Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S Thursday, May 29, 2014


Details:
Title           : I Live With Five Wizards
Author       : Zusli aka Shin Sung Young
Genre         : Fantasy, Adventure, Brothership
Category    : 15+

Casts:
       Shin Sung Young (Super Charger Healer)
       Kim Hyun Joong (Black Shadow Wizard)
       Heo Young Saeng (White Light Wizard)
       Kim Kyu Jong (Prosperous Green Wizard)
       Park Jung Min (Bloody Red Wizard)
       Kim Hyung Jun (Baby Blue Wizard)
       Shin Ki Bang (Devil Bang)
       Others…

Thanks to God, Casts, and Readers^^
Happy Reading~

©2013 zuSaeng501






*501*

         Prolog…..
                             
         “Seo Joong! Sampai kapan kau akan melindungi yeoja  yang bahkan bukan anakmu itu, eoh? Serahkan dia!!”
         “Dia sudah aman bersama Hyun Joong. Lebih baik hentikan misi gilamu.”
         “Hahahahaha…Ini bukan hanya sekedar misi, kau tahu itu, kan? Ini takdirku! Takdir menuju kekuasaanku terhadap dunia yang sangat lemah ini.”
         “Cih, aku tidak akan membiarkan dunia yang damai berada di genggaman penyihir jahat sepertimu!”
         “Hentikan aku kalau bisa. Hyaaaa!!”
         “Bagaimana bisa kau mendapat itu…Arrgggghhh…”

         Story begin…..

         Annyeong yeorobeun, jeoneun Sung Young imnida. Yah, panggil saja Sung Young atau Youngi. Marga? Entahlah, aku bingung dengan margaku yang sebenarnya. Di akta kelahiran tecantum margaku Shin, tapi yang kutahu appa bermarga Kim. Hah, masa bodo  dengan marga. Aku tidak peduli sebenarnya aku ini anak siapa. Yang jelas aku sangat menyanyangi Appa, namja yang selalu merawat dari kecil sampai aku tumbuh menjadi yeoja 17 tahun serta mau membimbingku seorang diri. Eomma? Ah, dia sudah lama meninggalkan Appa karena…karena..entahlah sesuatu yang tidak aku mengerti.
         “Hei! Kamu melamun lagi?”
         Namja ini benar-benar mengagetkanku. Lihatah, dia adalah seorang namja yang sangat tampan dan tinggi. Tidak heran kalau oppaku ini menjadi murid favorit di sekolah. Aku sangat bersyukur memilikinya, walau aku tidak yakin dia benar Oppa kandungku karena wajah kami sangat berbeda. Walau begitu aku akan selalu menganggap namja tampan ini adalah oppa kandungku, dan aku ingin tetap seperti itu. Dia berbadan kekar dan type orang yang sedikit cuek serta kasar. Hanya saja aku bingung karena jika bersamaku dia bisa menjadi namja yang super penyayang. Hah, jeongmal saranghae, Hyun Joong Oppa. Hanya saja…Oppaku ini sedikit aneh. Dia sangat fanatic dengan warna hitam, jadi semua barang-barangnya didominasi oleh warna hitam. Lihatlah kamarnya, ck, seperti di gua, sangat gelap karena serba hitam.
         “Hehehe, aku sedang memikirkan nilai ulangan matematikaku. Huff, kenapa aku tidak sepintar dirimu jika masalah berhitung?”
         “Haha, semua orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, Youngi.”
         Aku hanya bisa tersenyum saat namja itu merangkulku. Mianhae, Oppa, aku bohong tentang nilai matematika itu. Maksudku, memang benar nilai matematikaku buruk, tapi aku sedang tidak memikirkan itu tadi. Yang kupikirkan justru peristiwa satu bulan yang lalu, peristiwa buruk yang tidak pernah bisa lepas dari pikiranku. Dan aku merasa sangat sedih bercampur marah mengingatnya, argh.
         Malam itu, bulan purnama nampak sangat sempurna, indah sekali. Keindahan malam justru berbanding terbalik dengan peristiwa yang sangat buruk bagi kami, aku dan Hyun Joong Oppa. Baru 5 menit aku terlelap, seseorang membangunkanku begitu saja dengan menarik tanganku, memaksa untuk segera bangun. Aku tidak mengerti kenapa Hyun Joong Oppa mengajakku lari secepat mungkin lewat pintu belakang. Samar-samar aku mendengar dua orang namja di halaman depan tengah berbincang-bincang. Aku tahu salah satunya adalah Appa, ia mendadak berteriak sangat keras yang sukses membuat bulu kudukku meremang. Dia nampak sangat kesakitan dan rasa penasaranku muncul begitu saja. Namun Hyun Joong Oppa tidak mengijinkanku untuk kembali, ia terus menarikku keluar dari rumah. Dasar keras kepala, aku bersikeras ingin kembali menolon Appa yang sedang kesulitan.
         Tiba-tiba Hyun Joong Oppa memelukku. Aku langsung terdiam begitu mendengar isakannya yang lirih. Dia berkata kalau Appa diperkirakan sudah tiada, yah, meninggal. Percaya? Sedikit, tapi aku tidak mau percaya saat itu. Tubuhku lalu digendong oleh Hyun Joong Oppa karena aku hanya diam saja sedari tadi. Kata-kata Hyun Joong Oppa tadi terus mengusikku, membuatku langsung pusing. Entah bagaimana, ternyata aku tertidur sepanjang perjalanan Hyun Joong Oppa yang, umm..entah membawaku kemana. Yang jelas saat aku membuka mata, kudapati diriku berbaring di ranjangku, seolah yang semalam itu tidak pernah terjadi. Yang membuatku yakin peristiwa itu benar-benar terjadi adalah setelah kulihat rumahku dipenuhi banyak orang yang mengantar belasungkawa atas ketiadaan Appa.

         “Sung Young-ah, hari ini kita akan pindah rumah.” Katanya lagi.
         “Bowaeyo?”
         “Rumah kita sudah tidak aman lagi.”
         “Apakah gara-gara peristiwa itu?”
         “Ani. Um, maksudku ne. Semenjak peristiwa itu, rumah kita sering diawasi. Jadi kau mau, kan?” Apa-apaa ini, aku benar-benar masih tidak mengerti.
         “Jamkkanman Oppa, sebenarnya ada apa, hah? Siapa yang mengawasi rumah kita? Untuk apa?” Hyun Joong Oppa menghela nafas beberapa kali.
         “Geurae, ada seseorang yang sangat terobsesi dengan keluarga kita. Dia ingin membunuh semua anggota keluarga kita, entah apa alasan dan tujuannya. Tapi kita benar-benar harus berhati-hati Sung Young-ah.” Namja ini pasti bohong! Aish, bagaimana mungkin. “Tapi kau tidak perlu takut, aku sudah menghubungi pihak berwajib untuk mengurusnya. Untuk itu kita masih harus waspada. Tenang saja, selama ada aku, kamu akan baik-baik saja. Aku berjanji akan melindungimu, dongsaeng.”
         Aku masih terdiam beberapa saat, merenungkan kata-katanya. Kupikir ini hanya candaan konyol, tapi melihat sorot matanya yang begitu khawatir dan takut membuatku mau tidak mau percaya dengan omongannya. Hyun Joong Oppa, aku tahu itu perintah apa yang dititahkan padamu untuk melindungiku, gomawo. Aku tidak mau membuatmu susah, aku akan menurutimu. Pokoknya kita haus saling membantu dan melindungi. Ini sangat tidak masuk akal dan tidak adil! Untuk apa keluargaku diburu, ck.
         “Jadi, kita akan pindah ke mana?”
         “Kita akan tinggal dengan keluarga keduaku, sahabat-sahabatku yang sangat baik. Di sana jauh lebih aman, Sung Young. Tenang saja, semua barang-barangmu aku yang urus.” Sahabat-sahabat? Aku kira kami hanya akan tinggal berdua. Wah, ini akan menyenangkan.”Sung Youg-ah, kamu tidak usah cemas dan takut, ne?”
         “Takut? Haha..ani Oppa. Pokoknya kita harus bisa menjaga diri dan saling membantu, ne? Oppa harus berjanji tidak akan kenapa-napa.”
         “Sib! Tenang saja, dongsaeng, Oppamu ini namja yang sangat kuat, hahaha.” Hyun Joong Oppa mempererat rangkulannya, tangannya mengusap sayang puncak kepalaku. Ish, rontok semua deh ketombenya, hahaha, tapi aku suka saat dia melakukannya. Jika diperhatikan terus aku dan Hyun Joong Oppa sudah seperti pasangan kekasih. Ommo!

         “Oppa, bel sudah bunyi. Kkaja kita ke kelas.”
         “Aku antar sampai kelasmu, ne?” Aku hanya mengangguk dan membiarkan Hyun Joong Oppa berjalan di sampingku.

*501*

         Rumah yang dimaksud ternyaata berada di kawasan Daegu, di kaki gunung. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya sangat jauh sehingga suasana terkesan sangat sunyi, yah, sangat berbeda dengan rumahku yang dulu karena berada di tengah kota. Namun tidak bisa dipungkiri saat kami menginjakkan kaki di halam rumah yang subur. Aku hanya melongo memandangi rumah berlantai dua yang terbuat dari kayu dan kaca itu. WOW, sangat..sangat berkelas walaupun rumahnya sedikit berantakan. Yah, dari depan kau bisa melihat betapa berantakannya ruang tengahnya. Ish, orang-orang seperti apa sih yang tinggal di sana?
         “Um..kkaja masuk!” Hyun Joong Oppa merangkulku, mengiringiku memasuki rumah.
         Begitu pintu depan terbuka, sebuah panci terbang menuju ke arah kami. Untung Hyun Joong Oppa dengan cekatan menangkapnya, wah. Kulihat dua orang namja sedang beradu mulut. Salah satunya membawa sebuah ranting kayu yang nampaknya bersiap dipukulkan ke namja yang ada di depannya yang posisinya membelakangiku. Namja dengan ranting itu melirikku dan segera menghentikkan aksinya, menyembunyikan rantingnya.
         “Hyun Joong Hyung! Dan…Kau pasti Sung Young!” Dia berjalan kearah kami, menyalamiku dan memeluk Hyun Joong Oppa. Namja yang satunya berbalik, dan…bukankah itu.
         “Hyung Jun! Sedang apa kamu di sini, ha?”
         “Calm, Sung Young. Hahaha, aku tinggal di sini sekarang.”
         Mwoya?! Jadi aku harus tinggal dengan si cunguk itu, ckck. Yah, Kim Hyung Jun. Sebenarnya aku sangat malas bercerita tentangnya, huh, geurae, sebenarnya dia adalah temanku sejak SD. Orangnya sangat jahil!! Saat SD, aku terus saja dibully olehnya bahkan sampai aku menangis histeris. Hyung Jun baru berhenti membullyku saat Hyun Joong Oppa menjitak kepalanya, tapi semenjak itu aku mulai sangat dendam padanya. Yang lebih mengejutkan lagi adalah saat SMP. Dia berani-beraninya menyatakan cinta padaku setelah semua yang dia lakukan padaku. Sialnya lagi aku satu SMA dengannya, lalu sekarang ini…. argh…aku tidak bisa membaynakan harus tinggal seatap dengannya.
         “Hehe, maafkan Oppa Sung Young-ah.” Hyun Joong Oppa sebenarnya tahu aku masih sangat kesal dengan namja satu itu.
         “Aigooo..kau masih saja dendam padaku? Aish, jeongmal, aku sudah tidak jahil sekarang. Um, mungkin sedikit.”
         “MWOYA?! Kau sudah mencuri semua wortelku, hah! Kau sama sekali tidak berubah, ck.” Omel namja satunya yang kutahu dari Hyun Joong Oppa namanya adalah Park Jung Min. Dia namja yang sangat tinggi dan cukup tampan, tapi aku tidak suka dengan rambut merahnya.
         “Aku sudah bilang kalau aku memerlukan sayuran itu.” elak Hyung Jun.
         “Tapi tidak harus mencuri juga!!!” aku sangat puas saat melihat Jung Min menjitak Hyung Jun. Dan pada akhirnya dua orang itu saling kejar, kembali bertengkar.

         “Mian, Sung Young-ah, mereka memang sangat suka bermasalah Tapi asal kau tahu, mereka sebenarnya sahabat yang sangat erat, sulit dipisahkan. Jung Min itu sahabat Hyung Jun sejak kecil. Dulu pernah mereka bertengkar sampai Jung Min terluka, dan selanjutnya apa yang terjadi? Hyung Jun terus menangis 7 hari 7 malam karena menyesal.”
         “Segitunyakah? Ommo.” Aku terkekeh geli mendengar cerita Hyun Joong Oppa.
         “Aku heran, mereka tidak kapok-kapok, ck. Oiya, ngomong-ngomong di mana ya Young Saeng dan Kyu Jong, ne?” Eh, masih ada lagi?
         “Sebenarnya berapa orang yang tinggal di rumah ini?”
         “Um..5 orang namja termasuk aku.” 5 ya? Wah… tinggal dengan 5 namja? Aigooo..

         “Kami pulang! Eh, kalian sudah datang rupanya.”
         Dua orang namja muncul dari pintu yang tadi aku lewati. Oh, jadi ini namja-namja yang akan tinggal seatap denganku. Sebenarnya aku takut mengingat hal ini..tapi nampaknya Hyun Joong Oppa benar-benar tidak akan membiarkanku kenapa-napa.
         “Sung Young-ah, ini Kim Kyu Jong. Dia….”
         “Kyu Jong sunbae teman Hyun Joong Oppa, kan?” Oiya, aku baru ingat. Kyu Jong sunbae kan namja penghuni kelas XII-C1, ck, pantas saja terlihat familiar.
         “Kau ingat aku rupanya, haha. Bangapta, Sung Young.”
         “Nah, kalau yang ini Heo Young Saeng, sahabatku sejak SMP. Sayang sekali kami harus beda SMA.”
        Tanganku sedikit gemetar saat bersalaman dengannya. Namja bernama Young Saeng ini, ash, kenapa dia….. um, tampan. Sebenarnya lebih terkesan imut karena pipinya sangat chubby. Walau kutahu dia tidak setampan yang lain, tapi….wajahnya sangat interesting dan membuat penasaran. Aaa!! Kyeopta!
         “Annyeong.” Woh, suaranya sangat lembut. Dia mengkerutkan alis sejenak, entah apa yang dipikirkan. Tapi kemudian dia tersenyum, sangat manis. Wuah! ternyata dia punya dua lesung pipit.
         “Sung Young-ah, kau pasti lapar, kan? Jja! Kami baru saja membeli bulgogi dan sup kimchi.” kata Kyu Jong Sunbae. Aku masih terpaku sedari tadi. Sial, namja imut tadi benar-benar mengunciku dengan pesonanya. Dia benar-benar sangat tampan dengan pakaian serba putihnya. Aku baru tersadar saat Young Saeng Sunbae berlalu menuju ruang makan.

         “Melamun lagi? Ck, kkaja dongsaeng!” Hyun Joong Oppa lagi-lagi merangkulku, menggiringku menuju meja makan. “Kau harus bisa mejaga pikiranmu.”
         “Ne, arraseo, karena aku tinggal dengan 5 namja.”
         “Haha, tenang saja. Tidak akan ada yang berani macam-macam padamu selama ada Oppa. Tapi maaf jika kamu merasa tidak nyaman tinggal di sini, hanya ini tempat yang aman untuk kita.”
         “Aniya Oppa, aku akan beradaptasi secepatnya. Kulihat mereka-mereka itu namja yang baik, kok. Aku tahu Oppa melakukan ini karena untuk meindungi kita. Tenang Oppa, jangan dirisaukan lagi.”

         Semua orang sudah duduk di kursi makan rupanya, nampak tidak sabar untuk segera menyantap makan siang. Aku duduk tepat di depan namja imut tadi, wah!  Membuat selera makanku tambah naik. Kuperhatikan dia sekali lagi, ish, super cute!!
         “Kau mau, Sung Young-ah?” Young Saeng Sunbae menawarkan kerupuk padaku. Aku kira dia orang yang sangat pendiam dan dingin, teryata dia cukup ramah.
         “Aa..Ne, gomawo.” Dia tersenyum! Aish, benar-benar ingin membuatku meleleh.
         Selanjutnya kami ber6 hanya terdiam, menikmati makanan masing-masing. Engg…ani ani, Jung  Min dan Hyung Jun adalah dua orang yang tidak bisa diam. Ommo, bahkan saat makan pun mereka masih saja meluangkan waktu untuk bertengkar. Masalahnya pun sangaaaat sepele!

         “Kembalikan sendok merahku!!”
         “Jung Miiiin..Aku hanya pinjam sebentar saja untuk mengambil sup.”
         “Andwae! Gunakan saja punyamu! Kau tahu, kan sendok itu sedang aku gunakan untuk makan!!” Jung Min merebut sendok yang sedang digunakan Hyung Jun untuk menyendok sup, membuat kuah sup yang berhasil tersendok tumpah di baju biru Hyung Jun.
         “Yyya!!! Lihat apa yang kau perbuat!” Hyung Jun memukul Jung Min dengan sendok merah tadi. Yah, akhirnya terjadilah perang kecil di ruang makan.
         “Geumanhaee!!” teriak Hyun Joong Oppa kesal pada kedua makhluk itu. Sekilas terdengar suara ketukan pelan dan anehnya si MinJun berhenti begitu saja dari perkelahian yang sedang seru-serunya, bagaikan dipause mereka benar-benar diam. Sebenarnya apa yang terjadi?
         “Emm..Hyung?” Kyu Jong Sunbae nampak cemas sambil kulihat matanya kadang melirikku. Sekali lagi aku mendengar suara ketukan entah dari mana dan semua kembali normal. Hyung Jun dan Jung Min kembali bergerak namun mereka hanya saling pandang layaknya orang kebingungan.
         “Sung Young-ah, kenapa diam saja? Cepat habiskan makananmu.” Kata Hyun Joong Oppa menyadarkan kebingunganku. Aku hanya mengangguk saja dan melanjutkan makan. Jujur, aku masih bingung dengan semua kejadian tadi.

         Aku tahu di ruangan ini ada yang tidak beres. Yang kembali membuatku heran adalah saat Jung Min dan Hyung Jun hanya saling diam, kembali melanjutkan makan seolah pertengkaran tadi tidak pernah terjadi. Kuamati satu per satu namja-namja yang duduk di sekelilingku. Hm, aku menemukan keanehan lagi. Masing-masing namja nampak seperti menonjolkan satu warna, sama seperti Hyun Joong Oppa yang selalu memakai atribut berwarna hitam. Jung Min, dia memakai atribut yang kebanyakan berwarna merah. Hyung Jun berwarna biru bahkan semua yang dipakainya berwarna biru, rambutnyapun terdapat semburat kebiruan. Kyu Jong Sunbae hijau, terlihat sangat segar, tapi rambutnya kok malah seperti lumutan, yah. Dan…Ah, Young Saeng sunbae nampak sangat bersinar dengan pakaian serta aksesoris serba putihnya.
         Ommo! Mataku benar-benar tidak bisa lepas sekali menatap Young Saeng Sunbae. Dia terlihat lucu saat sedang makan. Pipinya yang chubby tambah menggembung karena terisi makanan. Bibirnya lucu, berbentuk seperti huruf M dan…aigoo, sangat seksi saat basah karena terkena kuah sup. Huh, rasanya ingin kucium dia! Hahahaha, apasih yang kupikirkan. Geumanhae, Shin Sung Young! Kau harus bisa menjaga pikiranmu.
         Deg! Young Saeng Sunbae sekali lagi memergokiku yang sedang memperhatikannya. Babonya aku tidak segera mengalihkan pandanganku, membuat mata kita bertemu. Dia lagi-lagi tersenyum, namun kali ini penuh makna. Apa maksudnya?

         “Oppa, aku sudah selesai.”
          “Sudah? Oke, sekarang bagaimana kalau kamu aku antar ke kamarmu?”
         “Jja!” Aku berdiri dari kursi, membungkuk sejenak pada semuanya sebagai ucapan terimakasih, dan kutarik Hyun Joong Oppa untuk segera mengantarku ke kamar.
         Seperti yang aku duga, rumah ini benar-benar sangat besar, luas, dan mewah. Banyak pajangan-pajangan yang nampak mahal namun menurutku sedikit aneh. Ada replika kuda besar di sudut ruangan yang setelah kuperhatikan ternyata terbuat dari kumpulan tulang, entah itu tulang sungguhan atau bukan. Tapi kuakui itu sangat bagus dan kreatif karena sebenarnya aku cukup tertarik dengan karya-karya seni. Lalu ada bermacam-macam jenis tanaman dan bunga yang dirangkai sedemikian rupa di sepanjang tangga, sangat indah. Wah, ternyata ini tanaman asli, aku sangat kagum kerana tanaman dan bunga-bunga ini begitu terawat.
         “Kyu Jong yang menghiasi tangga ini dengan tanaman. Bagus, ne?”
         “Sangat indah dan kreatif! Aku suka.”
         Akhirnya kami sampai di lantai 2. Wah, jauh lebih rapi. Mataku tertuju pada hiasan dinding besar berbentuk sambaran kilat berwarna putih terang yang menyilaukan. Itu sangat bagus.
         “Dari mana Oppa mendapat hiasan dinding itu?”
         “Um, kilat itu milik Young Saeng. Kau tahu, saat gelap benda itu bisa menyala terang, loh. Jadi saat mati listrik kilat itu yang membantu penerangan di rumah ini.”
         “Keren!”
         “Nah, ini kamarmu, Sung Young-ah. Jeongmal mianhae, kamar Oppa ada di lantai 1. Di sini kamu satu lantai dengan Young Saeng.” Hyun Joong Oppa menunjuk sebuah ruangan dengan pintu putih. “Apa kamu keberatan?”
         Apa Hyun Joong Oppa bercanda? Aku satu lantai dengan Young Saeng Sunbae? Tentu saja aku tidak keberatan. Hehe, ini akan sangat menyenangkan.
         “Tentu tidak, aku tidak keberatan.”
         “Kamu bisa bertukar kamar dengan Kyu Jong kalau kamu…”
         “Anio, ini sudah cukup Oppa.”
         “Hey, kamu suka Young Saeng?” Hyun Joong Oppa menaik –turunkan alisnya penuh makna. Sial, dia menggodaku.
         “ISH, Oppa bicara apa, sih.” sangkalku sekenanya sambil masuk ke kamar, menghindar dari godaan lanjutan Hyun Joong Oppa. Tentu saja aku tidak mungkin bilang kalau si imut itu sudah menarik perhatianku.
         “Hahahaha, jangan ngambek, Youngi. Aku kan hanya bercanda.”
         Tidak kupedulikan Hyun Joong Oppa. Aku sedang sibuk tercengang sekarang. Bagaimana tidak, lihatlah ruangan ini! Astaga benar-benar sangat mirip dengan kamarku di rumah yang dulu. Barang-barang dan letaknya sama persis seolah-olah aku memang memasuki kamar di rumah yang dulu. Hah?! Bahkan bungkus permen yang menumpuk di sudut ruangan masih ada.

         “Op..pa, apa maksudnya ini?”
         “Wae? Kau tidak suka dengan kamarmu?”
         “Ahh, bukan itu. Maksudku, ini…benar-benar sangat mirip. Aku..”
         “Ne, Sung Young-ah. Oppa memang sengaja membuatnya semirip mungkin dan sudah kubilang kan, barang-barangmu Oppa yang urus dan sudah dipindahkan.”
         “Bagaimana Oppa melakukan ini? Kenapa sangat mirip?”
         “Oppa hebat, kan? Haha.” Hey, itu tidak menjawab pertanyaanku. “Oiya, kamu tidak ada les melukis? Ini sudah jam 3.”
         “Ah, kau benar, Oppa. Eottae? Bukankah rumah kita jauh dari sekolah?”
         Aku jadi lupa kalau hari ini ada les melukis di sekolah. Hah, bagaimana aku ke sana? Jauh sekali. Aku sama sekali tidak memikirkan transportasi saat dibawa ke Daegu.
         “Tenang saja, dongsaeng. Lebih baik kamu sekarang bersiap-siap. Oppa yang akan mengantarkanmu ke sekolah. Aku tunggu di depan, ne?”

*501*

         Yap! Nampaknya semua peralatan melukisku tidak ada yang tertinggal. Hyun Joong Oppa benar-benar memindahkan SEMUA barang-barangku. Ini semakin membuatku heran, bagaimana bisa dia melakukannya?
         Di teras, Hyun Joong Oppa sudah menunggu. Mungkin dia terlalu lama menunggu sampa-sampai ketiduran di bangku teras. Aigoo..Lucu sekali namja ini kalau sedang tidur. Kuamati sekeliling halaman, hm, tidak ada motor, tidak ada mobil ataupun kendaraan lain. Jadi, aku ke sekolah naik apa, dong? Naik transportasi umum? Hey, ini di kaki gunung!
         “Oppa, Irreona.” Kuguncangkan  tubuhnya pelan.
         “Ah? Ommo, mian aku ketiduran.”
         “Gwaenchana. Hm, jadi kita ke sekolah naik apa?”
         “Um, nanti kau juga tahu.” Hyun Joong Oppa berdiri, merenggangkan badannya sambil sesekali menguap. Masih mengantuk dia.
         “Oppa…Ini sudah hampir terlamat.”
         “Geurae, geurae.” Yak! Apa-apaan ini! Hyun Joong Oppa malah menggendongku ala bridal style.
         “Oppa! Jangan bercanda.”
         “Aku serius Sung Young! Sekarang, tutup matamu. Pokoknya jangan membuka mata sebelum kuperintah, arra?” Maksudnya apa menyuruhku menutup mata? Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Hyun Joong Oppa. “Ppali! Katanya sudah hampir terlambat. Jika kamu membuka mata, aku tidak menjamin kamu akan sampai di sekolah.”Akhirnya kuturuti dia. Walau aku masih bingung dengan apa yang akan dilakukannya, tapi tetap kututup mataku rapat.
         Tidak akan sampai di sekolah jika mengintip? Aish, namja ini benar-benar membuatku takut. Selama beberapa detik aku hanya terdiam, menunggu apa yang akan dilakukan Hyun Joong Oppa. Hening, yang kudengar hanya hembusan nafas Hyun Joong Oppa yang beradu dengan nafasku sendiri. Sepertinya Hyun Joong Oppa benar-benar ingin mengetesku apakah aku akan membuka mata atau tidak. Setelah kurang lebih 5 menit kudengar Hyun Joong Oppa terkekeh, merasa yakin denganku yang tidak akan membuka mata. Huf, menyebalkan sekali namja ini. Aku hampir membuka mata saat tangan kiri Hyun Joong Oppa yang sedang menumpu punggungku terlepas. Namun, anehnya aku tidak terjatuh!! Kurasakan dia mengambil sesuatu dari sakunya. Dan….kembali hening. Aku seperti tuli selama beberapa detik. Bahkan deruan nafasku tidak terdengar. Apa yang sebenarnya terjadi??

         “Youngi-ah? Sekarang kau bisa membuka matamu.” Perlahan kubuka mataku dan cahaya matahari yang terang langsung menusuk retina. OMMO! Kami sekarang sudah tidak di Daegu lagil, nampak dari sinar matahari yang bersinar terang di atasku! Ini Seoul!! Yang lebih mengejutkan lagi kami sedang berdiri di bawah pohon yang terletak di samping sekolah!
         “Op..pa? Bagaimana bisa? Apa..apa yang kau lakukan tadi?”
         “Heheh, hebat kan? Sekarang masuklah. Nampaknya les melukisnya sudah dimulai.” Hyun Joong Oppa hanya tersenyum melihatku kebingungan dan seperti orang babo. Tega sekali!
         “Oppaaaa…Kau tega membuatku penasaran dan kebingungan?!”
         “Tidak sekarang dongsaeng. Akan aku beritahu semuanya nanti sepulang kamu les. Sana masuk! Nanti aku jemput.” Aku hanya menurut saja, melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah dengan masih membawa rasa penasaran.

         Saat les aku menjadi tidak konsentrasi gara-gara kejadian aneh yang tadi kualami bersama Hyun Joong Oppa. Tapi aku berusaha menyelesaikan lukisanku secepat mungkin agar semakin cepat pulang dan bisa mendengar semua cerita Hyun Joong Oppa tentang keganjilan yang selama ini kurasakan.
         Lima belas menit sebelum bel aku sudah menyelesaikan lukisanku. Untungnya seonsaengnim baik hati dan mengijinkanku pulang lebih awal. Kulangkahkan kakiku tergesa-gesa menuju pohon di samping sekolah tadi. Ommo! Ternyata Hyun Joong Oppa sudah ada di sana. Ia melambaikan tangannya begitu aku muncul dari gerbang sekolah.
         “Oppa tidak pulang?”
         “Apa maksudmu? Tentu saja aku pulang.” Kuamati dia. Hm, ternyata dia memang sudah pulang. Sepertinya habis mandi. “Aku tahu kau sangat penasaran, dongsaeng.”  Oh, bagus jika dia menyadarinya. “Aku tidak akan menyembunyikan ini lebih lama lagi darimu. Kau sudah 17 tahun, kau berhak mengetahuinya.”
         “Oppa, apa yang kau bicarakan?” namja ini benar-benar semakin membuatku bingung.
         “Sung Young, kau suka film Harry Potter, kan?” Tuh, sekarang dia malam membahas soal film.
         “Ne, memang kenapa?”
         “Oppa selama ini adalah Harry Potter.” Pfff…aku hampir saja tertawa mendengar pernyataan konyolnya.
         “Jangan bercanda, Oppa! Hahaha. Ada-ada saja.”
         “Ish, kamu ini. Oke, Oppa memang bukan Harry Potter, tapi Oppa adalah penyihir, Sung Young.”
         Dia meraba sakunya, mengambil sebuah ranting panjang yang terselip di sana. Aku ingat, ranting itu hampir sama dengan milik Jung Min. Apa itu tongkat yang biasa digunakan oleh para penyihir? Walau tongkat itu tidak sebagus dan sehalus milik Harry Potter, tapi setelah kucermati ternyata terdapat tulisan dan ukiran-ukiran rumit di sana. Sangat keren!
         Hyun Joong Oppa mengangkat tongkatnya, menatap serius ke arah tongkat seolah-olah sedang berkonsentrasi. Lalu diayunkannya perlahan dan aku hanya bisa tercengang saat melihat asap hitam tipis muncul di ujung tongkatnya. Asap itu meliuk-liuk mengikuti ayunan tongkat. Baru kusadari beberapa saat kalau Hyun Joong Oppa berniat menggambar sesuatu. Dia berhenti mengayunkan tongkatnya, sebuah gambar yang entah gambar apa melayang di depanku dan PUFFF! Lenyap begitu saja.
         “Aku baru saja merapal mantra. Kami tidak menggumamkan mantra Sung Young, tapi menggambarkannya.”
         “Lalu…Apa yang Oppa gambar tadi?”
         “Itu!” Hyun Joong Oppa menunjuk kearah langit senja. Kupicingkan mataku, mengamati sebuah benda yang melayang di langit. Semakin lama benda itu semakin mendekat baru aku bisa melihat wujudnya secara nyata. WOAH! Ini sapu terbang!
         “Kita akan pulang dengan ini, jja!” Dia sudah menaiki sapu terlebih dahulu. Astaga! Apakah ini nyata! Hyun Joong Oppa membiarkanku berada di depan. Sejak pertama kali meihat film Harry Potter, aku benar-benar sangat ingin menaiki sapu terbang. Sebelum berangkat Hyun Joong Oppa merapal mantra lagi. “ Ini mantra agar kita tidak terlihat saat sedang melayang.”
         WUSSSSHHH! Sapu melesat sangat cepat. Aku berteriak kegirangan. Yuhuu!! Ini sangat sangat menyenangkan! Hyun Joong Oppa ikut berteriak senang, merasakan udara senja yang dingin.
         “Oppa, ini sangat hebat!!”
         “Sung Young, kau tidak marah pada Oppa, kan?”
         “Soal apa?”
         “Karena Oppa penyihir dan tidak memberitahumu secepatnya.”
         “Um, anio Oppa. Aku benar-benar sangat senang mempunyai Oppa yang hebat dan penyayang seperti Hyun Joong Oppa. Dan yang lebih keren lagi, Oppaku adalah penyihir! Wow!”
         “Haha, gomawo jhagiya.”
         “Apa Oppa bisa mengajariku sihir juga?”
         “Mianhae, tapi sihir bukan sesuatu yang bisa dipelajari oleh siapa saja. Sihir hanya milik orang yang memiliki bakat sihir dari lahir.”
         Sekarang semua masuk akal. Hyun Joong Oppa ternyata telah merapal kamar dan barang-barangku yang berada di rumahku dulu agar berpindah ke rumah yang di Daegu itu. Tapi itu tidak cukup, kepalaku kembali dipenuhi berbagai pertanyaan. Mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk interview.

         “Oppa, apakah semua namja yang ada di rumah itu penyihir?”
         “Sebenarnya iya Sung Young. Rumah itu bisa dibilang sebagai dorm sihir kami. Setiap penyihir memiliki cirri-ciri dan kemampuan sendiri-sendiri. Aku contohnya, memiliki kemampuan seperti bayangan. Saat berangkat ke sekolah tadi, aku menggunakan mantra karakteristikku, mantra bayangan. Mungkin ini bisa menjawab pertanyaanmu selama ini. Kita bisa bepergian sangat cepat tadi karena melakukan perjalanan bayangan.” Aku hanya mengangguk-angguk mengerti. Kudesak dia agar terus bercerita. “Yah, sehingga aku dijuluki sebagai penyihir bayangan hitam (Black Shadow Wizard) karena mantra karakteristikku adalah bayangan. Semua penyihir bisa merapal mantra apapun selain mantra karakteristik. Umm..bisa dibilang aku tidak bisa mengendalikan manusia seperti mantra karakteristik Jung Min.”
         “Mwo? Jung Min bisa mengendalikan manusia?”
         “Ne, um, sebenarnya mengendalikan darah. Dia adalah penyihir berdarah. Itulah mengapa dia sangat meyukai warna merah.” OMMO! Sekarang aku benar-benar takut dengan Jung Min. Kukira dia orang yang sangat konyol dan gila, tapi ternyata…

         “Um, jadi Oppa suka warna hitam karena pengaruh dari karakteristik juga?”
         “Pintar sekali, dongsaeng.”
         Aaaaah, sekarang aku mengerti. Semua warna-warna itu ternyata pengaruh dari karakteristik. Hyun Joong Oppa suka hitam karena dia bayangan, Jung Min merah karena darah, lalu yang lain?
         “Lalu yang lain apa? Ayo ceritakan lagi!”
         “Anio Sung Young, karakteristik kita berlima adalah sesuatu yang tidak bisa aku ceritakan, tapi sesuatu yang harus kamu selidiki. Kau harus mencari tahu sendiri. Dekati dan bertemanlah dengan Young Saeng, Kyu Jong, Jung Min, dan Hyung Jun. Mereka namja-namja yang baik, kok.”
         “Bagaimana kalau aku dimantra?”
         “Hahaha, Oppa tidak akan membiarkan itu terjadi, Sung Young.” Dia mengacak-acak rambutku gemas. Kami terdiam beberapa saat, merasakan belaian angin senja di rambut dan wajahku.

         “Oppa, peluk aku.” Entah mengapa aku menjadi semakin sayang dengan Oppaku yang satu ini. Aku merasa dia sangat istimewa dan patut untuk disayangi. Mungkin aku benar-benar beruntung bisa dekat dengan penyihir-penyihir , ini impianku sejak kecil.
         “Ingat Youngi, kau tidak boleh memberitahu siapapun soal ini. Kau kuberitahu karena kau adalah dongsaengku.”  Aku hanya bisa tersenyum di dalam dekapannya.
         “Ne, Oppa. Tidak akan.”

         Matahari sudah hampir tenggelam saat kakiku menginjak halaman rumah. Sekali lagi aku menerawang ke langit, berusaha merasakan hembusan angin senja sambil mengingat adegan terbang dengan sapu bersama Hyun Joong Oppa barusan. Sangat menyenangkan!
         Kyu Jong Sunbae yang sedang menyirami tanaman hanya terpaku melihat kami berdua datang bersamaan menggunakan sapu terbang. Tapi kemudian seulas senyum terukir di wajah tampannya. Wah, Kyu Jong Sunbae mungkin penyihir yang paling aku sukai karena dia suka hijau. Lihatlah, penampilannya yang serba hijau terlihat sangat segar, enak dipandang.

         “Kalian dari mana saja?” tanyanya sambil berjalan menghampiri kami. Dia menatapku sejenak.
         “Dari sekolah. Sekarang kalian tidak perlu menutup-nutupi lagi karena Sung Young sudah tahu.”  Kyu Jong Sunbae tersenyum lagi, merasa lega mungkin.
         “Jadi, Kyu Sunbae penyihir macam apa?” tanyaku penasaran.Tentu saja aku sangat penasaran. Aku ingin secepatnya mengetahui kehebatan-kehebatan mereka terutama ingin segera mengetahui karakteristik mereka.
         “Umm..Belum saatnya Sung Young. Kau akan tahu nanti.” Dia mengedipkan sebelah matanya padaku. Huh, wajah berbinar dan aegyoku langsung kuubah menjadi cemberut kecewa. Sial, namja hijau itu hanya tertawa.

         Aku berniat untuk masuk saja, merasa sedikit kesal dengan Kyu Sunbae. Namun saat aku sedang berjalan menuju pintu, seseorang keluar dan berlari sangat cepat, bahkan sampai menyenggol lenganku yang hampir saja membuatku jatuh terduduk. Hish! Bisa hati-hati tidak sih.
         “Huaaa! Tolong aku Hyung!!” ternyata itu Hyung Jun. Dia langsung bersembunyi di balik Hyun Joong Oppa layaknya seorang anak kecil yang ketakutan karena melihat badut. Aku hanya mengkerutkan dahi heran melihat tingkahnya. Orang yang dulu suka sekali membullyku ternyata bisa sekekanak-kanakan itu.
         Sekali lagi seseorang  muncul dari pintu sambil mengacung-acungkan tongkat rantingnya yang menyala merah. Itu Jung Min yang terlihat…marah. Mengetahui keberadaanku di luar membuatnya kelabakan menyembunyikan tongkatnya. Terlambat, aku sudah melihatnya. Kemarahan yang tertera di wajahnya langsung berubah menjadi ketakutan.
         “Tenang saja, red. Aku sudah tahu semuanya.” Kataku tenang.
         “Jinja? Haha, baguslah.” Jung Min kembali memasang ekspresi garang dan marahnya yang sedikit dibuat-buat. Kedua matanya menatap tajam kearah Hyung Jun yang semakin bersembunyi di balik Hyun Joong Oppa. Tongkat yang ia masukkan ke saku dikeluarkannya lagi.
         “Akan kuubah semua gigimu menjadi gigi kelinci, Hyung Jun-a!!!!”
         Jung Min menggerakan tongkatnya cepat, merapal sebuah mantra di udara. Rapalan  itu langsung berputar-putar dan melesat ke arah Hyung Jun. Splasssh!!! Ouch, sial sekali kau red. Ternyata mantra itu justru mengenai Hyun Joong Oppa.
         “Ops.”
         “HIYAAA!! Apa yang kau lakukan!!!” Dari sini aku bisa melihat dua gigi besar menghiasi mulut Hyun Joong Oppa. Aku dan Kyu Jong Sunbae tentu tidak bisa menahan tawa.
         “Oppa, kau sangat cocok dengan itu. Hahahahaha.” Hyun Joong Oppa semakin geram. Dia mengeluarkan tongkatnya, berniat merapal mantra untuk Jung Min. Tapi si merah lebih dulu merapal mantra untuk dirinya sendiri…wow…Jung Min membuat dirinya terbang layaknya superman. Huaaa!! Betapa menyenangkannya.
         “Jeongmal mianhae , Hyung.” dan dia pun terbang menembus senja.
         “Ish, kuda menyebalkan.”
          “Hyun Joong Hyung, jeongmal gomawo ne. Kau telah menyelamatkanku.” Kata Hyung Jun sambil merangkul lengan Hyun Oppa manja, tapi oppaku itu langsung menepisnya.
         “MWO?! Harusnya gigi ini untukmu!! Ini semua salahmu!!!”
         “Hehe.” Hyung Jun bergegas mengeluarkan tongkat dan merapal mantra terbang juga untuk dirinya, sebisa mungkin menjauh agar tidak terkena kemarahan Hyun Joong Oppa.

         “Selalu saja aku harus terlibat dalam perkelahian mereka! Hish.” Hyun Oppa masih saja kesal, mengomel tidak jelas. Jebal, kumohon hentikan omelanmu Hyun Joong Oppa, itu malah membuat gigi kelincimu tampak sangat lucu, hahaha.
         “Tenang Hyung, aku punya buah di gunung untuk menyembuhkan gigi kelinci itu.”
         “Kkaja, Kyu!” Tanpa ekspresi apa-apa Hyun Joong Oppa segera mengajak Kyu Sunbae untuk pergi mencari buah yang dimaksud. Woah, ada ya buah ajaib yang bisa menghilangkan mantra? Eh, jamkkanman, Hyun Joong Oppa pergi?

         “Oppa! Aku sendiri, dong?”
         “Ada Young Saeng Hyung kok.” Jawab Kyu  Sunbae. Huh, aku kan tanya ke Hyun Joong Oppa.
         “Youngi, aku hanya sebentar kok.” Kalimat itu mengiringi kepergian mereka. Aku hanya bisa memandangi siluet mereka, melayang-layang dengan sapu terbang tadi di langit senja yang hampir gelap sempurna.

         Huh, hanya ada Young Saeng Sunbae, ya? EH! YOUNG SAENG SUNBAE? Huaaa, berduaan dengan Young Saeng Sunbae di rumah sebesar ini? Wow. Entah mengapa aku menjadi semangat saat masuk ke rumah. Kakiku langsung kulangkahkan ke lantai 2. Kuketuk pintu kamar Young Saeng Sunbae, um, bukan maksud apa-apa, aku hanya ingin memintanya untuk menemaniku. Aku tidak suka jika berada di suatu tempat sendirian. Apalagi di rumah besar penyihir yang masih sangat asing. Kutunggu lama di depan pintu putihnya, huh, kenapa tidak segera dibuka?

         “Sung Young? Sedang apa kamu?” Hua!! Young Saeng Sunbae muncul begitu saja di belakangku. Ommo, ternyata dia tidak di kamar. Huf, hampir saja membuat jantungku copot “Mian, aku mengagetkanmu, ne?”
         “Sangat.”
         “Mian mian, jadi..kamu mencariku?”
         “Ah, itu, hehe ne. Semua orang pergi. Jung Min dan Hyung Jun entah kemana. Hyun Joong Oppa dan Kyu Sunbae sedang mencari buah untuk gigi Hyun Oppa.”
         “Oh, arraseo.Bagaimana kalau kamu membantuku saja?”
         “Tentu, apa yang bisa aku lakukan?”
         “Eh…umm, tidak jadi.” Dia langsung pergi begitu saja, turun ke lantai 1. Hah, maksudnya apa? Kadang namja chubby ini memang sedikit aneh. Kuikuti Young Saeng Sunbae yang saat ini menuju dapur. Dia nampak kebingungan, melihat kesana-kemari seolah sedang mencari sesuatu.

         “Sebenarnya apa yang Sunbae cari?”
         “Umm..sebuah tongkat kayu panjang.” Oh, aku tahu, Young Saeng Sunbae sedang mencari tongkat sihirnya toh. Dia masih menyembunyikan identitas penyihirnya ternyata. Oiya, dia kan belum tahu kalau aku sudah tahu.
         “Maksudnya mencari tongkat sihir?”
         “Eh, kau sudah tahu?”
         “Ne, Hyun Joong Oppa yang memberitahukan semuanya padaku tadi.”
         “Melegakan. Nah, sekarang kamu bisa membantuku, kalau kamu mau.”
         Tentu saja aku mau, bahkan tanpa disuruh pun aku akan senang hati membantunya. Dia tersenyum penuh rasa terimakasih padaku dan hanya kubalas dengan senyuman juga. Hah, ada apa denganmu Shin Sung Young? Kenapa senyuman namja itu selalu membuatmu berdebar? Sepertinya aku terkena virus “Love at The First Sight” huff.

         “Sepertinya di sini tidak ada. Kita pindah ke tempat lain saja.”
         “Bagaimana tongkat Sunbae bisa hilang? Bukankah tongkat itu selalu ada di genggaman seorang penyihir?”
         Kami sekarang pindah ke ruang keluarga. Ommo, ruangan ini sangat luas.
        “Yeah, ini semua gara-gara si Jung Min!! Bocah itu sedang belajar mantra pemindah tadi. Babonya, dia meluncurkan mantranya tepat ke tongkatku.” Katanya kesal. Aduhh, Young Saeng Sunbae tambah imut jika kesal seperti itu. Bibir ‘M’nya mengerucut minta dicium! Hahaha.
         “Sabar Sunbae. Oiya, Sunbae itu penyihir yang seperti apa?”
         “Naega? Ah, aku adalah cahaya putih, penyihir cahaya putih (White Light Wizard) karena kekuatan utamaku ada pada cahaya.”
         “Sunbae bisa mengeluarkan cahaya?”
         “Ne, tapi tidak hanya itu. Cahaya yang kukeluarkan bisa berupa kilat sebagai mantra penyerang. Bisa juga berupa cahaya terang untuk membantu penerangan, ah, pokonya semua hal yang berhubungan dengan cahaya. Tapi semua itu tidak akan bisa terwujud tanpa adanya tongkatku”
         “Arraseo arraseo. Jadi warna karakteristik putih sunbae berasal dari cahaya?”
         “Exactly!”
         Akhirnya satu lagi penyihir yang kuketahui karakteristiknya. Young Saeng Sunbae bisa mengeluarkan cahaya adalah hal yang sangat hebat, sangat cocok denganku yang takut gelap. Walaupun dia sedang tidak menggunakan mantra karakterstiknya, tetap saja di wajahnya terpancar cahaya yang berseri-seri. Mungkin itu yang membuatku langsung tertarik padanya. Ommo Young Saeng Sunbae.

         “Hah, benar-benar si Jung Min itu. Sebenarnya kemana dia memindahkan tongkatku?”
         “Sunbae sudah mencari ke semua tempat? Atau jangan-jangan tongkat Sunbae dipindahkan ke tempat yang jauh dari rumah? Di luar kota mungkin? Atau di luar Korea? Gawat sekali.”
         “Hahaha, tidak mungkin Sung Young. Untuk pemula, mantra pemindah hanya akan bekerja beberapa meter saja.” Aku hanya manggut-manggut  mengerti.
         “Oiya, aku belum mencari di kamar Jung Min. Mau ikut?”
         “Ne, kkaja!”
         Hey! Berkunjung ke kamar Jung Min? Wah, ini akan sangat menyenangkan. Aku belum pernah melihat kamar penyihir, um, selain kamar Hyun Joong Oppa, sih. Apakah kamar Jung Min serba merah sama seperti kamar Hyun Joong Oppa yang serba hitam? Mungkin iya karena setiap penyihir  di rumah ini menonjolkan warna yang berbeda.
         Aku semakin merapatkan diri ke Young Saeng Sunbae saat kami menuruni tangga kayu kecil yang gelap. Ommo! Ternyata rumah ini mempunyai ruang bawah tanah, dan..kamar Jung Min ada di bawah tanah? Lengkap sudah kehorroran namja merah itu.
         “Rumah ini terdapat tiga lantai. Lantai pertama, kedua, dan bawah tanah. Lantai dua adalah kamar kita seperti yang kau tahu, lantai satu atau lantai dasar adalah kamar Hyun Joong dan Kyu Jong. Sementara ruang bawah tanah adalah daerah kekuasaan Hyung Jun dan Jung Min. Kau harus sedikit hati-hati di sini karena tempat ini sudah ribuan kali menjadi ajang pertempuran antara si merah Jung Min dan si cengeng Hyung Jun. Kemungkinan banyak sihir dan ramuan tercecer di sini.”
         Ya! Young Saeng Sunbae tidak membantu! Dia malah semakin menakut-nakutiku. Ku genggam ujung bajunya, tidak mau terpisah dengannya.
         “Kau takut?” Ekspresi macam apa itu. Mengejekku ne?
         “Tentu saja” dia hanya terkekeh, menyuruhku untuk kembali saja ke atas tapi aku tidak mau. “Eh, tadi Young Saeng Sunbae bilang apa? Ramuan?”
         “Yups, ramuan. Hyung Jun sangat suka dan pintar sekali membuat ramuan apa saja.”
         “Woah, hebat sekali.” Mungkin mulai saat ini aku tidak akan meremehkan namja menyebalkan itu. “Apakah membuat ramuan itu merupakan karakterstik Hyung Jun?”
         “Ah, kalau kamu mau tahu tanyakan saja padanya.” Yaa!! Menyebalkan. Samar-samar kudengar Young Saeng Sunbae terkekeh, huff ternyata namja imut ini bisa menyebalkan juga.

         Ruang bawah tanah ternyata tidak sehorror yang aku bayangkan. Biasanya ruang bawah tanah itu kesannya gelap, pengap, dan dingin. Tapi tidak di sini. Ruangan ini lebih wangi dan segar dari lantai dua serta lebih hangat dari lantai satu. Memang sih lebih sempit karena di sini ada banyak sekali tumpukan barang-barang aneh. Bahkan di pojokan sana banyak sekali tercecer tulang-tulang hewan, hiiiy.
         Kami berjalan menuju ke sebuah pintu bercat merah yang…ouch ommona! ternyata setelah kuperhatikan dari dekat, pintu itu sebenarnya terbuat dari batu hitam, dan…yang merah itu adalah..darah? Darah sungguhan? Tapi kenapa tidak berbau?
        
         “Sunbae, ini..ini darah sungguhan?” Namja itu hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaanku. Jung Min!!! Aku tidak tahu kalau kau akan semenyeramkan ini! 
         Young Saeng Sunbae berusaha menggeser pintu batu itu. Nampaknya sangat berat tapi dia bisa menggesernya dengan mudah, hebat. Namja ini selain manis ternyata juga sangat kuat. Woah, seperti yang aku duga, kamar Jung Min serba merah. Ommo! Banyak sekali tulang-tulang di sini, sebenarnya apa sih yang dilakukan namja merah itu?
         “Sung Young, kau lebih baik tunggu di sini saja.”
         Itu ide bagus!! Aku akan menunggu di ambang pintu saja. Young Saeng Sunbae masuk dengan hati-hati, matanya menelusur ke segala arah, berusaha menemukan tongkat sihirnya sekaligus mewaspadai barang-barang Jung Min yang tidak wajar.
         Walau kamar Jung Min memang sangat menyeramkan, lebih seram dari kamar Hyun Oppa yang serba hitam, tapi rasa penasaran terus mendorongku untuk melihat-lihat. Dari dulu aku sangat tertarik dengan hal-hal sihir, jadi aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Young Saeng Sunbae masih terlihat sibuk mengobrak-abrik tumpukan tulang di pojokan. Aku berjalan menuju almari tanpa kaca milik Jung Min yang di dalamnya terdapat replika patung-patung boneka dari tulang. Keren sekali!! Namja itu cukup kreatif. Baru kusadari kalau patung kuda memakan wortel di lantai satu ternyata milik Jung Min.
         Wajahku semakin kudekatkan untuk melihat sususan tulang yang sangat rapi itu. Sungguh sempurna! Dia melakukannya dengan hebat. Mungkin suatu hari aku ingin belajar darinya, umm..tapi tidak dengan tulang. Eh, aku baru saja merasakan ada sesuatu yang bergerak di sana. Apa itu?
         Krak! Krak! Krak! Huaaaaa!!!! PATUNGNYA  HIDUP!!
         “Kyaaaa!!”
         Kerangka-kerangka itu menggerakkan kaki-kakinya dan langsung menyerangku. Mereka berlompatan di kepala dan badanku. Aku tentu saja sangat panik dan takut. Memang sih mereka tidak melakukan apa-apa selain menjambaki rambutku, tapi itu cukup membuatku risih. Tanganku terus meggapa-gapai, berusaha menyingkarkan seluruh kerangka yang menempel. Saking paniknya aku sampai terjatuh, tepat di..ommo! ceceran darah. Bagus! Sekarang baju kuning dan celana jeansku sudah belepotan darah.
         KRAANGG!! Sebuah cahaya yang menyilaukan berhasil membuat kerangka-kerangka itu terpental, berserakan di lantai setelah menabrak dinding. Young Saeng Sunbae berhasil menemukan tongkatnya!
         “Gwaenchanayo Sung Young-ah?” dia nampak panik. Aku sangat suka melihatnya! Ternyata dia perhatian padaku.
         “Nan gwaenchana, hanya sedikit terkejut.”
         “Sudah kubilang untuk menunggu saja.”
         “Mianhae, aku penasaran Sunbae.” Dia ternsenyum. Huah, manis sekali.
         “Arraseo. Lihatlah pakaianmu, lebih baik kau segera mandi sebelum Oppamu datang.”
         Dia membantuku berdiri. Oh, benar-benar namja yang baik. Sudah hebat, manis, tampan, kuat, baik pula. Aku ingin memelukmu Sunbae! Ops, mian aku sedang sedikit gila sekarang.

*501*

         Wah, aku baru tahu kalau di kamarku ada kamar mandi pribadi. Mana besar pula. Kamar ini benar-benar lebih baik dari kamarku yang dulu. Fuh, rasanya sangat nyaman saat berendam di bathup, air hangat yang menyelimuti tubuhku seolah-olah melepas semua lelah yang aku rasakan. Kenyamanan ini membuatku mengantuk, maka kupejamkan mata sejenak. Huh, kejadian-kejadian hari ini kembali berputar di otakku bagaikan flashback. Dimulai saat terbang bersama Hyun Joong Oppa dengan sapu terbang, sampai pada saat tadi aku dan Young Saeng Sunbae berada di kamar horror Jung  Min. Oh, namja itu lagi. Dia benar-benar menghantui pikiranku!!
         Sepertinya sudah lama aku berada di kamar mandi. Lebih baik aku sudahi saja sebelum badanku menggigil. Baru saja aku keluar dari bathup tiba-tiba..PET!! Huaaa!! Mati listrik!!! GELAP!! I HATE IT!!!
         “Kyaaa!!!”
         Segera kuambil handuk dan bergegas keluar dari kamar mandi. Sumpah, aku tidak bisa melihat apapun. Kegelapan ini membuatku kembali teringat dengan kerangka-kerangka hidup milik Jung Min yang tadi sempat membuatku takut setengah mati. Jangan-jangan di kamar mandi ini juga ada barang-barang horror tersembunyi. Sebelum kusentuh kenop pintu, terlebih dulu pintu itu menjeplak terbuka.
         “Huaaaa!!! Nu..nuguseyo?”
         “Sung Young? Gwaenchanayo?” Eh, ini kan suara Young Saeng Sunbae.
        “Sunbaeeee!!” Kuhampiri dia, um..berniat memeluknya tapi untungnya aku masih sadar.
         “Tidak usah takut, ne? Aku di sini.”
         “Rumah ini membuatku takut sunbae, huhu.” Di kegelapan kulihat siluetnya yang berjalan menjauh dari kamar mandi. “Jamkkanman!” Kugenggam tangannya, bermaksud agar tidak meninggalku. Dia menghentikan langkahnya. Entah hanya perasaanku atau bukan tapi aku merasa dia seperti memperhatikanku.

         Akhirnya kami hanya duduk-duduk di ranjang tempat tidurku, tanpa ada penerangan sama sekali. Dalam beberapa menit ruangan ini begitu sunyi, tidak ada yang memulai pembicaraan. Huh, baiklah aku yang memulainya.
         “Sun..sunbae? Bukankah Sunbae penyihir dengan karakteristik cahaya? Kenapa tidak menggunakan sihir Sunbae?”
         “O..oh iya benar. Mianhae Sung Young.”
         Di kegelapan ini aku hanya bisa tersenyum geli. Apa dia gugup? Mungkin pupil mataku sudah agak terbiasa dengan kegelapan ini sehingga cukup jelas kulihat saat Young Saeng Sunbae berusaha mengambil tongkat sihirnya yang ada di saku kemejanya. Dia mengayunkannya dalam slow motion. Goresan ujung tongkatnya yang seperti sambaran kilat itu membentuk pola putih di udara. Pola-pola itu berputar-putar dan berkumpul di ujung tongkat, membentuk secercah cahaya kecil yang lama-kelamaan menjadi besar dan sangat terang.  Ujung tongkat itu menyala! Cahayanya cukup untuk menerangi seluruh kamarku.
         “Woah! Jeongmal daebak! Very cool, Sunbae.” Aku hanya bisa terkagum-kagum dengan sihirnya. Dia tersenyum malu tapi kemudian dia hanya mematung, ekspresi macam apa itu? Seperti sedang melihat hantu saja. Cahaya di tongkatnya tiba-tiba lenyap. Kamarku kembali gelap gulita.
         “Sung Young? Kau...tidak ganti baju?
         OMMONA!!! aku lupa kalau masih pakai handuk! WAAA! Sung Young neomu babo!!! Untung ruangan ini gelap, jadi Young Saeng Sunbae  tidak melihat wajahku yang memerah. Hajiman…dia melihatku, huhuhu.
         “Mian, jeongmal mianhae Sunbae.”
         “Geurae, aku keluar, ne?”
         “Mwo?” Keluar? Yaa…Aku sendiri lagi? Hyun Oppa, apa yang harus aku lakukan? Kenapa kau tidak kunjung datang? Mungkin kalau yang di sini Hyun Oppa aku akan tenang-tenang saja, tapi…ini Young Saeng Sunbae, teman Oppaku, orang asing yang baru beberapa jam kukenal. OH! Tapi sudah menjadi kebiasaan burukku memiliki rasa takut pada kegelapan apalagi sendiri. “Ha..hajima Sunbae, umm.”
         “Eh? Kamu mau aku tetap di sini? Melihatmu?” Sial! Aku yakin dia sedang tersenyum jahil sekarang.
         “Engg…anio..umm.”
         “Haha, arraseo. Jauh-jauh hari aku sudah berjanji pada Oppamu, um, kami semua berjanji pada Oppamu akan selalu menjagamu. Ppaliya! Ganti baju sana, aku tidak akan melihat.”
         “Jinja? Tapi Sunbae kan namja, siapa tahu…”
        “Hey! Kalau aku berniat melakukan sesuatu padamu, maka sudah aku lakukan dari tadi. Cepat sana!” babo Sung Young! Kau mempermalukan dirimu lagi. Ok, aku percaya padanya. Kalau dia berani macam-macam, maka Hyun Oppa tidak akan mengampuninya.

         “Em, Sunbae? Aku tidak bisa melihat apa-apa. Bagaimana bisa aku ganti baju?”
         “Hah, arraseo.” Sekali lagi kulihat pancaran cahaya di ujung tongkat Young Saeng Sunbae. Namja itu memegangi tongkat sambil membelakangiku, memberiku kesempatan untuk ganti baju.
         “Awas kalau mengintip.”
         “Mungkin sedikit.”
         “YA! Sunbae.”
         “Hahahaha, aku hanya bercanda. Cepatlah, kuhitung sampai sepuluh.”
         Hish, benar-benar deh namja ini. Kadang aneh, kadang bisa membuatku terpesona, kadang menyebalkan, ckckck.

         Secepat mungkin aku mengganti bajuku. Walau memang sangat risih rasanya saat ada namja yang  bukan suamimu ada di satu ruangan denganmu yang sedang ganti baju. Berkali-kali kulirik dia, memastikan matanya tidak mencuri-curi kesempatan. Young Saeng Sunbae hanya menunduk. Bagus! Kurasa dia memang namja yang sangaaaaat baik dan tidak pervert.
        Hanya saja aku baru menyadari satu hal saat aku sudah selesai ganti baju!! BAYANGAN!! GOD! Bayanganku terpantul di tembok. Ommo, ommo, ommo, ini tidak bagus! BABO! Jeongmal babo! Maafkan aku Young Saeng Sunbae.
         “Sunbae?” Kusentuh pundak namja itu. Dia terpejam ternyata.
         “Eh? Kau sudah selesai?” dengan bantuan cahaya dari tongkatnya dapat kulihat dengan jelas wajah Young Saeng Sunbae. Dia hanya memandangku heran saat kutatap ia lekat. Ah! Namja ini!
        
         “Hey, Sung Young! Mau kutunjukkan sesuatu yang lebih hebat daripada cahaya kecil di ujung tongkat ini?”
         “Tentu tentu tentu!” Kuanggukkan kepalaku semangat.
         “Kkaja! Ikut aku.”
         Young Saeng Sunbae mendahuluiku berjalan sambil membawa tongkatnya sebagai penerangan jalan. Lagi! Dia meninggalku. Sekali lagi kugenggam tangannya, mengiringi langkahnya. Namja ini hanya tersenyum sambil sesekali memandangku. Ommo, ini menyenangkan.
         Saat pintu kamarku terbuka, cahaya yang begitu terang menyinari seluruh lantai dua, bahkan mungkin menerobos ke lantai satu. Baru kuingat kalau cahaya ini berasal dari hiasan dinding berbentuk kilat milik Young Saeng Sunbae. Ternyata benar apa yang di katakana Hyun Joong Oppa kalau hiasan itu bisa bersinar saat listrik padam, seolah hiasan itu adalah lampu emergency.

        Kami sampai di halaman rumah. WOAH! Bintang ternyata sedang bersinar terang di luar. Sangat indah!! Cahaya bintang terlihat begitu jelas karena Daegu sedang padam.
         “Bintangnya indah sekali.” Aku masih terkagum-kagum, mendongak ke langit.
         “Indah bintangnya, atau ini?” Young Saeng Sunbae memadamkan ujung tongkatnya lalu merapal mantra, entah apa yang digambarnya. Seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya, rapalan itu berputar –putar di udara, berkumpul menjadi satu, dan melesat. Kali ini rapalan itu menembus tubuh Young Saeng Sunbae.
         “Woooh.” Aku tidak bisa berkedip saking takjubnya melihat Young Saeng Sunbae bercahaya. Namja ini  berkelap-kelip, sangat indah. Walau cahaya yang ada di tubuhnya sangat terang, anehnya tidak menyilaukan. Bahkan saat kudekati dia, mataku tidak terbakar  ataupun kabur akibat cahaya terangnya. Aneh memang. “Neomu…Yeppeo.”
         “Indah, kan?” Sebuah senyuman terukir di wajahnya, semakin membuatnya bersinar-sinar. Young Saeng Sunbae, kau adalah penyihir yang paling indah. Entah kenapa aku sangat ingin dipeluk olehnya sekarang. Oh! Peluk aku Sunbae,agar sinarmu yang hangat dan terang terbagi dalam diriku.
         “Kau mau masuk sekarang?” katanya.
         “Anio. Aku tidak mau melewatkan ini Sunbae.”
         “Jadi, aku harus berdiri di sini berapa lama lagi.”
         “Hehehe, jebal Sunbae Sebentar saja.”
         “Hahaha, ne ne.”
         Ommo! Dia merangkulku. Sunbae! Kau mau membuatku serangan jantung? Baru kali ini aku berharap Hyun Joong Oppa agar tidak segera pulang. Kurasa ini adalah mati listrik yang paling menyenangkan dalam hidupku.

*501*

         Kubuka kedua mataku dengan malas. Hah, suara bising ini benar-benar mengganggu tidur dan mimpi indahku. Tanganku menggapai-gapai ke meja kecil yang terletak di samping tempat tidur, berusaha menemukan ponsel yang terus saja menyanyikan lagu dengan kerasnya, mengusik pagi yang tenang. Pagi? Oh, ini sudah pagi rupanya. Kutuntun mataku untuk kembali terpejam, tapi sekeras apapun usahaku membawa diri ke dunia mimpi tetap saja tidak berhasil.
         “Kau mau tidur sampai kapan?”
         Kepala Hyun Joong Oppa menyembul di pintu kamar. Oh, dia sudah tidak memiliki gigi kelinci lagi sekarang. Kututup wajahku dengan bantal saat namja itu berjalan ke arahku, tidak mau memperlihatkan wajah kusutku. Huh, tumben dia sudah bangun. Biasanya kan aku yang membangunkannya.
         “Irreona! Ppaliya!” Hyun Joong Oppa menarik-narik bantal yang ada di wajahku, tapi aku tetap mempertahankannya.
         “Yaaak!! Oppa!” aku hanya bisa menggelinjang saat jari-jari Hyun Joong Oppa menggelitik pinggangku. Ish! Namja ini benar-benar tahu kelemahanku. Dia terus menggelitikku sampai aku benar-benar membuka mata sempurna. “Ne, ne, aku bangun! Geumanhae!!”  kulemparkan bantal ke wajah Hyun Joong Oppa. Dia hanya terkekeh.
         “Ini sudah jam 6. Kau tidak sekolah?”
         Namja itu berjalan ke arah balkon. Mungkin mencoba merasakan udara pagi yang menyejukkan. Aku masih terbaring di ranjang. Rasanya kepalaku benar-benar sudah melekat di bantal layaknya dilem. Lagian bukankah kelas dimulai jam 8? Sambil berusaha mengumpulkan semua nyawa, pikiranku justru melayang ke kejadian semalam. Ah, iya, semalam. Masih tergambar dengan jelas  di benakku wajah Young Saeng Sunbae yang berseri-seri akibat sinar terang yang terpancar di balik kulitnya. Senyum namja itu benar-benar tidak bisa aku lupakan. Apalagi berat lengan Young Saeng Sunbae di pundakku saat dia merangkulku. Ommo! Membayangkannya saja membuat jantungku kembali berdetak tak beraturan.
         Oiya, bukankah semalam aku dan Young Saeng Sunbae berada di halaman? Duduk di rumput hijau sambil menatap langit yang dipenuhi bintang? Dan..Oh yampun, seingatku aku langsung terlelap begitu saja, menyandarkan kepala di pundak Young Saeng Sunbae tanpa sadar, saking lelahnya mungkin. Bahkan aku belum makan malam. Tapi pagi ini saat terbangun aku sudah berada di kamarku sendiri. Jadi, apakah Young Saeng Sunbae yang membawaku kemari?

         “Yaelah, belum bangun juga kamu. Cepat mandi sana!” Dia menghampiriku, berniat menggelitiki lagi. Oh, jangan lagi!
         “Ne ne!” Akhirnya aku memutuskan untuk bangun tapi tidak segera berjalan ke kamar mandi karena udara pagi yang dingin benar-benar membuat malas bersentuhan dengan air.
         “Kau semalam pasti sangat senang, ne?” Hyun Joong Oppa ikut duduk di pinggir ranjang, menatapku sambil tersenyum penuh arti.
         “Mwoya?”
         “Bagaimana Young Saeng? Dia namja yang menyenangkan bukan?” Oh, jadi Hyun Joong Oppa membicarakan tentang Young Saeng Sunbae. Maksudnya apa ini.
         “Ne, namja yang menyenangkan.”
         “Jadi benar ne? Kau menyukainya?” mataku langsung menatapnya tajam, hanya saja senyum jahil Hyun Joong Oppa tetap terukir di wajahnya. Tak bisa dipungkiri, kurasa pipiku sudah memerah sekarang.
        “Jangan menatapku seperti itu!” kupukulkan boneka sapiku ke wajah Hyun Joong Oppa. Dia lagi-lagi hanya terkekeh. Aish, kumohon jangan menggodaku Oppa! Dan jangan tanyakan hal-hal seperti itu!
         “Aku belum pernah melihat wajahmu begitu berseri-seri saat bersama namja selain aku atau Abeoji. Kau terlihat sangat senang semalam. Apalagi saat penyihir putih itu menunjukkan sedikit kehebatannya di depan matamu. Ah, dan aku yakin jantungmu pasti berasa akan meledak saat dia merangkulmu di halaman. Aku benar, kan?” Aku hanya terdiam. Huaa…bagaimana Hyun Joong Oppa mengetahui semua itu? “Entah bagimu Young Saeng itu senyaman apa, tapi kulihat kamu sangat menikmati saat tidur di pundaknya. Dan…apa kau tahu sesuatu?”
         “Mwo?”
         “Young Saeng yang membawamu ke kamar. Menidurkanmu dengan sangat hati-hati di ranjang lalu menyelimutimu. Wah, bukankah itu sangat manis??”
         Lagi-lagi aku hanya terdiam. Kata-kata Hyun Joong Oppa yang terakhir terus berputar-putar di otakku. Jadi memang benar Young Saeng Sunbae yang membawaku. Membayangkan itu membuat kedua pipiku semakin bertambah merah. Eh? Aku langsung menyadari satu hal.
         “YAAA! Geumanhae! Bagaimana Oppa mengetahui semua itu, hah? Aish.”
         “Hahahaha, aku melihat semuanya, kau tahu.”
         “Bagaimana bisa? Oppa kan belum pulang.”
         “Youngi-ah, aku sudah pulang. Kau tahu kan Oppamu ini penyihir dengan karakteristik bayangan? Dan jangan lupakan kalau namja di depanmu ini adalah penyihir yang hebat.”
         “Aish, jangan bertele-tele Oppa.”
         “Aku memakai mantra karakteristikku semalam. Selain bisa melakukan perjalanan bayangan, aku juga bisa menghilang. Bukan menghilang sih lebih tepatnya, tapi berkamuflase, menjadi sesosok bayangan. Apalagi semalam mati listrik, benar-benar sangat membantu. Aku terus mengikutimu, menjadi bayanganmu semalaman tanpa kau sadari. Hah, sangat menyenangkan.”
         “YAA! Kau benar-benar Oppa yang menyebalkan!” kuremas rambut hitam Hyun Joong Oppa dengan kedua tanganku, kutarik-tarik gemas sampai-sampai dia menjerit. Kesakitan? Masa bodo. Aku hanya bisa menjambaknya sebagai pelampiasan atas rasa malu yang ditimbulkan olehnya.
         “Yak! Aw! Aduh, Youngi! Lepaskan!!”

*501*

         Akhirnya kembali lagi di kehidupan nyata, maksudku di sekolah. Tempat di mana aku terlepas dari aura magic dan bisa melihat hal-hal masuk akal, bukannya sihir. Sekali lagi aku dan Hyun Joong Oppa pergi ke sekolah dengan perjalanan bayangan karena waktunya sangat mepet. Lagi pula sapu terbang Hyun Joong Oppa dipinjam oleh Kyu Jong Sunbae.
         Hah, saat di sekolah semua tampak biasa saja. Aku, Hyung Jun, dan Kyu Jong Sunbae juga bersikap biasa saja seolah kami ini tidak tinggal bersama. Biasanya aku akan selalu bersemangat jika bersekolah, huh tapi kali ini beda. Penyebabnya adalah Young Saeng Sunbae. Sayang sekali namja itu tidak satu sekolah denganku dan aku baru tahu kalau Jung Min satu sekolahan dengan Young Saeng Sunbae. Semenjak kejadian semalam pikiranku benar-benar tidak bisa lepas dari bayang-bayang namja manis dengan dua lesung pipit itu. Huah! Ada apa denganku!

         Sekarang adalah pelajaran Bahasa Korea. Biasanya aku akan terus duduk tegak memandang guru yang sedang menjelaskan, mencoba mencerna pelajaran.  Tapi tidak kali ini,mataku justru terus melirik jam yang tergantung di atas papan tulis, berharap jam 2 segera tiba, dengan begitu aku bisa pulang dan bertemu…hah! Lagi-lagi dia (-_-)
         Ding dong ding! Fyuh, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Aku segera keluar kelas dan berlari-lari kecil menuju kelas Hyun Joong Oppa. Tentu saja aku tidak akan bisa pulang tanpa namja itu. Di depan pintu kelas XII-C1, Hyun Joong Oppa dan Kyu Jong Sunbae nampak sedang mengobrol.
         “Oppa! Kkaja pulang!” Hyun Joong Oppa menepuk pundak Kyu Jong Sunbae.
         “Pulanglah dengan Kyu Jong. Aku masih ada ekstra.”
         “Kkaja, Sung Young-ah!” Kyu Jong Sunbae sudah lebih dulu berjalan. Aku masih menatap Hyun Joong Oppa, meyakinkan namja itu.
         “Sudah sana,” katanya lirih lalu kembali masuk ke kelas.
         Huf..geurae, tidak ada pilihan lain. Aku tidak mungkin menunggu Hyun Joong Oppa sampai pulang. Ini berarti aku akan naik sapu terbang lagi, betapa menyenangkannya. Hanya saja…Aku akan naik dengan Kyu Jong Sunbae. Ommo, pasti akan sangat canggung. Andai saja itu Young Saeng Sunbae, hahaha aku akan sangat senang.
         Kami berhenti di halaman belakang sekolah, satu-satunya tempat yang cukup sepi dan aman untuk meletakkan sebuah sapu ajaib. Kyu Jong Sunbae sudah naik sambil merapal mantra penghilang. Dengan ragu-ragu aku ikut naik di belakangnya, berpegang pada tas gendong hijaunya.
         “Siap? Berpeganglah dengan erat,” aku tetap bertahan berpegang pada tasnya.
         WUSSH!! Sapu melesat begitu cepat sampai aku hampir terjengkang ke belakang. Ish, menyebalkan sekali namja ini. Pasti sengaja mengendarai dengan kecepatan penuh agar aku memeluknya. Sekali lagi dia menambah kecepatan sapunya. Cepat-cepat aku memeluk tas gendongnya agar tidak  terjatuh.
         “Kenapa kau malah memeluk tasku?”
         “Ya! Sunbae! Aku tidak akan memelukmu!” samar-samar aku mendengar dia terkekeh. Ish, jika tidak berada di ketinggian 50 kaki aku akan langsung menjitaknya. Kencangnya kami terbang membuat angin menampar-nampar wajahku dengan keras. Rambutku pasti sudah sangat kusut sekarang.
         Tidak terasa kami sudah sampai di gunung. Kyu Jong Sunbae memelankan sapunya. Woah, lihatlah betapa indahnya pemandangan di bawahku, nampak seperti laut hijau karena saking banyaknya pepohonan yang tumbuh subur dan berjejer dengan rapinya. Indah sekali.
         “Aku yang menata semua itu. Bagus, ne?”
         Aku masih mengagumi keindahan di bawahku. Sepertinya aku tahu sekarang, Kyu Jong Sunbae adalah penyihir yang berkaitan dengan tumbuhan sehingga warna karakteristiknya adalah hijau. Pantas saja.
         Kami masih betah melayang-layang pelan di atas gunung sambil menikmati tumbuhan hijau yang sangat segar dipandang. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pemandangan. Tepat di sebelah utara, beberapa hektar tanah sama sekali tidak ada pohonnya. Benar-benar gersang dan tandus. Kyu Jong Sunbae mengarahkan sapu untuk mendarat di tempat itu.

         Perlahan kami mendarat di atas tanah yang sangat kering. Ommo! Banyak sekali bangkai-bangkai tumbuhan di sini. Akar-akar tumbuhan pun banyak tersebar di berbagai tempat. Sepertinya aku tahu, bagian ini baru saja ditebang habis oleh sekumpulan orang yang sangat tidak bertanggung jawab. Mereka memanfaatkan kayu-kayu tumbuhan demi kepentingan proyek, menebang habis semua tumbuhan entah yang tua ataupun yang muda tanpa melakukan penanaman kembali.
         Kyu Jong Sunbae menyeret langkahnya, berjalan dengan lesu sambil mengamati sekeliling. Aku hanya diam di tempat, memandang Kyu Jong Sunbae yang nampak sedih. Namja itu tentu sangat sedih melihat ini karena dia adalah seorang penyihir  yang sangat mencintai lingkungan.
         Akhirnya dia berhenti, duduk di salah satu bangkai tumbuhan. Seekor kupu-kupu berwarna hijau dan kuning terbang mengelilingi Kyu Jong Sunbae. Namja itu langsung menangkap kupu-kupu itu. Aku sempat terkejut karena kupikir dia menepuk si kupu-kupu sampai mati. Tapi tidak, kupu-kupu itu masih menggerak-gerakkan sayapnya dengan teang di telapak tangan Kyu Jong Sunbae. Perlahan namja itu mendekatkan wajahnya, seperti hendak mencium si kupu-kupu. Kemudian dia melepasnya lagi, membiarkannya kembali terbang bebas di langit biru yang mulai dihiasi kabut abu-abu gelap. Wah, nampaknya akan turun hujan.
         Kyu Sunbae masih terlihat sangat sedih. Dia hanya menunduk. Kuputuskan untuk menghampirinya, duduk di sampingnya. Siapa tahu aku bisa menghiburnya.
         “Kyu Jong Sunbae, aku turut sedih.”
         “Sedih  kenapa?” lah, dia ini bagaimana, sih. Sepertinya pernyataanku tidak tepat.
         “Tentang hutan ini.”
         “Kau merasakannya juga? Hah, aku benar-benar tidak habis pikir, masih ada ya orang-orang yang sangat jahat. Menghancurkan berhektar-hektar hutan hanya untuk kepentingan tanpa menanami kembali. Mereka benar-benar tidak memperhatikan kepentingan di masa depan. Aku sangat kecewa.”
         Ok, sepertinya sedih bukan kata yang tepat, tapi kecewa.
         “Ne, Kyu Sunbae. Aku juga  merasa ini sangat keterlaluan. Jika dibiarkan terus, sudah pasti hutan akan semakin menipis.”
         “Hanya saja Sung Young, kita juga tidak akan pernah bisa melarang proyek-proyek perusahaan itu karena sebenarnya itu juga untuk kepentingan manusia.” Ah, benar juga. “Tapi kita masih bisa melakukan satu hal, kok. Yaitu mengembalikan kesuburan hutan ini. Sebagai penyihir dengan karakteristik tanaman, ini sudah seperti tugasku untuk menjaga kelestarian hutan. Kita harus melakukannya.” Kyu Jong Sunbae sudah berdiri, mungkin bersiap untuk merapal mantra.
         “Kita? Tapi aku tidak seperti Sunbae,” dia duduk kembali, namun kali ini disertai sebuah seyuman.
         “Melestarikan hutan, melakukan reboisasi, merawat tumbuhan adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh siapapun, tidak hanya orang sepertiku. Yah, asalkan kita mempunyai niat untuk melakukaannya.”
         “Kau benar, Sunbae,” ommona, aku benar-benar semakin mengagumi dan menyukai penyihir yang satu ini. Sudah tampan, suka hijau, pecinta lingkungan pula. Um, tapi bukan berarti aku mencintainya. “Kalau begitu, kkaja! Dengan adanya Sunbae pasti akan terasa mudah.”
         “Ne, tapi kita harus menunggu seseorang. Aku tidak bisa melakukannya tanpa adanya sinar matahari,” dia mendongak, menatap langit yang sudah sepenuhnya tertutup awan hitam.
         “Oh, jadi Sunbae menunggu Young Saeng Sunbae?”
         “Yups! Aku dan dia sering bekerjasama menumbuhkan tumbuhan. Apalagi saat cuaca mendung seperti ini. Tapi sepertinya ini akan cukup menguras tenaga karena aku harus menumbuhkan tanaman berhektar-hektar.”
         Wah, itu sangat keren. Aku sudah tidak sabar meunggu aksi mereka. Oke, aku semakin menyukai Young Saeng Sunbae juga karena dia juga pecinta lingkungan. Um, mungkin untuk namja yang satu itu lebih tepat ke…cinta? Ah, mollayo.

         “Oiya, jadi apa sebutan Kyu Jong Sunbae? Seperti Hyun Joong Oppa, dia adalah penyihir bayangan hitam. Apakah Kyu Jong Sunbae penyihir tumbuhan hijau?” oke, itu cukup ngawur tapi juga cukup masuk akal. Dia hanya terkekeh.
         “Entahlah, aku sering dijuluki penyihir hijau yang membawa ketentraman(Green Porperous Wizard). Tapi sepertinya tidak cocok.”
         “Ketentraman, tentu saja! Seperti sekarang ini, Sunbae berusaha menumbuhkan kembali tumbuhan yang telah di tebang habis demi kehidupan di masa depan. Bukankah itu berpengaruh pada ketentraman manusia? Dan pastinya juga ketentraman makhluk-makhluk hutan.”
         “Gomawo, Sung Young.” Oh, astaga, dia semakin tampan saat tersenyum.

         Beberapa saat kemudian kami serentak mendongak ke langit, menatap sesuatu yang sedang melayang. Perlahan benda atau entah apa itu semakin mendekat ke arah kami. Yampun, tenyata Young Saeng Sunbae. Dia masih memakai seragam sekolah.
         “Hyung masih di sekolah tadi?” kata Kyu Sunbae sambil berjalan mendekati Young Saeng Sunbae.
         “Anio, tadi aku sedang dalam perjalanan pulang. Oh, Kyu, betapa….” Young Sunbae melihat ke sekeliling, dari ekspresinya jelas terlihat kalau dia sangat sedih. “Sung Young-ah, kau di sini juga?” dia tersenyum saat matanya tertuju padaku. Entah kenapa suaraku tiba-tiba tercekat di tenggorokan dan aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. Melihat Young Saeng Sunbae membuatku kembali teringat kejadian semalam. Ommo.

         Selanjutnya mereka berdua segera saja mengeluarkan tongkat sihir untuk memulai aksi. Kyu  Jong Sunbae merapal mantra,  menggambar pola dengan kabut hijau yang berasal dari tongkatnya secara besar-besaran. Young Saeng Sunbae merapal mantra agar tongkat dan tubuhnya mengeluarkan cahaya. Namun cahayanya kali ini terlihat sangat menyilaukan dan panas, layaknya matahari. Aku  sedikit menjauh darinya. Kemudian Young Saeng Sunbae merapal mantra terbang. Namja itu melayang, terbang kesana-kemari sepanjang tanah hutan yang tandus.
         Rapalan Kyu Sunbae terlihat cukup mengerikan karena sangat besar. Kabut itu berkumpul menjadi satu lalu memancar sepanjang tanah yang tandus dan meresap ke dalam tanah. Selama beberapa detik tidak ada yang terjadi. Rintik-rintik hujan perlahan mulai berjatuhan, membasahi tanah yang tandus. Semakin lama semakin deras membuatku terpaksa berteduh di bawah pohon yang tidak terlalu lebat membuatku tetap basah sebenarnya. Kupeluk tasku,mencoba melindungi agar tidak basah kuyup.
         “Perfect!” Kyu Sunbae ikut berteduh di sampingku. Hanya saja Young Saeng Sunbae masih betah melayang-layang. Ommo, aku tidak mau namja itu sakit.
         “Young Saeng Sunbae, berteduhlah!”
         “Anio, tenang saja Sung Young-ah!”
         “Sung Young, lihat ini.” Kyu Jong Sunbae merapal mantra lagi namun tidak sebesar yang tadi. Rapalan itu kembali meresap ke tanah. Selang beberapa detik suara gemuruh terdengar dari dalam tanah dan retakan-retakan mulai muncul. Dari sela-sela retakan tumbuh rumput-rumput hijau segar.
         “Woah.”
         Aku semakin terkagum-kagum saat tumbuhan-tumbuhan dan bunga-bunga bermunculan. Ini sangat hebat, baru kali ini aku bisa melihat pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat. Aku mengamati pohon kalpataru yang terus tumbuh sampai tinggi maksimal dan perlahan memunculkan bunga lalu digati dengan biji-biji kalpataru. Neomu yeppeo.
         Kyu Jong Sunbae menurunkan tongkatnya. Kali ini sebuah senyuman yang sangat lebar menghiasi wajah Kyu Jong Sunbae. Aneh sekali, hujan tiba-tiba berhenti begitu saja. Young Saeng Sunbae sudah tidak bersinar lagi dan mendarat di sisi Kyu Sunbae merasa tugasnya sudah selesai. Kyu Sunbae berlari-larian senang menerobos pepohonan yang baru saja ia tumbuhkan, meninggalkanku yang masih terkagum-kagum.
         “Kyu Jong benar-benar penyihir yang hebat,” aku baru sadar kalau di sampingku ada Young Saeng Sunbae.
         “Ne, mengagumkan. Eh, Sunbae….” Aku berniat bertanya keadaannya setelah diguyur hujan yang lumayan deras. Tapi aku mengurungkannya karena nampaknya dia baik-baik saja, bahkan sangat baik. Aneh sekali, jelas-jelas aku melihat dia kehujanan tapi pakaiannya tidak basah sama sekali. Oiya, bukankah tadi dia berperan sebagai matahari yang panas? Pantas saja.
         “Ada apa?”
         “Oh, anio,” dia terus menatapku. Aku langsung mengalihkan pandangan, berpura-pura mengamati bunga-bunga yang tumbuh di depanku.
         “Kau basah sekali,” dia mendekatiku. Aku hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ommo! Jantungku menjadi berdebar tidak beraturan. Young Saeng Sunbae kembali merapal mantra. Telapak tangannya perlahan mengeluarkan cahaya yang menurutku cukup aneh. “Ijinkan aku,” katanya lagi sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk saja, padahal tidak paham maksudnya apa.
         Tangan Young Saeng Sunbae mendarat di atas kepalaku, mengusapnya perlahan. Aku hanya tertegun sambil menatapnya. Tangan Young Saeng Sunbae rasanya sangat hangat saat menyentuh kulit kepalaku. Kehangatan itu perlahan turun dan menyebar ke seluruh tubuh. Ini memang hangat atau hanya perasaanku saja?
         “Nah, sudah selesai,” Young Saeng Sunbae menurunkan tangannya. Sejenak aku tidak menyadari apa yang terjadi. Babo! Ternyata tadi Young Saeng Sunbae berusaha mengeringkanku dan nampaknya sangat berhasil. Aku sudah tidak merasa basah dan kedinginan sekarang.
         “Gam..gamsahamnida Sunbae.”

         “Ini benar-benar bekerja dengan baik! Aku belum pernah menumbuhkan berhektar-hektar tanaman sebelumnya,”  Kyu Jong Sunbae muncul dari semak-semak yang sebenarnya cukup membuatku terkejut. Dia nampak sangat senang dan puas. “Ini untuk kalian,” dia melemparkan buah beri merah yang sangat menggiurkan pada kami. Aku mendapat dua dan Young Saeng Sunbae mendapat 1. Tapi Kyu Jong Sunbae masih mempunyai banyak beri. Bermacam-macam, ada yang merah, hitam, dan orange.
         “Beri yang dipetik langsung dari hutan? Wah, nampaknya sangat lezat,” tanpa pikir panjang langsung kumakan beri itu.
         “Sung Young!!! Ah, harusnya jangan kau makan.”
         “Wae?” Hah, sudah terlambat. Seperti yang aku duga, beri ini rasanya sangat lezat!
         Hanya saja…tiba-tiba kurasakan sesuatu bergejolak dalam tubuhku, entah apa itu. Rasanya sangat tidak menyenangkan, seperti akan muntah. Darahku mengalir sangat cepat. Perlahan aku tidak bisa mendengar suara apapaun. Oh, sebenarnya apa yang terjadi?! Namun sedetik kemudian aku bisa mendengar suara lagi, bahkan lebih baik. Sampai-sampai suara hembusan angin dan detak jantung dua namja de depanku ini terdengar.
         “Ouch, telingamu,” Young Saeng Sunbae menatapku aneh. Kuraba telingaku memastikan semua naik-baik saja. Tapi kedua telingaku tidak ada!!! Oh, bukan tidak ada, tapi telingaku justru tumbuh di atas kepalaku! Mereka berdua lancip dan…berbulu?
         “Hahaha, lihatlah. Ekormu sangat indah, Sung Young.”
         APA? EKOR? Huee..benar. Sekarang bokongku ditumbuhi ekor berbulu yang cukup panjang.
         “Yaa! Apa ini!? Apa yang kau lakukan Sunbae?”
         “Itu faker berry Sung Young. Satu beri bisa membuatmu berubah wujud. Dan kau sekarang..menjadi kucing,” Young Saeng Sunbae masih menatapku aneh tapi kali ini dia seperti menahan senyum.
         Oke, ternyata yang kumakan ini beri ajaib. Kukira sihir hanya akan bekerja pada penyihir tapi ternyata bekerja juga pada manusia biasa sepertiku. Aku mengambil cermin dari tas dan melihat seperti apa bentukku sekarang. Ommo! Aku mempunyai 4 pasang kumis yang sangat lucu.
         “Lalu bagaimana mengembalikannya?”
         “Kau hanya perlu makan beri hitam ini dan semua akan kembali seperti semula,” jelas Kyu Jong Sunbae sambil masih tersenyum-senyum tidak jelas. Apakah semua penyihir menyebalkan? Huh.
         “Apa semua beri seperti ini?”
         “Tentu saja tidak, Sung Young.”
         Wah, sepertinya aku menjadi tertarik dengan beri-beri ini. Segera saja kumakan satu buah beri yang tersisa di genggamanku. Dua namja ini hanya melongo melihatku. Sensasi tidak menyenangkan kembali kurasakan, namun sedikit berbeda. Kali ini rasa sakit lebih berpusat di lenganku.
         “Oh, astaga!” seru Kyu Jong Sunbae terkejut, sementara Young Sang Sunbae hanya melotot.
         Hohoho, lihatlah! Sekarang aku seperti Hyun Joong Oppa! Lenganku tak kalah besar dan berotot darinya. Aku merasa sangat kuat dan bersemangat. Jangan-jangan perutku sekarang menjadi sixpacks! Hahaha.
         “Ini hebat!” kataku kegirangan. “Sekarang giliran Kyu Jong Sunbae,” aku tersenyum jahil pada Kyu Jong Sunbae. Dia hanya menelan ludah, gugup mungkin. Aku melirik Young Saeng Sunbae dan nampaknya dia mengerti. Segera saja kukunci kedua tangan Kyu Jong Sunbae sebelum dia berhasil kabur. Otot-otot bisep yang sangat besar ini benar-benar membuatku sangat kuat. Young Saeng Sunbae memaksa Kyu Sunbae yang sudah kukunci untuk memakan beri merah. Hahaha, salahnya mengerjaiku.
         “Waa! Apa-apaan kalian!” Aku melepaskan Kyu Sunbae setelah dia menelan satu beri merah. Kami terus menunggu sampai Kyu Jong Sunbae bertransformasi.
         “Kyuuu..” Young Saeng Sunbae bersiul pelan saat melihat perubahan Kyu Jong Sunbae. Sesaat aku hanya melongo tapi kemudian kami berdua tertawa bersama, sangat lama sampai-sampai perut terasa sakit. Kyu Jong Sunbae sedang tidak beruntung, dia sekarang mempunyai tubuh yeoja yang sangat seksi. Hahahaha.
         “Waaaa!!!”

*501*

         Kau tahu, akhirnya impianku benar-benar terwujud lagi. Setelah aku kembali seperti semula dan bersama Young Saeng Sunbae berhasil membuat Kyu Jong Sunbae memiliki tubuh yeoja, secepat mungkin kami melarikan diri menghindar dari amukan Kyu Sunbae, yah walau aku belum pernah sama sekali melihatnya mengamuk. Young Saeng Sunbae langsung mengambil sapu terbang yang tadi aku gunakan. Dan surprisenya dia mengajakku untuk pulang bersamanya, emm…lebih tepatnya kabur bersamanya sebelum Kyu  Sunbae kembali seperti semula.
         Bukankah itu sangat menyenangkan? Terbang menggunakan sapu terbang dengan Young Saeng Sunbae. Dia berada di depan sementara aku yang  belakang. Kali ini berbeda dengan saat terbang bersama Kyu Jong Sunbae, aku ingin berpegang pada tubuhnya, tapi alih-alih memeluk aku justru menggenggam erat tas punggung putihnya. Tentu saja! Aku tidak bisa semudah itu memeluknya, fufufu.
         Sial sekali, ternyata Hyun Joong Oppa sudah pulang. Dia menghadang kami di halaman rumah sambil tersenyum penuh arti padaku. Huh, aku tahu betul apa maksudnya. Sepeninggal Young Saeng Sunbae, Oppaku yang terkadang sangat menyebalkan itu terus saja mengolok-olokku, ck. Selang beberapa menit Kyu Jong Sunbae juga sudah sampai di rumah, tentu saja dia tadi menggunakan mantra tebang. Mengetahui dia ada di belakangku aku segera berlari ke kamar.

 *501*

         Malam ini adalah Sabtu malam, itu berarti aku boleh begadang karena besok sekolah libur. Hanya saja, apa yang akan aku lakukan jika ingin begadang? Masalahnya ini bukan rumahku. Tapi untungnya orang-orang di rumah ini punya cara yang menyenangkan untuk menghibur diri dan refreshing. Mereka mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan di ruang keluarga yang luas. Aku yang baru turun dari lantai 2 hanya bisa terkagum-kagum melihat banyak sekali makanan kecil dan aneka kue terjejer di meja. Lima penyihir tampan itu tengah duduk-duduk di karpet bulu sambil melakukan aktivitas masing-masing. Hyun Joong Oppa sedang mengobrol dengan Young Saeng Sunbae sambil memakan snack. Kyu Jong Sunbae yang sedang tiduran di paha Young Saeng Sunbae hanya diam mendengarkan obrolan sambil makan roti kering. Huf, andai yang ada di posisi Kyu Jong Sunbae itu aku. Hahaha, Sung Young! Kau mulai berpikir gila lagi.
         Tiba-tiba Young Sunbae menoleh kearahku yang masih berdiri di sisi tangga, disusul Hyun Joong Sunbae dan Kyu Jong Sunbae. Bagaimana dengan Min dan Jun? Hah, mereka tidak peduli karena sedang asik berebut sebungkus kripik kentang yang masih terbungkus rapi. Hyun Joong Oppa melambai ke arahku.

         “Youngi-ah! Bergabunglah.”
         Aku berjalan ke arah mereka. Tentu saja aku tidak bisa menolak karena kupikir berkumpul bersama lima penyihir tampan akan sangat menyenangkan. Begitu aku duduk di samping Hyun Joong Oppa, Young Saeng Sunbae menawariku snack yang tadi dimakannya. Ah, betapa baiknya namja ini. Kebetulan sekali ini adalah snack kesukaanku.
         Sedang asik-asiknya aku berbagi makanan dengan Young Saeng Sunbae, tiba-tiba terdengar suara PLOP keras yang mengejutkan kami semua sampai-sampai Kyu Jong Sunbae terduduk. Ternyata suara itu berasal dari bungkus kripik kentang MinJun yang meletus karena tertimpa badan Hyung Jun. Kripik-kripik kentang yang sebenarnya sangat enak itu tersebar di lantai dan karpet.
         “Yaa!! Lihat apa yang kau perbuat, kuda!” omel Hyung Jun sambil menoyor Jung Min kemudian beralih memunguti kripik kentang yang tercecer.
         “Mwoya!!?” merasa tidak terima, Jung Min mendorong Hyung Jun membuat namja itu jatuh tengkurap, lalu didudukinya punggung Hyung Jun.
         “Jung Miiinnn!!! Agh!” Hyung Jun berusaha mengambil tongkat sihirnya yang tergeletak tidak jauh, tapi tetap saja dia tidak bisa mengambilnya. “Sung Young-ah, tolong aku…” Hyung Jun memelas padaku.
         Kyu Jong Sunbae dan Young Saeng Sunbae yang melihat itu hanya diam saja sambil terus melanjutkan makan seolah apa yang terjadi di depan mereka adalah tontonan gratis yang sayang dilewatkan. Aku yang semula ingin menolong dan kasian dengan Hyung Jun ikut-ikutan diam saja, menonton sambil menyeringai jahil. Akhirnya aku punya alat balas dendam pembullyan yang dilakukan Hyung Jun di masa lalu, yaitu Jung Min.
         “Kalian, bisa tidak sih sehari saja tidak membuat keributan?!”
         Hyun Joong Oppa yang sudah tidak tahan langsung mengambil tongkat dan merapal. Dia melontarkan tongkat Jung Min. Mungkin agar Jung Min tidak merapal mantra karakteristik mengendalikan darah. Lalu dia melontarkan Jung Min dan Hyung Jun membuat keduanya terduduk merapat di tembok. Kemudian dia merapal untuk kripik-kripik kentang yang tersebar di karpet. Kripik-kripik itu melayang-layang di udara lalu berkumpul menjadi dua bagian. Masing-masing bagian melesat, memaksa masuk ke mulut Jung Min dan Hyung Jun. Mulut mereka menggembung karena penuh oleh kripik.
         “Adil, kan?” kata Hyun Joong Oppa puas.
         Kedua orang itu langsung berusaha mengeluarkan kripik yang cukup membuat mereka sesak karena terlalu banyak.
         “Kau tega sekali Oppa.”
         “Tega? Jika tidak seperti itu mereka tidak akan berhenti ribut, Youngi. Aku harus selalu menghentikan mereka karena jika tidak salah satu di antara mereka bisa terluka,” aku hanya mengangguk-angguk menurut saja. Kulihat Min Jun lagi, nampaknya mereka sudah terbebas dari kripik. Jung Min membuang kripiknya, sementara Hyung Jun justru memakannya lagi, aigoo.

         “Hei, bagaimana kalau sekarang kita main fix-mag?” seru Kyu Jong Sunbae.
         “Fix- apa??”
         “Fix-mag, Sung Young. Fixing magic, permainan yang kami buat sendiri dan sering kami mainkan. Kau bisa melihatnya, ini cukup seru. Kami berlima akan duduk melingkar lalu secara berurutan membuat 1 garis rapalan sampai rapalan itu selesai. Jika sudah selesai, orang selanjutnya lah yang akan menjadi korban penerima rapalan itu. Hm, aku jadi bingung menjelaskannya, lebih baik kau lihat saja,” penjelasan Kyu Jong Sunbae sama sekali tidak kumengerti.
         “Permainan ini adalah satu-satunya permainan yang bisa melanggar aturan Hyun Joong Hyung karena dalam permainan ini kita bisa memantrai siapa saja,” kata Hyung Jun sambil tersenyum senang. ”Dan permainan ini bisa dijadikan sebagai tes mengenai seberapa jauh kita bisa mengingat mantra-mantra.”
         “Jamkkanman, Hyun Joong Oppa membuat peraturan?”
         “Oh, ayolah Sung Young,” ujar Jung Min.”Oppamu ini adalah penyihir yang kuat dan pintar. Dia sudah seperti leader bagi kami. Dia yang membuat peraturan salah satunya adalah diantara kami berlima tidak boleh ada yang saling memantrai kecuali sihir untuk mengatasi pertengkaran.”
         “Pertengkaran yang sering kalian lakukan, bukan? Lalu apa hukumannya jika melanggar?” kali ini kulirik Hyun Joong Oppa.
         “Tentu saja aku akan langsung memantrai mereka, akan kurubah menjadi apapun yang kusuka. Sudahlah, ayo kita mulai.”
        
         Selanjutnya lima penyihir itu bergegas duduk melingkar, eh, aku juga masuk dalam lingkaran itu rupanya tapi hanya bertugas sebagai penonton. Hompimpa dimulai dan yang pertama membuat goresan rapalan adalah Jung Min. Dia mengacungkan tongkat yang baru kusadari ternyata terdiri dari susunan tulang-tulang kecil. Asap merah tipis dari tongkat membentuk sebuah lengkungan panjang di udara. Kemudian Jung Min menggeser rapalan itu ke kanan agar Kyu Jong Sunbae bisa melanjutkan rapalan. Dia menggambar lingkaran di tengah-tengah lengkungan yang di buat Jung Min. Setelah satu garis, rapalan itu bergeser lagi ke kanan, begitu seterusnya. Young Saeng Sunbae berpikir sejenak, dia kemudian tersenyum seperti tau rapalan apa yang cocok dibuat dengan lengkungan dan lingkaran itu. Segera saja dia menggambar garis miring di tengah-tengah ingkaran. Rapalan itu melayang melewatiku dan berhenti di depan Hyun Joong Oppa. Dia nampaknya juga menyadari rapalan apa yang akan terbentuk, jadi dia membuat garis miring berlawanan arah dengan yang di buat Young Saeng Sunbae tadi sehingga di tengah-tengah lingkaran seperti terdapat huruf ‘X’.
         “Bukan hari keberuntunganmu, Hyung Jun-ah!” seru Hyun Joong Oppa seiring dengan garis rapalan tadi yang berubah menjadi ungu lalu mengeluarkan silau terang tanda rapalan tadi sudah selesai.
         “MWO?! Kenapa harus jatuh padaku! Waaa!” Rapalan itu melesat ke arah Hyung Jun. Dan…oh, yampun.
         “Ommo!” aku menutup mata dengan kedua taganku. Bagaimana tidak!! Pakaian yang dikenakan Hyung Jun langsung lenyap begitu saja, kecuali celana pendeknya. Fyuh, untung saja.
         “Aish! Untung bukan rapalan mematikan. Geurae, sekarag giliranku!” Hyung Jun segera memposisikan tongkatnya di udara. Dia menggambarkan kabut birunya membentuk lingkaran besar. Babo Hyung Jun! Kenapa dia tidak berpakaian dulu (>.<)
         Giliran Jung Min, dia meggambarkan garis miring di dalam lingkaran. Kyu Jong Sunbae menggambar garis miring juga di dalam lingkaran. Young Saeng Sunbae juga menggambar garis yang sama namun ketiganya saling bersambungan. Sekarang Hyun Joong Oppa. Namja itu menyeringai lebar sambil menggambar garis miring juga. Sehingga tergambar bentuk belah ketupat di dalam lingkaran.
         “Kena lagi kau!!” rapalan berwara-warni itu segera berubah menjadi warna ungu dan menyilaukan.
         “Sial! Kenapa harus aku lagi!!!” setelah tubuh Hyung Jun dihantam rapalan tadi, namja itu hanya diam saja, mematung.
         “Ah, bukankah tadi mantra kejujuran?” tanya Jung Min tapi tidak ada satu pun yang menjawab. Semuanya sedang sibuk menunggu reaksi Hyung Jun.

         “Hey semua,” kata Hyung Jun tiba-tiba, tapi tidak ada ekspresi di wajahnya, bahkan tatapannya lurus ke depan, kosong. “Kalian tahu, tadi pagi aku tidak sengaja menjatuhkan sikat gigi Jung Min di closet dan kukembalikan tanpa mencucinya,” sontan aku menutup mulut merasa, euh, jijik. Jung Min kalap, dia hendak memukul Hyung Jun tapi segera dicegah Kyu Jong Sunbae.
         “SIALAN!”
         “Aku tadi diam-diam juga mengambil wortel miliknya untuk menyempurnakan ramuanku. Jung Min itu sangat menyebalkan tapi jujur aku sangat menyayanginya seperti saudara kembarku sendiri. Huh, tapi aku tidak mungkin mengatakan itu di depannya, dia bisa mentertawakanku,” kami berlima tersenyum. Jung Min yang semula tersulut emosi menjadi kembali seperti semula. “Lalu soal Hyun Joong Hyung. Tanpa sepengetahuannya aku menyelinap ke kamarnya, sedikit mengobrak-abrik almarinya karena kukira dia telah mengambil celanaku. Namun yang kutemukan justru celana wana pink.” Aku, Kyu Sunbae, dan Jung Min menatap Hyun Joong Oppa tidak percaya. Kukira dia hanya suka warna hitam.
         “Mwo?! Heh, celana itu milik Sung Young. Kau lupa, hah?” dia balas menatapku tajam.
         “Hyun Joong Hyung itu adalah leader kami yang sangat sadis terkadang. Tapi aku sangat menghormatinya karena dia lebih pintar dan tahu banyak dariku. Lalu Kyu Jong Hyung. Dia adalah namja yang baik dan ramah terhadap semua makhluk. Ssst, jangan bilang-bilang ya, tadi pagi saat dia sekolah aku diam-diam mencabut anggrek bulannya tentu saja untuk menyempurnakan ramuan yang aku buat.”
         “Mwo?!!” Kyu Jong Sunbae langsung berlari, mungkin menengok anggreknya.
         “Young Saeng Hyung. Hah, dia adalah namja penipu. Kau tahu, kukira di awal dia adalah namja yang kalem, pemalu, dan baik. Tapi apa!! Setelah kenal, ternyata dia suka membullyku juga!” Young Saeng Sunbae tidak merasa tersinggung, dia justru hanya terkekeh.”Namun tidak bisa dipungkiri, sebenarnya aku sangat ingin memeluknya karena dia gemuk dan sangat cantik.”
         “Gemuk?” aku menahan tawa mendengarnya. Ommo! Ternyata tidak hanya aku yang ingin memeluknya. “Kau tidak marah Sunbae?”
         “Anio. Tapi aku sangat ingin membunuh anak itu,” katanya sambil tersenyum evil. Hahaha, aku tahu dia hanya bercanda.
         “Dan Sung Young!! Oh, yampun aku hampir melupakannya! Semenjak dia datang ke rumah ini, entah mengapa rasa suka itu kembali muncul. Aku sangat menyukainya sejak dulu. Tapi dia sangat benci padaku karena dulu aku suka membullynya. Saat dia tidur, aku ingin sekali masuk ke kamarnya, tapi setiap aku akan masuk kamarnya tubuhku terasa sangat panas. Hah, itu pasti mantra pelindung yang dibuat Hyun Joong Hyung agar dongsaeng kesayangannya aman dari pikiran jahat.”

         Setelah Hyung Jun mengatakan itu, tubuhnya kejang sekali dan semuanya kembali normal. Hyung Jun seperti orang kebingungan menatap ke arah kami semua. Aku juga hanya terdiam memikirkan perkataan Hyung Jun terhadap diriku. Namun tiba-tiba, CTAK! Jung Min menjitaknya.
         “Itu untuk sikat gigiku.” CTAK!! Lagi. “Itu untuk wortelku.”
CTAK!! Kali ini Hyun Joong Oppa yang menjitak.”Itu untuk dongsaengku,” aku menatap Hyun Joong Oppa penuh terimakasih.
         “Dan ini untuk pikiranmu.” CTAK! Ow, Young Saeng Sunbae menjitak cukup keras.
         “YAA! Ada apa dengan kalian!!?”
PLAK!! PLAK!! Kyu Jong Sunbae datang tergesa-gesa dan langsung menoyor serta menjitaki Hyung Jun.
         “Ini semua untuk anggrekku!!”
         “Hyung, Hyung, ampuuuuun!!”
Kami ber4 hanya tertawa melihat Kyu Jong Sunbae yang terus menjitaki Hyung Jun, sementara bayi raksasa itu terus menghindar walau sia-sia saja karena jitakan Kyu Jong Sunbae tidak pernah meleset.

         “Arrggghh!”
         Aku kira suara erangan itu berasal dari Hyung Jun. Baru kusadari beberapa saat kalau ternyata itu berasal dari Jung Min. Dia mengerang cukup keras sambil memegangi lehernya seolah seekor serangga telah memasuki tenggorokannya. Dia nampak sangat kesakitan sekaligus seperti seseorang yang kehausan. Matanya terpejam erat menahan sesuatu. Kyu Sunbae dan Hyung Jun menghentikan aksinya. Mereka lebih memilih memperhatikan Jung Min yang sekarang sedang berusaha mengambil sebuah botol dari sakunya, tapi…botol itu kosong?
         “Oppa, apa yang terjadi dengan Jung Min?”
         Hyun Joong Oppa tidak menjawab, dia lebih memilih menghampiri Jung Min. Empat penyihir lainnya juga menghampiri Jung Min. Aku hanya bisa berdiri sambil melihat Jung Min takut-takut karena sekarang dia terkapar di karpet sambil terus memegangi lehernya, anio, lebih tepatnya seperti mencekik.
         “Kau kenapa Jung Min?” Hyung Jun nampak sangat khawatir.
         “Ak..khhuu… Lupa mi..nhhum.”
         “Eodiya??” tanya Young Saeng Sunbae. Aish aku benar-benar tidak mengerti maksud mereka.
         “Kha..mar.”
         “Biar aku saja yang mengambil,” Hyun Joong Oppa berlari tergesa-gesa menuju ruang bawah tanah. Dugaanku, dia akan menuju kamar Jung Min entah mengambil apa.
         Saat ini kedua tangan Jung Min tengah dipegangi oleh Kyu Sunbae, Young Saeng Sunbae, dan Hyung Jun. Mungkin mereka tidak mau membiarkan Jung Min mencekik lehernya sendiri. Si merah itu nampak sangat kesakitan. Dia terus mengerang dan berteriak seperti orang gila. Teriakannya entah mengapa membuatku merinding.
         Oh, ommona! Aku baru sadar kalau mata Jung Min yang semula berwarna kecoklatan sekarang berubah menjadi merah, semerah darah. Dia terpejam kadang melotot membuatku tambah merinding. Saat dia teriak, bisa kulihat dengan jelas dua giginya tumbuh panjang dan meruncing. Oh, taring!! Sebenarnya apa yang terjadi?!!

         “Jung Min! Stoknya habis!” Hyun Joong Oppa nampak panik begitu juga ketiga penyihir lain yang tengah memegangi Jung Min. Aku yang tidak mengerti apa-apa menjadi ikut panik karena kuyakin sesuatu yang lebih buruk akan terjadi. “Aku akan berburu. Bertahanlah!” setelah berkata seperti itu Hyun Joong Oppa melesat dengan cepat melalui jendela. Yah, dia benar-benar cepat.
         “Sung Young, bisakah kau mengambilkan tongkatku?” pinta Kyu Jong Sunbae. Aku menurut mengambilkan tongkatnya di meja. Aku harus menyerahkan tongkat ini dengan kata lain aku harus dekat-dekat Jung Min. Walau saat ini dia benar-benar menyeramkan dengan dua mata merah dan sepasang tarik tajam, tapi aku berusaha meyakinkan kalau sebenarnya dia namja usil yang ramah dan tampan.
         Kyu Jong Sunbae merapal mantra dan aku bisa melihat sekilas sebuah tali transparan mengikat kedua tangan Jung Min, menyatukannya dengan lantai. Dengan begitu mereka bertiga tidak harus bersusah payah memegangi Jung Min yang terus meronta. Hyung Jun berlutut di samping kepala Jung Min, memperhatikan namja itu penuh raut kekhawatiran. Aku belum pernah melihat Hyung Jun begitu khawatir, terlebih terhadap Jung Min.
         “Aku akan memperlambat ini.” Entah apa maksudnya tapi Hyung Jun mengulurkan jari telunjuknya ke mulut Jung Min. Namja itu menggeleng, menghindar.
         “Apa kau gila?!” teriak Kyu Jong Sunbae.
         “Tidak ada pilihan lain. Aku tidak bisa melihat Jung Min seperti ini,” Hyung Jun memaksakan jari telunjuknya masuk ke mulut Jung Min yang terkatup. “Gigit aku! Kau akan merasa lebih baik.”
         Jung Min menggeleng, berusaha lepas dari jari Hyung Jun yang berada di mulutnya.
         “Aish, kau lama sekali!” Hyung Jun menarik jarinya keluar lalu digigitnya sendiri kulit jari telunjuknya sampai berdarah. Ouch, itu pasti sakit. Aku ikut menggigit bibir seolah merasakan ngilu di jari Hyung Jun. Kyu Jong Sunbae dan Young Saeng Sunbae hanya terpaku melihat aksi Hyung Jun.
        Jari berdarah itu kembali masuk ke mulut Jung Min. Sebenarnya itu cukup menjijikkan. Jung Min tetap berusaha menolak, namun sekeras apapun dia menolak jari itu, Hyung Jun lebih keras kepala lagi. Jung Min akhirnya menyerah dan bisa kulihat jakunnya naik turun pertanda dia sedang menelan sesuatu. Dia sekarang sudah mulai cukup tenang. Kulihat Hyung Jun. Dia meringis sambil memejamkan mata menahan sakit. Aku mengerti! Sepertinya Jung Min saat ini sedang membutuhkan darah. Ommo! Sebenarnya dia ini penyihir atau vampire?

         Kyu Jong Sunbae menarik paksa jari Hyung Jun yang nampaknya sedang dinikmati Jung Min. Darah Hyung Jun menetes-netes mengenai baju Jung Min. Kyu Sunbae membawa Hyung Jun yang tampak pucat entah ke mana, kurasa ke bawah tanah. Di sini tinggal aku, Young Saeng Sunbae, dan Jung Min yang masih terikat di lantai dengan tali transparan. Young Saeng Sunbae merapal mantra, membuat telapak tangannya bersinar redup. Ditempelkannya telapak tangannya di dahi Jung Min. Mungkin itu mantra yang sama dengan yang ia gunakan saat mengeringkanku. Penyihir putih itu berusaha menghangatkan Jung Min.
         “Merasa lebih baik?” tanyanya yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Jung Min. “Kau harus berterimakasih pada musuh sekaligus sahabatmu itu.”
         “Ne. Aku menyayangi Hyung Jun.”
         Kami bertiga menoleh saat jendela di ruang keuarga terbuka. Itu Hyun Joong Oppa! Dia membawa…Harimau??! Yah, seekor harimau yang lumayan besar. Jeongmal, aku tidak berbohong! Itu benar-benar harimau asli yang nampaknya sudah mati. Yah, setidaknya seperti itu karena binatang itu hanya diam saat Hyun Joong Oppa membawanya dengan mencengkram ekornya. Ommo! Oppaku benar-benar kuat.
         Young Saeng Sunbae merapal mantra dan tangan Jung Min terbebas dari tali transparan. Young Saeng Sunbae membantu Jung Min berdiri dan berjalan. Akhirnya mereka bertiga menghilang di tangga bawah tanah, meninggalkanku sendirian di ruang keluarga, membiarkanku sendiri dengan berbagai petanyaan. Entah kenapa aku tidak mengikuti mereka karena aku masih sedikit shock dan takut dengan apa yang baru saja terjadi.
         Dan sampai saat ini aku belum benar-benar mengerti dengan apa yang terjadi.

*501*

         Huah, langit di hari Minggu ini benar-benar biru, sangat bersih tanpa awan. Gara-gara terlalu penasaran, aku jadi susah tidur semalam dan yah, akhirnya pagi ini aku bangun jam 9. Huh, Hyun Joong Oppa yang sedang olahraga mengangkat barbel di halaman langsung mengejekku karena aku baru bangun. Dua kepala lainnya langsung menengokku yang baru saja muncul dari dalam. Aku menjadi malu sendiri karena diperhatikan Kyu Sunbae dan Young Saeng Sunbae. Ckck, nampaknya mereka ber3 ini selalu bersama.
         Aku terus berdiri di ambang pintu sambil mengamati Hyun Joong Oppa yang tampak tidak kesulitan saat mengangkat barbel yang kuyakin sangat berat itu. Dia tidak menggunakan sihir, kan? Lalu Kyu Sunbae, seperti biasa dia nampak sangat segar dengan pakaian hijau-hijaunya. Dia sedang sibuk berdiri di depan pohon besar sambil merapal. Sepertinya dia sedang berusaha menumbuhkan anggreknya yang dipetik Hyung Jun. Sementara Young Saeng Sunbae sedang asik duduk di batu dekat Hyun Joong Oppa sambil bermain dengan dua ekor tupai yang lucu. Aku menghampiri mereka berdua berniat menanyakan kejadian semalam.
         “Oppa, sebenarnya apa yang terjadi dengan Jung Min semalam?” tayaku langsung pada Hyun Joong Oppa.
         “Dia sedang kehausan.”
         “Maksudmu dia sedang haus darah?”
         “Yah, semacam itulah,” namja itu tidak menatapku sama sekali. Dia tetap sibuk berkonsentrasi dengan barbelnya
         “Bagaimana bisa seperti itu Oppa? Jebal, beritahu aku,” Hyun Joong Oppa hendak menjawab tapi suara seseorang mengalihkan perhatian kami.

         “Kau ingin tau lebih banyak tentangku? Kenapa tidak bertanya langsung padaku?” itu Jung Min! Wah, dia nampak sangat segar dan tampan. Dia tidak seperti orang yang semalam sedang sekarat.
         “Jadi kau mau memberitahuku, Jung Min?”
         “Tentu. Hajiman, ikut aku, yuk! Berburu!”
         “Mwo? Berburu?! Maksudmu kau mengajakku berburu harimau di hutan?!”
         “Tentu saja di hutan, masa di mal. Kau mau atau tidak? Kau tidak usah takut selama bersama penyihir hebat sepertiku,” aku hanya mencibir mendengarkan kenarsisannya. Sepertinya ini akan menyenangkan melihat aksi Jung Min dengan mantra karakteristiknya. Aku menatap Hyun Joong Oppa meminta ijin dan dia hanya mengangguk.
         “Geurae. Jadi kita naik apa?”
         “Tentu saja jalan. Hutannya kan hanya di belakang rumah.”
         Ash, aku lupa kalau kami sedang berada di kaki gunung dalam arti banyak hutan di sini. Aku belum pernah memperhatikan secara detail kalau di belakang rumah di tumbuhi pepohonan yang lebat. Yah, hutan membentang di belakang sana.
         Kami berdua berjalan santai memasuki hutan yang masih lebat. Aku tidak mau jauh-jauh dari Jung Min karena aku tidak mau terlibat dalam masalah.

         “Jadi, eottokhae?” Aku memulai pembicaraan saat kami sudah cukup jauh berjalan dari rumah.
         “Aku hampir mati semalam. Aku hidup dengan meminum darah Sung Young, itu kenapa aku disebut Penyihir berdarah merah(Bloody Red Wizard) karena hidupku bergantung pada darah,” Ommo! Aku menjadi sedikit menjaga jarak pada Jung Min. “Dan semalam stok darahku sudah habis. Babo!”
         “Kupikir Penyihir berdarah adalah julukanmu karena karakteristikmu mengendalikan darah.”
         “Ne, itu juga alasan. Hey, kau tidak perlu menatapku horror seperi itu.”
         “Hehe, emm…Bagaimana bisa kau seperti itu? Maksudku, kau normal, kan? Kenapa harus meminum darah?”
         “Ah, itu penjelasan yang panjang Sung Young. Tapi pada intinya begini, anggap saja aku telah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi penyihir setengah vampire.”
         “Mwoya? Nuguseyo? Bagaimana bisa?” oke itu adalah jawaban yang membuatku cukup terkejut. Tapi Jung Min tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya terdiam, seperti memikirkan sesuatu. Ah, itu pasti kenangan buruknya. “Ah, em.. Mianhae Jung Min. Oya, apakah kau meminum semua darah?”
         “Hm, tentu saja. Aku bisa minum darah apa saja termasuk darah gadis manis,” dia menatapku sambil menyeringai. Geurae, dia memujiku sekaligus membuatku takut. “Tapi tenang saja Sung Young, dari awal aku sudah bertekad hanya akan meminum darah binatang.” fyuhh, itu cukup melegakan.
         “Jadi…hmmpph” belum selesai aku bicara Jung Min malah membekap mulutku.
         “Ada rusa hutan! Lihat ini.”
         Benar, ada rusa yang sangat besar di balik pohon yang tampak sedang makan daun. Jung Min mengambil tongkatnya lalu merapal mantra. Kali ini gambar yang dibuat Jung Min tampak mengerikan dari gambar rapalan yang pernah aku lihat. Dia mengarahkan rapalan itu pada si rusa.
         Ajaib! Rusa itu meninggalkan makanannya dan memilih berjalan kemari. Anio! Rusa itu tampak seperti dipaksa untuk berjalan kemari. Aku kasihan melihatnya meringkik berusaha keras agar tidak berjalan kemari tapi kakinya tidak mau mematuhinya. Jung Min terus mengayunkan tongkatnya.
         “Kemarilah, jalan kemari,” gumamnya pelan. Ommo! Penyihir ini benar-benar mengendalikan gerak si rusa. “Lihatlah, bukankah rusa ini sangat cantik.”
         Aku menatap takjup rusa besar yang menjulang di depanku. Selama ini aku tidak pernah sedekat ini dengan rusa. Sangat keren. Tanduknya yang besar menambah kegagahannya.  Dia mendengus-dengus pelan minta dilepaskan.
         “Kau tidak akan membunuh binatang mengagumkan ini, kan?”
         “Tenang saja, aku lebih suka darah binatang buas. Sentuhlah kalau kau mau, dia tidak akan menggigit.”
         Aku mengulurkan tangan perlahan, sedikit gemetar karena takut. Rusa itu berusaha menjauhkan kepalanya saat aku ingin mengelus kepalanya, tapi nampaknya Jung Min memaksanya untuk tetap menurut. Akhirnya aku bisa menyentuh puncak kepalanya yang ditutupi bulu lembut.
         “Lebih baik, kau lepaskan binatang ini. Dia tampak tidak suka dipaksa, Jung Min.”
         “Kau sangat perhatian,” Jung Min mengayunkan tongkatnya lagi dan si rusa berlari menjauhi kami. Wah, satu lagi pengalaman yang menakjubkan! Aku merasa beruntung bisa mengenal penyihir-penyihir yang sangat keren!
         Dari sini aku masih bisa melihat si rusa berlari. Tapi tiba-tiba rusa itu diterkam binatang berwarna hitam yang besar membuatnya langsung ambruk. MACAM KUMBANG! Sepertinya memang macan kumbang kalau aku tidak salah melihat.
         “Kyaaa!” jeritku saat si macam berhasil menguasai si rusa.
         “Wah, tidak bisa dibiarkan!”
Jung Min hendak mendekati dua binatang itu. Tapi tiba-tiba aku terjatuh keras di tanah karena sesuatu yang besar dan kuat mendorongku keras. Aku shock saat sesuatu yang hitam dan besar berdiri di atasku.
         “SUNG YOUNG!!”
         Telingaku mendengar dengan jelas panggilan um.. lebih tepatnya teriakan Jung Min, hanya saja rasa pusing yang ditimbulkan akibat kepalaku terbentur tanah membuat konsentrasiku sedikit buyar. Rasa sakit yang kurasakan tidak hanya di kepala tapi di kakiku juga. Kakiku serasa diinjak oleh sesuatu yang berbulu. Di atasku sudah berdiri seekor macan kumbang besar dengan salah satu kaki belakangnya menginjak kakiku. Ouch, appeunda!
         Macan ini benar-benar besar dan menyeramkan. Mulutnya menganga kearahku memperlihatkan gigi-gigi tajam dan taring yang membuat bulu kudukku langsung berdiri. Dari sudut mataku sempat kulihat Jung Min yang tengah merapal mantra seperti tadi, karakteristik mengendalikan darah. Berhasil! Macan yang sedang mengunciku perlahan menjauh seiring Jung Min menggerakkan tongkat sihirnya. Sedetik aku merasa lega telah terbebas dari binatang buas itu.
         “Agh,” aku hanya bisa meringis saat mencoba menggerakkan kakiku, mencoba untuk bangkit. Tapi nihil, kakiku benar-benar sangat sakit. Sepertinya bobot macan besar tadi telah berhasil meremukkan tulang kakiku. Entah bagaimana dia melakukannya.
         Jung Min masih berusaha mengendalikan macan itu untuk pergi sejauh mungkin. Namun aku melihat bayang-bayang hitam muncul di belakang Jung Min, OH! Macan lain!
         “Di belakangmu!”
         Aish! Terlambat! Jung Min sudah lebih dulu ditubruk macan kumbang lain yang sama besarnya membuat koneksi mantranya pada macan yang tadi terputus. Ops, ini tidak bagus! Sementara Jung Min sibuk bergulat dengan macan yang menerkamnya, macan yang tadi menyerangku kembali mendekatiku. Hueeee! Apa yang harus aku lakukan?! LARI? Itu tidak mungkin karena kecepatan berlari macan itu jauh kebih baik apalagi sekarang salah satu kakiku digerakkan saja sulit. Aku hanya bisa berharap seseorang menolong kami.
         Si macan hitam sudah berdiri di depanku sambil merenggangkan rahangnya. Aku menggeser tubuhku sedikit demi sedikit berusaha menjauh sekaligus tetap waspada. Ommo! Aku benar-benar takut. Kutengok Jung Min lagi, dia masih asik bergulat. Keadaannya bahkan tidak lebih baik dariku. Apalagi tongkatnya entah terjatuh di mana, membuat Jung Min benar-benar menjadi manusia biasa.
         Aku menengok ke depan lagi, menatap gemetar kearah macan yang nampak sudah tidak sabar untuk segera menjadikanku sebagai santapannya. Aku menjerit saat macan itu melompat kearahku, bersiap menerkam. Namun tiba-tiba sebuah sambaran kilat tepat mengenai tubuh si macan sebelum dia bisa menerkamku. Tubuh besarnya terlempar, membentur pohon, dan tidak sadakan diri.
         “Young Saeng Sunbae!” tentu saja aku langsung tahu siapa yang datang. Kilat itu sudah cukup memberi penjelasan. Yah, Young Saeng Sunbae si penyihir putih. Dia masih sibuk merapal mantra untuk macan-macan yang lain, membebaskan Jung Min yang tubuhnya sudah dihiasi beberapa luka.
         “Neoneun gwaenchana?” Young Saeng Sunbae menghampiriku, berniat membantuku berdiri. Hanya saja kakiku yang masih sangat sakit membuatku kesulitan untuk menopang tubuh. “Kakimu sakit?”
         “Ne, Sunbae. Neomu appeunda.”
         “Ommo, kita harus cepat-cepat mengobatinya. Kkaja pulang dan minta bantuan Hyung Jun,” sekali lagi Young Saeng Sunbae membantuku untuk berdiri, mencoba menopang tubuhku. Namun sekali lagi aku tejatuh, sepertinya kakiku benar-benar patah. “Kau akan baik-baik saja,” oke, padahal ini tidak tidak baik-baik saja tapi Young Sunbae berusaha menghiburku. Dia benar-benar baik, bukan?
         Aku hanya diam saja saat tubuhku digendongnya ala bridal style dengan mudah. Memang, tubuhku tergolong kecil jadi tidak sulit baginya untuk menggendongku. Perlakuannya ini benar-benar membuatku lupa pada rasa sakit di kaki. Babo! Di saat-saat seperti ini jantungku berdetak sangat  cepat dan semburat merah menghiasi pipiku. Ommo! Aku harap Young Saeng Sunbae tidak merasakan degup jantungku yang tidak normal.
         “Jung Min-ah, ayo kita pulang saja.”
         Jung Min masih terduduk di tanah. Dia menunduk lesu, terlihat begitu sedih. Perlahan tangannya yang sedang memegang tongkat terbuka. OH! Tongkatnya patah menjadi dua. Eottokhae? Tongkat patah tidak bisa digunakan, kan? Lalu bagaimana nasib seorang penyihir tanpa tongkat sihirnya? Jung Min-ah…
         “Eottokhae, Hyung!” Jung Min mengusap wajahnya sedih. Tentu saja dia sangat sedih karena kemungkinan dia tidak akan bisa merapal lagi.
         “Jung Min-ah, kau tidak usah khawatir. Kita bisa memperbaikinya lagi, percayalah.”
         “Ini parah, Hyung. Ini bukan retakan biasa, tapi tongkatku sudah benar-benar menjadi dua.”
         “Kita harus mengupayakan semuanya. Sekarang kita pulang, mengobati luka-lukamu dan luka Sung Young sebelum menjadi tambah parah.”
         Jung Min akhirnya memutuskan untuk menurut. Walaupun terlihat sangat lesu, dia berusaha jalan ke arahku. Dia menepuk pundakku pelan.
         “Jeongmal mianhae, Sung Young-ah. Aku…pasti akan dimarahi Hyun Joong Hyung.”
         “Tidak akan ada yang memarahimu, tuan penyihir. Btw, tadi itu menyenangkan, aku belum pernah berhadapan dengan macan secara langsung, hehe,” Jung Min hanya tersenyum tipis. Huh, kuakui itu alasan yang aneh. Menyenangkan!? Kau benar-benar gila Sung Young.
         “Geurae, kita pulang,” sambil menggendongku Young Saeng Sunbae mengayunkan tongkatnya, merapal untuk kami bertiga.
         Aku tidak menyangka ini akan terjadi. Reflek kukalungkan tanganku di leher Young Saeng Sunbae saat kami meluncur ke angkasa. Yeah, perjalanan udara memang cara terbaik dan tercepat. Adegan terbang ini mengingatkanku pada adegan di film superman. Sejauh ini jantungku masih belum bekerja normal.  Entah kenapa aku tidak bisa menolak untuk tidak memandangi Young Saeng Sunbae. Untung saja dia tidak menengok kearahku.

         Sesampainya di rumah aku langsung dibawa ke ruang bawah tanah. Hm, nampaknya Hyun Joong Oppa sedang tidak di rumah sekarang. Aku memandangi Young Saeng Oppa lagi. Dia nampak sedikit keberatan dengan bobotku. Yeah, walaupun aku kecil dan ringan, tapi menggendongku terus-menerus tentu cukup membuatnya pegal.
         Kami bertiga masuk ke kamar Hyung Jun. Pemilik kamar nampaknya sedang sibuk memasak. Eh, tunggu, memasak di kuali besar? Aku belum pernah masuk ke kamar Hyung Jun sebelumnya dan ternyata kamarnya sangat luas dan tampak mengagumkan, menurutku. Kamar Hyung Jun sangat mencerminkan ruangan seorang penyihir, tidak seperti kamar Jung Min yang seperti sarang binatang buas atau kamar Hyun Joong Oppa yang seperti gua. Di sini ada kuali besar, beberapa topi kerucut dan sapu yang dipajang, lalu boneka-boneka penyihir, beberapa buku tua, juga ada rak-rak berisi bahan-bahan entah apa, dan masih banyak lagi. Young Saeng Sunbae menurunkanku di atas satu-satunya ranjang di sini.
         “Sung Young?! Kau kenapa?” Hyung Jun menghampiriku, nampak khawatir. “Kau juga kenapa, mal?” Dia beralih ke Jung Min, menyentuh beberapa luka di sana.
         “Kau bisa menyembuhkan tulang yang retak, kan?” tanya Young Saeng Sunbae lirih tapi aku masih bisa mendengarnya. Hyung Jun melirikku sekilas lalu menghampiriku lagi. Tangannya yang putih menyentuh kakiku, memeriksa.
         “Ini mudah, serahkan saja padaku,” dia tersenyum padaku. Oh, aku belum pernah melihatnya tersenyum seperti itu. Diambilnya selembar daun yang cukup lebar di dalam etalase kemudian ditempelkannya di kulit kakiku yang mulai membiru. “Untuk sementara biarkan daun in tetap menempel. Aku akan membuat obatnya,” Hyung Jun berjalan ke arah kualinya. Dari sini aku bisa mencium aroma mint dari dalam kuali, entah apa yang dimasaknya tadi. Isi kuali itu dituang pada sebuah botol besar lalu Hyung Jun mulai membuat ramuan baru.
         Oiya, aku baru ingat kalau Hyung Jun sangat berbakat dalam hal membuat ramuan. Apakah itu mantra karakteristiknya?
         “Jadi, bagaimana Sung Young dan Jung Min bisa mendapat luka itu?” tanya Hyung Jun sambil sibuk memasukkan beberapa bahan ke kuali. Ada daun-daunan yang  aku tidak tahu namanya, lalu bulu? Yeah, bulu binatang yang nampak sedikit menjijikkan. Aku menelan ludah, kuharap aku tidak disuruh untuk meminum itu.
         “Tadi aku mengajak Sung Young ke hutan.” Jung Min yang sedang duduk di karpet akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya.
         “Oiya, bagaimana Young Saeng Sunbae bisa tahu kalau kami di situ?”
         “Aku mendengar teriakan-teriakanmu. Kebetulan aku tadi juga sedang di hutan untuk mencari buah-buahan,” hm, itu cukup masuk akal.

         BRAKK! Pintu kamar Hyung Jun menjeplak terbuka dengan kerasnya. Ommo,itu Hyun Joong  Oppa dan Kyu Jong  Sunbae. Aku tahu, dari raut wajahnya bisa kuyakinkan kalau Hyun Joong Oppa khawatir setengah mati. Entah bagaimana dia bisa tahu dengan cepat kalau aku seperti ini. Melihat kedatangan Hyun Joong Oppa membuat Jung Min semakin lesu, um, lebih tepatnya dia takut dimarahi oleh Hyun Joong Oppa karena, yah, penyihir hitam itu akan sangat menyeramkan jika sedang marah.
         “Sung Young-ah! Bagaimana ini bisa terjadi!?” dia duduk di ranjang sambil mengamati seluruh tubuhku dan matanya tertuju pada kakiku.
         “Ssstt…keep calm, Oppa,” akhirnya kuceritakan semuanya. Ekspresi Hyun Joong Oppa tetap tidak berubah, campuran antara khawatir, takut, marah, dan lainnya. “Huh, bukankah macan-macan itu menyebalkan?”
         “Hyung, jeongmal mianhae tidak bisa menjaga Sung Young,” setelah sekian lama akhirnya Jung Min berani bersuara. Aku tahu dia sedang dag dig dug sekarang. Hyun Joong Oppa menoleh ke arah Jung Min, sekali lagi ekspresinya tidak berubah. Aku malah jadi ikutan takut.
         “Gwaenchana, kau tidak kabur, itu lebih baik. Toh, kejadian itu bukan salahmu, kan? Ada yang salah dengan macan-macan itu,” Hyun Joong Oppa mengelus dan menepuk-nepuk kepala Jung Min, seperti bapak dengan anaknya saja. Jung Min menggeliat merasa risih diperlakukan seperti itu. Kami semua hanya bisa terkekeh. “Bagaimana lukamu? Kau tidak apa-apa, kan?”
         “Nan gwaenchana, hanya lecet,” jawab Jung Min sambil tersenyum, merasa lega karena ternyata Hyun Joong Oppa tidak marah, justru mengkhawatirkannya juga. “Hajiman hyung, bisakah kau…?” Jung Min menunjukkan tongkatnya yang patah. Kyu Jong Sunbae sedikit terbelalak melhatnya.
         “Ommo, tongkat sihir yang patah,” Hyun Joong Oppa mengambil tongkat itu, mengamatinya, mempertimbangkan apakah masih bisa diperbaiki atau tidak. Jung Min kembali menunduk lesu saat Hyun Joong Oppa memberinya tatapan seolah karirnya sebagai penyihir telah berakhir.
         “Hah,” desahnya lesu.
         “Kita harus berusaha mengembalikannya. Kkaja!” Hyun Joong Oppa memberi isyarat kepada semua penyihir yang ada di ruangan ini untuk berkumpul.
         “Ah, nanti dulu. Aku harus meyelesaikan obat Sung Young,” seru Hyung Jun sambil memasukkan beberapa tetes darah. Iyuuhhh.

         Setelah beberapa menit menunggu akhirnya ramuan buatan Hyung Jun sudah jadi. Dia menuangkan ramuan kentalnya sebagian ke mangkuk. Yakz! Warnanya sangat menjijikkan. Perpaduan antara warna hijau lumut dengan coklat tua.
         “Um, aku tidak disuruh untuk meminum itu, kan Hyung Jun-ah?” Kumohon jangan, meihatnya saja membuat mual.
         “Kau gila? Hahaha, tentu saja tidak. Ini obat luar, Sung Young-ah,” fyuh..syukurlah.
         Hyung Jun duduk di sampingku, membuka lilitan daun di kakiku. Ouch, nampaknya tidak lebih baik dari yang tadi, bahkan kakiku semakin membiru. Dengan tangannya, Hyung Jun mengoleskan obat menjijikkan itu ke kakiku. Hm, rasanya lumayan menyenangkan, hangat. Bagaikan seorang dokter, Hyung Jun sangat hati-hati menyentuk kakiku. Setelah merata dia melilitkan kain agar ramuan itu tetap menempel.
         Wah, Hyung Jun yang ini berbeda 180 derajat dengan Hyung Jun yang aku kenal. Dulu dia sangat suka membully dan menyakitiku, tapi sekarang dia berusaha untuk menyembuhkanku.
         “Sudah. Sementara kakimu akan sulit digerakkan sampai proses penyembuhannya selesai. Dan, ah, tentu saja proses penyembuhan kakimu akan terasa sedikit…tidak nyaman. Bertahanlah,” see, bahkan dia menggunakan kata-kata yang tepat. Sebenarnya bisa saja Hyung Jun berkata, ‘Kakimu bakalan lumpuh sementara! Dan kau tidak berharap  proses penyembuhan itu akan enak, bukan? Berdoalah, semoga rasa sakit tidak membunuhmu,’ itu kata-kata yang tidak akan pernah aku harapkan.
         “Go..gomawo, ne,” kataku sambil tersenyum padanya. Oke, ini pertama kalinya aku tersenyum pada Hyung Jun secara tulus. Dia awalnya hanya mengedip-kedipkan mata tapi akhirnya dia tersenyum juga.
         Selanjutnya Hyung Jun mengoleskan sisa obatnya itu ke bagian tubuh Jung Min yang lecet. Kami semua tersenyum saat tiba-tiba Jung Min memeluk Hyung Jun.
         “Yaa! Mal!” protes Hyung Jun sambil menjitak pelan Jung Min.

         “Hey, sekarang ayo kita pecahkan masalah tongkat Jung Min,” seru Hyun Joong Oppa sambil sekali lagi memberi isyarat pada keempat penyihir lainnya untuk berkumpul. Mereka membentuk lingkaran dengan Jung Min berada di tengah-tengah.
         “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Jung Min.
         “Memperbaiki tongkat yang patah adalah pekerjaan yang sulit. Kita membutuhkan banyak energy magic. Yah, kurasa 4 penyihir sudah cukup banyak. Kita mulai saja! Jung Min, sambungkan tongkat itu lalu genggam erat dengan tangan kanan,” Jung Min hanya menurut dengan yang dikatakan Hyun Joong Oppa. “Oke, semuanya ulangi setelah aku.”
         Hyun Joong Oppa menyiapkan tongkatnya. Dirapalnya sebuah mantra yang cukup rumit. Nampaknya penyihir-penyihir lain cukup sulit melihat urutan rapalannya tapi mereka berusaha membuat rapalan yang sama setelah Hyun Joong Oppa selesai. Empat rapalan yang sama itu berputar mengelilingi Jung Min dan meresap ketubuhnya serta tongkatnya. Namja itu hanya terbengong-bengong.
         “Coba cek,” kata Hyun Joong Oppa lagi.
         Jung Min membuka telapak tangannya perlahan. Wow sekali! Tongkatnya sudah menyatu seperti semula, bahkan nampak seperti tongkat baru.
         “Wuah! Jeongmal! Jeongmal gomawo yeorobeun, gomawo Hyun Joong Hyung!” saking senangnya Jung Min memeluk Hyun Joong Oppa. Tapi Oppaku itu hanya memasang ekspresi malas.
         “Ne ne ne, sekarang dicoba dulu.”
         Jung Min mulai merapal mantra. Kutebak itu adalah rapalan mantra karakteristiknya! Yeah, aku sudah cukup hapal karena dia sudah menunjukkan padaku 2x. Dia mengarahkan rapalannya pada Hyung Jun. Min min, tega sekali kamu membuat Hyung Jun bertingkah seperti monyet.
         “YAA! Kau tidak boleh merapalku!” protes Hyung Jun tapi dia masih menari-nari seperti monyet.
         “Wah, benar-benar bekerja dengan baik. Sekali lagi gomawo Hyun Joong Hyung!”

*TBC*

Karena FFnya lebih dari 100 halaman, maka dijadikan 2 part
Silakan lanjut ke part terakhir^^


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog
©2014 FF501. Powered by Blogger.

Newest Updates

Popular Posts

- Copyright © Fanfiction for SS501 -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -