Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S Sunday, June 1, 2014


Details:
Title           : I Live With Five Wizards
Author       : Zusli aka Shin Sung Young
Genre         : Fantasy, Adventure, Brothership
Category    : 15+

Casts:
       Shin Sung Young (Super Charger Healer)
       Kim Hyun Joong (Black Shadow Wizard)
       Heo Young Saeng (White Light Wizard)
       Kim Kyu Jong (Prosperous Green Wizard)
       Park Jung Min (Bloody Red Wizard)
       Kim Hyung Jun (Baby Blue Wizard)
       Shin Ki Bang (Devil Bang)
       Others…

Thanks to God, Casts, and Readers^^
Happy Reading~
©2013 zuSaeng501


*501*

          Hah, gara-gara kakiku, dengan terpaksa aku tidur di kamar Hyung Jun. Ini lebih baik daripada aku harus naik turun tangga. Tapi tenang saja, aku tentu tidak satu kamar dengan si bayi itu. Hyun Joong Oppa benar-benar ngotot untuk menemaniku. Aku tidak pernah menyangka sebelumnya kalau Hyung Jun akan sangat baik padaku. Dia mau membuat obat untukku dan meminjamkan kamarnya padaku. Entah dia tidur di mana sekarang.
          Jam di kamar Hyung Jun menunjukkan pukul 11 malam. Karena gerah, terpaksa aku terbangun. Ommo, gelap sekali. Huh, aku tahu, pasti tadi Hyun Joong Oppa yang mematikan lampunya. Dia kan maniak gelap. Tapi  tentu saja berbeda denganku.
          Samar-samar aku mendengar suara mengerikan. Saking gelapnya aku tidak tahu suara apa itu  dan berasal dari mana. Namun setelah kutajamkan pendengaranku, ternyata…itu suara dengkuran Hyun Joong Oppa, aish. 
          Kucoba untuk memejamkan mata lagi, terus kucoba tapi tidak bisa. Huf, kamar Hyung Jun benar-benar panas. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, membuatku sebenarnya sempat terkejut. Dari siluetnya, aku yakin itu Hyung Jun. Mau apa dia kemari?
          “Kau tidak tidur, Sung Young-ah?”
          “Um, aku terbangun lagi. Kamarmu sangat panas, Jun.”
          “Mian, ruang bawah tanah memang sedikit lebih hangat. Oiya, aku kemari mau mengganti obat yang ada di kakimu,” Hyung Jun berjalan mendekat, sangat perlahan karena takut membangunkan Hyun Joong Oppa yang tidur di karpet samping ranjang. Dia duduk di pinggir ranjang. Dinyalakannya sebuah lampu kecil di atasku. Aku baru ingat kalau ada lampu di tembok sampingku, huh.
          “Hey, sejak kapan kau mulai sangat baik padaku?” kataku padanya yang sedang membuka lilitan kain di kakiku.
          “Huh, dari dulu kan aku sangat baik. Kau saja yang tidak menyadarinya,” aku hanya mencibir untuk menanggapinya. “Ommo Sung Young! Kakimu…”
          “Eh? Waeyo?” melihatnya terkejut seperti itu membuatu panik.
          “Kakimu sudah sembuh, wow. Coba kau gerakan.”
          Benar! Aku sudah tidak merasa sakit lagi sekarang. Kugerakkan kakiku perlahan, dan berhasil! Bahkan kakiku tampak sangat sehat seperti sebelumnya, tidak seperti kaki yang tulangnya baru saja patah.
          “Gomawo Hyung Jun-ah! Berkat obatmu kakiku kembali seperti semula,” kuelus pelan pundaknya. Aku benar-benar sangat bersyukur.
          “Eh, hehe, cheonmaneyo,” dia menatapku. Er, tatapan tidak wajar menurutku. Aku menjadi sedikit deg-degan melihatnya. Kujauhkan tanganku yang ada di pundaknya, tapi sebelum itu Hyung Jun sudah meraih tanganku terlebih dahulu.
          Wa! Oke! Aku semakin heran dengan tingkah Hyung Jun.  Dia masih menatapku sambil mencengkram sedikit erat tangan kananku. Hey, dia tidak kesurupan, kan?
          “Hyung Jun-ah?”
          Dia malah menutup mata. Tangannya yang lain mengeluarkan tongkat dari saku kemejanya lalu merapal sebuah mantra. Eh, apa yang akan dilakukannya? Sebelum aku bisa menolak, tiba-tiba kurasakan sesuatu yang sejuk menjalar dari tanganku yang dicengkram Hyung Jun ke seluruh tubuhku dengan cepat. Sesuatu itu bersanrang di dalam tubuhku, sangat nyaman. Aku tidak merasa gerah lagi sekarang.
          “Aku baru saja menurunkan suhu tubuhmu. Kau tidak gerah lagi, kan?”
          Aku tidak menjawabya. Aku masih terpaku, tidak mengerti dengan perbuatannya.
          “Ehm, a..apa tadi itu?”
          Dia tersenyum, “Oh, Sung Young, itu mantra karakteristikku.”
          “Jadi, mantra karakteristikmu adalah…”
          “Air, sebenarnya udara juga, tapi aku lebih mengutamakan airnya.”
          “Wow, aku kira mantra karakteristikmu adalah ramuan.”
          “Hahaha, itu hanya keahlianku yang lain.”
          Woke, sekarang lengkap sudah 5 penyihir yang aku ketahui karakteristiknya. Aku ulangi, Hyun Joong Oppa bayangan, Young Saeng Sunbae cahaya, Kyu Jong Sunbae tumbuhan, Jung Min darah, dan..Hyung Jun air. Pantas saja namja ini sangat suka warna biru.
          “Jadi apa sebutanmu?”
          “Sebutan? Ah, itu hanya sebutan konyol.”
          “Ayolah, beritahu aku,” terus kudesak dia. Akhirnya dia hanya menghela nafas, menyerah.
          “Geurae, orang-orang gila itu menyebutku si bayi biru(Baby Blue Wizard). Jangan tanyakan alsannya!”
          “Hahahaha, baby, tidak kau beritahu sepertinya aku sudah tahu alasannya,” jeongmal, itu nama paling unik. Sepertinya penyihir muda ini benar-benar terbully, ckck.
          “Aku pergi dulu. Jal jayo.”

*501*

          Keesokan harinya semua penyihir benar-benar terkejut dengan kesembuhan kakiku yang sangat cepat. Aku sudah bisa berlari-lari sekarang, bahkan hari ini aku nampak sangat sehat dan bugar. Ini pasti karena pengaruh obat mujarab Hyung Jun dan air sejuk yang mengalir di tubuhku akibat mantra karakteristik Hyung Jun, mungkin.
          Semenjak kejadian itu, aku sedikit demi sedikit melupakan rasa benciku pada Hyung Jun. Tentu saja aku tidak bisa terus-menerus membencinya, yah, karena akhir-akhir ini dia sangaaat baik dan perhatian padaku, tidak seperti jaman SD dulu saat dia sedang gemar-gemarnya membullyku. Tapi aku merasa agak aneh dengan tingkahnya, dia benar-benar sangat perhatian sekarang. Aku takut kalau dia memang serius dengan perasaan sukanya padaku. Hanya saja aku tidak bisa menyukainya juga selain hanya menganggapnya sebagai sahabat. Dan nampaknya ketakutanku benar-benar terjai, bahkan lebih rumit…

          “Kau sedang membuat apa?”
          Yeah hari itu. Karena aku merasa berhutang budi padanya, aku memutuskan untuk sedikit membantunya mencari berbagai bahan yang akan digunakan untuk membuat mcam-macam ramuan.
          “Ini vitamin untukmu, Sung Young-ah,” jawabnya sambil menuang ramuan di gelas. Ramuan itu sangat segar, berwarna merah muda seperti jus strawberry.
          “Kau membuat untukku juga, tidak?” tanya Young Saeng Sunbae yang memang berada di kamar Hyung Jun juga.
Jangan ditanya, semakin hari selain semakin akrab dengan Hyung Jun, tentu saja aku juga semakin dekat dengan penyihir-penyihir lain, terlebih Young Saeng Sunbae. Yeah, bahkan semakin hari aku semakin menyukai penyihir putih itu. Oh, mencintainya!! Dia kadang juga memberikan respon dan kemajuan baik terhadapku.
“Anio, Hyung! Ini untuk Sung Young. Karena incident kakinya itu, dia harus banyak-banyak minum vitamin,” Young Saeng Sunbae langsung diam, seulas senyum menghiasi wajahnya. Aneh. “Igeo, minumlah! Kau akan merasa sangat sehat,” kuterima gelas berisi ramuan itu. Wuah, wangi sekali aromanya, seperti bunga mawar.
         
          “Jangan diminum!” teriakan tiba-tiba Young Saeng Sunbae membuatku terkejut. Ramuan yang baru saja akan kuminum langsung disambar Young Saeng Sunbae dan dilemparkannya keluar. Ada apa dengannya?
          “HYUNG!!” Hyung Jun menjambak rambutnya sendiri, nampak frustasi.
          “Jangan pernah melakukan itu lagi!” Young Saeng Sunbae memberikan tatapan sengit yang belum pernah aku lihat sebelumnya  pada Hyung Jun, mengerikan. Hyung Jun balas menatap sengit. Oh, ini tidak bagus.
          “Apa maksudnya?!!”
          “Kau tahu benar apa maksudku! Kau lupa, hah?!”
          “Apakah Hyung juga…?”
          Young Seng Sunbae terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu. Oh, sunggguh! Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan tadi!
          “Ada apa dengan kalian?” tanyaku pelan-pelan.
          “Hyung Jun memberikanmu ramuan cinta, Sung Young. Karena…dia menyukaimu tapi kamu tidak cukup memberikan respon yang bagus,” kata Young Saeng Sunbae to the point membuat Hyung Jun melotot padanya. Deg deg, jantungku menjadi berdebar antara takut dan…entahlah. Inilah sesuatu yang aku takutkan tadi
          “AISH! Itu benar! Aku sangat mencintaimu, Sung Young-ah!” aku hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa. “Tapi sayangnya Young  Saeng Sunbae juga menyukaimu,” kali ini gantian Young Saeng Sunbae yang melotot pada Hyung Jun. Ommo! Aku semakin shock dengan pernyataa-pernyataan mereka.

          Cukup lama kami bertiga terdiam, merenungkan banyak hal. Kamar mendadak sepi. Yang kudengar hanya detakan jam dan suara air ditungku Hyung Jun yang mendidih. God, aku sangat bingung dengan situasi ini. Apakah semua ini benar? Hyung Jun..aku tahu dia menyukaiku, tapi sudah kuputuskan aku tidak bisa menyukainya selain hanya sebagai teman. Tapi ternyata dia sangat serius sampai-sampai mengupayakan cara dengan membuat ramuan cinta walau aku tahu itu tidak benar, memaksa. Dan Young Saeng Sunbae, benarkah dia menyukaiku?

          Kutatap mereka satu-persatu. Kutatap Young Saeng Sunbae lekat. Dia sama sekali tidak menyangkal saat Hyung Jun berkata bahwa dia juga menyukaiku. Mungkinkah itu benar? Aku harap begitu.  Yeah, karena itu artinya cintaku tidak akan bertepuk sebelah kaki, eh tangan maksudnya.
          Hyung Jun menghela nafas panjang, “Geurae, aku tahu ini sangat sulit tapi kami berdua memang benar-benar menyukaimu. Jadi, jika disuruh memilih, kau…pilih siapa?” aku tahu Hyung Jun tidak suka mengatakan kalimat itu.
          Oh bayi itu, dia semakin mempersulitku saja. Sebenarnya sudah jelas kalau aku akan memilih Young Saeng Sunbae. Hajiman, apakah aku harus terang-terangan mengatakannya sekarang? AGH! Aku tidak tahu apa-apa soal ini, tapi yang kutahu aku harus menyelesaikan ini.
          “Young Saeng Sunbae?” tanyaku pelan.
Hanya saja Hyung Jun menangkap kata-kataku itu sebagai sebuah pernyataan, bukan pertanyaan! Dia langsung keluar begitu saja dari kamar, terlihat sangat sedih dan kecewa. Dia mengira aku sudah memilih Young Saeng Sunbae. God! Kenapa jadi seperti ini? Tapi..tapi…ini lebih mudah dari yang aku bayangkan. Mianhae Hyung Jun-ah.

          Kudekati satu-satunya namja yang masih berada di sini, “Young Saeng Sunbae? Benarkah..kau menyukaiku?”
          “Ne, sangat menyukaimu. Hajiman…” dia terdiam, namun matanya lekat menatapku. Aku semakin berdebar menanti jawabannya.
          “Hm?” Kenapa harus ada kata ‘hajiman’? perasaanku menjadi tidak enak.
          “Hajiman..um, apakah menyukai seseorang selalu diartikan sebagai mencintai seseorang?”
          Entah kenapa hatiku langsung mencelos mendengarnya. ‘apakah menyukai seseorang selalu diartikan sebagai mencintai seseorang?’ Itu berarti Young Saeng Sunbae hanya menyukaiku, bukan mencintaiku. Ah..harusnya aku tahu itu. Mana mungkin namja manis dan perfect ini mencintai seorang yeoja sepertiku?
“Anio,” jawabku singkat lalu langsung keluar dari kamar Hyung Jun. Hatiku rasanya sudah pecah setelah berdebar sangat cepat.  Samar-samar aku mendengar Young Saeng Sunbae memanggil, tapi kuabaikan. Aku sedang tidak ingin menatapnya terlalu lama sekarang. Takut..takut membuatku semakin mencintainya.

          Rumah tampak sepi. Aku memutuskan untuk keluar mencari udara segar, menenangkan pikiran, dan mendinginkan hati. Jamkkanman! Sebenarnya aku sangat malas bercerita tentang kisah galau seperti ini. Tidak penting, tidak ada hubungannya dengan kisah penyihir yang menjadi benang merah. Hah, jadi langsung saja.
          Aku terus berjalan menyusuri jalan setapak melewati beberapa rumah warga lain yang saling berjauhan jaraknya. Tentu saja, siapa sih yang ingin tinggal di samping hutan kecuali kamu adalah seorang peyihir gila. Samar-samar aku mendengar suara aliran air. Itu pasti sungai! Kuputuskan untuk ke sana.
          Ah, memang benar sungai. Di sana ternyata sudah ada Hyung Jun. Dia duduk membelakangiku di bebatuan sungai sambil memainkan tongkatnya yang baru kusadari berwarna coklat tua dan seolah-olah terbuat dari kaca. Woah, ternyata dia sedang bermain air menggunakan mantra karakteristiknya. Hyung Jun, aku tahu keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Tapi aku ingin ke sana, berbincang dengannya. Aku tidak ingin bermusuhan lagi dengannya. Dan, oh, walau Young Saeng Sunbae secara tidak langsung telah menolakku, aku tetap tidak bisa mencintai namja biru itu.
          “Sepertinya menyenangkan,” aku duduk di sampingnya yang tentu saja membuat Hyung Jun terkejut. Tornado air kecil yang sedang ia buat langsung terurai menjadi percikan air karena konsentrasinya buyar.
          “Sung..Sung Young? Apa yang kau lakukan di sini?”
          “Hanya jalan-jalan. Tapi aku melihat sungai kecil ini dan berniat mampir sebentar. Aku suka bermain air. Bisakah kau melakukannya lagi?” Hyung Jun hanya memandang lurus ke sungai tanpa melakukan apa-apa, seperti memikirkan sesuatu. Aku tahu dia merasa terganggu dengan kehadiranku, namun aku tidak mau pergi, “Apa kau marah padaku?”
          “Ah, nan molla.”
          “Hyung Jun-ah. Bukan maksudku menyakitimu, tapi…caramu tadi kurang benar. Aku tahu kamu sangat menyukaiku, hanya saja…entahlah, aku lebih suka dan lebih nyaman jika kamu menjadi sahabatku,” dia masih terdiam tapi kali ini pandangannya beralih padaku. “Bukankah itu lebih baik daripada kau terus menjadi musuhku?”
          “Ini salahku,” dia mengusap wajahnya pelan,”Andai saja dulu aku tidak pernah membullymu, pasti aku bisa mendapatkanmu sekarang. Mianhae Sung Young-ah.”
          Aku merangkulnya, “Entahlah, tapi..ini akan menjadi kisah yang berbeda. Sudahlah, ini sudah terjadi Hyung Jun-ah. Jika misalnya kau sudah menyukaiku sejak SD, pasti kau akan semakin terluka jika ini terjadi. Mianhae, tapi ini sudah takdir kita untuk merubah status dari musuh menjadi sahabat.”
          “Ah, kau mungkin benar,” dia tersenyum. Akhirnya aku bisa membuatnya tersenyum lagi. “Gomawo kau sudah pernah membuat hatiku berbunga,” hm, yeah walaupun saat ini kuyakin bunga di hati Hyung Jun sudah layu.
          “Kau sahabatku yang paling baik,” kueratkan rangkulanku lalu kulepaskan.
          “Geurae, lihat ini,” sekali lagi dia menghela nafas panjang dan Hyung Jun mulai merapal mantra. Kabut biru dari tongkat Hyung Jun membuat pola gambar yang indah. Pola itu bersatu dan tenggelam di sungai. Sebuah tornado kecil yang memercik-mercikkan butiran air itu sangat indah. Seekor ikan kecil tersangkut di dalam tornado itu, Kuyakin ikan itu akan langsung muntah-muntah setelah menaiki wahana tornado Hyung Jun, hahaha.
          “Kasian ikan itu.”
          “Haha, dia tampak menikmatinya,” kata Hyung Jun. Dia sekarang benar-benar sudah kembali seperti semula, nampak ceria dengan semburat ekspresi jahil. “Hey, Sung Young-ah?”
          “Um?”
          “Bolehkah aku menciummu?” dia mencondongkan badannya begitu saja. Aku hanya melotot melihat tingkahnya, ish, tidak akan kubiarkan. Kuambil air sungai dan kupercikkan pada wajahnya sebelum itu sampai padaku. “Yaa! Neo!”
          “Ish, makanya jangan kurang ajar,” kujulurkan lidahku. Dia tampak kesal dan ingin membalas. Hyung Jun menukikkan tongkatnya dan gelombang air yang cukup besar melayang di udara. O o, aku yakin dia ingin menyiramiku. Huaa!! Harus lari!
          “CURANG!!” teriakku sambil berlari menjauh.
          “Woy, jangan kabur!”

          Aku tidak peduli, terus kupacu langkahku karena kudengar derap-derap langkah mengikutiku di belakang. Ya! Dia mengejarku! Aku terus berlari menuju jalan pulang. Namun saat di tikungan aku tidak bisa mengerem langkahku saat seorang ahjussi tiba-tiba muncul dari tikungan.
          Bruak!! Akhirnya kutabrak dia. Aku sempat akan jatuh tapi ahjussi itu memegangiku.
          “Ommo, jeongmal jeongmal mianhae,” langsung kubungkukkan badanku berulang-ulang. Tentu saja aku yang salah!
          “Haha, gwaenchana agashi. Berhati-hatilah kalau berlari, kau bisa terluka,” aku berhenti membungkuk. Baik sekali ahjussi ini, dia tidak marah. Tatapannya yang lembut membuatku cukup tenang.
          “Anda terluka?”
          “Oh anio anio. Oya, dimana rumahmu? Kau akan ke hutan?”
          “Ah, kebetulan rumahku memang berada tepat di samping hutan lebat, ahjussi,” dia hanya manggut-manggut.

          “Sung Young! Kena kau!” Ommo, aku menjadi lupa dengan Hyung Jun. Huff, tamat sudah riwayatku. Dia sudah menangkapku. Ekspresi girangnya langsung berubah saat dia melihatku sedang bersama seorang ahjussi.
          “Ini Hyung Jun, temanku. Dia mengejarku, ahjussi, jadi aku terburu-buru tadi.”
          “Haha, sepertinya permainan yang menyenangkan,” tawa renyah ahjussi itu benar-benar..entahlah menyenangkan?
          “Em..Sung Young-ah, kita harus pergi,” Hyung Jun langsung mencengkram pergelangan tanganku dan menariknya melewati si ahjussi. Dia terus berlari menuju rumah. Aku sempat terseret-seret karena dia tampak sangat terburu-buru.
          “YA! Kau ini kenapa, sih?!”

*501*

          Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sore ini Hyun Joong Oppa tiba-tiba menyuruh kami semua, yeah, kami termasuk aku dan 4 penyihir lainnya untuk berkemas karena detik ini juga kami akan berangkat naik gunung. Kata Hyun Joong Oppa acara ini memang sudah rutin dilaksanakan oleh penyihir-penyihir seperti mereka. Sebenarnya ini akan sangat menyenangkan karena kami akan camping di tengah hutan. Anio anio, lebih tepatnya menyeramkan.
          “Kenapa aku harus ikut juga? Kata Oppa ini ritual penyihir, kan?” tanyaku sambil terus berjalan di samping Hyun Joong Oppa.
          “Hey, kau pikir aku akan tega meninggalkanmu sendiri di rumah, ha? Memangnya kau mau di rumah sendiri? Dulu saja saat Abeoji dan aku pergi, kau terus sembunyi di bawah tempat tidur sambil menangis.”
          “Geumanhae! Apa perlu diceritakan seperti itu?” kucubit lengan berotot Hyun Joong Oppa keras-keras. Dia meringis kesakitan sambil berusaha menepis tanganku.
          “Apa kau sepenakut itu, Sung Young-ah? Hahaha,” ejek Jung Min tepat di belakang kepalaku, ish. Kulemparkan deathglare padanya, tapi dia malah semakin keras tertawa.
          “Kita akan camping berapa lama?”
          “Minimal, yah, 2 hari,” jawab Hyun Joong Oppa.
          “Mwo? Kita tidak sekolah, dong?”
          “Tenang saja, aku sudah mengirimkan surat ijinnya,” hah, benar-benar deh penyihir ini. Tapi apa boleh buat.

          Huh, ini sudah sangat jauh. Kira-kira kami sudah berjalan selama setengah jam. Aku sudah lelah sekali, ditambah beban tas di punggungku ini, ck.
          “Seberapa jauh lagi?” keluhku sambil terus membenahi letak tas.
          “Sebentar lagi,” jawab Hyun Joong Oppa singkat.
          “Kenapa kita tidak terbang saja? Atau naik sapu? Atau naik apalah. Kenapa penyihir harus serepot ini?”
          “Kau cerewet sekali,” keluh Hyung Jun. Kuberikan jitakan terbaikku padanya.
          “Kau ingin merusak ritual, hah? Ini harus dilakukan dengan jalan kaki,” jawab Hyun Joong Oppa.
          “Kyu Jong Sunbae? Apa yang kau lakukan?”  yah, dari tadi kulihat Kyu Jong Sunbae tidak berhenti merapal rapalan yang sama, entah mantra apa itu.
          “Ini untuk mencegah kedatangan binatang-binatang buas.”
          “Oh, arraseo.”

         HUAH, KOJITMAL! Hyun Joong Oppa tadi bilang perjalanannya sebentar lagi. Nyatanya! Sampai sekarang belum sampai juga, huh. Aku yang semula semangat berjalan di samping Hyun Joong Oppa sekarang hanya bisa bergelanyut di tangannya, jeongmal pigonhada. Hyun Joong Oppa kan penyihir yang kuat, kenapa dia tidak menggendongku saja, huf.
          Di belakangku dan Hyun Joong Oppa ada Hyung Jun yang masih tampak segar, dia sepertinya punya tenaga berlebih. Lalu di sampingnya ada si kuda alias Jung Min yang nampaknya sudah sama-sama kualahan sepertiku. Dan di baris paling belakang ada Kyu Jong Sunbae dan Young Saeng Sunbae. Hm, semenjak kejadian itu, aku tidak pernah berani menatap bahkan mengajak Young Saeng Sunbae bicara. Dia seperti berusaha mendekatiku dan mengajakku bicara tapi aku selalu menjauh, entah kenapa. Sulit bagiku untuk menerimanya jika hanya sekedar menganggapnya sebagai teman atau sahabat. Aku ingin dia menjadi milikku atau kalau tidak, yah, berpura-pura tidak saling mengenal. Ini lebih baik.

          “Sung Young-ah? Mau kubawakan tasmu?” tawar Hyung Jun.
          “Wah, jeongmal? Igeo!” aku tidak menyangka Hyung Jun akan melakukan ini. Ne, dia berubah menjadi namja yang baik sekarang. Terlebih padaku, dia sahabatku yang sangat baik.
          “Agh, bawakan punyaku juga!” Jung Min melemparkan tas punggungnya kepada Hyung Jun.
          “Yak! Shireo!” Hyung Jun melemparkan tas Jung Min kembali dan sukses mengenai kepala si kuda.
          “Yaa!!” Jung Min berniat membalas, tapi Hyung Jun sudah berlari menjauh, mendahului kami semua. “Huh, biarkan saja dia tersesat.”

          Huah, akhirnya kami sudah sampai di tempat tujuan. Matahari sudah hampir tenggelam saat kami sampai. Wah, Hyun Joong Oppa benar-benar pintar memilih tempat untuk camping. Tempat ini hanya ditumbuhi rerumputan hijau segar yang seolah dipotong rapi. Walau tempat ini tidak luas tapi aku yakin bisa didirikan 3 tenda di sini. Baru kusadari kalau tempat ini berada di pinggir tebing gunung. Menyeramkan memang, tapi sangat luar biasa indah. Kami bisa melihat keindahan kota dari sini. Bahkan mungkin kita bisa melihat sebagian Korea.
          “Perfect place,” aku masih terkagum-kagum menikmati pemandangan di depanku. Sunset yang sempurna.
          Masa bodo. Aku sudah sangat lelah jadi aku tidak ikut mempersiapkan alat-alat camping, hehe. Hey, mereka kan penyihir, sementara aku bukan. Jadi mereka bisa dengan cepat mempersiapkan semuanya. Nah, kan, baru sebentar saja seluruh tenda sudah berhasil di dirikan. Pekerjaan Hyun Joong Oppa sangat rapi. Kulihat Kyu Jong Sunbae masih sibuk merapal mantra pelindung di sekitar tempat camping kami. Young Saeng Sunbae sedang mencoba membuat penerangan dan penghangat dari mantra karakteristiknya. Hyung Jun sedang mengurus air dan memasak beberapa makanan untuk kami. Sementara Jung Min, dia menggantikan Kyu Jong Sunbae untuk membuat mantra pelindung.
          Mataku masih tetap tertuju pada Kyu Jong Sunbae yang sedang mendongak ke langit sambil bersiul pelan. Em, itu siulan yang merdu. Awalnya aku tidak mengerti dengan apa yang dilakukannya tapi akhirnya aku bisa menyimpulkan kalau siulan itu ditujukan untuk burung-burung. Yeah, kurang lebih 5 ekor burung berwarna coklat –putih berdatangan dari berbagai arah. Ke-5 burung itu bertengger di dahan pohon tepat di depan Kyu Jong Sunbae. Aku semakin mengernyitkan dahi saat Kyu Jong Sunbae seolah seperti berbincang dengan burung-burung itu. Hah? Apa dia sudah gila?
          Anio! Ternyata dia tidak gila. Sepertinya Kyu Jong Sunbae memang benar berbicara dengan burung-burung itu. Setelah Kyu Jong Sunbae selesai bicara, 5 burung itu terbang lagi, entah kemana. Ommo, aku tidak mengerti.

          “Makanan sudah siap!” teriak Hyung Jun sambil memukul-mukul mangkok dengan sendok. Kegaduhan yang ditimbulkannya berhasil menarik perhatian semuanya. Hyun Joong Oppa yang sedang tiduran di rumput langsung mendekati Hyung Jun, merebut sendok tadi, dan langsung dipukulkannya pada kepala Hyung Jun sebagai isyarat untuk diam.
          “Sabar, ne?” kutepuk-tepuk punggungnya pelan sambil menahan senyum. Dia masih saja mengusap-usap kepalanya.
          Kami ber-6 sudah mulai menyantap makanan masing-masing. Aigoo, selain pintar membuat ramuan, Hyung Jun ternyata sangat pintar memasak. Ada sayur, kacang-kacangan, dan umbi-umbian yang mungkin aku tidak akan pernah memakannya jika dibuat oleh appa atau restoran sekalipun, tapi masakan Hyung Jun berbeda, terlihat lebih lezat dan sangat menggiurkan.
          “Woh, mashitta. Kau koki yang hebat, Hyung Jun-ah,” kuberikan jempolku padanya.
          “Haha, gomawo,” dia mengusap-usap rambutku.
          “EHEM!!” deham Hyun Joong Oppa dan Jung Min bersamaan. Aku dan Hyung Jun hanya tersenyum jahil pada mereka.
          “Wae? Kau cemburu dengan kedekatan kami, Jung Min?” ejekku. Namja itu hanya mengalihkan pandangan sambil mencibir.
          “Preet,” haha, dia pasti cemburu.

          “Oiya, daritadi aku penasaran. Kyu Jong Sunbae, apa kau tadi bicara..dengan..um, burung-burung?” yeah, dari tadi aku sangat penasaran dengan itu. Kyu Jong Sunbae yang sedang minum hanya menjawabku dengan anggukan. “Eottae?”
          “Hm, jadi kau belum diberitahu?” katanya.
          “Soal apa?”
          “Kemampuan-kemampuan(abilities)?”
          “Hah?” oke, aku benar-benar tidak tahu.
          “Jadi begini. Kami, penyihir, bukanlah penyihir biasa yang sering kau lihat dalam film. Kami lebih hebat, hehe. Selain bisa menyihir, kami juga dianugrahi kemampuan. Um, kemampuan yang tidak bisa dirapal dan itu juga bisa menjadi karakteristik karena setiap orang memiliki kemampuanyang berbeda-beda. Seperti sihir, kemampuan ini dibawa sejak lahir.
          “Wow, apakah semua penyihir punya kemampuan?”
          Gantian Jung Min yang menjawab,”Tidak semua. Tapi untungnya kami berlima punya.”
          “KEREN! Ommona, aku benar-benar iri dengan kalian. Sudah penyihir, punya kemampuan khusus pula, wah wah. Kyu Jong Sunbae, um..kemampuanmu adalah bicara dengan burung?”
          “Lebih tepatnya binatang. Aku bisa bicara dengan semua binatang.”
          Entah kenapa, aku reflek bertepuk tangan. Yah, aku sangat kagum dan iri pada Kyu Jong Sunbae. Sepertinya sangat menyenangkan bisa dekat dengan tumbuhan dan binatang, hah. Otakku tiba-tiba seperti di flashback ke kejadian di mana aku dan Kyu Jong Sunbae berada di hutan tandus itu. Yah, sebelum dia menumbuhkan hutan kembali, dia sempat menangkap seekor kupu-kupu, kan? Kukira Kyu Sunbae akan mencium kupu-kupu itu, tapi ternyata dia sedang berbicara dengannya. Yeah, dan sepeninggal kupu-kupu itu, Young Saeng Sunbae datang untuk menolong. Aku mengerti sekarang, Kyu Sunbae menyuruh kupu-kupu itu untuk memberitahu Young Saeng Sunbae. Cukup masuk akal.
          “Dan, Hyung Jun-ah. Ini sangat mudah. Kemampuanmu itu adalah pengetahuan tentang memasak sesuatu, kan? Itu mengapa kau bisa sangat ahli membuat ramuan.”
          “WO! Kau sangat pintar. Haha, betul sekali.”
“Um, Hyun Joong Oppa? Apa yang kau punya?”
“Beuh, sudah bertahun-tahun kau bersamaku, kau belum menyadarinya juga?” katanya sedikit kesal.
“Ash, to the point saja laaa,” tapi dia tidak kunjung membuka mulut. Huf, benar-benar ngambek.
“Perasaan aku sudah pernah mengatakannya. Hm, Oppamu itu kemampuannya adalah kekuatan dan kecerdasan. Dia penyihir terkuat dan terpintar yang pernah aku temui. Dia sangat kuat, Sung Young, sangat kuat!  Lihatlah otot-ototnya,” oke, Jung Min cukup berlebihan (-_-) Hm..ini masuk akal juga. Tidak heran Hyun Joong Oppa bisa sangat mudah mengangkat apapun. “Dan sangat pintar. Um, Oppamu ini mempunyai pengetahuan berbagai mantra, Sung Young, bahkan mungkin hampir semua mantra di dunia ini dia tahu. Itulah mengapa dia disebut sangat pintar. Kau tahu, Hyun Joong Oppa bahkan mengetahui dan bisa merapal mantra karakteristik kami. Dia tahu polanya, yah, tapi tentu saja mantra karakteristik itu tidak akan bekerja pada tongkatnya.”
Oke, ini sudah sangat jelas. Aku semakin bersyukur saja mempunyai Oppa yang sangat baik, kuat, pintar, dan perhatian. Kupeluk lengannya denga sayang.
“Hyun Joong Oppa benar-benar hebat!”
“Gomawo,” walau aku tidak melihat wajahnya, tapi aku tahu benar kalau sekarang dia sedang tersenyum.
“Dan, Jung Min-ah, apa kemampuanmu?”
“Yakin ingin tahu?”
“Ah, ppaliya.”
“Na? Hm…Kau pasti tidak akan percaya.”
“Ppali! Katakana saja!” huh, aku sudah mulai kesal padanya.
“Haha, geurae, geurae. Dengar Sung Young, hm..aku..aku bisa membangkitkan dan bicara dengan..yang sudah mati.”
“Pff..maksudmu kau bisa membangkitkan orang yang sudah mati?” bah, dia pasti bohong.
“Ne, tapi kau jangan salah artian. Membangkitkan bukan berarti membuatnya hidup kembali. Maksudku bangkit dalam bentuk…zombie!!!”
“Ah, kojitmal!!” kemampuan macam apa itu!” Ommo Jung Min, 501% kau adalah penyihir yang sangat HORROR!!
“Yaelah, sudah kubilang kau tidak akan percaya. Mau bukti?”
“Tidak perlu!!” kataku cepat.

*501*

         Sengaja! Ne, aku sengaja tidak bertanya tentang kemampuan Young Saeng Sunbae karena aku masih saja tidak mau bicara padanya. Jadi setelah perbincangan horror Jung Min, aku langsung mengajak Hyun Joong Oppa untuk ke tenda. Ne, tentu saja aku satu tenda dengan Hyun Joong Oppa. Kyu Jong Sunbae satu tenda dengan Young Saeng Sunbae, sementara Hyung Jun dengan Jung Min. Hah, aku khawatir tidak sampai 5 menit tenda MinJun bakalan roboh.
         Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 9 malam. Oh, ayolah ini masih terlalu awal untuk tidur. Tapi nampaknya semua penyihir sudah tidur semua, terbukti suasana sangat sunyi, mungkin mereka sangat lelah. Termasuk Hyun Joong Oppa!!! Ish, dia sudah asik mendengkur sejak 5 menit yang lalu. Agh, eottae? Aku tidak bisa tidur. Ani, lebih tepatnya aku belum bisa tidur ditambah gangguan dari suara dengkuran Hyun Joong Oppa.
        
         “Sung Young-ah?” aku terduduk saat seseorang mengintip dari jendela kecil yang memang ada di tenda. Eh? Itu Young Saeng Sunbae. “Mianhae mengganggumu. Tapi aku ingin bicara denganmu, jebal,” dia sudah menjauh kembai dari tenda. Hah, haruskah aku menemuinya?
         Dan ternyata jawabannya adalah YA! Kaki rasanya sangat enggan melangkah keluar dari tenda, tapi hatiku yang terus mendorong untuk tetap menemui Young Saeng Sunbae karena..yeah, I’m extremely missing him.
         “Ada apa?” tanyaku datar saat aku sudah sampai di sampingnya. Young Saeng Sunbae mengalihkan tatapannya dari langit yang cerah berbintang menjadi kepadaku.
         “Kita tidak akan bicara di sini.”
         Oh, GOD! Aku tidak tahu. Tapi aku hanya menurut saat dia mendekatiku, memegang pinggangku, dan menyuruhku untuk menginjak kakinya. Maksudnya apa coba? Dan secara perlahan..kami berdua melayang ke angkasa. Reflek aku mencengkram baju di punggungnya agar aku tidak terjatuh dari ketinggian ini.
         Ommo. Ini untuk yang ketiga kalinya Young Saeng Sunbae mengajakku terbang. Yang pertama dengan sapu, kedua dia menggendongku, lalu yang ketiga ini. Kami berdua seolah-olah sedang berdansa berlatarkan langit malam berbintang dan lampu-lampu kota di Korea yang berkelap-kelip indah. Ini pemandangan yang sangat luar biasa. Aku semakin mempererat tanganku karena…ini sangat menyenangkan. Samar-samar aku bisa mendengar detak jantung Young Saeng Sunbae.
         “Sangat indah, ne? tanyanya.
         “Neomu. Jadi, apa yang ingin kau katakan?”
         “Mengenai pernyataan suka itu,” dia berhenti. Jantungku seketika seperti berhenti berdetak. Oh! Harusnya aku tahu dia akan membicarakan hal itu, tapi…dengan pintarnya dia membawaku terbang agar aku tidak bisa menolak dan kabur.
         “Wae? Aku tahu Sunbae, kau hanya menyukaiku, kan? Tidak mencintaiku?”
         “Sung Young-ah. Waktu itu aku hanya bertanya, apakah menyukai seseorang selalu diartikan sebagai mencintai seseorang? Dan jawabannya adalah tidak. Aku menyadari kesalahanku. Seharusnya aku tidak bilang bahwa aku menyukaimu, tapi..aku sangat menicintaimu.”
         Oh, astaga. Apakah ini benar? Kalimat itu, yah, kalimat itu yang selalu aku harapkan keluar dari mulutnya. Young Saeng Sunbae mencintaiku! Aku tidak mau mengekspresikan kebahagiaanku terlalu berlebihan jadi intinya sekarang aku hanya bisa memeluknya erat sambil membenamkan wajahku di dadanya.
        “Nado saranghae, Heo Young Saeng..Oppa,” dia balas memelukku erat. Ini sangat hangat! Selama beberapa saat kami hanya melayang-layang di udara sambil berpelukan. So sweet, kan?

         “Sung Young-ah, apa kau tidak penasaran dengan kemampuan yang aku miliki?” katanya. Kami sekarang sudah turun dari ketinggian dan hanya duduk-duduk di rumput sambil memandangi lampu-lampu kota.
         “Mwoya? Memikatku?” dia terkekeh sambil merangkulku. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Aaa!! Rasanya aku ingin berteriak karena saking senangnya.
         “Bukan, bukan itu.”
         “Lalu apa, Oppa?”
         “Aku adalah…mind reader.”
         “Wah, bagus dong. Oppa hebat bisa membaca pikiran.”
         Eh, jamkkanman!! MWOYA?! MEMBACA PIKIRAN!!!! INI TIDAK MUNGKIN!! HUAAA! ANDWAE!!! Sontan aku berniat menjauh darinya, tapi Young Saeng Sunbae lebih dulu mencengkram tanganku, jadi mau tidak mau aku harus tetap duduk di sampingnya. Aku tidak mau menatap wajahnya, MALU!!!
         “Kenapa ekspresimu seperti itu?” tanyanya polos masih sambil mencengkram tanganku. INI SANGAT MEMALUKAN!! Jadi selama ini dia telah membaca pikiranku. Huaaa! Huaaa! Oke, mungkin kelebay-anku ini juga telah dibaca olehnya.
         “Ja..jadi selama ini Oppa sudah membaca semua pikiranku?”
         “Ne, semuanya. Bahkan kelebay-anmu barusan,” aku meliriknya, dia hanya tersenyum padaku. Huf, aku cukup lega dia tidak mengolok-olokku. Mungkin rasa maluku akan semakin diinjak-injak kalau seandainya dia adalah Jung Min.
         “Sung Young-ah, kau tenang saja. Kau tidak perlu malu padaku. Bahkan sebenarnya, aku sangat senang pada semua pikiranmu tentang diriku. Karena apa? Semua pikiranmu kebanyakan positif dan cenderung memujiku sementara orang-orang di luar sana kebanyakan lebih sering berpikir negative tentang diriku. Entah itu aku yang aneh, cupu, gendut, atau apalah,” aku masih terdiam dan menunduk. “Dan kau tahu, Sung Young? Saat pertama kita bertemu, anehnya pikiranmu langsung tersambung denganku. Aku bisa dengan mudah membaca pikiranmu. Semua pikiranmu membuatku terhibur dan…kau harus berterimakasih pada pikiranmu karena mereka yang telah membuatku jatuh cinta padamu.”
         Kali ini aku berani menatapnya. Dia balas menatapku lembut. Tapi SUMPAH! Aku masih sangat malu! Aku hanya bisa menggigit bibir untuk menahannya.
         “Um…Sung Young, aku masih ingat. Kau…umm..selalu tertarik dengan ini, kan?” Young Saeng Sunbae tersenyum lagi. O o, hanya saja kali ini senyuman jahil yang ia keluarkan dan nampaknya dia sedikit malu.
         Aku sedikit was-was saat dia mendekatkan wajahnya padaku. Aku selalu tertarik dengan ini?? Astaga sepertinya aku tahu apa yang akan dilakukannya. Ne, dia..dia menciumku. Lembut, hangat, basah? Oh, aku sedang gila! Rasa maluku sudah benar-benar ada di puncak sekarang, sampai-sampai aku tidak merasakannya lagi. Oke, aku membalasnya. Aku tidak akan melepaskan ini! Hey, Heo Young Saeng? Kau mendengarku, kan? Aku mencintaimu, dan kau mencintaiku. Jadi kau tidak boleh meninggalkanku, atau kita tidak akan pernah bertemu lagi, arraseo? Bagus, dia mendengarkan karena samar-samar aku bisa merasakan senyumannya di bibirku.
         Aku tidak tahu berapa lama kami berciuman. Hah, ini sangat gila dan memalukan. Tapi untung penyihir-penyihir lain sudah tidur, jadi…kami tidak khawatir ada orang lain yang melihat aktivitas kami. Entahlah, ini terlalu nikmat atau apa bagi Young Saeng Oppa sampai-sampai aku bisa mendengarnya seperti mendesah? Atau mengerang?
         “Egghh!” Jamkkanman! Dia tidak mendesah atau mengerang, tapi dia merintih. Ommo, dia tidak kenikmatan tapi kesakitan. Dia melepaskan kontak kami tiba-tiba.
         “Oppa? Gawaenchana?” dia langsung ambruk di rumput sambil salah satu tangannya memegangi kepala seolah dia sedang pusing dan tangannya yang lain memegangi perut.
         “Aghhh!! Sung..Sung Youngghhh!!” dia mengerang semakin keras saat aku melihat cahaya yang muncul tiba-tiba dari tubuhnya, lalu menghilang begitu saja secepat kemunculannya. Kejadian itu berlangsung beberapa kali. Tubuh Young Saeng Oppa seperti lampu sekarat yang terus hidup-padam hidup-padam atau seperti lampu yang korslet. “Aghh!”

         Aku masih terpaku sambil memandangi Young Saeng Oppa dengan shock. Ada apa ini? Kenapa dia jadi seperti ini? Sesaat Young Saeng Oppa tenang, namun bersamaan dengan munculnya cahaya dari tubuhnya, dia kembali mengerang kesakitan.
         “Ada apa ini Oppa??”
         “Sunghh..nan mollayo. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku. Nggh..sepertinya mantra karakteristikku memaksa..untuk..untuk keluar.”
         Young Saeng Oppa menggeliat-geliut di rumput. Babo! Seharusnya aku secepatnya minta bantuan. Kukerahkan semua suaraku, memanggil dengan kencang semua penyihir yang sekarang sedang berkelana ke alam mimpi. Aku tidak peduli, mereka harus bangun untuk menolong Young Saeng Oppa. Kyu Jong Sunbae yang pertama muncul sambil memakai sandal secara tergesa-gesa.
         “Mwo..mwoya?”
         “Sunbae, tolong Young Saeng Oppa. Aku tidak tahu apa yang terjadi, dia…” belum selesai aku berucap, perhatianku teralihkan ke Jung Min dan Hyung Jun berdesakan keluar dari tenda, berusaha menjadi orang pertama yang berhasil keluar. Huh, mereka ini.
         “Kenapa kamu teriak-teriak, Sung Young?” tanya Hyung Jun yang masih mengantuk.
         “Young Saeng Oppa sepertinya sakit. Ppaliya, tolong dia. Hyung Jun-ah, kau kan bisa membuat berbagai ramuan obat, bisakah kau…” kata-kataku kembali terhenti  saat Jung Min menepuk pundakku.
         “Sung Young-ah, aku tidak tahu kau begitu khawatir pada Young Saeng Hyung,” ah, benar. Aku terlalu panik. Tapi ini kan memang keadaan darurat!!
         “Dan kau memanggil Young Saeng Hyung dengan..’Oppa’?”  kali ini Kyu Sunbae yang berujar sambil memasang ekspresi..entahlah. Sejenak dia dan Jung Min bertemu pandang, lalu mereka tersenyum aneh.
         “Sadarlah kalian!! Hyung kalian sedang sakit! Tolonglah!!”
         Seolah ditusuk dengan tusuk gigi, Jung Min kembali tersadar,”Oiya, Young Saeng Hyung. Ah, eottae?”
         Hyung Jun mencoba mengecek dengan menyentuhkan telapak tangannya di dahi Young Saeng Oppa. Tiba-tiba dia berjengit sambil mengibaskan telapak tangannya, merasa kepanasan.
         “Aigo..Panas sekali.”
         Benar. Suhu tubuh Young Saeng Oppa meningkat drastis. Aku yang tidak menyentuhnya saja bisa merasakan aura panasnya. Kyu Sunbae dan Jung Min mulai panik, bahkan melebihiku tadi. Mereka mencoba merapal beberapa mantra tapi tidak ada satu pun yang mempan. Young Saeng Oppa masih tetap mengerang, napasnya panjang pendek. Aku mulai berpikir yang tidak-tidak, ah..Tetaplah berpikir positif, Sung Young!
         “Aku akan membuat ramuan obat secepatnya,” kata Hyung Jun lagi sambil berdiri.
         “Tidak perlu.”
         Kami berempat menoleh ke asal suara. Ah, Hyun Joong Oppa! Tumben sekali dia bangun  tengah malam begini, padahal kan dia aslinya pangeran tidur.
         “Hyun Oppa, tolong Young Saeng Oppa.”
         Namja itu hanya berdiri sambil mengusup-usap dagunya seolah sedang berpikir. Matanya tertuju pada Young Saeng Oppa yang masih saja berusaha menahan rasa sakit. Sesekali dia juga melirikku entah apa maksudnya. Ish, aku menjadi kesal sendiri karena dia tidak kunjung bertindak.
         “Oppa, tunggu apa lagi! Pakai sihirmu, kan Oppa penyihir paling pintar!” aku mulai tidak sabaran.
         “Ah, aku tidak bisa menyembuhkannya,” dia menatapku sepenuhnya.”Tapi KAU! Hanya kau yang bisa menyembuhkannya, Sung Young!” aku hanya melongo mendengar perkataan Hyun Joong Oppa. Jung Min dan Hyung Jun juga sama terkejutnya, ekspresi mereka seperti seseorang yang baru saja melihat kuda bergigi kelinci.
         “Na? Memang apa yang bisa aku lakukan?”
         “Kau yang mengawali, maka kau yang harus mengakhiri.”
         Jamkkanman! Jangan-jangan Hyun Joong Oppa tahu kalau aku dan Young Saeng Sunbae mulai pacaran, dan..dan dia menyuruh kami untuk putus. Oh tidak! Aku tidak bisa jika seperti itu. Apa tidak ada cara lainnya?
         “Oppa, aku tidak bisa putus dengan Young Saeng Sunbae,” kini semua mata justru tertuju padaku. Ups!
         “Ha?? Putus? Memang kalian…” Kyu Jong Sunbae sengaja tidak meneruskan kata-katanya.
         “A..a, kalian sudah pacaran rupanya,” kata Hyung Jun sambil tersenyum penuh arti. Aku  tidak melihat kesedihan di matanya. Hm..sepertinya dia memang sudah melupakanku.
         “Jadi kalian benar-benar sudah pacaran?”  tanya Hyun Joong Oppa sambil menatapku tajam. Babo! Seharusnya tadi aku tidak berkata seperti tadi. Hah, sekarang semuanya sudah tahu kalau aku pacaran dengan Young Saeng Sunbae.”Pantas saja, sekarang semuanya jadi masuk akal.”
         “Apanya, Oppa?”
         “Argh..ayolah, kalian. Haaahh..Aku aku, sudah tidak kuat,” erang Young Saeng Oppa. Oke, sepertinya obrolan tadi terlalu lama.
         “Geurae Sung Young, sekarang tempelkan tanganmu pada dahi Young Saeng, lalu kau harus mendorong dirimu, mensugesti Young Saeng agar cepat sembuh. Terus pikirkan kesembuhan Young Saeng.”
         Apa perkataan Hyun Joong Oppa barusan masuk akal? Hanya begitu saja? Tapi tidak ada pilihan lain, aku menurutinya. Perlahan kutempelkan telapak tanganku di dahinya. Seperti kata Hyung Jun tadi, kulit Young Saeng Oppa seperti daging yang baru saja direbus. Sekuat tenaga aku menahannya, terus kupertahankan tanganku. Tak peduli tanganku yang mulai perih.
         Instruksi selanjutnya. Aku terus memikirkan kesembuhan Young Saeng Oppa. Kadang kubisikkan sesuatu yang menyemangatinya untuk sembuh. Aku tidak merasa melakukan sihir, tapi ajaibnya cahaya di tubuh Young Saeng Oppa meredup perlahan dan padam. Suhu tubuhnya juga perlahan menurun. Keadaannya makin membaik seperti sedia kala, bahkan kulihat dia lebih sehat. Tanganku juga sudah tidak perih lagi.
         “Wow, berhasil,” gumam Jung Min kagum.
         “Apa yang kau lakukan, Sung Young? Badanku terasa ringan dan sejuk sekarang. Kau seperti mengaliriku dengan air yang sangat sejuk dan menyehatkan,” kata Young Saeng Oppa sambil tersenyum penuh terimakasih. Aku ingin sekali memeluknya sebagai ungkapan lega dan senang melihat keadaannya, yah, hanya saja tentu aku tidak bisa melakukannya di depan penyihir-penyihir cengengesan itu. Anio, aku masih butuh penyesuaian.
         “Nan mollayo. Kedengarannya itu seperti Hyung Jun yang bisa mengaliri air sejuk ke dalam tubuh.Tapi..tapi aku tidak merasa mengendalikan air.”
         “Tentu saja tidak. Kau tentu bukan penyihir air, dongsaeng. Kau baru saja menyembuhkan Young Saeng,” kata Hyun Joong Oppa tak acuh, seolah yang tadi itu adalah hal yang biasa.
         “Jinja?”
         “Oh ayoah, kau barusan memang menyembuhkan Young Saeng dengan kemampuanmu.”
         Tunggu dulu, ini terlalu tidak masuk akal dan mengejutkan. Hyun Joong Oppa baru saja menyebutkan kemampuan, ability, punyaku? Kupandangi kedua tanganku tak percaya. Benarkah aku punya ability?

         “Ah, aku baru sadar. Kau punya kemampuan sebagai penyembuh, Sung Young. Ingat saat kecelakaan pada kakimu? Secara menakjubkan kakimu langsung sembuh hanya dalam sehari,” kata Hyung Jun, diiringi anggukan antusias oleh yang lain.
         “Yah, itu cukup masuk akal. Tapi aku masih tidak menyangka. Aku hebat, aku punya ability menyembuhkan, wow.”
         “Ne, kau memang dongsaengku yang hebat,” Hyun Joong Oppa merangkulku.
         “Apa..apakah aku seorang penyihir juga?” pertanyaan itu tiba-tiba saja terucap. Tidak heran, aku kan dari dulu memang ingin menjadi seorang penyihir.
         “Nah, mari kita duduk di samping api unggun saja. Hah, kuyakin kalian semua tidak jadi mengantuk gara-gara kejadian barusan. Jadi, ada yang mau dongeng?”
         Keempat penyihir lainnya hanya mengangguk dan mengikutiku yang masih saja dirangkul Hyun Joong Oppa, berjalan menuju tumpukan kayu bekas Hyung Jun memasak tadi. Young Saeng Oppa menyulut kayu-kayu sehingga menjadi kobaran api yang hangat, cocok sekali untuk malam yang dingin ini. Kami berenam duduk bersila mengelilingi api, ah ani, hanya membentuk setengah lingkaran. Aku duduk di antara Hyun Joong Oppa dan Young Saeng Oppa. Kakak dan pacarku! Hehe.
         “Jadi..apakah aku seorang penyihir sama seperti kalian, Oppa?” sebenarnya aku sangat mengharapkan itu. Hyun Joong Oppa kan penyihir, masa dongsaengnya tidak?
         “Sayangnya bukan Sung Young. Kau hanya mempunyai ability,” ah, pupus sudah harapanku. “Di dunia ini memang banyak sekali ragam manusia beserta karunia-karunia yang diperolehnya. Ada orang yang memang hanya diberi kekuatan sihir saja, sebagian lagi hanya kemampuan-kemampuan special tanpa bisa melakukan sihir, yah, kau salah satunya. Dan sebagian kecil orang yang beruntung punya keduanya. Sisanya orang-orang biasa.”
         Itu benar. Seharusnya aku sudah sangat bersyukur karena diberi kemampuan yang luar biasa seperti penyembuh ini. Ne, dan aku memang sudah bersyukur pada Tuhan.
         “Apa itu berarti aku tidak bisa mati atau sakit karena kan dengan begitu aku  bisa meregenerasikan diri sendiri?”
         “Hahaha, tentu saja kau tetap bisa mati. Persoalan hidup dan mati kan bukan berdasar kemampuanmu, tapi Tuhan yang mengatur semuanya,” hm, perkataan Hyun Joong Oppa memang benar.”Dan juga jika misalnya kau terkena penyakit yang sangat sangat parah, kemungkinan kau tetap bisa mati sebelum bisa meregenerasikan diri. Karena sebenarnya proses regenerasi yang semakin rumit membutuhkan waktu yang semakin banyak pula.”
         “Oh..um..geurae. Sepertinya soal kemampuanku justru Hyun Joong Oppa yang lebih banyak tahu daripada aku sendiri.”
         “Kau lupa,ha? Oppamu itu kan pe-nyi-hir pin-tar!” kata Jung Min sedikit dibuat-buat.

         “Hahaha, gomawo, min! Nah, sekarang beritahu Oppa mengenaimu dan..ehm,” Hyun Joong Oppa menatapku jahil sambil menunjuk Young Saeng Oppa dengan jempolnya. Young Saeng Oppa yang duduk di sebelah kiriku pura-pura cuek, tapi aku tahu dia sedang malu. Berkat cahaya api yang terang, aku bisa melihat semburat merah di pipi chubbynya.
         “Soal apa?? Bukannya sudah jelas, huh?”
         “Ayolah, kami ingin mendengar langsung darimu,” desak Hyung Jun manja. Hih, ingin kujitak dia, namun sayang dia duduk di ujung.
         Ommo, Young Saeng Oppa, kau saja yang cerita. Aku sedang malas digoda oleh namja-namja gila ini. Huh, semoga dia mendengar jeritan hatiku. Dan memang benar dia mendengar, tapi namja chubby itu hanya mengangkat bahu pelan, tersenyum, lalu mengangguk singkat. Oke, itu penolakan.
         “Ne ne ne, kami pacaran, puas?!”
        “EONJE??” tanya Jung Min dan Hyung Jun bersamaan dengan intonasi yang sama pula.
         “45 menit yang lalu.”
         “Bagaimana bisa??” tanya Kyu Jong Sunbae.
         “Tentu saja bisa. Aku tidak perlu menceritakan itu,” oh, God! Kapan ini berakhir? Aku seperti tersangka yang diinterogasi.
         “Kenapa kau suka si gendut itu?” sontan saja Jung Min mendapat deathglare dari Young Saeng Oppa.
         “Dia lebih baik, daripada kuda horror yang berisik dan penggila wortel,” AW! Oke, jitakan Jung Min menyakitkan.
         “Bagaimana cara Young Saeng Hyung menyatakan perasaannya padamu?” tanya Kyu Sunbae lagi.
         “Pokoknya secara romantic. Ah, lupakan. Sudah  aku tidak mau menjawab lagi!”
         “Jamkkanman. Oppa ingin bertanya satu saja. Apa yang kalian lakukan tepat sebelum Young Saeng sakit aneh seperti tadi?”
         Damn! Pertanyaan apa itu. Tenggorokanku tiba-tiba tercekat dan pipiku menghangat. Bukan, ini bukan efek dari pancaran api unggun tapi ini karena pertanyaan Hyun Joong Oppa. YOUNG SAENG OPPA! Haruskah kuberitahu mereka kalau kita tadi..berciuman?

         “Uhm, tadi..tadi aku dan Sung Young  berciuman. Apa aku harus ijin dulu dari Hyung?” ucap Young Saeng Oppa datar dan berusaha menahan malu. Kyu Sunbae malah melongo mendengarnya, Hyung Jun cekikikan tidak jelas, sementara Jung Min bersiul pelan sambil menjawilku sesekali, ish.
         “Hahahaha, tentu saja tidak. Kau boleh-boleh saja mencium yeoja itu sepuasmu.”
         “OPPA!!”
         “Hehe, mian mian, maksudku itu… ah, ini rahasia, ne?”
         Entah hanya perasaanku saja atau bukan, tiba-tiba hawa malam ini menjadi semakin sunyi dan menegangkan. Semuanya saja segera merapat ke Hyun Joong Oppa untuk mendengar cerita lebih lanjut.
         “Aku sudah menyimpulkan bahwa kecelakaan Young Saeng tadi karena ulah Sung Young.”
         “MWOYA?! Aku tidak mungkin melakukan i…”
         “Ssstt…Sebenarnya ini rahasia keluarga, namun berhubung aku sudah menganggap kalian, teman-temanku sebagai keluarga, dan kau Sung Young sudah selayaknya tahu tentang kemampuanmu, um..dongsaengku ini tidak hanya memiliki kemampuan sebagai penyembuh. Dia mempunyai kemampuan istimewa lain berupa pengisi(charger).”
         “Wow, apakah itu sama artinya dengan charger ponsel?” banyolan Hyung Jun membuat semuanya sempat tertawa, kecuali aku. Pengisi, ne? apakah itu sesuatu yang hebat? Tidak pernah kusangka sebelumnya kalau aku punya kemampuan banyak. Didengar dari pembicaraan Hyun Joong Oppa, nampaknya kemampuanku itu adalah sesuatu yang tidak bisa diungkit-ungkit dan diceritakan sembarangan.
         “Haha, ya dan tidak, maknae! Kemampuan pengisi Sung Young hanya berlaku pada kemampuan lain dan hebatnya pada mantra karakteristik penyihir juga. Dia menambah/mengisi berlipat-lipat tenaga sekurang-kurangnya 3x lipat. Semakin kuat Sung Young mengisi, maka lipatan tenaga juga semakin besar. Oya, menurut buku yang pernah aku baca, kemampuan charging hanya berdampak positif pada ability.”
         “Dengan kata lain pada karakteristk justru berdampak negative?” tanya Jung Min.
         “Ne.”
         “Ah, arraseo. Jadi saat..umm aku berciuman dengan Sung Young, secara tidak sengaja dia telah mengeluarkan kemampuan charging padaku? Itulah mengapa mantra karakteristikku menjadi tidak terkendali disebabkan energy yang terlalu kuat dan besar.”
         “Yups, Young Saeng-ah! Kesimpulanmu tepat sekali.”
         Biasanya aku sedikit loading saat mendengarkan penjelasan berbelit-belit yang tidak masuk akal seperti ini. Tapi aku  menyadari satu hal, ternyata memang benar akulah yang menyebabkan Young Saeng Oppa kesakitan seperti tadi. Serta-merta kupeluk lehernya, minta maaf atas perbuatan yang tidak kusengaja.
         “Mianhae, aku benar-benar tidak bermaksud untuk menykiti Oppa,” kataku setengah berbisik. Ommo, aku merasa sangat bersalah.
         “Anio, bukan salahmu. Kau sendiri kan tidak tahu kalau punya kemampuan seperti itu,” dia mengusap rambutku. Beruntungnya aku punya namjachingu yang sangat baik dan pengertian.
         “EHM!” deham penyihir-penyihir lain kompak. Huh, mengganggu saja mereka ini!! Bilang saja iri.
        
         “Ommo! Aku berpikir, kalian kan hanya berciuman, itu  saja sudah membuat Young Saeng Hyung seperti itu. Lah, bagaimana kalau….?” Hyung Jun sengaja menggantungkan kata-katanya, tapi kuyakin semuanya menangkap maksud tersiratnya. Jung Min menoyor Hyung Jun sambil tertawa aneh.
         “Apa maksudnya?” ucapku sinis.
         “Hahahaha, yah, itu yang kukhawatirkan. Untuk itu kau harus belajar cara mengendalikan kemampuan istimewamu itu, Sung Young.” Kata Hyun Joong Oppa,”Besok akan aku ajari.”
         “Hyun Joong Hyung, bagaimana mungkin suatu kemampuan terlepas begitu saja tanpa pengendalian pemiliknya?” tanya Kyu Sunbae.
         “Memang sering seperti itu, apalagi kemampuan yang besar. Nah, sekarang kita tidur saja karena besok akan menjadi hari yang sibuk, kkaja!”

*501*

         Seharusnya memiliki kemampuan healing dan charging membuatku senang.  Yah, memang senang sih tapi aku merasa terbebani dan tidak nyaman, entah karena apa. Aku jadi ingat, kemampuan/kekuatan besar membawa tanggung awab yang besar pula, huah, bukankah itu berat? Tapi aku berusaha untuk tidak memikirkan itu secara berlebihan, kunikmati saja apa yang sudah diberikan Tuhan padaku.
         Keesokan harinya setelah sarapan, kami berenam berkumpul di lahan yang kosong, lumayan jauh dari tenda agar saat latihan tidak menghancurkan tenda dan barang-barang lain. Aku tidak mengerti apa yang dimaksudkan Hyun Joong Oppa mengenai latihan, namun yah kuturuti saja Oppaku itu.

         “Oppa tidak menyuruhku untuk lari bermeter-meter sebagai pemanasan, kan?”
         “Hahaha, tentu saja tidak. Kau di sini hanya perlu latihan konsentrasi. Itulah kunci utama yang perlu diperhatikan agar kau bisa mengendalikan kemampuanmu.”
         “Um, oke. Lalu?”
         “Coba kau mulai saja dariku, buat kemampuanku berlipat-lipat. Ingat, hanya kemampuanku bukan karakteristikku.”
         “CURANG! Itu berarti Hyun Joong Hyung akan menjadi kuat dan pintar 501x lipat!!” protes Jung Min yang sedang tidur-tiduran di rumput berbantalkan perut Hyung Jun.
         “Oh, si ggerureot mal! Kau juga mendapat giliran nanti. Nah, mendekatlah, cobalah berkonsentrasi padaku, Sung Young-ah.”
         Percobaan pertama kali untuk berkonsentrasi mengendalikan kemampuan cukup membuatku dag dig dug. Aku harus benar-benar berkonsentrasi agar tidak salah mencharging. Bisa gawat kalau aku malah mencharging mantra karakteristik Hyun Joong Oppa. Kupejamkam mataku, kusentuh lengan Hyun Joong Oppa, kupusatkan pemikiranku untuk mengisi kemampuan Hyun Joong Oppa.
         “Hyung Joong Hyung menghilang!” teriak Hyung Jun terkejut. Aku segera membuka mata. Benar, Oppaku tidak ada!! Sepertinya aku membuat kesalahan.
         “Anio!” sekilas aku melihat Hyun Joong Oppa muncul lagi di hadapanku, kemudian menghilang lagi secepat kemunculannya. “Oh, dongsaeng, kau mencharging mantra  karakteristikku. Ini membuatku pusing. Sembuhkan aku pelan-pelan, kau perlu berkonsntrasi penuh.”
         Menghilang-munculnya Hyun Joong Oppa membuatku semakin gugup. Dalam waktu kurang dari 24 jam aku sudah membuat dua orang tersayangku kesakitan.  Aku jadi takut dan ternyata perasaan itu membahayakan. Kusentuh Hyun Joong Oppa dan dia malah hilang-muncul semakin cepat membuatnya terduduk di tanah karena pusing.
         “OPPA! MIAN!”
         “Ommo, Hyung?” Young Saeng Oppa mendekat untuk memastikan keadaan. Ini tidak bagus! “Sembuhkan Oppamu Sung Young, kau pasti bisa,” dia mengepalkan tangan sambil tersenyum, memberi semangat.
         Sekali lagi kucoba untuk berkonsentrasi. Kugenggam tangan Hyun Joong Oppa sambil memikirkan kesedihanku melihat Hyun Joong Oppa sakit dan kupikirkan kelegaan jika Hyun Joong Oppa sembuh. Perlahan hilang-munculnya Hyun Joong Oppa melambat, sampai pada akhirnya bernar-benar berhenti. Lucky! Aku berhasil.Thanks God!!
         “Huh, rasanya dunia berputar sangat cepat!” keluh Hyun Joong Oppa sambil memegangi kepalanya.
         “Minum ini, Hyung,” Kyu Jong Sunbae memberikan segelas minuman yang tadi pagi dibuat Hyung Jun yaitu ramuan untuk menambah stamina. Ramuan yang menyegarkan.
         “Percobaan yang lumayan. Nampaknya kau lebih mudah mengendalikan kemampuan penyembuhmu daripada pengisi. Gwaenchana, teruslah  berkonsentrasi. Semakin lama akan semakin mudah untuk berkonsentrasi. Sekarang…HYUNG JUN! Kau yang menjadi kelinci percobaan selanjutnya.”
         “Mwo? Anio anio, shireo,” penolakan Hyung Jun membuatku sedikit merasa tidak enak. Dia pasti tidak mau kesakitan. Aku tidak menyalahkannya.
         “Mian, Hyung Jun-ah, mian jika aku membuatmu takut.”
         “Anio Sung Young-ah, tenang saja. Aku hanya…sedang malas.”
         “Jun, Jun, dengan yeoja cantik saja takut.”
         “Si ggeu reot, mal!”
         “Geurae, aku saja,” Kyu Jong Sunbae berdiri, membersihkan pantatnya dari kotoran yang menempel, lalu berdiri di depanku. “Aku ingin merasakan kemampuanmu.”
         Geurae, kali ini aku tidak mau membuat kesalahan lagi. Aku berkonsentrasi penuh sambil memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Kyu Jong Sunbae memiliki kemampuan untuk berbicara pada binatang maka aku membayangkan kemampuannya itu menjadi berlipat dan semakin baik.
         “Woa, kenapa di sini sangat berisik?” tanya Kyu Jong Sunbae kebingungan, begitu juga dengan yang lainnya. Apa aku salah lagi? Hutan ini begitu sunyi tapi tadi Kyu Jong Sunbae berkata kalau di sini berisik.
         “Memang apa yang kau dengar?” tanya Hyun Joong Oppa penasaran.
         “Aku mendengar bisikan-bisikan seperti ‘oh, apa sih yang dilakukan makhluk-makhluk jelek itu di sini?’ atau ‘daun-daunku  banyak yang gugur hari ini’ eh..TUMBUHAN! Aku bisa mendengar tumbuhan bicara!! OMMO!”
         Tak ayal kami berlima melongo mendengar perkataan Kyu Jong Sunbae. Namja itu terlihat sangat senang. Dia belari dari satu pohon ke pohon lain, berbicara dengan bahasa yang sama sekali tidak aku mengerti.
         “Daebak! Kau bisa membuat Kyu Hyung berbicara dengan semua makhluk hidup, Sung Young,” bisa kulihat sedikit rasa iri di mata Jung Min. Aku hanya terkekeh sambil menggauk-garuk kepala yang tidak gatal. “Kau benar-benar super charger dan healer.”
         “Hahaha! Pohon beri ini baru saja bilang kalau manusia jelek berbaju merah itu sangat bau!” Kyu Sunbae tidak henti-hentinya tertawa sambilmenunuk Jung Min.
         “HEY POHON BERI TERKUTUK! Kutebang kau!!” geram Jung Min. 
         “Pohon itu benar, Jung Min kan bau mayat,” celoteh Hyung Jun yang sukses membuatnya mendapat jitakan keras dari si penyihir berdarah.

         “Geumanhae! Sekarang waktunya untuk mencabut kemampuanmu dari Kyu Jong,” kata Hyun Joong Oppa.
         Kyu  Jong Sunbae mendesah kecewa, aku tahu dia pasti masih ingin berbincang dengan tumbuhan-tumbuhan kesukaannya. “Lain kali charging kemampuanku lagi, ne?” pintanya dengan aegyo yang menggemaskan.
         “Ne, pasti Sunbae.”
         Aku mendekatinya, menyentuh lengannya, dan memejamkan mata.
         “Anio, Sung Young! Sekarang cobalah untuk melakukannya dalam jarak jauh. Menurut buku, kemampuan charging tidak harus dilakukan dengan menyentuh target. Kau hanya perlu melihat dan memikirkannya. Tapi untuk kemampuan healing kau harus menyentuh target.”
         “Aku tahu! Sekarang semuanya jadi masuk akal,” semua mata menatap Young Saeng Oppa.” Sejak pertama Sung Young berada di rumah, aku  merasa kemampuan membaca pikiranku bertambah kuat. Biasanya aku hanya bisa membaca pikiran orang-orang yang berada di dekatku, tapi semenjak itu aku bisa membaca pikiran orang yang bermeter-meter dariku. Itulah sebabnya aku muncul saat Sung Young dan Jung Min diserang macan, itu karena aku mendengar ketakutan Sung Young dan Jung Min. Padahal waktu itu aku sedang berada di rumah.”
         “Dulu Oppa bilang sedang berada di hutan untuk mencari sesuatu.”
         “Hehe, mian aku berbohong Sung Young. Jadi kupikir Sung Young secara tidak sengaja telah menchargingku dalam jarak jauh karena dia…dia…”
         “Terus memikirkanmu, ne ne ne, masuk akal,” sambung Hyun Oppa cepat. Kontan saja pipiku memerah. “Nah, Sung Young. Cobalah sekarang. Caranya sama, kok. Kunci utama adalah berkonsentrasi.”
         Aku sudah tidak mau berkomentar apa-apa lagi. Kuberjalan menjauh dari Kyu Sunbae. Huh, perbincangan tadi membuatku malu saja. Oke, aku sadar dari dulu aku terus memikirkan Young Saeng Oppa.
         Nah, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan rasa malu, sekarang waktunya konsentrasi! Ayo Sung Young! Kutatap Kyu Sunbae sejenak lalu kupejamkan mata, berkonsentrasi, mencurahkan semua abilityku, serta kupusatkan pemikiran. Kubayagkan Kyu Sunbae sepenuhnya sudah menjadi seperti semula.

         “Yess!! Aku sudah tidak kesulitan lagi sekarang.”
         “Jinja? Sekarang masuk tahap akhir untuk latihan pertama. Umm..aku butuh dua orang di sini. Kyu, kau jangan pergi dulu. Jung Min-ah, kemarilah!” Hyun Joong Oppa sudah seperti seorang seonsaengnim. Dia seonsaengnim yang sangat baik.
         “Woke! Sekarang giliranku. Buat aku semakin hebat, Sung Young,” Jung Min berdiri sambil sok-sokan merenggangkan otot-ototnya, bersiap-siap.
         “Young  Saeng-ah, kau ikut saja,” Young Saeng Oppa menurut, dia bergabung dengan Kyu Sunbae dan Jung Min. “Nah, Sung Young, saat ini ada tiga orang yang berdiri di sana. Bisakah kau mencharging 3 orang itu?”
         Kutatap satu persatu namja yang tengah berdiri di depanku itu. Sejenak aku merasa ragu.  Aku tidak yakin aku bisa melakukannya. Aku takut membuat mereka terluka. Mencharging tiga orang berarti semakin banyak aku harus berkonsentrasi. Tapi tiga namja itu terlihat santai-santai saja dan justru memberiku semangat. Aku melirik Hyung Jun, fuh, dia tidur.
         “Geurae, aku pasti bisa!!” yah! Aku harus optimis terlebih dahulu. Aku tidak boleh menyerah sebelum mencoba.
         Langsung saja kututup mataku. Kubayangkan tiga penyihir tampan yang selama ini sangat baik padaku. Seperti sebelum-sebelumnya, aku terus membayangkan hal-hal yang positif sampai kurasakan kemampuanku sudah tersalur ke tubuh target. Kuhentikan konsentrasiku saat kupikir sudah cukup.
         “Yeah, nampaknya berhasil,” Kyu Jong Sunbae mengangguk-angguk kalem sambil melihat kesekeliling. Sesaat kulihat dia meringis pada pohon kalpataru.
         Young Saeng Oppa berjalan kearahku.“Mengagumkan. Kau sangat hebat!” pujinya sambil sedikit mengacak-acak rambutku.
         “Hehe, gomawo Oppa.”
         “Nah! Sekarang saatnya kalian melihat kemampuan super dari si Penyihir Merah!! Ini dia!!”
         Jamkkanman! Bukankah ability Jung Min adalah membangkitkan orang…mati? Huaa! Ini tidak bagus! Harusnya tadi bukan dia yang aku charging. Tapi terlambat, Jung Min merentangkan tangan penuh semangat dan muncullah retakan-retakan  di tanah.

         Aku berjalan mundur, berusaha menghindari retakan-retakan yang semakin banyak dan melebar. Hyung Jun yang sedang tiduran di rumput langsung terbangun begitu kepalanya terjeblos akibat retakan yang dibuat Jung Min. Aku memekik terkejut saat melihat sesuatu keluar dari dalam tanah yang retak, menggapai-gapai permukaan berusaha bangkit. Itu tulang!!! Hiiy.. Nampaknya Jung Min benar-benar membangkitkan makhluk yang tinggal kerangka itu.
         “Wuah! Keren!” pekik Jung Min riang.
         Oh, tidak! Sepertinya namja merah itu sudah benar-benar gila. Sekarang selusin kerangka manusia dan binatang yang nampak seperti beruang sudah menjulang di depan kami ber6. Bagaimana mungkin hal seperti ini disebut keren? Ckck. Kerangka-kerangka itu megingatkanku akan pengalaman buruk dengan kerangka waktu di kamar Jung Min. Aku menggapai-gapai mencari sesuatu yang bisa kugenggam, dan yang kudapatkan adalah tangan Young Saeng Oppa.
         “Gwaenchana,” katanya lirih menenangkan. Aku tahu dia pasti sudah membaca ketakutanku. Dia membalas genggaman tanganku. Nyaman.
         Hyung Jun yang sudah tersadar sepenuhnya hanya melotot kesekeliling dan langsung berlari ke arah kami yang sedang berkumpul sambil menatap horror ke kerangka-kerangka itu. Kuyakin bayi besar itu juga sama takutnya sepertiku.
         “Woah, kau benar-benar berhasil menchargingku, Sung Young. Sebelumnya aku hanya berhasil membangkitkan zombie atau orang mati yang membusuk. Tapi sekarang aku bahkan bisa menghidupkan orang mati yang tinggal tulang, keren! Bahkan binatang pun ikut bangkit! Jeongmal gomawo!” aku hanya meringis melihatnya begitu gembira. Dia segera bergabung dengan teman-teman barunya lalu mengobrol layaknya teman lama dengan bahasa yang tidak aku mengerti.
         “Oh,hentikan sajalah, Jung Min. Kamu membuat Sung Young takut,” kata Hyung Jun.
         “Bukankah kau juga takut?” tanyaku.
         “Ssst..”
         “Ah, aku baru bertemu dengan mereka, masa aku langsung mengusir mereka? Jja! Saatnya berpesta!” oh ini tidak bagus, seringaian jahil Jung Min membuatku takut.
         Salah satu kerangka berderah-derak tak tenang, lubang matanya yang kosong menatap lurus ke arah Hyung Jun. Sekejap saja makhuk itu berlari-lari kecil menuju Hyung Jun, mengejarnya. Tentu saja si bayi kalap dan berlari kesana-kemari merasa geli sekaligus takut. Jung Min malah tertawa senang.
         “Gaeumanhae Jung Min-ah, itu tidak lucu!” hardikku.  Sekarang Jung Min justru menatapku jahil.
         “Kau mau bermain dengan mereka juga, Sung Young?”
         Aku semakin merapat ke Young Saeng Oppa saat salah satu kerangka berjalan ke arahku. Mending kalau kerangka itu bersih, aku tidak akan takut. Tapi selusin makhluk itu benar-benar kotor dan busuk saking lamanya berada di tanah. Semakin dia mendekat, aku hanya bisa menutup mata sambil memeluk lengan Young Saeng Oppa.
         Prang!! Tiba-tiba suara ricuh itu terdengar tepat di depanku. Kubuka mataku dan aku tidak melihat kerangka yang tadi mendekatiku. Ommo! Young Saeng Oppa tadi ternyata telah memantrai kerangka itu sehingga hancur berkeping-keping. Setumpuk tulang-tulang kecil teronggok di depan Jung Min.
         “Kau menyebalkan, Jung Min,” dengusnya kesal. Ah, jeongmal gomawo. Namjachinguku ini benar-benar melindungiku.
         “Hyung!! Ommo! Kau tega sekali menghancurkan dia,” Jung Min mengangkat tongkatnya lalu merapal mantra untuk memperbaiki si kerangka seperti semula,”Kau beruntung Sung Young.”

         “Yeahh, sepertinya tugasku sudah digantikan oleh Young Saeng,” kata Hyun Joong Oppa tak acuh sambil menatap aku dan Young Saeng Oppa. Haha, pasti maksudnya karena sekarang ada Young Saeng Oppa yang akan selalu melindungiku.
         “Ah, Hyun Joong Oppa akan tetap jadi Oppaku.”
        
         “HEY! Lalu bagaimana denganku!!! Tak adakah yang meindungi dan menolongku?!” teriak Hyung Jun masih sambil berlari menghindari kerangka yang berusaha menangkapnya. Kami berlima hanya melihat permainan kejar-kejaran mereka tanpa melakukan apapun, tidak ada yang berminat menolong Hyung Jun.
         “Kau kan bisa merapal sendiri,” kata Kyu Sunbae.
         “Aku tidak bisa berhenti dan berkonsentrasi! Huaa! Dia terus mengejarku!”
         Tingkah Hyung Jun yang kekanakan seperti itu sebenarnya cukup menghibur, namun lama-kelamaan kasian juga melihatnya ketakutan. Aku pun berniat untuk mengambil chargingku kembali dari Jung Min. Tapi sebelum aku sempat melakukannya, kerangka yang mengejar Hyung Jun telah berhenti dan lenyap kembali ke tanah. Sebelas kerangka lain pun juga sama, merosot ke tanah lagi.
         “Ahh…Sung Young, kenapa kau mengambilnya,” desah Jung Min kecewa. Hm, ini aneh.
         “Yah, aku memang berniat melakukannya, tapi…sebelum aku sempat berkonsentrasi kerangka-kerangka itu sudah lenyap. Apa yang terjadi, Hyun Joong Oppa?”
         Hyun Joong Oppa menatapku lekat sambil mengangguk-angguk tidak jelas,”Sepertinya kemampuan mengisimu tidak bertahan lama. Dalam arti akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa menit.”
         “Jadi aku tidak perlu mengambilnya kembali karena charging yang aku salurkan akan hilang sendiri?”
         “Yups.”
         “Ne, aku sekarang tidak bisa mendengar pohon-pohon berbisik lagi,” kata Kyu Sunbae.

         “Nah, apa kau sudah siap untuk latihan selanjutnya, dongsaeng?”
         “Mwo? Latihan lagi? Ayolah Oppa, kapan ini berakhir?”
         “Sekali lagi! Ini latihan terakhirmu,” Huh, Hyun Joong Oppa ternyata guru yang keras dan pemaksa. Geurae, aku tidak bisa membantahnya, kuturuti saja apa maunya karena kuyakin ini juga demi kebaikanku. “Kali ini kau pasti suka latihannya.”
         “Mwoya?”
         “Kau sudah latihan mencharging entah itu dari cara menyentuh atau jarak jauh. Kau juga sudah latihan mengambilnya kembali. Sekarang, kau harus berlatih untuk menahannya, bisa?”
         “Bagaimana melakukannya?”
         “Kuncinya sama, konsentrasi, dan kau pokoknya tidak boleh lepas kendali. Nah, persiapkan saja dirimu. Hm..harus ada tekanan,” Hyun Joong Oppa menyeringai jahil sambil melirikku dan Young Saeng Oppa bergantian,”Bisakah kalian berciuman lagi?”
         “M..mwo?” kataku dengan suara yang aneh seperti orang yang tengah tersedak. Yaa! Apa-apaan Hyun Joong Oppa.
         “Wah! Ini akan jadi bagus!” kata Jung Min kembali bersemangat.
         “Harus diabadikan,” Kyu Jong Sunbae mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
         “Fighting Sung Young!” teriak Hyung Jun dengan seulas senyum jahil.
         “Yak! Anio, shireo! Aku tidak akan memberikan tontonan gratis pada kalian. Ini memalukan.”
         “Wo, wo, Hyung! Sung Young  baru saja menolakmu, dia tidak mau menciummu.”
         “Jung Min-ah, Sung Young benar. Ciuman kami sangat mahal dan sangat privasi.”
         “Hyung tidak asyik,” Young Saeng Oppa hanya membalas dengan mengedikkan bahu.
         “Sung Young, ini adalah latihan terakhirmu. Jika kau berhasil, berarti kau sepenuhnya telah berhasil mengendalikan kemampuanmu. Jika tidak kau latih, aku khawatir kejadian yang sama seperti semalam terulang lagi dan itu berbahaya,” aku hanya terdiam mempertimbangkan. Memang benar membahayakan, tapi gila saja kalau misalnya aku dan Young Saeng Oppa benar-benar ciuman di depan mereka, ck never happen! Mungkin aku mau melakukannya saat nanti kami menikah, hehe.
         “Anio. Lupakan saja.”
         “Young Saeng-ah, kau harus membantu Sung Young,” oh bagus, sekarang Hyun Joong Oppa membujuk Young Saeng Oppa. Kuyakin namjachinguku itu sedang mempertimbangkannya juga.
         “Apa harus dengan ciuman?”
         “Itu yang paling mudah. Memang kau mau merasa kesakitan setelah berciuman dengan Sung Young?”
         Tiba-tiba Young Saeng Oppa tersenyum tipis sambil menatapku penuh arti. Mwo? Jangan bilang dia termakan omongan Hyun Joong Oppa. Dia berjalan semakin mendekat. Diletakannya kedua tangannya pada kedua pundakku, menahan agar aku tidak kabur. Tubuhnya sedikit direndahkan agar sejajar denganku. Ya ya ya, aku kan pendek.
         “Berkonsentrasi sajalah. Kau pasti bisa melakukannya. Jangan buat aku kesakitan, ne?”
         “Ha..hajiman Oppa,” siapa bilang aku tidak mau mencium namja di depanku ini. Hajiman, jebal Oppa, jangan cium aku di depan mereka. Aku semakin sebal saat melihat reaksi MinJun yang berlebihan. Hyung Jun meremas-remas tangannya sendiri sementara Jung Min menggigiti kerah bajunya. Ck, baboya.
         “Kau tidak usah khawatir.”
         Young Saeng Oppa mengambil tongkatnya, merapal mantra yang belum pernah aku lihat. Hyun Joong Oppa yang semula santai-santai langsung membelalakkan mata mengetahui mantra apa yang dirapal Young Saeng Oppa. Tapi sebelum dia sempat berteriak ataupun bertindak, mantra itu sudah bekerja. Aku hanya melongo melihat keempat penyihir lain terdiam, membeku.
         “Ap…apa yang kau lakukan, Oppa?”
         “Freeze?”
         Aku tidak bisa berkata lagi karena mulutku sudah dibungkam dengan bibir Young Saeng Oppa. Sesaat aku hanya mengedip-kedipkan kedua mataku, belum menyadari apa yang terjadi. Ommona, aku kira Young Saeng Oppa akan kapok dan takut menciumku gara-gara kejadian semalam. Hah, ternyata pendapatku salah.
         “Tidak mungkin aku takut padamu, ataupun kapok menciummu,” katanya saat kontak kami terlepas. Belum sempat aku memprotes, dia sudah menyambung kontak kami lagi.
         Kali ini aku tersadar sepenuhnya. Bahkan kukalungkan kedua tanganku di lehernya dan membalasnya. Tentu aku sambil berkonsentrasi agar tidak melepaskan ability secara tidak sengaja. Latihan kali ini ternyata lebih sulit karena konsentrasiku benar-benar diuji dan terbagi menjadi dua.

         “Hhh..sudah cukup. Sepertinya kau berhasil,” Young Saeng Oppa melepas kontak kami setelah beberapa saat dan mengusap bibirku dengan ibu jarinya. GOD! Aku ingin pingsan (*-*)
         “Go..gomawo Young Saeng Oppa.”
         Kemudian namja itu mengeluarkan tongkatnya lagi dan merapal untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Dalam hitungan detik kelima penyihir lain sudah bergerak lagi.
         “Jangan coba-coba!” teriak  Hyun Joong Oppa.
         “Ayolah, kapan kalian berciuman? Lama sekali,” keluh Kyu Sunbae masih sambil men-stand by ponselnya.
         “Kami sudah melakukannya. Nah, Hyung, dongsaenmu ini sudah lulus latihan tahap akhir.”
         “Young Saeng Hyung!! Apa kau baru saja membekukan kami?!” protes Hyung Jun dan hanya dijawab dengan anggukan kalem oleh Young Saeng Oppa.

*501*

         Aku tidak mengerti, latihan konsentrasi tadi benar-benar membuatku lelah. Setelah Young Saeng Oppa menciumku, kepalaku mendadak pusing dan tubuhku sangat lemas. Apakah ini gara-gara ciuman lagi? Oh, itu akan sangat menyiksa kami.
         Tapi setelah mendapat penjelasan dari Hyun Joong Oppa,  aku baru mengerti kalau rasa lelah dan pusing ini kudapat akibat latihan. Menurutnya aku hari ini terlalu banyak mengeluarkan energy ability.
         “Nampaknya ability besarmu membawa dampak yang besar pula. Selain hasil yang diciptakan ability chargingmu sangat menakjubkan, ternyata menyimpan efek samping yaitu menguras tenaga. Kau tidak boleh berlebihan menggunakannya, Sung Young, atau kau bisa saja pingsan karena terlalu lelah.”
         “Ne, kau tidak boleh sembarangan menggunakannya. Lebih baik kau menggunakannya hanya pada saat-saat penting dan mendesak saja,” kata Young Saeng Oppa sambil memberiku segelas minuman penambah stamina buatan Hyung Jun.
         Yeah, kami berenam saat ini memutuskan untuk duduk-duduk di rumput hijau sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang sangat sejuk. Kicauan burung-burung menambah ketentraman hutan ini. Untung saja hari ini tidak ada awan mendung yang menggaggu pemandangan serta suasana.
         “Jeongmal mianhae menyuruhmu latihan keras, Sung Young. Aku tidak tahu kalau kemampuanmu justru menguras tenagamu. Jika kau mengeluarkan lebih banyak power, aku takut kau akan…”
         “Anio Oppa! Latihan tadi sangat penting dan mendesak, jadi sudah seharusnya aku mengeluarkan power charge untuk itu. Tidak ada yang sia-sia. Gomawo sudah melatihku Oppa, dan aku berjanji akan berhati-hati,” kutarik Pinggang Hyun Joong Oppa dengan sebelah tanganku. Sekali lagi aku sangat bersyukur mempunyai Oppa seperti dia. “Kau Oppaku yang paling baik dan hebat,” seharusnya perkataanku barusan membuat Hyun Joong Oppa senang, namun melihat raut mukanya, dia tampak tidak senang. Kuputuskan untuk melepas rangkulanku.
        
         “Ahh, jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?” desah Hyung Jun sambil merebahkan diri di rumput.
         “Ayo kita duel saja,” usul Jung Min yang ternyata tidak ada seorang pun yang mendengarkannya. Mungkin gara-gara insiden kerangka tadi.
         “Oiya, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanyaku. Hm, sebenarnya pertanyaan yang ingin aku ajukan sudah bersarang sangat lama di benakku. Kelima penyihir hanya menatapku, menunggu apa yang ingin aku tanyakan. “Jadi begini, beberapa hari ini kan kalian tinggal di Daegu, apakah kalian tidak ingin pulang? Bahkan sampai sekarang ini aku tidak tahu asal kalian,” perkataanku barusan sebenarnya membuatku terkejut juga. Sekarang statusku adalah pacar Young Saeng Oppa, tapi aku tidak tahu apa-apa tentangnya. Menyedihkan.

         “Ah, sepertinya duel sihir seru juga. Kkaja Jung Min, aku tantang kau!” Hyung Jun yang semula rebahan langsung berdiri, merenggangkan otot-ototnya, dan menyiapkan tongkat. Ya! Dia mengacuhkan pertanyaanku.
         “Tidak salah kau menantangku, ha?”
         “Ck, penyihir aneh sepertimu sangat gampang dikalahkan. Aku ingin balas dendam mengenai kerangkamu tadi, huh.”
         “Hahaha, kita lihat saja,” Jung Min menyiapkan tongkat uniknya dan berdiri siaga di depan Hyung Jun.
         Huh, terserahlah mereka menunda menjawab pertanyaanku, aneh, seperti menghindari seuatu. Kuputuskan dulu untuk melihat duel mereka yang sepertinya akan jadi seru.

         “Sepertinya memang sudah seharusnya kau mengetahui semuanya, Sung Young. Geurae, aku yang akan memulai duluan,”
         Jujur aku tidak mengetahui apa maksudnya. Tapi aku memutuskan untuk tidak berkomentar apa-apa dulu saat Hyung Jun langsung merapal mantra di udara, membuat pola dengan kabut birunya. Pola itu melesat ke tanah dan kembali lagi ke ujung tongkat Hyung Jun sambil membawa butiran besar air jernih. Ah, Hyung Jun baru saja mengambil air dari dalam tanah. Gelembung air itu hanya berputar-putar di ujung tongkat saat Hyung Jun melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan.
         “Baby Blue Wizard. Sebenarnya itu adalah julukan yang sudah aku dapat dari dulu, didapat gara-gara seorang penyihir besar yang sangat jahat. Mungkin aku adalah anak paling malang di dunia karena keberadaanku tidak diinginkan oleh orangtua. Tanggal 3 September, tepat saat umurku bau menginjak 1 bulan, kedua orangtuaku dengan teganya membuangku ke laut. Aku yang masih sangat mungil terombang-ambing di laut dan secara ajaib berhasil selamat saat terdampar di mokpo, dipungut oleh seorang nenek yang sangat baik. Yeah, dulu aku tinggal di pulau yang sangat indah. Jeju. Ommo, jika dipikir-pikir sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan halmoni. Sayang, dia sudah meninggal.”
         Sejenak aku mematung, berusaha mencerna perkataan panjang Hyung Jun. Kulirik Hyun Joong Oppa yang sedari tadi antusias mendengarkan cerita Hyung Jun. Aku bertanya tanpa suara tentang apakah aku harus mempercayainya? Tapi Hyun Joong Oppa hanya mengangguk.
         “Nah, dari situlah aku mendapat julukan Baby Blue karena sosok bayi yang terombang-ambing di laut, dan dari situ pula aku mendapatkan sihirku,  Water characteristic. Setelah beberapa tahun aku baru mengetahui kalau ternyata orang tuaku dulu dipengaruhi sihir jahat agar membuangku,” dia berhenti sejenak untuk mengayunkan tongkatnya. “Terima ini Jung Min!!!”
         Jung Min yang tidak siap karena sedari tadi ikut mendengarkan langsung terjatuh begitu terhantam air Hyung Jun. Si bayi bersorak kegirangan berhasil mengenai Jung Min.
         “Yaaa!! Kau curang!!” secepat kilat Jung Min merapal mantra yang sudah sangat aku hafal, yeah apalagi kalau bukan karakteristiknya. Hyung Jun yang masih kegirangan menjadi tidak siap ketika mantra Jung Min datang, langsung menghantam dadanya. Dengan seringaian puas, Jung Min mulai menggerakkan tongkatnya, mengambil alih gerak  Hyung Jun.
         “Penyihir berdarah. Ck, itu bukan nama yang aku inginkan. Awalnya aku sangat senang dan merasa menjadi orang paling beruntung karena memiliki kekuatan sihir dan orangtua penyihir. Tapi itu tidak berlangsung lama. Saat umurku 10 tahun, secara mengerikan kegelapan menyergap keluarga kami. Kedatangan sosok penyihir jahat mengubah segalanya. Dia menngincarku, terus mengejarku karena menginginkan mantra karakteristikku,” Selama bercerita, Jung Min dengan sesuka hati mempermainkan Hyung Jun yang masih terikat mantaranya,
         “Tentu saja kedua orangtuaku tidak mengijinkan itu terjadi. Dengan segala upaya mereka melindungiku. Aku yang dulu terlalu pengecut dan bodoh membiarkan mereka melakukannya dan malah berujung pada kematian. Yah, orangtuaku tidak selamat. Setelah itu baru kusadari kalau menghindar  tidak akan menyelesaikan apa-apa. Aku penyihir hebat! Karakteristikku adalah mengendalikan darah! Itu adalah sesuatu yang sangat hebat. Maka dari itu aku memutuskan untuk melawan si penyihir jahat dengan cara mengendalikannya. Penyihir itu tentu sangat marah.
         Awalnya aku sangat yakin kalau aku akan menang. Tapi latihanku selama ini tidak cukup, penyihir itu lebih hebat. Selama 3 detik dalam 1 menit dia berhasil terlepas dari mantraku. Dari kesempatan itulah dia merapal kutukan untukku…”
         “Dan karena itulah kau menjadi vampire. Penyihir setengah vampire,” ucapku tanpa sadar karena teringat akan perkataan Jung Min dulu.
         “Kau benar Sung Young,” dia tersenyum padaku lalu melepaskan mantaranya pada Hyung Jun.
         “Kauhh..tega sekalihh,” Hyug Jun berjalan terhuyung-huyung sambil berusaha mengatur nafas.
         “Sudah kubilang kau akan kalah, Jun! Ck, Sepertinya aku sudah menjadi sangat hebat dan tak terkalahkan,” ucapnya PD.
         “Jinja?” Dengan santainya Hyun Joong Oppa berdiri, menyiapkan tongkatnya menantang Jung Min. Entah kenapa tiba-tiba rasa PD Jung Min luntur begitu melihat Hyun Joong Oppa.
         “Huah, aku capek. Aku ingin istirahat dulu.”
         “Tidak secepat itu,” Hyun Joong Oppa menarik lengan Jung Min, memaksanya untuk tetap berdiri di medan duel.
         “Wae Jung Min? Kau taku pada Hyun Joong Oppa?”
         “Anio, aku hanya tidak mau melawan orang tua,” perkataan barusan membuatnya mendapatkan hantaman keras dari kabut hitam.
         “Ppaliya! Bertarunglah.”
         Dari sini aku sempat dag dig dug dan berharap Hyun Joong Oppa akan menceritakan sesuatu yang belum aku ketahui. Tapi aku tidak mendengar apa-apa lagi selain suara berisik karena hantaman-hantaman mantra. Jung Min terus berusaha mengeluarkan mantra karakteristiknya, namun Hyun Joong Oppa dengan kecepatan luar biasa menghindarinya bahkan menangkis mantra Jung Min dengan mantra tamengnya. Bayangan, sangat cepat. Benakku langsung dipenuhi pertanyaan tentang bagaimana Hyun Joong Oppa bisa mendapatkan itu.
         “Aku menyerah! Huaaaaahhh,” Jung Min langsung ambruk saat kabut hitam menghantamnya sekali lagi, “Oke, Hyung, aku tidak akan pernah bisa mengalahkanmu.”
         “Ommo Hyun Joong Oppa! Tadi itu sangat hebat.”
         “Tentu saja, aku penyihir terhebat dan terpintar sepanjang masa,” katanya dengan PD. Huh, virus narsis Jung Min rupanya sudah menyebar padanya.
         “Hyung, aku ingin duel denganmu. Beberapa hari ini aku sudah melatih sihirku. Bisakah kau mengujiku?” tanya Kyu Sunbae penuh harap.
         “Ne, Kyu, kkaja kita lihat kemampuanmu.”
         “Um, apakah aku juga harus bercerita?” namja hijau itu menatapku dan hanya kubalas dengan senyuman. Aku sudah tidak terlalu antusias untuk mengetahui masa lalu mereka karena itu adalah pengalaman buruk yang tidak seharusnya mereka ingat kembali. Walau begitu aku tetap penasaran dengan masa lalu namja di sampingku ini. Young Saeng Oppa menatapku. Kuyakin dia membaca pikiranku barusan. Aku menatapnya, membujuknya untuk bercerita.
         “Nanti,” ucapnya lirih sambil tersenyum.

         “Ah, geurae. Aku akan cepat saja. Sebenarnya aku tidak tahu di mana tepatnya aku tinggal karena aku dan kedua orang tua penyihirku sangat sering berpindah-pindah. Bahkan kami sempat berpindah tempat tinggal 3x selama 1 minggu. Itu kami lakukan karena hidup kami tidak tenang, terus dikejar oleh bayang-bayang sosok penyihir jahat yang ingin mengambil semua yang kami punya. Kami tidak bisa menyerang, yang kami bisa hanya kabur karena sihir kami bertiga tidak cocok untuk menyerang. Ayahku memiliki mantra karakteristik mengendalikan waktu terutama teleportasi dan ibu mechanic. Aku dulu tidak tahu kalau mengendalikan tumbuhan bisa digunakan untuk menyerang,” Kyu Sunbae mnggerakkan tongkatnya, menumbuhkan sukur-sulur tanaman yang sangat panjang dan kuat dari tanah.
         “Waktu itu umurku 13 tahun saat orang tuaku  meninggal. Satu hari sebelum mereka memutuskan untuk menyerah, aku diteleportasi oleh ayah ke sini. Dan sampai saat ini aku tinggal di sini. Membangun rumah dengan sihirku dan belajar apa adanya sampai aku bertemu dengan Hyun Joong Hyung dan yang lainnya.”
         “Mwo? Jadi dorm sihir itu rumah Kyu Sunbae? Rumah buatan sunbae sendiri?”
         “Ne, Sung Young. Hebat, kan? Mungkin kelak aku bisa menjadi arsitek, hehe.”
         Aku tidak bisa berkomentar apa-apa lagi. Yang kulakukan hanya menonton duel antara Kyu Sunbae dan Hyun Joong Oppa. Aku sempat khawatir penyihir-penyihir ini akan sedih setelah menceritakan masa lalunya, tapi yang kulihat di sini hanya tampang-tampang gila dan cengengesan mereka seolah masa lalu bukanlah hal yang buruk lagi. Huf, melegakan.

         “Nah, Kyu, kau semakin hebat saja.  Aku kali ini kualahan mengimbangimu.”
         “Hajiman, tetap saja aku tidak bisa mengalahkanmu, Hyung.”
         “Haha, suatau saat nanti. Usahamu sangat bagus. Tingkatkan terus!”
         “Hyun Joong Oppa, kenapa kau tidak bercerita seperti yang lain?”
         “Kau yakin ingin mendengarkan ceritaku?”
         “Ayolah, jangan rahasiakan apa-apa lagi dariku,” Hyun Joong Oppa terdiam. Walau terlihat samar, tapi aku bisa menebak kalau saat ini dia sedang perang batin. Bodo amat, aku ingin mengetahui semua rahasia yang entah hanya firasatku saja atau bukan tapi ini seperti ada hubungannya denganku.
         “Geurae, aku akan bercerita kalau ada yang bisa mengalahkanku.”
         Young Saeng Oppa tiba-tiba berdiri,”Hm, sepertinya sekarang adalah giliranku.”
         “Yeah! Ini akan jadi duel yang seru,” teriak Jung Min kegirangan.
         “Aku tahu. Aku akan bingung memilih antara mendukung oppa atau namjachingu.”
         “Tidak hanya itu, Youngi. Yah..kau pasti sudah tahu kan kalau Hyun Joong Oppamu penyihir bayangan yang sangat cepat? Sangat sangat cepat. Tapi kecepatannya tetap akan  kalah jika dibandingkan dengan kecepatan cahaya. Kau tau maksudku, kan?”
         Wew, jadi maksud Jung Min adalah Hyun Joong Oppa yang sangat hebat dan tak terkalahkan akhirnya bisa dikalahkan oleh Young Saeng Oppa?
         “Daebak! Ayo, Young Saeng Oppa! Kalahkan penyihir hebat itu!”
         “Yak Sung Young! Kau lebih memilih dia, hah? Geurae,aku tidak akan kalah kali ini.”
         Mereka sudah mensiagakan tongkatnya. Dengan kecepatan yang menakjubkan seperti tadi, kabut-kabut hitam Hyun Joong Oppa melesat. Tapi sebelum sampai pada Young Saeng Oppa, kabut itu sudah lenyap saat terhantam cahaya terang seperti kilat milik Young Saeng Oppa. Keren!

         “Jamkkanman, kalu Hyun Joong Oppa bisa dikalahkan oleh Young Saeng Oppa, berarti penyihir terhebat adalah Young Saeng Oppa?”
         “Sayangnya semua hal mempunyai kelebihan dan titik kelemahan, Sung Young. Bahkan Young Saeng sekalipun bisa dikalahkan. Apa kau belum tahu juga?” perkataan Kyu Sunbae membuatku mau tidak mau berpikir. Kuamati satu per satu penyihir dan mataku terhenti pada Hyung Jun yang sedang tiduran.
         “Ah, benar. Air bisa membuat korslet.”
         Pertarungan masih berlanjut. Satu per satu mantra bersusulan melesat dari tongkat ke tongkat. Sambil menangkis serangan, Young Saeng Oppa memulai ceritanya.
         “Cahaya,” Young Saeng Oppa berjengit saat kabut Hyun Joong Oppa hampir mengenai kepalanya. “Suatu hal yang sangat berharga. Aku sama sepertimu,Sung Young, takut pada kegelapan. Itulah mengapa saat ini aku memiliki mantra karakteristik cahaya.
         “Kejadian itu dimulai pada tengah malam. Aku yang masih berusia 4 tahun hanya bisa bersembunyi di almari gelap saat kedua orangtuaku dibunuh oleh sosok yang sangat jahat. Dari dalam almari aku bisa mendengar suara-suara mengerikan seperti barang pecah, sesuatu yang meledak,bahkan jeritan kedua orangtuaku. Di kegelapan aku hanya bisa menangis ketakutan dan sedih mengetahui jeritan itu adalah jeritan terakhir mereka. Dari situlah aku mulai fobia pada gelap karena dalam keadaan gelap gulita aku seperti kembali ke dalam almari.” Young Saeng Oppa menghentikan ceritanya dan memutuskan untuk berkonsentrasi pada Hyun Joong Oppa.
         “Aku masih tidak mengerti. Apakah mantra karakteristik itu bisa dipilih sendiri? Maksudku, apakah memang kebetulan Young Saeng Oppa mendapat cahaya atau karena dia takut gelap jadi dia mendapat cahaya.”
         “Tidak persis seperti itu. Mantra karakteristik didapat bukan karena ucapan keinginan tapi didapat berdasar kata lubuk hati kita yang jauh di sana, tanpa kita sadari.” Perhatian Young Saeng Oppa menjadi teralihkan gara-gara menjawab pertanyaanku. Akibatnya kabut Hyun Joong Oppa berhasil menghantam dadanya. Namun Young Saeng Oppa tidak menyerah begitu saja.  Dengan sisa tenaganya dia melontarkan kilat yang sukses menyambar Hyun Joong Oppa.
         “Oppa!” Hyun Joong  Oppa yang ambruk membuatku khawatir. Setelah beberapa detik Hyun Joong Oppa sudah baik-baik saja.
         “Jangan khawatir Sung Young. Aku yakin Young Saeng tidak berniat membunuhku. Dia hanya membuatku shock. Geurae, aku mengaku kalah.”
         Fyuh, melegakan sekali.Aku berlari menghampiri mereka. Melihat Hyun Joong Oppa yang baik-baik saja membuatku berpikir untuk menolong Young Saeng Oppa yang sedikit sesak nafas. Kuberikan segelas minuman padanya.
         “Ckck, enak ya yang pacaran,” decak Jung Min menyindir kami. Kuabaikan saja kuda cerewet itu.

         Duel antara Hyun Joong Oppa dan Young Saeng Oppa tadi merupakan duel terakhir. Selanjutya kami berenam kembali berkumpul. Aku terus mendesak Hyun Joong Oppa agar bercerita.
         “Sebelumnya aku mau menjelaskan dulu. Sihir bukanlah hal yang sangat mengagumkan seperti yang kau selama ini bayangkan, Sung Young. Kekuatan sihir kami mengundang sebuah julukan dan julukan itu mengandung banyak arti. Bahkan itu bisa dikatakan sebagai kutukan karena gara-gara sihir sesuatu yang buruk menimpa kami. Seperti Hyung Jun, dia adalah bayi biru karena saat masih bayi dia dibuang ke laut. Jung Min mendapat kutukan karena sosok penyihir jahat meginginkan mantra karakteristiknya. Kyu Jong yang hidupnya tidak pernah tenang justru dijuluki sebagai orang yang membawa ketentraman. Sementara Young Saeng yang takut gelap dianugrahi cahaya untuk membantunya sekaligus untuk meningat masa lalunya.”
         “Ah, arraseo. Aku juga turut berduka atas semua yang terjadi pada keluarga kalian.”
         “Keluarga terutama orangtua sebagian dari kami kebetulan penyihir. Dan gara-gara sosok penyihir jahat, keluarga kami meninggal. Nah, maka dari itu di sinilah kami sekarang. Rumah Kyu Jong satu-satunya tempat yang aman.”
         “Apakah penjahat yang membunuh orangtua-orangtua kalian adalah penjahat yang sama?” sejenak mereka saling menatap.
         “Ne. Penyihir itu sudah sangat terkenal kejahatannya di dunia sihir. Namja itu dikenal dengan nama Bang si setan(Devil Bang) karena dia menginginkan semua kekuatan sihir di dunia terutama karakteristik. Dia penyihir yang sangat istimewa, mempunyai mantra karakteristik serangan tak terlihat dalam arti kabut yang diciptakannya transparan dan dia mempunyai ability untuk menyerap mantra karakteristik dan ability seseorang,” penjelasan Hyun Joong Oppa membuatku tercengang.
         “Mwo? Jadi dia bisa mengambil mantra karakteristik dan ability sekaligus?”
         “Ye. Sayangnya mantra dan ability itu hanya bisa diambil dengan cara membunuh. Sampai sekarang dia masih dalam misi mengumpulkan semua mantra karakteristik dan ability yang ada. Dia haus kekuasaan. Dia ingin menguasai dunia. Dia ingin menjadi single wizard, satu-satunya penyihir di dunia.”
         “Dan sayangnya saat ini dia sedang mengincar ability regenerasi diri atau menyembuhkan diri agar dirinya tidak bisa dibunuh dengan mudah. Dengan begitu dia…ups,” Hyung Jun buru-buru menutup mulutnya sendiri. Aku melototo padanya, merasa tahu kemana arah pembicaraannya.
         “Ceritakan padaku semuanya! Yang dimaksud Hyung Jun adalah aku, kan?!”
         “Oh, kerja bagus baby!” dengus Hyun Joong Oppa. “Geurae. Sung Young-ah, nae dongsaeng. Aku um..kami sebelumnya benar-benar minta maaf karena tidak memberitahumu secepatnya.
         Jadi memang benar kamulah target Devil Bang saat ini. Itulah mengapa kau kubawa ke dorm karena di sanalah tempat yang menurut kami aman setelah..em..tragedi kematian Abeoji.”
         “Mwo?! Jadi kematian abeoji ada hubungannya dengan melindungiku?”
         “Yah, semua penyihir tahu kaulah kunci antara keselamatan dunia atau kehancuran dunia. Jadi semua orang terutama penyihir seperti mempunyai kewajiban untuk melindungimu. Jika Devil Bang menangkapmu dan membunuhmu, maka dia tidak akan bisa terbunuh dengan mudah karena bisa menyembuhkan diri….”
         Perkataan Hyun Joong Oppa tiba-tiba terhenti karena tiba-tiba terdengar suara gemerisik di semak-semak. Seorang namja yang sangat familiar muncul dari semak-semak. NE! Bukankah dia namja paruh baya yang aku tabrak waktu itu? Mendadak semua penyihir di sekelilingku terkesiap, berdiri sambil mensiagakan tongkat.  Mereka nampak sangat terkejut. Apakah dia??

         “Ah, benar sekali. Penjelasanmu sangat benar, Kim Hyun Joong putra dari Kim Seo Joong, seorang penyihir yang dibebani tanggung jawab besar,” namja itu menatap semuanya satu per satu, “Ah, lama tidak bertemu dengan kalian. Kim Hyung Jun, bayi yang malang. Park Jung Min, hm, vampireku yang bodoh dan pengecut. Dan, Kim Kyu Jong si lemah yang selalu sendiri. Oh ya, kau Heo Young Saeng kalau tidak salah. Tampak sangat bersinar, heum?”
         “Kau penyihir jahat!! Enyahlah!” bentak Hyun Joong Oppa. Melihat Devil Bang yang terkesan sangat santai dan tanpa rasa bersalah itu membuat emosiku ikut membuncah. Melihatnya membuatku teringat akan peristiwa yang merenggut Appa.
         “Aku kesini hanya untuk yeoja itu. Ommona, Shin Sung Young anakku, Kau sudah sangat besar,” dia merentangkan tangan menyambut sebuah pelukan,”Apa kau tidak rindu dengan Appa?”

         Mendengar perkataan itu membuat emosiku tergantikan dengan keterkejutan. Bagaimana mungkin dia menyebut dirinya sebagai Appa? Aku kan anak dari Kim Seo Joong. Um, atau memang mungkin…ah, aku tidak sudi memiliki Appa seperti dia. Kutatap Hyun Joong Oppa meminta keterangan lebih lanjut. Tapi dia tidak membalas tatapanku, matanya terus menatap Devil Bang sengit. Mungkin mata itu sedang berkobar-kobar saking bencinya dengan apa yang dilihat.
         “Jangan sakiti dongsaengku!” Hyun Joong Oppa semakin menegakkan tongkatnya diikuti keempat penyihir lainnya.
         “Kau benar-benar melindunginya, yah. Berikan saja lah, aku tidak akan menyakiti kalian,” Devil Bang berjalan perlahan kearah kami. Tatapannya yang lembut tapi menyiratkan kejahatan itu berbinar-binar saat menatapku. Jika kuperhatikan lebih saksama, bentuk wajah, mata, hidung, dan bibirnya mirip dengan seseorang yang kulihat saat bercermin.
         “Pergilah ke neraka!!” sesuatu yang hitam melesat begitu cepat dari tongkat Hyun Joong Oppa. Kabut hitam itu tepat menghantam dada Devil Bang yang sukses membuatnya terlontar cukup jauh.
         “Jadi…Kau ingin perang?” kepalanya yang tertunduk perlahan terangkat, membalas tatapan benci kami. Oh! Itu mata paling mengerikan yang pernah aku lihat. Entah bagaimana matanya yang semula kecoklatan layaknya manusia normal sekarang menjadi merah kekuningan seperti iblis.
         Dia menggerak-gerakkan cepat  tongkatnya seperti sedang merapal, namun aku tidak melihat kabut apapun yang terbentuk di udara. Tahu-tahu aku mendengar dengkingan ngilu dan tanah di depan kami meledak, membuyarkan kerumunan kami. Tubuhku sangat sakit saat terjatuh dan nampaknya kelima penyihir juga merasakan hal yang sama. Saat itu juga aku baru sadar kalau karakteristik Devil Bang adalah kabut transparan, sehingga sulit mengetahui mantra apa yang sedang dirapalnya. Mengerikan.
         Hyun Joong Oppa yang pertama berdiri. Dia menatap Young Saeng Oppa, sepertinya sedang mentransfer pikirannya agar dibaca Young Saeng Oppa. Namjachinguku itu hanya mengangguk kemudian menghampiriku, menggandeng tanganku, dan merapal sebuah mantra. Selanjutnya Hyun Joong Oppa, Kyu Jong Sunbae, Jung Min, dan Hyung Jun kembali mensiagakan tongkat, merapal mantra secepat mungkin untuk membalas serangan-serangan Devil Bang yang tidak terlihat. Young Saeng Oppa tetap stay di sisiku, masih menggenggam tanganku.
         “Oppa tidak ikut melawan?”
         “Tugasku lebih berat, yaitu menjagamu, jhagiya.”
         “Nan gwaenchana Oppa, aku tidak akan dilukai oleh Devil Bang.”
         “Ne, dia tidak akan melukaimu asal kau bersamaku,” kulihat tongkat Young Saeng Oppa semakin berbinar-binar memancarkan cahaya.
         Dari sini bisa kulihat Devil Bang terus menatapku penuh arti. Nampaknya dia memang berusaha mengarahkan mantranya padaku. Namun Hyun Joong Oppa dan yang lainnya selalu menghalangi, beberapa ledakan terjadi di udara akibat benturan dua mantra. Walau Devil Bang dikeroyok oleh 4 penyihir yang menurutku sangat hebat,dia tetap bisa menyeimbangkan keadaan. Aku ingin mencharging kekuatan mereka, tapi tenagaku masih belum pulih seutuhnya.
         “YAK! RASAKAN INI!” teriak Jung Min sambil meluncurkan mantra karakteristiknya. Gocha! Beruntung Devil Bang belum sempak mengelak. Mantra pengendali Jung Min sesaat berhasil bersarang di tubuh penjahat itu. Mereka ber4 hanya punya waktu 3 detik untuk melakukan sesuatu.
         Hyun Joong Oppa yang bertindak, kesempatan terkekangnya Devil Bang dimanfaatkan Hyun Joong Oppa dengan melontarkan sebuah mantra yang cukup membuat si musuh tak berdaya. Kabut hitam melesat dan menghantam devil bang sangat keras sampai terdengar bunyi ‘BUG’ yang memilukan.
         “Ppali! Pergi  dari sini!” perintah Hyun Joong Oppa kepada kami untuk segera meninggalkan medan perkelahian secepat mungkin sementara Devil Bang sedang berusaha memulihkan tenaganya lagi.
         Pinggangku segera direngkuh oleh Young Saeng Oppa dan kami pun terbang beriringan dengan Hyun Joong Oppa. Jung Min dan Hyung Jun membantu Kyu Sunbae merapal tenda dan perbekalan lalu ikut terbang di belakang kami.

*501*

         “Oh, ini tidak bagus, Hyung! Aku sempat membaca pikiran Devil Bang di saat terakhir tadi bahwa jika dia gagal dalam perkelahian tadi, maka dia akan menyerang kita tengah malam nanti,” kata Young Saeng Oppa panik sambil masih memegang tanganku. Padahal kita sudah sampai di rumah.
         Hyun Joong Oppa tidak kalah panik,” Oke, jadi..kita harus melakukan berbagai persiapan, antisipasi, dan perlindungan. Apa lagi yang kau dengar?”
         “Oiya, dia tadi juga berencana untuk membawa bantuan jika memang dibutuhkan.”
         Hyung Jun bergidik mendengarnya. Tidak, tidak hanya Hyung Jun, tapi semuanya bahkan aku juga. Aku mengerti ketakutan mereka. Yang akan mereka hadapi ini bukanlah penyihir biasa, tapi penyihir luar biasa jahat yang mempunyai banyak kekuatan dan sangat hebat. Bahkan dalam perkelahian 4:1 tadi dia hanya kualahan selama 3 detik.
         “Ommo, apa yang harus kita lakukan, Hyung?” tanya Hyung Jun ngeri.
         “Aku punya ide! Pokoknya, kita harus berbagi tugas.”
         Semua mata terfokus pada Hyun Joong Oppa menantikan arahan dan strategi ‘perang’ yang akan dilakukan nanti malam. Mengingat pertempuran yang akan dihadapi nanti membuatku semakin  merinding. Ini adalah pertempuran sihir yang sangat berbahaya dan beresiko. Salah satu penyebabnya adalah…aku? Yeah, mereka semua melindungiku sekaligus melindungi dunia.
         “Bagaimana kalau aku mati saja? Dengan begitu tidak akan ada pertempuran dan tidak akan ada yang terluka, duniapun tidak akan terancam keslamatannya,” usulku dengan berani. Aku tahu itu bodoh, tapi aku tidak bisa membiarkan salah satu di antara keluargaku ini terluka.
         Semua mata langsung melotot padaku, terlebih Hyun Joong Oppa dan Young Saeng Oppa yang nampak terkejut.
         “Baboya,” cibir Hyun Joong Oppa.
         “Kau ini bicara apa? Sudahlah,ikuti saja instruksi Oppamu nanti. Gwaenchana, kita harus bekerjasama,” tangan Young Saeng Oppa melingkar di pundakku. Situasi seperti ini harusnya membuatku langsung canggung dan malu, tapi merasakan betapa khawatirnya Young Saeng Oppa terhadapku membuatku mau tak mau terdiam dan ikut merasa khawatir.
         “Tapi aku benar kan?” belaku lagi.
         “Memang. Tapi jika memang itu tujuan kami dar awal, kami sudah membunuhmu sejak dulu! Kenapa kau tidak mengerti Sung Young? Jika kau mati, usaha-usaha kami demi melindungimu akan sia-sia,” jawab Hyun Joong Oppa.
         “Dan setelah kau mati, kaupikir Devil Bang akan berhenti? Kau pikir kami tidak akan membununya? Tidak akan pernah. Devil Bang sudah pasti akan memikirkan sejuta cara agar cita-citanya terwujud.” Timpal Kyu Sunbae diiringi anggukan kompak dari Jung Min dan Hyung Jun.

         Aku terdiam memikirkan kata-kata mereka. Ah, sudah berapa kali mereka berusaha melindungiku? Sudah berapa kali mereka mengorbankan segalanya hanya untukku? Sudah berapa kali mereka dilanda ketakutan ganda akibat si penjahat monster itu?! Ommo.
         “Geurae, tapi pokoknya aku mau andil dalam pertempuran ini. Aku tidak mau hanya berdiam sementara kalian asik bermain adu sihir.”
         “Haha, ne ne Youngi. Kami memang membutuhkan bantuan yeoja berkemampuan hebat sepertimu,”ucap Hyun Joong Oppa,” Nah, jadi begini. Kita harus membuat perlindungan untuk rumah ini. Sihir pelindung rumah harus ditebalkan sebagai upaya perlindungan terakhir nanti. Young Saeng-ah, kau yang paling ahli membuat pelindung. Kami akan sangat membutuhkan bantuanmu untuk itu.”
         “Beres, Hyung.”
         Hyun Joong Oppa sekarang beralih menatap Jung Min,” Jung Min-ah, bisakah kau nanti membangkitkan semua pengikutmu yang bisa kau kumpulkan?”
         “Ah, itu sih mudah.  Asal kalian tahu ya, di dunia bawah pun makhluk-makhluk mengerikan itu mempunyai kaos bertuliskan PJM FansClub! Hahaha, dan jumlah mereka pun puluhan.”
         “Geurae, geurae tuan narsis. Aku ingin fansclubmu itu dibagi untuk melindungi empat sisi rumah. Tapi diusahakan lebih banyak di samping rumah dan kau sendiri bisa ikut melawan Devil Bang. Untuk Kyu Jong, aku ingin kau mensiagakan semua binatang yang bisa kau ajak kerjasama, terutama binatang bertenaga besar. Aku juga ingin kau membuat tameng perlindungan hutan yang mengitari rumah, bisa?”
         “Tentu saja, Hyung! Akan kukumpulkan macan, beruang, dan serigala-serigala hebat untuk ikut menyerang, juga tumbuhan penjerat yang mematikan.”
         “Joha! Oiya, dan bisakah kau berjaga di atap rumah? Memantau setiap pertempuran dan menjaga rumah dari serangan udara maupun serangan dari dalam?”
         “Siap, bos!” Kyu Sunbae menggunakan  tongkatnya untuk membuat sign hormat.
         “Hyung Jun dan Young Saeng, aku ingin kalian membantuku dan Jung Min melawan Devil Bang. Kekuatan kita harus disatukan penuh untuk bisa melawannya dan jangan sampai ada yang lengah atau kita akan menjadi sasaran empuk. Hyung Jun-ah, jika misalnya ada serangan dari bawah, aku juga memerlukanmu untuk mendeteksinya.”
         “Oyes! Ini akan menyenangkan.”
         “Aku sesekali juga akan membuat kabut untuk membingungkan musuh.”

         Aku sedari tadi hanya bungkam saat Hyun Joong Oppa menyerukan instruksi yang kusadari itu sangat berat dan membutuhkan tenaga. Tapi aku percaya mereka bisa melakukannya dengan baik dan aku yakin bahwa tidak ada celah dari rencana itu, semoga saja.
         “Oppa! Lalu apa yang harus aku lakukan?”
         “Semalaman ini kau hanya berlu berdiam di kamar. Sejak pertama kau datang, kamarmu adalah tempat paling terlindungi yang pernah aku buat. Hanya manusia dan penyihir dengan tujuan baik yang bisa memasuki kamarmu. Usahakan agar kau tidak terbunuh.”
         “Hanya itu?”
         Hyun Joong Oppa membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya denganku. Kedua tangannya memegang pundakku.
         “Jebal, kau jangan sampai terbunuh,” entah perasaanku saja atau bukan, tapi aku bisa melihat mata Hyun Joong Oppa berkaca-kaca. Segenap rasa khawatir dan takut tertera jelas di sana. Mendengar  ucapan lirih dan penuh harap itu membuatku mau tak mau mengangguk untuk mematuhinya.
         “Oppa..um, kalian semua juga harus berjanji untuk tidak terbunuh,” Hyun Joong Oppa kembali menegakkan badannya dan aku bisa melihat ke5 penyihir tersenyum serta mengangguk mantab, tanpa keraguan.
         “Oh, mungkin kau bisa mencharging kami saat bertempur  nanti?” usul Jung Min.
         “BENAR! Dengan begitu kita pasti bisa mengalahkan Devil Bang dengan mudah,” timpal Hyung Jun.
         “Hanya saja masalahnya, jika Sung Young terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dia bisa drop,” ucap Young Saeng Oppa khawatir. Aku menatapnya sambil tersenyum.
         “Gwaenchana, aku bisa mencharging kalian sekali. Dengan begitu tenagaku tidak akan terkuras.”
         “Tapi kan charging Sung Young hanya bertahan beberapa menit saja, dan..bukankah charging Sung Young hanya bekerja baik pada ability?” Semuanya mendesah kecewa mengetahui kebenaran ucapakan Kyu Sunbae.
         Tiba-tiba Hyun Joong Oppa menjentikkan jari,” Aha! Begini saja! Sung Young hanya perlu mencharging kita saat sedang bertempur saja, dengan kata lain waktunya harus tepat. Aku punya ide,” Hyun Joong Oppa menarik tanganku,”Oh, kalian berempat mulailah membuat pelindung dari sekarang.”
         Selanjutnya semua penyihir membubarkan diri dari ruang depan dan berjalan kesepenjuru rumah. Tongkat mereka menyala-nyala saat merapal mantra. Sementara aku terus ditarik Hyun Joong Oppa ke kamarku di lantai dua. Dia melepaskan genggamannya begitu kami sudah di dalam.
        
         “Nah, mulai sekarang kau harus berada di kamar terus, arra? Jangan keluar sampai pertarungan berakhir.”
         “Hajiman…”
         “Rencana yang aku maksud tadi begini. Aku akan merapal mantra untuk membuat tembok kamarmu transparan dari dalam sehingga kau bisa melihat kami dan berkonsentrasi. Um, jika kau mau?”
         “Tentu aku mau Oppa! Dengan begitu aku bisa mengikuti jalannya pertempuran. Yah, walaupun akan sangat mengerikan, tapi…tapi aku ingin melihatnya. Dan juga aku bisa berkonsentrasi dengan mudah.”
         “Begini saja.”
         Hyun Joong Oppa mengeluarkan tongkatnya dari saku dan mulai membentuk kabut-kabut hitamnya menjadi sebuah pola yang cukup sederhana di udara. Kabut itu melayang perlahan di salah satu tembok kamarku yang menghadap ke halaman depan, menyelimutinya, dan perlahan semakin menipis lalu menghilang. Seiring dengan hilangnya kabut, tembok kamarku pun juga lenyap. Ah, anio, tapi berubah menjadi tembok transparan, sehingga sekarang aku bisa melihat halaman depan yang kotor dengan jelas.
         “Daebak, Oppa!”
         “Aku buat salah satu tembokmu saja, tidak perlu semua. Nah, tembok ini hanya transparan pada satu sisi, dalam arti hanya bisa dilihat dari dalam kamarmu saja, sementara jika dari luar tembokmu seperti tembok biasa.”
         “Devil Bang tidak akan tahu itu kan?”
         “Aku yakin dia tidak akan tahu sihir hebat ini,” kata Hyun Joong Oppa sambil menyunggingkan sebuah senyuman yang akan selalu aku rindukan. Walau dia tersenyum begitu, tetap saja aku bisa melihat secercah kekhawatiran dan ketakutan. Oke, aku tidak menyalahkannya.

         “Hyun Joong Oppa, bisakah kau bercerita tentang kita? Maksudmu tentang kehidupan ku terutama dirimu dulu? Tadi saat di hutan kau belum menjawabku. Dan apakah yang dikatakan Devil Bang benar bahwa aku anaknya?” aku bisa melihat betapa terkejutnya Hyun Joong Oppa mendengar pertanyaanku. Ah, aku sudah tidak bisa menahan rassa penasaranku lagi. Hyun Joong Oppa menghela nafas beberapa kali, mempersiapkan diri untuk menyatakan kebenaran.
         “Kemarilah,” dia duduk di ranjangku dan menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. Aku menurut. “Devil Bang, dia dijuluki begitu karena kejahatannya seperti iblis, bahkan melebihi. Tapi dia juga mempunyai nama yang sebenarnya, yaitu Shin Ki Bang. Shin. Itu adalah margamu yang sebenarnya, sama seperti yang tertulis di akta kelahiran, Youngi. Shin Ki ahjussi memang Appamu. Mianhae jika selama ini aku selalu mengatai-ngatainya sebagai iblis atau semacamnya,”
         Hyun Joong Oppa menatapku sangat lekat, membuat kata-kata yang sudah diujung lidah menjadi sulit dikatakan. Aku ingin sekali 1) Marah pada Hyun Joong Oppa karena tidak memberitahuku dari awal 2) Memaki Hyun Joong Oppa karena terus mengejek Appa 3) Berteriak tidak percaya karena Appa kandungku adalah sosok penyihir jahat 4) Bertanya lebih lanjut mengenai kehidupanku dulu. Namun semua itu tergantikan dengan jawaban.
         “Gwaenchana, namja seperti itu memang pantas disebut iblis. Perbuatannya selama ini benar-benar tak termaafkan,” aku memutuskan untuk tidak berkata lebih lanjut, lebih memilih untuk menunggu Hyun Joong Oppa melanjutkan menjelaskan.
         “Oke. Jadi Sung Young, mengenai masa lalu. Hm, akan kuceritakan dari keluargamu dulu. Kau adalah putri dari Shin Ki Bang dan Lee Eun Yang. Ayahmu adalah penyihir yang sangat terkenal karena kehebatannya dan kebaikannya. Bahkan dia lah yang mengajari Abeoji, Kim Seo Joong, sahabatnya sejak SMA untuk menjadi penyihir yang tangguh juga. Mereka benar-benar sangat akrab, bahkan dulu Abeojilah yang menjodohkan Appamu dengan eommamu.”
         “Oppa, Kim Seo Joong lah Appaku,” Hyun Joong Oppa sekali lagi tersenyum.
        “Nah, semenjak Devil Bang tahu akan kemampuannya menyerap ability dan mantra lain, membuatnya lambat laun menjadi serakah dan arrogant. Eommamu adalah seorang peramal. Dia sudah mengetahui tentang rencana Devil Bang dan mengenai sebagian masa depan. Waktu itu Eommamu sedang mengandung dirimu, dia memperoleh penglihatan tentang kemampuan hebatmu dan tentang apa yang akan terjadi. Selanjutnya aku tidak tahu. Yang dulu diceritakan Abeoji adalah bahwa saat kau berumur 3 tahun, di mana kemampuanmu sudah bisa dideteksi, eommamu membawa Sung Young kecil kepada keluargaku karena Abeoji lah satu-satunya orang yang bisa dipercaya untuk melindungimu dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
         Sayangnya perbuatan itu diketahui oleh Devil Bang. Dia terus menyalahkan eommamu, mendesak agar menceritakan ramalan, dan memberitahu tentang keberadaanmu. Eommamu tentu tidak mau memberitahunya dan..akhirnya…”
         “Oppa, aku tahu apa yang terjadi selanjutnya,” potongku karena aku sudah tidak mau mendengar kekejaman Appa (kandung)ku.
         Hyun Joong Oppa tertegun melihatku yang terdiam. Dia mengusap kedua pipiku yang ternyata basah. Aku bahkan tidak menyadari jika menangis. Hyun Joong Oppa mendekapku ragu dan penuh rasa bersalah. Padahal dia tidak perlu merasa bersalah.
         “Mianhae, Sung Young-ah.”
         “Anio Oppa,” aku melepaskan diri dari dekapannya, mengusap air mata, dan kembali menatapnya penasaran.”Cerita Oppa belum selesai.”
         “Kau yakin?”
         “Ne, berceritalah tentang Black Shadow Wizard.”
         “Gaeurae. Hm, Black Shadow Wizard. Sung Young, aku tahu kau dari dulu sangat mengagumi sosok penyihir dan ingin menjadi bagiannya. Jadi penyihir memanglah sebuah anugrah yang menakjubkan tapi juga membawa kutukan. Seperti yang pernah kau dengar dari yang lainnya, mereka mendapat julukan penyihir atau mengetahui dirinya sebagai penyihir tepat setelah suatu kejadian buruk terjadi.
         Black Shadow atau bayangan hitam, itu adalah nama yang keren sekaligus buruk. Aku terus dibayang-bayangi oleh sesuatu yang membuatku tidak tenang. Salah satunya adalah mengenai kematian Abeoji.”
         Kugenggam tangan Hyun Joong Oppa. Sepertinya aku menyadari sesuatu.
         “Ketakutan Hyun Joong Oppa selain kematian Abeoji adalah diriku kan? Oppa dibebani tanggung  jawab besar untuk melindungiku sekaligus dunia,” serta merta Hyun Joong Oppa kembali mendekapku erat. Aku sempat terkejut karena dia begitu cepat.
         “Mungkin pepatah itu memang benar. Kemampuan besar membawa tanggung jawab yang besar pula. Kumampuan besarku akan aku gunakan semaksimal mungkin untuk melindungimu, dongsaeng.”
         “Ne Oppa, aku percaya padamu. Kemampuan besarku juga akan selalu kugunakan untuk kebaikan terutama untuk melindungi Oppaku.”
         “Berjanjilah untuk tetap sehat,” katanya parau. Apa Hyun Joong Oppa menangis?
         “Yakseok, Oppa juga harus berjanji untuk selalu sehat.”

         Tiba-tiba pintu kamar berderit dan berdirilah Young Saeng Oppa di ambang pintu. Dia berdeham gugup karena melihat kedekatan kami.
         “Mianhae,” katanya sambil tersenyum. Hyun Joong Oppa melepaskan pelukan dan berjalan menghampiri Young Saeng Oppa. Hm, aku bisa melihat mata Hyun Joong Oppa masih berkaca-kaca.
         “Gwaenchana, kami sudah selesai,” Hyun Joong Oppa menepuk pundak Young Saeng Oppa lalu pergi. Tak lupa ia menutup pintu sambil menyeringai padaku, huh.

         “Mian, Sung Young-ah, aku…” Young Saeng Oppa menghentikan kalimatnya saat aku langsung menyerangnya dengan pelukan. Dia mematung sejenak tapi kemudian tersadar dan membalas pelukan hangatku.
         “Young Saeng Oppa…Berjanjilah untuk tetap selamat dalam pertempuran nanti,” ini untuk kedua kalinya dalam sehari aku menangis. Aku benar-benar tidak mau kehilangan namja yang sangat kucintai ini.
         “Tentu saja aku berjanji,” dia melepas pelukan kami,” Kau juga harus berjanji padaku untuk tidak bertindak bodoh,” mata Young Saeng Oppa menatapku tajam seperti tahu apa yang akan aku lakukan kelak. Tapi kemudian kembali melembut. Telapak tangannya bertemu dengan pipiku yang lumayan chubby seperti pipinya. Aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab janjinya. Aku sudah tidak bisa berkata lagi karena pasti suaraku sangat aneh sekarang akibat terisak.
         Young Saeng Oppa merogoh kerah kemejanya dan mengeluarkan sebuah bandul putih kecil berbentuk  sambaran kilat. Eh? Aku tidak pernah memperhatikan sebelumnya kalau Young Saeng Oppa ternyata memakai kalung. Dia melepas kalung itu lalu dipakaikannya padaku.
         “Sebenarnya aku hanya ingin memberikan ini. Nanti, saat semua penyihir bertempur, kau akan berada di kamar ini sendirian tanpa penerangan. Kalung ini adalah kalung yang aku buat dari cahaya yang aku padatkan, satu-satunya. Kalung ini yang memberiku keberanian pada kegelapan, aku harap bagimu juga begitu.”
         Kugenggam bandul kalung itu. Hm, terasa hangat dan entah hanya persaanku saja atau bukan, di dalam tubuhku seperi ada cahaya yang bersinar-sinar. Ajaib!
         “Jeongmal gomawo Oppa!”
         Dengan cepat aku meraih tengkuk Young Saeng Oppa lalu menciumnya. Jika kami tidak selamat, berarti ini adalah ciuman terakhir kami.

*501*

         Pukul 11.50, semua penyihir sudah bersiap di posisi yang telah diatur. Dari tembok transparan aku bisa melihat Hyun Joong Oppa, Young Saeng Oppa, Jung Min, dan Hyung Jun tengah bersiaga. Sesaat kulihat Young Saeng Oppa menengok kearahku dan tersenyum. Mau tak mau aku turut tersenyum, tapi tentu saja dia tidak bisa melihatku tersenyum dari balik tembok. Sambil tersenyum tanganku reflek menggenggam bandul putih berbentuk sambaran kilat yang menggantung di dadaku.
         Sekali lagi aku menangis. Kupejamkan mata sembari berdoa pada Tuhan agar mereka selamat. Sebenarnya hatiku sangat sakit mengingat mereka berlima, para penyihir, rela mengorbankan nyawa hanya untuk melindungiku. Kenapa harus aku? God! Mungkin ini kutukan yang aku peroleh karena memiliki ability besar. Sosok penyembuh teryata tidak  bisa menyembuhkan diri dari sakit hati dan perasaan sakit karena terlalu khawatir.
         Sesaat aku menyadari semuanya, semua pengorbanan mereka, dan semua alibi mereka yang dulu dilakukan karena semata-mata hanya untuk melindungiku. Hyun Joong Oppa dulu bersikeras agar kami mau pindah rumah dengan alasan ada seorang pembunuh yang ingin membantai keluarga. Dia berkata bahwa polisi sudah memburu si penjahat tapi kami tetap harus pindah rumah. Tapi kebenaran yang sesungguhnya adalah penjahat itu bukanlah pembunuh, bahkan melebihi itu. Penjahat yang dimaksud adalah Devil Bang.
         Kemudian aku teringat dengan perjalanan mendaki gunung. Dulu mereka mengatakan bahwa perjalanan itu dilakukan untuk melakukan ritual sihir. Babo! Itu bukan ritual sihir! Itu adalah upaya untuk menghindar dari Devil Bang. Adegan tabrakan antara aku dengan sesosok nama paruh baya yang tak lain adalah Devil Bang ternyata sebuah kesalahan besar. Pada waktu itu aku ditanyai olehnya tentang rumahku. Dan dengan polosnya aku menjawab. Itulah mengapa Hyun Joong Oppa dan yang lain segera pergi dari rumah agar tidak ketahuan. Hyung Jun lah yang mengatakan semuanya karena dialah saksi perbincanganku dengan Devil Bang.
        Oiya,aku juga teringat dengan peristiwa naas yang membuatku mengalami patah tulang. Yah, peristiwa saat di hutan, saat aku dan Jung Min diterkam macam gila. Aku yakin 501% kalau macan-macan itu adalah suruhan Devil Bang.

         Aku menahan nafas saat jam sudah menunjukkan pukul 00.00. Ommo! Waktu berjalan begitu cepat. Semua penyihir yang ada di luar semakin siaga dan sudah sangat siap menghadapi apapun. Tongkat mereka menyala-nyala bersiap melontarkan mantra mematikan.
         Tiba-tiba Jung Min terjungkal kebelakang dengan sendirinya. Ada apa ini?! Aku memekik terkejut begitu juga dengan Hyun Joong Oppa, Young Saeng Oppa, dan Hyung Jun. Mereka menghampiri Jung Min yang tergeletak tak berdaya di tanah. Oh, tidak, ini awal yang tidak bagus! Aku tidak bisa kesana untuk menyembuhkan Jung Min! Kerja bagus Sung Young, kau sama sekali tidak berguna!
         Lalu semua mata teralihkan dari Jung Min ke sosok berjubah abu-abu yang muncul di antara pohon besar. Itu dia! Yeah, siapa lagi kalau bukan Devil Bang. Akhirnya si penjahat datang juga. Dia nampak sangat segar dan sangat jahat. Dari jarak sejauh ini pun aku bisa merasakan aura kejahatannya. Namun, bukan perasaan takut yang menguasaiku, ini lebih seperti amarah yang meluap-luap karena melihat namja jahat itu mengingatkanku pada cerita Hyun Joong Oppa tentang apa yang terjadi dengan eomma. Masa bodo dia adalah Appa kandungku, dia tidak pantas kusebut sebagai Appa. Mana ada Appa yang berniat membunuh putrinya sendiri.
         Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena dari sini perbincangan mereka tidak terdengar sama sekali. Aku akan menceritakan apa yang aku lihat saja. Yang jelas saat ini Jung Min sudah sadar tapi tubuhnya sangat lemas. Young Saeng Oppa seperti menyuruh Jung Min untuk menghindar dari medan pertempuran tapi Jung Min bersikeras. Sementara Hyun Joong Oppa dan Hyung Jun masih bersitegang dengan Devil Bang.

         Percakapan mereka terhenti, digantikan dengan serbuan makhluk mengerikan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tubuh mereka sangat pendek dan berwarna hijau mengerikan. Kuping mereka lancip dan dipenuhi benjolan. Mata mereka seperti orang yang melotot yang ternyata setelah aku perhatikan mereka memang tidak punya kelopak mata. Pakaian robek-robek yang melekat membuat mereka tambah sangat mengerikan sekaligus menjijikkan. Dari novel-novel yang pernah aku baca, aku ingat kalau sebutan mereka adalah goblin. Yah, goblin hijau. Melihat goblin-goblin itu membuatku berpikir dua kali mengenai kesukaanku menyukai warna hijau. Masing-masing dari goblin membawa senjata. Ada yang berbentuk pentungan bergerigi, tali rantai, ketapel, pedang pendek, dan lainnya.
         Berbagai tumbuhan langsung hidup secara serentak, menyampar semua goblin yang ada didekatnya. Dari sini aku bisa melihat kilatan hijau menembus di tanah yang kosong dan muncullah tumbuhan mematikan baru. Aku yakin sekali itu tadi perbuatan Kyu Sunbae yang saat ini dia sedang berada di suatu tempat di atap.
         Sayup-sayup aku mendengar suara dentingan logam dari sisi belakang rumah. Mungkin saat ini zombie-zombie Jung Min sedang asik bertarung dengan goblin lain di belakang sana. Jung Min yang sudah punya cukup tenaga mulai bangkit tapi malah memejamkan mata. Sepertinya dia sedang berkonsentrasi. Dia membuka matanya lagi dengan raut heran. Lalu dia berjongkok, menyentuh tanah dalam diam, hanya saja tidak ada yang terjadi. Berkali-kali dia menepuk-nepuk tanah tapi tidak ada yang terjadi. Oh tidak! Apakah dia kehilangan ability untuk membangkitkan zombie?
         Sepertinya tidak ada pilihan lain. Jung Min dan Hyung Jun bersatu melawan goblin-goblin yang ada. Mereka membuat mantra ini itu agar goblin tidak berhasil menebas mereka dengan pedang atau memukul mereka dengan pentungan berduri. Ternyata goblin kebal terhadap sihir. Mereka baru mati setelah terkena sihir 3x. Hal itu cukup membuat si kembar itu kerepotan. Tapi untung saja Kyu Jong Oppa juga membatu menyerang dari atas atap. Baru kusadari bahwa goblin baru bisa dibunuh sekali tebas dengan benda tajam dari logam. Sayangnya diantara 5 penyihir tidak ada yang ahli pedang.
         “God, jangan Engkau renggut orang-orang yang aku sayangi. Lindungi mereka dari yang jahat.”

         Sementara itu, Hyun Joong Oppa dan Young Saeng Oppa menyatukan kekuatan untuk melawan Devil Bang. Aku langsung tersadar. Aku segera berkonsentrasi untuk mencharging mereka semua. Kupikirkan tentang wajah-wajah 5 penyihir beserta bility mereka. Yah, ability charingku hanya bekerja pada ability mereka. Nampaknya chargingku sudah tersalur dengan sempurna, terbukti dengan Hyun Joong Oppa yang semakin membabi buta saat menyerang, sangat-sangat cepat. Beberapa pohon juga semakin membabi buta menyerang karena kuyakin mereka telah diperintah oleh Kyu Sunbae. Tapi, sepertinya chargingku tidak ada gunanya bagi Jung Min yang kehilangan abilitinya, Hyung Jun yang tentu saja tidak akan membuat ramuan saat pertempuran, dan Young Sang Oppa tidak butuh membaca pikiran dalam jarak jauh saat sedang duel.
         Hyun Joong Oppa memanfaatkan abilitynya semaksimal mungkin. Dia merapal mantra dengan cepat dan sangat cepat agar bisa mengimbangi Devil Bang. Strategi Hyun Joong Joong Oppa dan Young Saeng Oppa sangat bagus. Young Saeng Oppa yang bertugas sebagai pelindung, dia yang meledakkan rapalan transparan Devil Bang dengan kilatnya, sementara Hyun Joong Oppa yang menyerang. Lama-kelamaan Devil Bang terlihat kualahan menghadapi kecepatan dua orang di depannya terlebih Hyun Joong Oppa. Ekspresinya bercampur antara antusias, kesal, dan lelah.
         Baru saja aku merasa senang karena sebentar lagi mungkin Devil Bang akan ambruk, tiba-tiba dia mengubah ekspresinya menjadi begitu sangat mengerikan. Dia memusatkan tongkatnya yang sedari tadi mengacu pada Hyun Joong Oppa beralih ke Young Saeng Oppa. Dengan sekali rapalan, Young Saeng Oppa berhasil terjungkal. Aku memekik keras dan semakin keras saat tubuh Young Saeng Oppa melesat dengan sendirinya menuju Devil Bang. Si jahat itu menangkap dan memeluk Young Saeng Oppa dari belakang. Bukan pelukan! Itu adalah trik! Tubuh Young Saeng Oppa serta-merta mengeluarkan cahaya terang. Bersamaan dengan itu aku bisa mendengar jeritan pilu Young Saeng Oppa. Ommo! Apa yang telah dilakukan Devil Bang!! ANIO!!! Hyun Joong Oppa pun hanya bisa melongo tanpa bisa menyerang karena takut salah sasaran.
         Setelah cahaya meredup, Young Saeng Oppa merosot ke tanah. Aku terisak cukup keras karena kukira Young Saeng Oppa sudah tiada. Tapi aku bisa melihatnya bergerak dan duduk sambil memegangi kepala. Hyun Joong Oppa menghampiri Young Saeng Oppa.
         Itu adalah sebagian dari hal yang mengerikan. Yang lebih mengerikan adalah saat aku melihat cahaya terang bersinar pada tubuh Devil Bang! OMMONA! Devil Bang telah menyedot mantra karakteristik Young Saeng Oppa. Aduh, eotteokhaeyo? Hyun Joong Oppa bergidik melihatnya. Tentu saja, mantra karakteristik cahaya Young Saeng Oppa adalah satu-satunya mantra yang bisa mengalahkannya.
         Pertempuran kembali berlangsung. Hanya saja sekarang Hyun Joong Oppa duet dengan Hyung Jun, sementara Young Saeng Oppa dengan Jung Min. Baru sebentar saja Devil Bang berhasil menghantamkan petir ke tubuh Hyun Joong Oppa. Namja itu terlontar beberapa meter dan mendarat di tumpukan goblin mati. Aku hanya mematung, terlalu shock untuk menangis ataupun menjerit.
         Rasa sedih dan marah meletup-letup di otak dan hatiku. Entah apa yang aku pikirkan tapi aku berniat untuk menghadapi Devil Bang. Aku tidak bisa membiarkan satu persatu orang yang kusayang berjatuhan. Aku menuruni tangga secepat mungkin, membuka pintu utama, dan melangkah keluar.

         “Hahaha! Lihatlah, Hyun Joong yang hebat sudah tamat!” aku semakin geram mendengar tawa Devil Bang. Ah, aku punya ide! Yeah, aku harus menyerahkan diri.
         “Woy! Yang kau inginkan adalah diriku, kan? Ambil aku tapi berhentilah menyakiti keluargaku dan pergilah bersama goblin jelekmu!” Semua mata serentak beralih menatapku, bahkan para goblin yang lebih mengerikan jika dari dekat. Hiruk pikuk pertempuran langsung terhenti.
         “Apa yang kau lakukan di sini, Sung Young?!” teriak Young Saeng Oppa dan Hyung Jun hampir bersamaan. Aku tidak mempedulikan mereka. Aku harus bisa menahan agar tidak takut melihat goblin, agar tidak terpengaruh teriakan-teriakan protes penyihir lain, dan agar tidak menangis melihat Hyun Joong Oppa tidak sadarkan diri di pojokan rumah.
         “Oh, akhirnya kau mengerti sayang. Akhirnya kau menyerahkan diri demi keslamatan penyihir-prnyir bodoh dan demi Appamu kau rela menyerahkan diri! Sebagai ayah, aku bangga padamu.”
         “Appa? Apakah aku punya permintaan terakhir?”
         “Sung Young! Kau ini apa-apaan!!”  protes Jung Min. Young Saeng Oppa, Hyung Jun, dan Jung Min medekatiku, mencegahku bertindak bodoh. Tapi aku tetap bersikeras dan mengatakan bahwa ini tidak apa-apa. Mereka memang keras kepala untuk menjauhkanku, sayangnya saat ini aku lebih keras kepala lagi untuk menyerahkan diri.
        
         “Permintaan? Yeah, tentu saja boleh, sayangku. Kau tetap anakku,” Devil Bang berjalan semakin mendekat.
         “Appa, tidakkah kau sadar kalau aku merindukanmu? Walau aku tahu kejahatanmu, tetap saja kau adalah Appaku. Aku..aku hanya ingin memelukmu,” dengan sekuat tenaga aku memaksa air mata untuk keluar. Kubulatkan tekadku, kuyakinkan diri bahwa ini akan berhasil. Aku ingin menghentikan semua pertempuran konyol ini.
         Kulangkahkan kakiku sedikit ragu. Devil Bang atau Appa kandungku(cuih) itu merentangkan tangan menyambut diriku. Aku memeluknya, dia juga membalas. Dari sini aku bisa merasakan kehangatannya. Aku sempat ragu-ragu untuk melakukan..rencana. Tapi aku harus melakukannya! Aku harus memilih antara Appa yang jahat atau keluarga yang baik! Tentu saja aku memilih keluarga yang baik.
         Langsung saja kupusatkan konsentrasiku. Kubayangkan semua kejahatan dan wajah mengerikan Devil Bang. Yeah! Kucharging dia, itulah rencanaku. Tapi bukan mencharging abilitynya, melainkan mencharging karakteristiknya. Dia telah menyedot berbagai karakteristik, jadi aku yakin 501% rencana ini akan berhasil dengan mulus.
         Tak ayal, Devil Bang terkejang-kejang dan seperti  orang gila saat menerima charging super dariku. Dia terhuyung-huyung lalu ambruk ke tanah. Tubuhnya berkedip-kedip sekaligus meleleh secara perlahan. Aku tidak tahu karakteristik apa yang telah ia serap, yang jelas dia sekarang begitu tersiksa menerima kekuatan berlipat ganda yang menyakitkan dan justru menghancurkannya. Lima detik kemudian tubuh Debil Bang yang hebat sudah lenyap menjadi lelehan menjijikkan. Goblin-goblin hijau juga ikut meleleh. Selamat tinggal, Ayah.
         “Woa! Ini berhasil!” pekik Jung Min penuh rasa syukur. “Wah! Dan abilityku kembali lagi!”
         “Ide yang bagus Sung Young!” Hyung Jun tak kalah senang.
         Aku hanya bisa tersenyum. Mereka benar-benar terlihat senang dan lega. Rasa lelah dan sakit tiba-tiba hilang begitu saja. Agh, tapi berbeda denganku, aku merasa…sangat pusing sekarang. Aku sempat terhuyung, tapi Young Saeng Oppa segera menangkapku.
         “Neoneun gwaenchana?”
         “Nan gwaenchana Oppa,” aku berusaha tersenyum agar namja di depanku ini tidak khawatir. Dia sudah banyak khawatir hari ini.

         “Tolong Hyun Joong Hyung!” teriak Kyu Sunbae dari pojok rumah.OMMO! Aku lupa dengan Hyun Oppa! BABO SUNG YOUNG!
         Kami berempat bergegas menghampiri Hyun Joong Oppa yang masih tidak sadarkan diri. Wajahnya benar-benar pucat. Aku berjongkok di sampingnya, menggenggam tangannya,mengelus wajahnya yang tampan. Kuraba lehernya, tapi tak kurasakan denyutan. Serta merta air mataku menetes. Ini adalah hal yang sangat aku takutkan! Penyihir yang lain diam-diam juga menteskan air mata.
         “HYUN JOONG OPPA!!” God! Apakah ini akhir dari semuanya? Jebal, jangan ambil satu-satunya keluargaku. Keluarga yang asli, dia adalah orang yang sudah dekat denganku sejak kecil. Orang yang selalu membelaku, melindungiku, dan menghiburku.  
         Kudekatkan bibirku pada keningnya, mengecupnya lembut. Selama ini aku selalu takut untuk menciumnya. Sekarang aku menyesal karena tidak pernah menunjukkan rasa sayangku itu. Aku tahu dia bukan kakak kandungku, tapi setidaknya dialah yang selalu ada saat dulu aku tidak punya keluarga. Dia Oppa yang sangat sempurna.

         “Kenapa kau menangis, Sung Young?”
         “HYUNG!” teriak yang lainnya bersamaan. Aku yang terkejut hanya melongo melihat Hyun Joong Oppa berusaha untuk duduk. Dia mengusap wajahnya sekali.
         “Thanks God, ini benar-benar suatu keajaiban. HYUN JOONG OPPA!!” langsung saja kupeluk dia. Mungkin saat kucium keningnya, tak sengaja aku menyalurkan ability penyembuh. Tapi aku tidak pernah mengira kalau kemampuan itu bisa digunakan untuk orang yang sudah mati. Ah, ini semua tak lain berkat bantuan yang Maha Kuasa. Gamsahamnida~
         “Hey,apakah pertempuran sudah berakhir?” tanya Hyun Joong Oppa sambil celingak-celinguk keheranan.
         “Pada akhirnya Sung Young sendiri lah yang menghancurkan Devil Bang,” kata Kyu Sunbae.
         “Jinja? Ommo, kau dongsaeng yang benar-benar hebat,” Hyun Joong Oppa mengusap rambutku. Sampai saat ini aku belum melepaskan dekapanku. “Sung Young-ah, geumanhae. Lihatlah Young Saeng sedang terbakar karena cemburu.”
         “Mwo? Anio, anio.” Aku jadi teringat kembali dengan karakteristik Young Saeng Oppa.
         “Oppa, apakah karakteristikmu sudah kembali?”
         Dia tersenyum simpul,” Sayangnya tidak. Ability Jung Min yang dtahan Devil Bang kembali lagi, tapi mantra karakteristikku lenyap bersama raganya.”
         “Jadi..Hyung bukan pernyihir lagi sekarang?” tanya Hyung Jun.
         “Ne, jika seorang penyihir kehilangan mantra karakteristiknya, lambat laun anugrah sihirnya juga lenyap. HEY! Kalian tidak perlu sedih, aku tidak apa-apa. Yang terpenting kita semua selamat dan sehat.”
         Aku memeluk namja chubby itu sangat erat. Seperti biasa, dia awalnya terkejut tapi kemudian membalas pelukanku. Ini semua tak lebih karena kesalahanku. Dia berusaha melindungiku sampai mengorbankan kekuatan sihirnya. Aku sangat sangat berterimakasih padanya, aku tidak akan pernah melepaskannya, walaupun itu artinya selamanya. Satu per satu penyihir bahkan Hyun Joong Oppa memeluk kami berdua, sekaligus.
         Yeah, ini adalah akhir bahagia kami dan akhir yang buruk bagi siapa saja yang jahat.

         *THE END*

         Epilog…

         “Sung Young-ah? Kau tetap mencintaiku kan walaupun aku sudah tidak mempunyai kekuatan sihir?”
         “Tentu saja Oppa! Memangnya aku mencintaimu hanya karena sihir? Anio, aku mencintaimu apa adanya. Mianhae Oppa, ini semua salahku.”
         “Bukan lah, waktu itu aku saja yang lengah. Ah, sepertinya aku tidak sehebat yang kau pikirkan. Dan menjadi semakin tidak hebat tanpa sihirku.”  
         “Berhentilah, Oppa, kau semakin membuatku merasa menyesal.”
         “Ten…Umm..Sung..Young?”
         “Oppa! Jangan bicara saat aku sedang menciummu!”
         “Umm.”
         “Ommo, kau semakin agresif, Oppa.”
         “Hehe. Salahkan dirimu sendiri yang begitu…hm.”
         “Eh? Ada apa dengan tubuh Young Saeng Oppa?”
         “Woah! Tubuhku bersinar lagi! Sepertinya ini kissing power, Sung Young! Kau sekali lagi menyembuhkanku!”
         “Aku tidak tahu kalau kemampuan menyembuhkan bisa berfungsi pada pengembalian karakteristik. Tapi syukurlah kalau begitu.”
         “Sepertinya kau berhasil menyatukan kemampuan penyembuhmu dengan kemampuan pengisimu, hebat!”
         “Tentu saja aku sangat hebat, ahahaha.”
         “Sung Young-ah, jhagiyaaa…Boleh aku menciummu, lagi?”
         “Heeh??”

DON'T FORGET TO RCL!
NO PLAGIATOR!! NO SILENT READER!!



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog
©2014 FF501. Powered by Blogger.

Newest Updates

Popular Posts

- Copyright © Fanfiction for SS501 -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -