Sung Young risih saja melihat yang seperti itu di depan umum. Apa mereka tidak punya malu?

“Hyung, aku akan mengganti uangmu lusa.”
Telinga Sung Young menangkap suara seseorang yang berdiri beberapa meter dari tempatnya duduk. Sejenak diamatinya namja yang..umm..sepertinya masih SMP, berbicara dengan namja yang lebih tua. Mereka tengah berdiri di depan sebuah jalan kecil yang diapit dua bangunan besar.
Mata Sung Young melotot melihat namja yang lebih tua memberikan bungkusan putih pada namja kecil itu. Sung Young tahu, bungkusan itu berisi bubuk heroin, salah satu obat-obatan yang tidak seharusnya berada di tangan bocah SMP. Sebelum dua namja itu pergi, Sung Young menghampiri mereka.

“Silyehamnida.” Kata Sung Young ramah membuat namja itu terkejut. Mereka hendak kabur rupanya.

“Jamkkanman…Aku hanya ingin tahu di mana kalian membeli bubuk heroin itu.” Kata Sung Young to the point.
Namja yang lebih kecil terlihat ketakutan mendapati Sung Young. Namun namja yang satunya justru mengamati Sung Young dari atas ke bawah sambil tersenyum.

“Kau mau beli juga, cantik?” Tanya namja itu dengan senyum mesum.

“Hahaha, begitulah.” Jawab Sung Young sekenanya, merasa risih dan eneg berlama-lama di depan mereka.

“Kau beli saja di tempatku.” Namja itu menunjuk sekantong heroin.

“Anni, aku akan membeli dalam jumlah banyak.”

“Wah, orang kaya. Baiklah…Kau Tanya saja pada namja di sana.”
Si namja menunjuk ke jalan sempit di belakangnya. Berbeda dengan jalan utama, jalan sempit itu lumayan gelap. Sung Young menengok sekilas, matanya menangkap siluet orang yang sedang berjalan semakin menjauh.

‘Itu dia.’ Pikir Sung Young. “Oh, jeongmal gamsahamnida.”
Dengan cepat Sung Young berjalan masuk ke jalan sempit itu, tidak peduli dengan teriakan namja yang baru saja memberitahunya.

“AGH!”
Sung Young menendang tong sampah di sampingnya, kesal. Ternyata orang yang dilihat Sung Young tadi sudah menghilang. Hah, secepat itukah. Menggerutu, hanya itu yang bisa dilakukannya. Padahal dia sudah sangat dekat dengan pelaku yang mungkin sangat bertanggung jawab dengan kasus ini.

Saat akan berbalik, ekor mata Sung Young melihat sesuatu di dekat tong sampah. Sebuah plastik bening berisi bubuk putih. Diambilnya, lalu diendus singkat. Memang heroin. Rupanya si penjual telah meninggalkan barang jualannya. Sejenak Sung Young teringat dengan dua namja yang ditemuinya tadi. Berniat ingin menginterogasi lebih lanjut.

Lagi-lagi Sung Young tidak beruntung. Dua namja tadi sudah pergi.

“Arrrhh…” Kesal Sung Young. Tangannya menggenggam erat menahan kesal. Dilihatnya bungkusan yang tadi ditemukannya. Kali ini Sung Young berniat masuk ke jalan itu lagi, menyelidiki apakah masih ada sesuatu yang tertinggal dan bisa membantu memecahkan kasus ini.

Satu demi satu ditelitinya barang-barang yang ada di situ. Walau pencahayaannya yang minim, mata Sung Young yang sudah terbiasa dengan keadaan ini dengan cepat terbiasa.

“Huh, sepertinya sudah tidak ada.”
Sung Young berniat kembali lagi, sekarang saatnya kembali ke markas. Melaporkan bungkusan yang dia temukan dan menceritakan kejadian yang dia alami. Baru saja Sung Young berbalik, sesosok yang tinggi berdiri di hadapannya.

“KYAAAAA!!”

Dag dig dug! Sung Young merasa was-was. Apakah ini si penjual itu? Karena saking gelapnya, Sung Young tidak bisa melihat rupanya dengan jelas. Tapi bisa dipastikan kalau itu seorang namja. Matanya berkilat-kilat terkena pantulan cahaya yang minim.

Belum sempat berkata-kata lagi, tangan Sung Young langsung dicengkram dan ditarik menuju jalan utama. Sung Young justru meronta, mencoba melepaskan tangannya tapi sial! Percuma saja. Baru saat mereka sampai di jalan yang lebih terang, Sung Young melongo tak percaya dan sedikit lega. Hah, ternyata itu Heo Young Saeng. Padahal yeoja itu sudah takut setengah mati. Sung Young pikir dia akan diculik, dibunuh, atau malah diperkosa.

“Sedang apa kamu berada di jalan gelap itu, heum? Kalau ada yang macam-macam denganmu bagaimana?” Kata Young Saeng khawatir sambil melepaskan genggamannya. Baru disadari Sung Young kalau mata yang berkilat itu berasal dari kacamata Young Saeng.

“Ya suka-suka aku, dong. Jangan mengurusiku.” Sung Young tampak sebal. Mungkin karena harus bertemu dengan Young Saeng, lagi.

“Umm..dan kenapa kamu di Myeongdong? Aaah, kamu ingin menemaniku belanja, kan? Sudah kuduga itu. Tapi…sayangnya aku sudah selesai.”
Young Saeng menunjukkan 3 tas kresek besar.

“Iddih, siapa juga yang ingin menemanimu. Bertemu denganmu saja enggan.”
Young Saeng hanya terkekeh mendengarnya.

“Ah, iya. Bagaimana kalau kita minum coklat panas? Cuacanya sangat dingin. Dan kurasakan tadi tanganmu begitu dingin. Kkaja!”

Tanpa menunggu persetujuan Sung Young, namja itu langsung menarik calon pendamping hidupnya. Tidak dipedulikannya Sung Young yang terus ngedumel, entah memakinya atau minta dilepaskan. Mereka tetap terus berjalan menuju REBIRTH café yang masih berada di kawasan Myeongdong.


“Tolong coklat panasnya 2.” Kata Young Saeng pada waitress begitu mereka duduk.

Café ini ternyata lumayan sepi, tidak seperti biasanya orang-orang sampai rela berdesak-desakan demi masuk ke Rebirth café. Mungkin karena cuaca yang kurang mendukung sehingga orang-orang lebih baik berada di rumah, berkumpul bersama keluarga, dan menyalakan penghangat ruangan.
Young Saeng mengamati setiap sudut café. Benar-benar sepi. Dilihatnya seseorang yang sedang memainkan piano. Ahh, menambah hangat suasana mendengarkan dentingan piano yang begitu merdu. Sampai pada akhirnya mata Young Saeng tertuju pada yeoja di depannya. Yeoja yang sedang melihat pemandangan di luar café karena mereka memang duduk di dekat jendela. Atau mungkin yeoja itu hanya mengalihkan pandangannya, tidak mau menatap namja yang saat ini duduk bersamanya. Begitu coklat panas sampai di meja mereka, baru Sung Young mau menghadap Young Saeng.

“Waeyo? Kenapa memandangiku terus? Membuatku takut.” Ternyata Sung Young sadar kalau terus diperhatikan Young Saeng.

“Annia. Oh, ya” Young Saeng terlihat sibuk mengobrak-abrik belanjaannya. “Saengil Chukahamnida, Sung Young-ah.” Sung Young menganga mendapati sebuah kado tersodor dihadapannya.

“MWO? Apa kau tidak salah? Ulang tahunku sudah berbulan-bulan yang lalu. Kau sudah sangat terlambat”
Sung Young merasa aneh dengan namja di depannya. Bukankah ulang tahunhya itu 6 bulan yang lalu? Entah apa dia harus menolak atau menerima kado itu.

“Ah, tidak ada kata terlambat untukku. Terimalah! Atau kau bisa menganggapnya sebagai tanda atas pertemuan kita, mungkin? Ini tidak besar, Sung Young-ah.”
Sung Young hanya terdiam.

“Aku akan mengembalikannya ke toko kalau kau tidak mau.” Lanjutnya.
Young Saeng hendak mengambil kadonya lagi. Tapi Sung Young buru-buru meraihnya. Tak sengaja tangan mereka sedikit bersentuhan.

“Ummm…go..gomawoyo.”
Oh, sial. Kenapa jadi gugup seperti ini. Begitu batin Sung Young. Sepintas Sung Young teringat dengan kejadian tadi siang di kantor Mr.Kim, ck membuatnya bertambah gugup saja.
  
Kejadian malam ini ternyata begitu singkat. Setelah mereka menghabiskan coklat panas, Young Saeng segera mengantar Sung Young kerumah. Ternyata sepanjang perjalanan, mereka terlihat semakin akrab saja. Mereka lebih banyak mengobrol dibandingkan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Wow, setan apa yang merasuki mereka?

Malam semakin larut saja, tapi Sung Young belum juga memejamkan mata. Entah kenapa dia jadi sulit tidur. Masih terpikirkan olehnya kejadian tadi. Dia masih saja penasaran dengan orang yang begitu bertanggung jawab dengan penjualan narkoba itu. Kadang-kadang yeoja itu merasa kesal karena tidak berhasil menemukan petunjuk yang lebih jelas. Bahkan tadi dia sudah hampir dekat dengan si penjahat. Ah, tapi sayang sekali orang itu malah kabur. Jangan-jangan penjahat itu sudah tahu kalau ada seorang detektif yang ingin menangkapnya?

Otak Sung Young terus berputar seperti film yang di flashback. Sampai dia teringat kejadian saat di café. Sung Young jadi ingat dengan kado yang diberikan Young Saeng, dia belum sempat membukanya sejak pulang tadi. Kado itu masih tergeletak di tempatnya, di atas nakas dekat lemari.

Lama Sung Young memandangi bungkusan biru itu. Mencoba menebak-nebak apa isinya. Dikocoknya sejenak tapi tidak terdengar apa-apa. Perlahan dilucutinya kertas kado yang ada. Sung Young terbelalak mendapati kardus pembungkus yang sangat dikenalnya. Dan..taraaa…isnya pun sama seperti yang diduganya. Sebuah PSP yang benar-benar masih baru dan mengkilap. Dia benar-benar tidak menyangka kalau namja kamseupay itu akan mengkadonya sebuah PSP. Kebetulan sekali PSP lamanya itu sudah rusak akibat permainannya yang kasar tempo lalu. Dan kali ini dia benar-benar mendapatkan gantinya, ah, bahkan ini lebih bagus, merknya lebih baik dari yang dimilikinya. Dasar orang kaya.

“Gomawoyo, oppa.”

---

Wednesday, 20.00 KST

Karena seharian tadi jadwal kuliah Sung Young begitu padat, yeoja itu baru bisa datang ke markas pada malam harinya. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk menunjukkan dan menceritakan yang ditemukannya kemarin malam. Tentu saja kecuali saat pertemuannya dengan Young Saeng.

“Masuklah!” Perintah seorang namja dari dalam ruangan begitu Sung Young mengetuk pintu. Siapa lagi kalau bukan komadannya, Komandan Kim.

“Ah, kau sudah di sini rupanya.” Kata Sung Young sambil mengisyaratkan Jung Min untuk menggeser pantatnya, memberikan tempat yang cukup untuknya duduk.

“Jadi, apa yang akan kau ceritakan?” Ujar Komandan Kim sambil mengamati Sung Young yang sedang merogoh-rogoh saku jaketnya.

“Ini, aku menemukan heroin di jalan sempit kawasan Myeongdong.”
Komandan Kim mengamati bungkusan itu. Kepalanya mengangguk-angguk pelan mendengar cerita Sung Young tapi matanya tetap focus pada benda di tangannya.

“Kalau begitu, kau harus datang lagi ke tempat itu.” Komentar Jung Min begitu Sung Young selesai dengan cerita panjangnya.

“Tentu saja aku akan kesana lagi. Mungkin akan semakin bagus kalau aku bertemu dengan dua konsumen yang sama.”

“Hmm…mungkin kau bisa datang ke sana sendirian, tapi aku dan Komandan Kim akan mengawasimu. Sampai pada saat kita melihat sesuatu yang mencurigakan, atau mungkin kau menangkap tersangkanya, kami akan muncul untuk membantumu, eottokhae?” Usul Jung Min.

“It’s sound great. Tapi…sayang sekali aku tidak bisa akhir-akhir ini, kasus penculikan yang kemarin belum selesai. Bagaimana kalau kau saja, Jung Min-ah?” Kata komandan Kim menyesal.

“Itu tidak perlu. Aku bisa sendiri, Komandan.”
Sung Young melirik Jung Min sinis. Namja itu hanya tertawa, meragukan kemampuan Sung Young mengatasi masalah ini sendirian. Komandan Kim hanya mengiyakan saja, walau dari matanya jelas terpancar raut kekhawatiran.

“Berani sekali kau, ya. Eh! Ada nyamuk di tengkukmu!!”
PLAK! Jung Min menepuk tengkuk Sung Young keras-keras membuat yeoja itu berisik karena teriak-teriakannya. Dengan jelas telihat tengkuk Sung Young memerah akibat tepukan keras Jung Min. Pantas saja yeoja itu mengerang.

“BABO!!! SAKIT TAUK!! Dasar kuda jelek!!”
Komandan Kim langsung bangkit dari duduknya. Membiarkan dua agennya ribut. Sung Young terus saja menjambak rambut lebat Jung Min membuat si empunya mengaduh berusaha melepaskan diri dari cengkraman kuat tangan Sung Young. Sekuat tenaga Jung Min berusaha lari dari penderitaan ini, tapi sia-sia saja. Yeoja ini, kalau sudah kesal akan menyiksa apa saja tanpa perasaan.

“AAH!! APPO!! Lepaskan Sung Young-ah!”

---

Thursday, 19.00 KST

Sesuai rencana yang telah dipersiapkan, Sung Young kembali mendatangi kawasan Myeongdong lebih tepatnya mendatangi jalan kecil yang diapit dua bangunan besar. Seperti biasa, jalan itu minim penerangan sehingga Sung Young harus benar-benar focus melihat segenap aktifitas di sana. Yeoja itu mengamati dari bangku di pinggir jalan sama seperti kemarin malam.

Baru disadari olehnya, salah satu bangunan yang mengapit tempat itu adalah toko GameGyu. Yaitu toko yang menjual aneka macam peralatan yang bisa digunakan untuk bermain game. Ah, pantas saja Young Saeng bertemu dengan Sung Young. Ternyata Young Saeng membeli PSP untuknya di toko itu. PSP sebagai kado ulang tahunnya yang sebenarnya sudah sangat terlewat. Dia tidak habis pikir kalau akan ada orang yang membelikan benda yang sangat dia sukai. Sung Young senyum-senyum sendiri mengingat PSPnya yang tersimpan aman di kamarnya. Bahkan dia sempat mengingat namja yang memberinya PSP tersebut.


Menit demi menit berlalu. Hanya saja di jalanan sempit itu belum ada tanda-tanda yang mencurigakan. Orang-orang yang berlalu lalang semakin sedikit mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 20.30. Untuk kesekian kalinya Sung Young mengeratkan jaket merah berbulu yang dikenakannya. Tangannya masuk ke saku-saku jaket merasa tangannya membeku padahal dia sudah memakai sarung tangan. Hembusan asap putih terus keluar seiring Sung Young bernafas. Hah, cuaca malam ini begitu buruk. Sialnya Sung Young malah berada di luar rumah saat cuaca ekstrim seperti ini, menunggu entah orang yang tidak jelas keberadaannya.

Lama-lama Sung Young menjadi kesal karena sudah pukul 21.00 orang yang ditunggunya tidak muncul-muncul. Dia berpikir mungkin memang tidak ada transaksi hari ini. Akhirnya Sung Young memutuskan untuk pulang saja. Dan memutuskan untuk kembali lagi besok. Dia berdoa semoga besok lebih beruntung.

Begitu beranjak, suatu benda berwarna putih jatuh dari langit. Jatuh perlahan menghampirinya. Sung Young menengadahkan wajahnya mencoba menyambut. Benda itu terhenti ketika mendarat di pipi Sung Young, lalu melumer di sepanjang pipi chubby yeoja itu.

“Ah, salju pertama sudah turun.”

---

Sunday, 14.00 KST

“Bagaimana misimu?” Tanya seorang namja yang sedang berjalan di samping seorang yeoja sambil memakan lollypop. Yeoja itu tak lain adalah Sung Young, dan namja itu adalah Jung Min.

“Sepertinya penjual itu tahu kalau aku memperhatikannya. Semenjak malam aku menemukan heroin itu, dia tidak pernah muncul lagi. Sampai-sampai aku membeku menunggunya. Aku sudah menanyakan orang-orang disekitar, mereka tidak tahu-menahu tentang transaksi obat-obatan itu. Bahkan sudah kuselidiki tempat-tempat yang memungkinkan, tapi…ah benar-benar nihil.”
Sung Young mengerang frustasi tidak menemukan petunjuk yang lebih ampuh sejauh ini.

“Komandan juga sudah menyelidiki heroin itu. Tidak ada sidik jari yang menempel di plastiknya, Sepertinya orang-orang yang bersangkutan menggunakan sapu tangan untuk menyentuhnya. Ckckck, sungguh pintar.”
Sung Young semakin mengerang mendengarnya. Tapi, tidak sampai di sini perjuangannya. Dia akan terus berusaha untuk menyelidiki sampai tuntas.

“Mau bareng?” Tawar Jung Min sambil membuka pintu mobilnya.

“Anni, gomawo. Aku harus ke suatu tempat.” Jung Min mengangguk dan segera memacu mobilnya.

Yah, mereka saat ini baru saja pulang dari kampus. Mereka mengikuti special class di hari Minggu. Sebenarnya cukup membosankan, tapi kesempatan untuk menuntut ilmu ini tidak disia-siakan oleh murid yang bisa dibilang jenius seperti mereka.

Sung Young berencana akan ke Myeongdong. Tapi kali ini bukan untuk duduk termangu di pinggir jalan menunggu orang mencurigakan. Lagian ini masih siang. Dia ke Myeongdong ingin membeli sesuatu. Entah, Sung Young merasa ingin memberikan kado kecil atau mungkin balas budi untuk teman namjanya. Ah, bukan sekadar teman. Bukankah mereka akan menikah?


Sesampainya di Myeondong, Sung Young benar-benar bingung. Barang apa yang pantas diberikan untuk Young Saeng? Dia sedari tadi hanya berjalan di trotoar. Melihat-lihat toko dari luar. Sejenak dia berhenti dan melihat barang-barang dari kaca toko. Tapi, entah kenapa tidak ada barang yang sesuai keinginan.
Sampai dia berhenti di depan toko yang menjual barang-barang khusus namja. Sung Young berniat masuk ke sana, mungkin ada barang yang cocok untuk Young Saeng. Baru saja dia memegang kenop pintu, matanya menangkap seseorang yang berjalan keluar dari jalan di samping toko. Baru disadari kalau jalan itu adalah jalan sempit yang selalu diselidikinya.

Seketika Sung Young mengurungkan niatnya untuk masuk ke toko. Dia terus memperhatikan orang yang sangat aneh di depannya. Mungkin seorang namja. Orang itu memakai jaket, topi, dan kacamata hitam. Plus sarung tangan dan jeans abu-abu. Namja aneh itu celingak-celinguk sejenak, lalu dikeluarkannya sebuah kantong bening dari saku jaket dan dimasukkan kedalam mobil hitam yang terparkir persis di depannya. Sung Young tahu pasti, kantong itu berisi obat-obatan yang sama seperti yang ditemukannya waktu itu. Yeoja itu terus terpaku di tempat. Mencoba menyimpulkan kalau orang itu adalah penjahat yang dicarinya selama ini.

Baru Sung Young tersadar saat penjahat itu berlalu dengan mobilnya. Sung Young langsung panik mencari-cari taxi untuk membuntuti mobil hitam tadi sebelum kehilangan jejak. Untung dia cepat menemukan taxi yang kebetulan melintas.

“Ahjussi, tolong ikuti mobil hitam itu.” Pinta Sung Young. Tanpa ba bi bu lagi mereka segera melesat.

Ternyata si penjahat membawa Sung Young ke sebuah rumah yang begitu besar tapi terlihat mengerikan seperti tidak terawat. Ditambah dengan pagar tembok tinggi yang mengelilingi, semakin membuat kesan angker. Tapi yeoja itu tidak takut, dia bahkan ingin segera menyelidiki dan memastikan orang tadi adalah penjahat yang sebenarnya. Dia sudah muak dengan misi yang tidak kelar-kelar seperti ini.

Setelah membayar taxi, Sung Young mengendap-endap masuk melalu pagar besi yang kebetulan terbuka lebar. Woo..rumah itu semakin ngeri karena halamannya tidak terawat sekali pun. Banyak semak-semak dan tanaman pengganggu yang tumbuh. Yeoja itu harus berjalan sepelan mungkin agar tidak menginjak ranting-ranting dan menjadikannya ketahuan.

Sung Young memutuskan untuk masuk lewat pintu belakang, itu dirasanya cukup aman. Dan kebetulan pintu belakang sangat mendukung karena memang tidak dikunci. Perlahan Sung Young mengendap memasuki ruangan pertama yang dijumpainya. Ruangan itu berdebu dan kosong. Hanya sarang labah-labah yang menghiasi di sana-sini. Ck, tempat ini begitu cocok untuk sarang penjahat. Begitu kotor dan menjijikkan.

Ruangan pertama sukses dilewati. Sung Young beralih ke ruangan selanjutnya yang terkesan lebih gelap karena semua jendela ditutup. Hanya fentilasi-fentilasi yang mengantarkan cahaya dari luar membuat ruangan itu sedikit terang. Sejenak Sung Young terdiam mendapati beberapa karung yang tergeletak di sudut ruangan, di samping sebuah nakas. Yakin 501% kalau karung itu berisi obat-obatan terlarang yang selama ini beredar di Korea. Evil smirk terlukis di wajahnya. Sung Young memutuskan untuk menghubungi Komandan Kim kalau dia sudah menemukan tempat dan mungkin tersangka yang tepat. Barus aja dia akan mengambil benda khusus untuk menghubungi Komandan. Tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dari belakang. Sontan yeoja itu terbelalak dan meronta berusaha melepaskan diri. Tapi sayang sekali orang itu terlalu kuat.

“Huuummpphh…”

Kuatnya dekapan membuat Sung Young sesak karena hidungnya ikut tertutup. Yeoja itu merasakan diseret paksa (dengan masih dibekap tentunya) menuju ke sebuah ruangan. Ruangan yang lebih bersih dari ruangan-ruangan lain, juga lebih terang. Baru disadari kalau ternyata ruangan itu adalah kamar tidur. Terbukti dengan adanya ranjang dan lemari. Yah, hanya itu saja. Tapi sukses membuat Sung Young merinding. Segala ketakutannya ditepis jauh-jauh. Dia belum kalah, dia harus melawan, berusaha membebaskan diri, dan tetap berpikir positif. Benar-benar tidak ingin pikiran yang tidak-tidak menghantuinya sehingga salah mengambil tindakan.

Begitu mereka masuk, Sung Young seperti mendapatkan kekuatannya kembali. Tanpa segan, yeoja yang notabenennya sebagai agen itu langsung menyikut rusuk orang di belakangnya.

“Arrghh!!!”
Sontan saja orang itu melepaskan dekapannya, beralih memegang bagian depan tubuhnya yang terasa ngilu.

Kali ini Sung Young dapat dengan jelas melihat siapa pelakunya. Seorang namja rupanya. Sepertinya namja yang tadi. Berpostur tinggi dengan rambut kehitamannya yang sedikit acak-acakan. Sung Young bersiap dengan mengeluarkan sebilah pisau yang terselip di stockingnya. Sial sekali, karena kejadian yang begitu mendadak ini membuat Sung Young lupa peralatan detektifnya. Terutama pistol kesayangannya yang sekarang tersimpan di sebuah kotak bawah tempat tidur. Ditambah dengan alat panggilan darurat tadi terjatuh entah dimana.

Namja itu sudah berhenti dari sakitnya. Sekarang beralih menatap Sung Young. Hanya saja, tatapan itu terkesan lembut tidak seperti penjahat yang biasa dihadapi Sung Young. Tapi yeoja itu tetap memasang wajah garang sambil mengacungkan sebuah pisau.

“Jadi…kau penjahatnya? Orang yang melakukan transaksi obat-obatan terlarang, hah?”
Keringat terus bercucuran di kulit wajah Sung Young, tapi tidak dipedulikannya.

“Ne.” Jawab namja itu singkat sambil perlahan mendekati Sung Young.

“Yaa!! Jangan mendekat!”
Sung Young mengayunkan pisaunyanya, menakut-nakuti. Namja itu perlahan mundur atau lebih tepatnya menghindar agar tidak terkena sabetan benda tajam itu.

“Eits, jangan main-main dengan benda itu, Sung Young-ah. Berbahaya!”

Sung Young terdiam sejenak, tapi masih waspada. Mwo? Namja itu baru saja menyebut namanya. Berarti dia mengenal Sung Young.

“Neo? Mengenalku? Sebenarnya siapa kamu?” Tanya Sung Young heran. Tapi tidak berusaha menurunkan tangannya, tetap diacungkan pisau itu tepat menunjuk muka si penjahat.

“Mwo?? Jadi daritadi kau tidak mengenalku? Hahahaha…Aneh sekali, dengan calon suami sendiri tidak kenal.”

DUAARRR! Bagai tersambar petir. Sung Young melotot sempurna, tubuhnya kaku mendengar pengakuan si penjahat, mendapati siapa yang berdiri di depannya saat ini ternyata adalah targetnya. Selama ini dia tidak menyadari, namja kalem dan cupu yang selalu di sampingnya adalah….orang yang selama ini diburunya. Benar-benar tidak masuk akal. Yeoja itu mencari kesana-kemari demi menangkapnya, tapi ternyata orang itulah yang selalu berusaha mendekati dirinya.

Yang lebih mengejutkan, namja pengedar narkoba ini sebentar lagi akan menikah dengannya. Dengan kata lain dia menikah dengan seorang kriminal yang secepatnya akan masuk sel. Herannya, Sung Young hampir tidak mengenali namja di depannya itu. Mungkin karena tidak memakai kacamata dan rambutnya sedikit dinaikkan menampakkan mata indah yang tidak pernah dilihat Sung Young dengan jelas selama ini. Mungkinkah semua dandanan cupu itu hanya penyamaran? Inikah wujud asli Young Saeng calon suaminya? Emm… entahlah atau mereka akan tetap menikah.

“Apa kau belum percaya juga?”
Namja itu menurunkan rambut depannya sehingga menutupi sebelah mata. Benar-benar mirip dengan Young Saeng yang selama ini dikenalnya.

Sung Young diam di tempat. Dirinya masih kaku setelah menerima semua kenyataan. Ternyata kesempatan ini tidak disia-siakan. Young Saeng langsung mengambil alih pisau di tangan Sung Young, membuat yeoja itu tersadar.

“Yaa!”

“Jangan bermain-main lagi dengan ini, ne? Aku tidak mau diantara kita ada yang terluka.” Kata Young Saeng santai sambil membuang pisau itu ke kolong tempat tidur. Sung Young menatap kesal.

“Jadi..selama ini kau hanya menyamar, hah? Aku tidak menyangka. Dan, jangan-jangan kau yang telah merencanakan perjodohan kita? Entah aku tidak tau maksud dibalik semua ini, tapi..aku yakin rencanamu itu busuk!” Semprot Sung Young, emosi.

“Hey, dengarkan penjelasanku dulu.”
Young Saeng mendekati Sung Young. Ekspresinya jelas terlihat kalau dia sedang memohon agar Sung Young mendengarkan entah apa yang akan dijelaskannya. Tapi yeoja itu tidak mau mengerti, malah semakin menjauh dan berjalan menuju pintu.

“Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah jelas saat ini kalau kau penjahat! Lupakan semua perjodohan dan pernikahan! Aku akan membawamu ke kantor polisi! Dan bilang semuanya pada orangtuaku kalau mereka telah salah menjodohkanku dengan seorang kriminal.”
Sekuat tenaga Sung Young menarik-narik kenop pintu. Tapi sayang, pintu itu tidak bergeming. Yeoja itu terlihat panik tapi berusaha tenang.

“Kau akan mengurungku?! Cepat bukakan pintunya!”

“Untuk apa aku membukakan pintu kalau kau akan membawaku ke polisi. Aku akan melepaskanmu setelah kau mendengarkan semua yang akan aku jelaskan. Syukur bisa memahaminya.”
Sung Young tidak peduli. Terus ditendangnya pintu itu berharap akan runtuh dan membuatnya bisa keluar.

“Jebal..”
Tidak disangka Young Saeng memeluk Sung Young dari belakang. Maksudnya agar yeoja itu tenang. Tapi yang diperbuatnya malah membuat Sung Young kalap. Bertubi-tubi pukulan mendarat di tubuh Young Saeng. Perbuatan Sung Young itu membuat Young Saeng tidak sabar lagi. Yeoja ini begitu keras rupanya.

Dengan mudah Young Saeng langsung mengunci tangan Sung Young. Dilemparnya yeoja itu ke ranjang. Tidak menunggu Sung Young mengatur nafas, Young Saeng menuju lemari untuk mengambil tali dan diikatnya pada kedua tangan yeoja itu lalu disatukan pada kepala ranjang. Kakinya juga sekalian diikat agar tidak terus menendang.

“Apa yang akan kau lakukan?!!” Teriak Sung Young. Tidak bisa dipungkiri kalau jantungnya saat ini berdebar cepat. Tubuhnya terus berontak di atas tempat tidur membuatnya berderik.

“Memaksamu.”

“Lepaskaaan!!! Yaaa!”

“Dengarkan penjelasanku.”

“Hanya mendengarkan?”

“Oh, anni. Kau hanya perlu tutup mulut mengenai kasus ini. Syukur-syukur kau bisa membantuku” Tentu saja Sung Young terbelalak, menolak mentah-mentah. Mana mungkin dia membiarkan kasus ini lepas begitu saja.

“KAU GILA?! Tidak akan!!”

“Aku punya alasan. Dengarkan aku dulu.”

“Ahh!! Neoneun michyeo namja!!”

“Aish~ternyata kau sangat berisik.”

Young Saeng yang semula hanya berdiri menatapi Sung Young perlahan naik ke ranjang. Tangannya terulur untuk membelai wajah calon istrinya yang menurutnya cantik(:p). Evil smile terukir di wajahnya seiring tangannya yang semula berada di pipi Sung Young kemudian ke dagu. Diangkatnya agar Sung Young mendongak, lebih menatapnya. Sangat kentara yeoja itu gemetar atas perlakuan Young Saeng.

“Kau mau mendengarku tidak?” Kata Young Saeng lirih.

“Jauhkan tangan kotormu!!”

Young Saeng hanya memutar bola matanya. Ternyata yeoja ini masih berisik saja, sungguh keras kepala. Tangan Young Saeng tergerak menuju resleting jaket merah Sung Young. Dibukanya cepat, membuat Sung Young terbelalak.

“KYAAAAA! APA YANG AKAN KAU LAKUKAN?!”

“Melakukan…sesuatu…”

Wajah Young Saeng sudah benar-benar dekat sehingga dapat dengan jelas melihat wajah Sung Young yang pucat daritadi. Yeoja ini sebenarnya takut, tapi dia terus berusaha melawan.
Akhirnya, Young Saeng tidak punya pilihan lagi. Dia mencoba melepas kancing kemeja yeoja di bawahnya itu. Satu. Tidak ada tanggapan apa-apa. Beralih ke kancing berikutnya.

“AAAAA!! NE! Aku akan mendengarkanmu. Jebal…lepaskan aku.” Mohon Sung Young. Ternyata air mata sudah menggenang di matanya.

Young Saeng tersenyum puas, rencananya berhasil. Tapi sebenarnya dia tidak tega melihat orang yang dicintainya ketakutan dan hampir menangis seprti itu. Segera dilepasnya tali yang sedari tadi mengikat Sung Young. Yeoja itu langsung mengeratkan lagi jaket yang terbuka, merasa dingin dan…takut.
Saat ini, mereka berdua sudah duduk berjejer di pinggir ranjang. Sung Young sudah memasang telinga untuk mendengarkan penjelasan namja di sampingnya.

“Sebenarnya aku melakukan ini karena terpaksa. Seseorang menyuruhku untuk menjadi bandar narkoba karena mengancam akan membunuh orangtuaku. Ternyata itu juga motif agar dia bisa mencuri saham perusahan keluargaku. Baru kusadari kalau ayahnya adalah saingan terberat perusahaan appa, mereka berdua sama-sama licik. Tapi appa licik untuk hal positif. Nah, pada akhirnya perusahaan itu kalah dan berniat untuk mejatuhkan perusahaan appa dengan mencuri saham. Untuk itu, appa berencana menjodohkan kita agar perusahaan appa bergabung dengan perusahaan appa kamu sehingga bisa sedikit memperkuat perusahaan appa. Arraseo?”

Sung Young mengerti sekarang alasan sebenarnya dibalik perjodohan ini.

“Lalu, kenapa kau masih tergabung dengan komplotan ini?”

“Ah, aku masih bertahan karena ingin merebut kembali saham appa. Jadi pertama, aku melakukan ini karena diancam, dan yang kedua aku melakukannya karena punya alasan yang baik. Apa aku pantas dipenjara?” Young Saeng memasang wajah memelas, membuat Sung Young terkekeh. Sepertinya yeoja itu sudah menerima kebenaran yang sesungguhnya.

“Hmm…Kau bisa terbebas asal bisa mendapatkan penggantimu di penjara. Aku tidak mau, dong, pulang dengan tangan kosong.”

“Hahaha…itu beres.”

Sejenak mereka tersenyum dan tertawa bersama. Entah sejak kapan, Sung Young menjadi merasa nyaman saat berada di dekat Young Saeng. Ditambah melihat calon suaminya yang ternyata cukup tampan ini membuatnya betah memandang namja itu. Sung Young sadar, benih-benih cinta mulai tumbuh di hatinya. Oh, cinta? Hampir tidak disangka kalau Sung Young akan jatuh cinta seperti ini.

Tanpa di sadari, telapak tangan Young Saeng telah memegang pipinya. Tubuh Young Saeng sedikit condong agar bisa meraihnya. Sebelum itu terjadi, Sung Young hanya bisa memalingkan wajah. Jantungnya berasa ingin meledak dan wajahnya memanas.

“Eh..ehm,,ngomong-ngomong…siapa penjahat yang sesungguhnya?”
Young Saeng hanya tersenyum melihat wajah yeoja di depannya itu memerah, malu dan gugup. Ditegakannya lagi badannya.

“Kau tidak akan menyangka. Dan kau mengenalnya.”

“Nuguseyo?”


“Dia… Dosen Ekonomi kita, MR.KIM.”


---

Monday, 10.45 KST

“Mwo?! Kau yakin?!”

“Sssstt…tutup mulut besarmu, Jung Min-ah.” Sungut Sung Young. Temannya ini ternyata tidak berubah, selalu berbicara keras.

“Benarkah Mr.Kim yang itu? Dosenku? Ommona…aku tidak menyangka.”
Kyu Jong hanya menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya dengan semua penjelasan Sung Young tadi.

Yah, saat ini Jung Min, Kyu Jong, dan Sung Young berada di tempat biasa. Dimana lagi kalau bukan cafetaria. Tentu saja Sung Young langsung menceritakan semua yang dialaminya kemarin. Benar dugaannya, kedua temannya tidak akan percaya.

“Ne, dan hari ini lah Young Saeng akan melancarkan aksi merebut sahamnya kembali karena dia berhasil mengetahui lokasi penyimpanannya. Eh, aku ada jam sekarang, kita sambung lagi sepulang kuliah.”
Sung Young sudah beranjak, bersiap untuk pergi.

“Eh, bukankah kamu lebih muda dari Young Saeng? Harusnya kau memanggilnya oppa, bukan?” Komentar Jung Min sambil tersenyum penuh arti.

“Hahahaha, akan kupikirkan.”

---

Monday, 14.00 KST

Seorang namja terlihat sedang mengendap-endap di sebuah lorong yang remang-remang. Sekecil mungkin membuat suara agar tidak ketahuan si pemilik rumah. Ne, Young Saeng sedang melaksanakan aksinya untuk mengambil yang bukan hak pemilik rumah ini. Kebetulan hari ini tidak ada jam, karena Mr. Kim sedang ada perlu di Incheon. Sempurna.

Tidak berapa lama, Young Saeng sudah sampai di ruang brankas. Satu-satunya brankas di situ adalah tujuan utamanya. Untuk membukanya, diperlukan sidik jari si pemilik rumah, Mr.Kim. Kebetulan dia sudah mendapatkannya saat menyusup ke kantornya di Namsang.

BIP! Brangkas itu menjeplak terbuka. Young Saeng berbinar mendapati apa yang dicarinya. Ternyata lembran saham itu masih ada di tempatnya. Syukurlah. Hanya saja kegembiraan itu tidak lama, seseorang lebih dulu memukul tengkuk Young Saeng membuatnya tidak sadarkan diri.

Dilain tempat…

Sung Young merasa gelisah. Dia terus berdoa agar calon suaminya berhasil mendapatkan saham itu. Selain berdoa, dia juga sedang menunggu kedua temannya di taman depan University. Sayang sekali cafetaria yang biasa ditempati sudah tutup. Hah, padahal baru jam setengah 3.

Lama ditunggu, teman-temannya tidak muncul juga. Yah, karena memang kelas bahasa asing keluar duluan. Terpaksa Sung Young menunggu. Dia hanya mondar-mandir merasa bosan. Tiba-tiba ada seseorang yang muncul dan lansung membekap Sung Young dari belakang. Bau alkohol dari saputangan menyeruak ke hidung membuatnya pusing. Beberapa detik kemudian dirinya sudah tak berdaya, dan pelaku pembekapan itu membawa Sung Young ke mobil yang sengaja di parkir tersembunyi.

Beberapa saat kemudian…

Mengerjap. Keadaan sekeliling Sung Young terasa berputar. Digelengkan kepalanya agar terbiasa. Jamkkanman! Baru disadari kalau ternyata kedua tangannya terikat. Posisinya saat ini sedang duduk di sebuah kursi tapi tangannya diikat ke belakang.

“Yaaa!! Apa-apaan ini!”

Sung Young berontak keras berusaha lepas dari ikatan. Dia melihat ke sekeliling ruangan yang asing ini, mencari sesuatu yang bisa digunakannya untuk meloloskan diri. Namun, sesuatu yang dilihatnya justru lebih mengejutkan. Seorang namja yang posisinya sama seperti dirinya tengah terpejam. Namja itu persis di sebelah kanannya hanya saja sedikit jauh. Sung Young tahu benar siapa namja itu. Ne, dia adalah Heo Young Saeng.

“Young Saeng-ya!! Irreona!”

Sepertinya berhasil. Young Saeng mengerjap sesaat mendengar suara keras yang mengusiknya. Dilihatnya yeoja yang sangat dikenalnya membuatnya terbelalak.

“Sung Young-ah! Apa yang kau lakukan di sini?”

BRAAKK! Tiba-tiba pintu di belakang Sung Young menjeplak terbuka. Dua orang namja yang SANGAT familiar muncul sambil menampakkan evil smirk. Young Saeng menatap sengit kearah mereka sementara Sung Young, dia malah mematung. Benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Neo?” Ucap Sung Young lirih, ditujukan pada seorang namja yang sudah lama disayanginya.

“Ne? Kau terkejut? Ternyata sangat mudah membawamu kemari, Sung Young-ah. Mianhae, setelah kau menolakku, rasa cinta di hatiku perlahan tumbuh menjadi amarah. Aku telah gagal! Gagal mendapatkanmu! Dan kau, malah memilih namja tidak penting seperti..ORANG ITU!” Namja yang ternyata adalah Kyu Jong itu berteriak-teriak tidak jelas sambil menunjuk Young Saeng.

Perlahan, didekatinya Sung Young yang tengah menahan amarah agar tidak diledakkan begitu saja. Percuma marah kalau keadaan tidak memungkinkan, mending langsung bertindak sebagai pelampiasan. Kyu Jong jongkok di depan Sung Young, diangkatnya dagu yeoja itu. Sejenak Kyu terpana dengan wajah yeoja yang sangat dikaguminya sejak lama.

"Aku memang orang jahat. Akulah anak buah Mr.Kim yang sesungguhnya." Kata Kyu Jong dengan evil smirknya.

“Jadi, kau yang telah membocorkan rencana pengambilan saham pada dosen licik itu?!”
Cuh! Tanpa disangka, Sung Young meludah kearah Kyu Jong. Namja itu langsung berdiri dan mengusap saliva Sung Young dalam diam. Young Saeng tersenyum puas dengan yang dilihatnya.

“Jadi, selama ini kau juga hanya bersandiwara, hah? Nae hagsaeng?”
Mr.Kim Hyun Joong berkata keras dan menatap tajam Young Saeng yang tidak hentinya menatap sengit.

“Kau duluan yang memulai sandiwara ini!! Cepat kembalikan saham appa, dosen menyedihkan!!” Teriak Young Saeng penuh emosi. Mr Kim hanya tertawa.

“Hahahaha..kau lucu sekali. Hah, tidak lama lagi kau akan mati, Heo Young Saeng. Tapi sebelumnya, lihat itu.”

Young menengok kearah yang ditunjuk Mr.Kim, kearah Sung Young. Dengan evil smile, Kyu Jong kembali berjongkok di depan yeoja yang tengah waspada dengan apa yang akan dilakukan. Tanpa diduga, Kyu mencium Sung Young kasar. Mencoba menyiksa dengan perbuatannya. Memegang tengkuk Sung Young agar yeoja itu tidak menghindar. Tengkuk Sung Young entah kenapa terasa sangat perih saat di pegang Kyu Jong. Sementara Young Saeng melotot tidak terima atas apa yang dilihatnya.

Young Saeng terus bergerak, mencoba melepaskan diri dari tali yang melilit. Benar-benar tidak tega melihat yeojanya diperlakukan seperti itu, dia harus menolong, secepatnya, sebelum Kyu Jong bertindak lebih jauh. Tapi segala usahanya sia-sia. Hyun Joong malah menodongkan pistol di pelipis Young Saeng agar namja itu berhenti bergerak.


BRAKKK!! DUAR! DUAR! Tiba-tiba dua orang namja masuk ke ruangan sambil menembakkan pistol yang berisi obat bius. Tepat sekali jarum-jarum itu mengenai kaki Kyu Jong dan Hyun Joong, membuat mereka tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Sung Young tahu siapa mereka. Ne, mereka orang-orang kepercayaannya, Park Jung Min dan Komandan Kim. Agen dan Komandan itu bergegas melepas ikatan Young Saeng dan Sung Young, tak lama kemudian 4 orang masuk dan membawa Mr.Kim serta Kyu Jong. Mungkin ke kantor polisi?

“Ahh, kalian benar-benar tepat waktu. Gamsahamnida.” Sung Young sangat senang. Tidak hentinya dia membungkuk dihadapan Komandan Kim.

“Hey, kau Heo Young Saeng si kamseupay itu? Ckck..penyamaran yang hebat untuk menutupi identitasmu, hahaha.” Kata Jung Min riang sambil menepuk-nepuk punggung Young Saeng yang hanya dibalas dengan ringisan karena tepukan Jung Min terlalu keras (kebiasaan).

“Oh, iya. Bagaimana kalian tahu aku di sini?”
Jung Min melirik Komandan Kim penuh arti. Perlahan Jung Min membalik tubuh Sung Young dan mencabut sesuatu di tengkuknya.

“Aww! Appo!!” Teriak Sung Young bersamaan dengan sebuah benda tercabut dari tengkuk Sung Young, meninggalkan luka.

“Saat aku menepuk tengkukmu waktu itu, sekalian kusisipkan alat pelacak ini. Pantas kau sangat kesakitan saat kutepuk. Ah,, alat ini benar-benar berguna. Kami sudah menduga kalau kau tidak akan bisa mengatasi misi ini sendirian. Lihat, buktinya kau membutuhkan kami.”

Perkataan Jung Min sukses membuat Sung Young memerah. Malu, tentu saja. Dia terlalu percaya diri selama ini. Tidak menyangka, kalau ternyata akhirnya akan seperti ini. Misinya bisa dikatakan telah gagal dilaksanakan. Yah, walaupun penjahatnya sudah berhasil ditangkap, tapi tetap saja.

“Tapi kau sangat hebat, Agen Shin. Gamsahamnida. Kau yeoja pemberani. Ah, iya, jangan penah kau meremehkan sebuah misi, ne? Karena bisa jadi misi itu akan berubah menjadi sulit. Dan kau jangan segan meminta bantuan orang lain kalau itu memang diperlukan. Ada beberapa pekerjaan yang kau tidak bisa mengerjakannya sendiri, arraseo?”

“Ne, Komandan Kim Hyung Joon.”

"Dan kau, Heo Young Saeng atau siapapun namamu. Sampai jumpa di pengadilan."

EPILOG

Saturday, 15.00 KST

Huh, aku hampir membeku menunggu seseorang di parkiran yang sangat sangat sepi. Hanya 3 mobil yang terparkir di tempat yang seperti lapangan ini. Aku terus bersandar di samping mobil sambil menggosokkan kedua telapak tangan agar tetap hangat. Agh, sial, lupa memakai kaos tangan lagi. Aigoo..benar-benar dingin. Kulirik sekilas gedung putih di belakangku. Gedung pengadilan itu terlihat begitu sepi. Aku tidak yakin mereka melakukan sidang di situ. Entah mengapa aku memilih menunggu di parkiran saja daripada di dalam. Yah, walau cuacanya sangat buruk.

“Mian membuatmu lama menunggu.”
Sesosok namja tiba-tiba sudah berada di belakang mobil silver yang kusandari. Membuatku kaget saja, tapi aku tersenyum senang mendapati calon suamiku sudah kembali dari persidangan.

“Bagaimana tadi ?”
Young Saeng oppa ikut bersandar di sampingku.

“Yah, bisa dibilang sukses. Sudah kujebloskan mereka ke penjara. Dan…aku bebas. Bebas dari segalanya karena berhasil membawa bukti atas kesalahan mereka. Umm, tentu saja dengan bantuan Komandan Kim, Park Jung Min, dan Appa.” Jawab Young Saeng oppa sambil meraih salah satu tanganku, menggenggamnya, mencoba membuat tetap hangat. Tidak pernah aku merasakan yang seperti ini. Ternyata lebih hangat daripada memakai kaos tangan.

“Chukhaeyo, oppa.” Aku sudah benar-benar tidak ragu lagi untuk memanggilnya oppa. Bukankah dia lebih tua? “Ohya, kudengar oppa diterima menjadi agen, ne? Aah..Agen Heo.” Kataku sambil tersenyum, dia membalas.

Lega sekali. Entah, aku jadi merasa aneh semenjak misi waktu itu. Sepertinya pekerjaan agen sudah bukan menjadi hal yang menarik di hidupku. Yang menarik saat ini adalah…namja yang sekarang sedang di sampingku sambil menggenggam tanganku.

“Ne, menggantikanmu, jhagi. Sebenarnya ini sudah menjadi impianku. Setelah lama menjadi penjahat, aku ingin menjadi pahlawan, hehehe. Ummm…Sung Young-ah, apa kau senang?”

“Tentu! Aku sangat senang oppa diterima menjadi agen menggantikan posisiku. Dan yang terpenting, penjahat-penjahat kelas kakap seperti Kyu Jong dan Mr.Kim sudah mendapat balasan yang setimpal.”

“Aaaah, bukan itu. Maksudku, apa kau senang kita akan menikah?”
Deg! Kenapa jantungku menjadi berdebar? Aku hanya bisa mengulum senyum dan malu. Dulu aku begitu menolak pernikahan ini. Sekarang, ah aku sangat menerimanya..bahkan tidak sabar.

“Tentu, oppa. Aku mau menerimamu sebagai suamiku. Aku sangat senang kita bisa menikah.” Kataku berbinar sambil meremas tangan Young Saeng oppa yang sedari tadi menggenggam tanganku. Tapi…Nampaknya Young Saeng oppa kurang puas dengan jawabanku..

“Kojitmal! Bagaimana bisa kau menikah dengan namja yang tidak kau cintai??” Namja itu mengalihkan pandangan dariku. Menatap lurus ke depan, pura-pura ngambek tenyata. Aaa, Aku mengerti sekarang. Dia menginginkan jawaban yang lain. Baikalah…

“Heo Young Saeng oppa, saranghaeyo~”

Young Saeng oppa tetap menatap lurus ke depan, tetap dengan ekspresi datarnya. Namun dapat kulihat sebuah senyum sedikit terukir. Tiba-tiba dia beranjak dan beralih ke hadapaku, menatap dengan tatapan yang sulit kudeskripsikan plus sebuah senyum yang membuatku berdebar. Kurasakan oppa semakin merapat dan membuatku terhimpit diantara dia dengan mobil dibelakangku. Tangan Young Saeng oppa bertempu pada atap mobilnya yang lebih rendah. Benar-benar hampir tidak ada jarak diantara kami. Apa-apaan ini? Huaaa…Aku sangat gugup.

“Aku tidak dengar. Ulangi sekali lagi.”
Oh, namja ini mempermainkanku. Tidak ada pilihan selain aku mengatakannya lagi.

“Heo Young Saeng oppa, saranghaeyo. Jeongmal sa-rang-hae-yo.” Kutekankan kata saranghaeyo agar jelas didengarnya. Senyum sangat jelas terukir di bibirnya. Bagaimana aku tidak melihat, wajahnya saja sangat dekat denganku.

“Nado saranghaeyo, Shin Sung Young.” Balasnya diikuti kecupan lembut di bibirku. Tidak seperti sentuhan yang kudapatkan beberapa waktu lalu. Mungkin karena dilakukan dengan orang yang dicintai. Hmm… Ini justru terasa hangat, yah, sangat hangat.
Sepertinya tahun ini adalah musim dingin terhangat yang pernah kualami. Ah..Aku sangat bahagia.


*THE END*

DON'T FORGET TO RCL!
NO PLAGIATOR!! NO SILENT READER!!



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog
©2014 FF501. Powered by Blogger.

Newest Updates

Popular Posts

- Copyright © Fanfiction for SS501 -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -