Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S
Sunday, June 1, 2014
Details:
Title : I Live With Five Wizards
Author : Zusli aka Shin Sung Young
Genre : Fantasy, Adventure, Brothership
Category : 15+
Casts:
• Shin Sung Young (Super Charger Healer)
• Kim Hyun Joong (Black Shadow Wizard)
• Heo Young Saeng (White Light Wizard)
• Kim Kyu Jong (Prosperous Green Wizard)
• Park Jung Min (Bloody Red Wizard)
• Kim Hyung Jun (Baby Blue Wizard)
• Shin Ki Bang (Devil Bang)
• Others…
Thanks to God, Casts, and Readers^^
Happy Reading~
©2013 zuSaeng501
Hah,
gara-gara kakiku, dengan terpaksa aku tidur di kamar Hyung Jun. Ini lebih baik
daripada aku harus naik turun tangga. Tapi tenang saja, aku tentu tidak satu
kamar dengan si bayi itu. Hyun Joong Oppa benar-benar ngotot untuk menemaniku.
Aku tidak pernah menyangka sebelumnya kalau Hyung Jun akan sangat baik padaku.
Dia mau membuat obat untukku dan meminjamkan kamarnya padaku. Entah dia tidur
di mana sekarang.
Jam
di kamar Hyung Jun menunjukkan pukul 11 malam. Karena gerah, terpaksa aku
terbangun. Ommo, gelap sekali. Huh, aku tahu, pasti tadi Hyun Joong Oppa yang
mematikan lampunya. Dia kan maniak gelap. Tapi
tentu saja berbeda denganku.
Samar-samar
aku mendengar suara mengerikan. Saking gelapnya aku tidak tahu suara apa itu dan berasal dari mana. Namun setelah
kutajamkan pendengaranku, ternyata…itu suara dengkuran Hyun Joong Oppa, aish.
Kucoba
untuk memejamkan mata lagi, terus kucoba tapi tidak bisa. Huf, kamar Hyung Jun
benar-benar panas. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, membuatku sebenarnya sempat
terkejut. Dari siluetnya, aku yakin itu Hyung Jun. Mau apa dia kemari?
“Kau
tidak tidur, Sung Young-ah?”
“Um,
aku terbangun lagi. Kamarmu sangat panas, Jun.”
“Mian,
ruang bawah tanah memang sedikit lebih hangat. Oiya, aku kemari mau mengganti
obat yang ada di kakimu,” Hyung Jun berjalan mendekat, sangat perlahan karena
takut membangunkan Hyun Joong Oppa yang tidur di karpet samping ranjang. Dia
duduk di pinggir ranjang. Dinyalakannya sebuah lampu kecil di atasku. Aku baru
ingat kalau ada lampu di tembok sampingku, huh.
“Hey,
sejak kapan kau mulai sangat baik padaku?” kataku padanya yang sedang membuka
lilitan kain di kakiku.
“Huh,
dari dulu kan aku sangat baik. Kau saja yang tidak menyadarinya,” aku hanya
mencibir untuk menanggapinya. “Ommo Sung Young! Kakimu…”
“Eh?
Waeyo?” melihatnya terkejut seperti itu membuatu panik.
“Kakimu
sudah sembuh, wow. Coba kau gerakan.”
Benar!
Aku sudah tidak merasa sakit lagi sekarang. Kugerakkan kakiku perlahan, dan
berhasil! Bahkan kakiku tampak sangat sehat seperti sebelumnya, tidak seperti
kaki yang tulangnya baru saja patah.
“Gomawo
Hyung Jun-ah! Berkat obatmu kakiku kembali seperti semula,” kuelus pelan
pundaknya. Aku benar-benar sangat bersyukur.
“Eh,
hehe, cheonmaneyo,” dia menatapku. Er, tatapan tidak wajar menurutku. Aku
menjadi sedikit deg-degan melihatnya. Kujauhkan tanganku yang ada di pundaknya,
tapi sebelum itu Hyung Jun sudah meraih tanganku terlebih dahulu.
Wa!
Oke! Aku semakin heran dengan tingkah Hyung Jun. Dia masih menatapku sambil mencengkram
sedikit erat tangan kananku. Hey, dia tidak kesurupan, kan?
“Hyung
Jun-ah?”
Dia
malah menutup mata. Tangannya yang lain mengeluarkan tongkat dari saku
kemejanya lalu merapal sebuah mantra. Eh, apa yang akan dilakukannya? Sebelum
aku bisa menolak, tiba-tiba kurasakan sesuatu yang sejuk menjalar dari tanganku
yang dicengkram Hyung Jun ke seluruh tubuhku dengan cepat. Sesuatu itu
bersanrang di dalam tubuhku, sangat nyaman. Aku tidak merasa gerah lagi
sekarang.
“Aku
baru saja menurunkan suhu tubuhmu. Kau tidak gerah lagi, kan?”
Aku
tidak menjawabya. Aku masih terpaku, tidak mengerti dengan perbuatannya.
“Ehm,
a..apa tadi itu?”
Dia
tersenyum, “Oh, Sung Young, itu mantra karakteristikku.”
“Jadi,
mantra karakteristikmu adalah…”
“Air,
sebenarnya udara juga, tapi aku lebih mengutamakan airnya.”
“Wow,
aku kira mantra karakteristikmu adalah ramuan.”
“Hahaha,
itu hanya keahlianku yang lain.”
Woke,
sekarang lengkap sudah 5 penyihir yang aku ketahui karakteristiknya. Aku
ulangi, Hyun Joong Oppa bayangan, Young Saeng Sunbae cahaya, Kyu Jong Sunbae
tumbuhan, Jung Min darah, dan..Hyung Jun air. Pantas saja namja ini sangat suka
warna biru.
“Jadi
apa sebutanmu?”
“Sebutan?
Ah, itu hanya sebutan konyol.”
“Ayolah,
beritahu aku,” terus kudesak dia. Akhirnya dia hanya menghela nafas, menyerah.
“Geurae,
orang-orang gila itu menyebutku si bayi biru(Baby Blue Wizard). Jangan tanyakan
alsannya!”
“Hahahaha,
baby, tidak kau beritahu sepertinya aku sudah tahu alasannya,” jeongmal, itu
nama paling unik. Sepertinya penyihir muda ini benar-benar terbully, ckck.
“Aku
pergi dulu. Jal jayo.”
*501*
Keesokan
harinya semua penyihir benar-benar terkejut dengan kesembuhan kakiku yang
sangat cepat. Aku sudah bisa berlari-lari sekarang, bahkan hari ini aku nampak
sangat sehat dan bugar. Ini pasti karena pengaruh obat mujarab Hyung Jun dan
air sejuk yang mengalir di tubuhku akibat mantra karakteristik Hyung Jun,
mungkin.
Semenjak
kejadian itu, aku sedikit demi sedikit melupakan rasa benciku pada Hyung Jun.
Tentu saja aku tidak bisa terus-menerus membencinya, yah, karena akhir-akhir
ini dia sangaaat baik dan perhatian padaku, tidak seperti jaman SD dulu saat
dia sedang gemar-gemarnya membullyku. Tapi aku merasa agak aneh dengan
tingkahnya, dia benar-benar sangat perhatian sekarang. Aku takut kalau dia
memang serius dengan perasaan sukanya padaku. Hanya saja aku tidak bisa
menyukainya juga selain hanya menganggapnya sebagai sahabat. Dan nampaknya
ketakutanku benar-benar terjai, bahkan lebih rumit…
“Kau
sedang membuat apa?”
Yeah
hari itu. Karena aku merasa berhutang budi padanya, aku memutuskan untuk
sedikit membantunya mencari berbagai bahan yang akan digunakan untuk membuat
mcam-macam ramuan.
“Ini
vitamin untukmu, Sung Young-ah,” jawabnya sambil menuang ramuan di gelas.
Ramuan itu sangat segar, berwarna merah muda seperti jus strawberry.
“Kau
membuat untukku juga, tidak?” tanya Young Saeng Sunbae yang memang berada di
kamar Hyung Jun juga.
Jangan ditanya,
semakin hari selain semakin akrab dengan Hyung Jun, tentu saja aku juga semakin
dekat dengan penyihir-penyihir lain, terlebih Young Saeng Sunbae. Yeah, bahkan
semakin hari aku semakin menyukai penyihir putih itu. Oh, mencintainya!! Dia
kadang juga memberikan respon dan kemajuan baik terhadapku.
“Anio, Hyung! Ini
untuk Sung Young. Karena incident kakinya itu, dia harus banyak-banyak minum
vitamin,” Young Saeng Sunbae langsung diam, seulas senyum menghiasi wajahnya.
Aneh. “Igeo, minumlah! Kau akan merasa sangat sehat,” kuterima gelas berisi
ramuan itu. Wuah, wangi sekali aromanya, seperti bunga mawar.
“Jangan
diminum!” teriakan tiba-tiba Young Saeng Sunbae membuatku terkejut. Ramuan yang
baru saja akan kuminum langsung disambar Young Saeng Sunbae dan dilemparkannya
keluar. Ada apa dengannya?
“HYUNG!!”
Hyung Jun menjambak rambutnya sendiri, nampak frustasi.
“Jangan
pernah melakukan itu lagi!” Young Saeng Sunbae memberikan tatapan sengit yang
belum pernah aku lihat sebelumnya pada
Hyung Jun, mengerikan. Hyung Jun balas menatap sengit. Oh, ini tidak bagus.
“Apa
maksudnya?!!”
“Kau
tahu benar apa maksudku! Kau lupa, hah?!”
“Apakah
Hyung juga…?”
Young
Seng Sunbae terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu. Oh, sunggguh! Aku
tidak tahu apa yang mereka bicarakan tadi!
“Ada
apa dengan kalian?” tanyaku pelan-pelan.
“Hyung
Jun memberikanmu ramuan cinta, Sung Young. Karena…dia menyukaimu tapi kamu
tidak cukup memberikan respon yang bagus,” kata Young Saeng Sunbae to the point
membuat Hyung Jun melotot padanya. Deg deg, jantungku menjadi berdebar antara
takut dan…entahlah. Inilah sesuatu yang aku takutkan tadi
“AISH!
Itu benar! Aku sangat mencintaimu, Sung Young-ah!” aku hanya terdiam, tidak
tahu harus berkata apa. “Tapi sayangnya Young
Saeng Sunbae juga menyukaimu,” kali ini gantian Young Saeng Sunbae yang
melotot pada Hyung Jun. Ommo! Aku semakin shock dengan pernyataa-pernyataan
mereka.
Cukup
lama kami bertiga terdiam, merenungkan banyak hal. Kamar mendadak sepi. Yang
kudengar hanya detakan jam dan suara air ditungku Hyung Jun yang mendidih. God,
aku sangat bingung dengan situasi ini. Apakah semua ini benar? Hyung Jun..aku
tahu dia menyukaiku, tapi sudah kuputuskan aku tidak bisa menyukainya selain
hanya sebagai teman. Tapi ternyata dia sangat serius sampai-sampai mengupayakan
cara dengan membuat ramuan cinta walau aku tahu itu tidak benar, memaksa. Dan
Young Saeng Sunbae, benarkah dia menyukaiku?
Kutatap
mereka satu-persatu. Kutatap Young Saeng Sunbae lekat. Dia sama sekali tidak
menyangkal saat Hyung Jun berkata bahwa dia juga menyukaiku. Mungkinkah itu
benar? Aku harap begitu. Yeah, karena
itu artinya cintaku tidak akan bertepuk sebelah kaki, eh tangan maksudnya.
Hyung
Jun menghela nafas panjang, “Geurae, aku tahu ini sangat sulit tapi kami berdua
memang benar-benar menyukaimu. Jadi, jika disuruh memilih, kau…pilih siapa?”
aku tahu Hyung Jun tidak suka mengatakan kalimat itu.
Oh
bayi itu, dia semakin mempersulitku saja. Sebenarnya sudah jelas kalau aku akan
memilih Young Saeng Sunbae. Hajiman, apakah aku harus terang-terangan
mengatakannya sekarang? AGH! Aku tidak tahu apa-apa soal ini, tapi yang kutahu
aku harus menyelesaikan ini.
“Young
Saeng Sunbae?” tanyaku pelan.
Hanya saja Hyung
Jun menangkap kata-kataku itu sebagai sebuah pernyataan, bukan pertanyaan! Dia langsung
keluar begitu saja dari kamar, terlihat sangat sedih dan kecewa. Dia mengira
aku sudah memilih Young Saeng Sunbae. God! Kenapa jadi seperti ini?
Tapi..tapi…ini lebih mudah dari yang aku bayangkan. Mianhae Hyung Jun-ah.
Kudekati
satu-satunya namja yang masih berada di sini, “Young Saeng Sunbae?
Benarkah..kau menyukaiku?”
“Ne,
sangat menyukaimu. Hajiman…” dia terdiam, namun matanya lekat menatapku. Aku
semakin berdebar menanti jawabannya.
“Hm?”
Kenapa harus ada kata ‘hajiman’? perasaanku menjadi tidak enak.
“Hajiman..um,
apakah menyukai seseorang selalu diartikan sebagai mencintai seseorang?”
Entah
kenapa hatiku langsung mencelos mendengarnya. ‘apakah menyukai seseorang selalu
diartikan sebagai mencintai seseorang?’ Itu berarti Young Saeng Sunbae hanya
menyukaiku, bukan mencintaiku. Ah..harusnya aku tahu itu. Mana mungkin namja
manis dan perfect ini mencintai seorang yeoja sepertiku?
“Anio,” jawabku
singkat lalu langsung keluar dari kamar Hyung Jun. Hatiku rasanya sudah pecah
setelah berdebar sangat cepat.
Samar-samar aku mendengar Young Saeng Sunbae memanggil, tapi kuabaikan. Aku
sedang tidak ingin menatapnya terlalu lama sekarang. Takut..takut membuatku
semakin mencintainya.
Rumah
tampak sepi. Aku memutuskan untuk keluar mencari udara segar, menenangkan
pikiran, dan mendinginkan hati. Jamkkanman! Sebenarnya aku sangat malas
bercerita tentang kisah galau seperti ini. Tidak penting, tidak ada hubungannya
dengan kisah penyihir yang menjadi benang merah. Hah, jadi langsung saja.
Aku
terus berjalan menyusuri jalan setapak melewati beberapa rumah warga lain yang
saling berjauhan jaraknya. Tentu saja, siapa sih yang ingin tinggal di samping
hutan kecuali kamu adalah seorang peyihir gila. Samar-samar aku mendengar suara
aliran air. Itu pasti sungai! Kuputuskan untuk ke sana.
Ah,
memang benar sungai. Di sana ternyata sudah ada Hyung Jun. Dia duduk
membelakangiku di bebatuan sungai sambil memainkan tongkatnya yang baru
kusadari berwarna coklat tua dan seolah-olah terbuat dari kaca. Woah, ternyata
dia sedang bermain air menggunakan mantra karakteristiknya. Hyung Jun, aku tahu
keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Tapi aku ingin ke sana, berbincang
dengannya. Aku tidak ingin bermusuhan lagi dengannya. Dan, oh, walau Young
Saeng Sunbae secara tidak langsung telah menolakku, aku tetap tidak bisa
mencintai namja biru itu.
“Sepertinya
menyenangkan,” aku duduk di sampingnya yang tentu saja membuat Hyung Jun
terkejut. Tornado air kecil yang sedang ia buat langsung terurai menjadi
percikan air karena konsentrasinya buyar.
“Sung..Sung
Young? Apa yang kau lakukan di sini?”
“Hanya
jalan-jalan. Tapi aku melihat sungai kecil ini dan berniat mampir sebentar. Aku
suka bermain air. Bisakah kau melakukannya lagi?” Hyung Jun hanya memandang
lurus ke sungai tanpa melakukan apa-apa, seperti memikirkan sesuatu. Aku tahu
dia merasa terganggu dengan kehadiranku, namun aku tidak mau pergi, “Apa kau
marah padaku?”
“Ah,
nan molla.”
“Hyung
Jun-ah. Bukan maksudku menyakitimu, tapi…caramu tadi kurang benar. Aku tahu
kamu sangat menyukaiku, hanya saja…entahlah, aku lebih suka dan lebih nyaman
jika kamu menjadi sahabatku,” dia masih terdiam tapi kali ini pandangannya
beralih padaku. “Bukankah itu lebih baik daripada kau terus menjadi musuhku?”
“Ini
salahku,” dia mengusap wajahnya pelan,”Andai saja dulu aku tidak pernah
membullymu, pasti aku bisa mendapatkanmu sekarang. Mianhae Sung Young-ah.”
Aku
merangkulnya, “Entahlah, tapi..ini akan menjadi kisah yang berbeda. Sudahlah,
ini sudah terjadi Hyung Jun-ah. Jika misalnya kau sudah menyukaiku sejak SD,
pasti kau akan semakin terluka jika ini terjadi. Mianhae, tapi ini sudah takdir
kita untuk merubah status dari musuh menjadi sahabat.”
“Ah,
kau mungkin benar,” dia tersenyum. Akhirnya aku bisa membuatnya tersenyum lagi.
“Gomawo kau sudah pernah membuat hatiku berbunga,” hm, yeah walaupun saat ini
kuyakin bunga di hati Hyung Jun sudah layu.
“Kau
sahabatku yang paling baik,” kueratkan rangkulanku lalu kulepaskan.
“Geurae,
lihat ini,” sekali lagi dia menghela nafas panjang dan Hyung Jun mulai merapal
mantra. Kabut biru dari tongkat Hyung Jun membuat pola gambar yang indah. Pola
itu bersatu dan tenggelam di sungai. Sebuah tornado kecil yang
memercik-mercikkan butiran air itu sangat indah. Seekor ikan kecil tersangkut
di dalam tornado itu, Kuyakin ikan itu akan langsung muntah-muntah setelah
menaiki wahana tornado Hyung Jun, hahaha.
“Kasian
ikan itu.”
“Haha,
dia tampak menikmatinya,” kata Hyung Jun. Dia sekarang benar-benar sudah
kembali seperti semula, nampak ceria dengan semburat ekspresi jahil. “Hey, Sung
Young-ah?”
“Um?”
“Bolehkah
aku menciummu?” dia mencondongkan badannya begitu saja. Aku hanya melotot
melihat tingkahnya, ish, tidak akan kubiarkan. Kuambil air sungai dan
kupercikkan pada wajahnya sebelum itu sampai padaku. “Yaa! Neo!”
“Ish,
makanya jangan kurang ajar,” kujulurkan lidahku. Dia tampak kesal dan ingin
membalas. Hyung Jun menukikkan tongkatnya dan gelombang air yang cukup besar
melayang di udara. O o, aku yakin dia ingin menyiramiku. Huaa!! Harus lari!
“CURANG!!”
teriakku sambil berlari menjauh.
“Woy,
jangan kabur!”
Aku
tidak peduli, terus kupacu langkahku karena kudengar derap-derap langkah
mengikutiku di belakang. Ya! Dia mengejarku! Aku terus berlari menuju jalan
pulang. Namun saat di tikungan aku tidak bisa mengerem langkahku saat seorang
ahjussi tiba-tiba muncul dari tikungan.
Bruak!!
Akhirnya kutabrak dia. Aku sempat akan jatuh tapi ahjussi itu memegangiku.
“Ommo,
jeongmal jeongmal mianhae,” langsung kubungkukkan badanku berulang-ulang. Tentu
saja aku yang salah!
“Haha,
gwaenchana agashi. Berhati-hatilah kalau berlari, kau bisa terluka,” aku
berhenti membungkuk. Baik sekali ahjussi ini, dia tidak marah. Tatapannya yang
lembut membuatku cukup tenang.
“Anda
terluka?”
“Oh
anio anio. Oya, dimana rumahmu? Kau akan ke hutan?”
“Ah,
kebetulan rumahku memang berada tepat di samping hutan lebat, ahjussi,” dia
hanya manggut-manggut.
“Sung
Young! Kena kau!” Ommo, aku menjadi lupa dengan Hyung Jun. Huff, tamat sudah
riwayatku. Dia sudah menangkapku. Ekspresi girangnya langsung berubah saat dia
melihatku sedang bersama seorang ahjussi.
“Ini
Hyung Jun, temanku. Dia mengejarku, ahjussi, jadi aku terburu-buru tadi.”
“Haha,
sepertinya permainan yang menyenangkan,” tawa renyah ahjussi itu
benar-benar..entahlah menyenangkan?
“Em..Sung
Young-ah, kita harus pergi,” Hyung Jun langsung mencengkram pergelangan
tanganku dan menariknya melewati si ahjussi. Dia terus berlari menuju rumah.
Aku sempat terseret-seret karena dia tampak sangat terburu-buru.
“YA!
Kau ini kenapa, sih?!”
*501*
Aku
tidak tahu apa yang terjadi, tapi sore ini Hyun Joong Oppa tiba-tiba menyuruh
kami semua, yeah, kami termasuk aku dan 4 penyihir lainnya untuk berkemas
karena detik ini juga kami akan berangkat naik gunung. Kata Hyun Joong Oppa
acara ini memang sudah rutin dilaksanakan oleh penyihir-penyihir seperti mereka.
Sebenarnya ini akan sangat menyenangkan karena kami akan camping di tengah
hutan. Anio anio, lebih tepatnya menyeramkan.
“Kenapa
aku harus ikut juga? Kata Oppa ini ritual penyihir, kan?” tanyaku sambil terus
berjalan di samping Hyun Joong Oppa.
“Hey,
kau pikir aku akan tega meninggalkanmu sendiri di rumah, ha? Memangnya kau mau
di rumah sendiri? Dulu saja saat Abeoji dan aku pergi, kau terus sembunyi di
bawah tempat tidur sambil menangis.”
“Geumanhae!
Apa perlu diceritakan seperti itu?” kucubit lengan berotot Hyun Joong Oppa
keras-keras. Dia meringis kesakitan sambil berusaha menepis tanganku.
“Apa
kau sepenakut itu, Sung Young-ah? Hahaha,” ejek Jung Min tepat di belakang
kepalaku, ish. Kulemparkan deathglare padanya, tapi dia malah semakin keras
tertawa.
“Kita
akan camping berapa lama?”
“Minimal,
yah, 2 hari,” jawab Hyun Joong Oppa.
“Mwo?
Kita tidak sekolah, dong?”
“Tenang
saja, aku sudah mengirimkan surat ijinnya,” hah, benar-benar deh penyihir ini.
Tapi apa boleh buat.
Huh,
ini sudah sangat jauh. Kira-kira kami sudah berjalan selama setengah jam. Aku sudah
lelah sekali, ditambah beban tas di punggungku ini, ck.
“Seberapa
jauh lagi?” keluhku sambil terus membenahi letak tas.
“Sebentar
lagi,” jawab Hyun Joong Oppa singkat.
“Kenapa
kita tidak terbang saja? Atau naik sapu? Atau naik apalah. Kenapa penyihir
harus serepot ini?”
“Kau
cerewet sekali,” keluh Hyung Jun. Kuberikan jitakan terbaikku padanya.
“Kau
ingin merusak ritual, hah? Ini harus dilakukan dengan jalan kaki,” jawab Hyun
Joong Oppa.
“Kyu
Jong Sunbae? Apa yang kau lakukan?” yah,
dari tadi kulihat Kyu Jong Sunbae tidak berhenti merapal rapalan yang sama,
entah mantra apa itu.
“Ini
untuk mencegah kedatangan binatang-binatang buas.”
“Oh,
arraseo.”
HUAH,
KOJITMAL! Hyun Joong Oppa tadi bilang perjalanannya sebentar lagi. Nyatanya!
Sampai sekarang belum sampai juga, huh. Aku yang semula semangat berjalan di
samping Hyun Joong Oppa sekarang hanya bisa bergelanyut di tangannya, jeongmal
pigonhada. Hyun Joong Oppa kan penyihir yang kuat, kenapa dia tidak
menggendongku saja, huf.
Di
belakangku dan Hyun Joong Oppa ada Hyung Jun yang masih tampak segar, dia
sepertinya punya tenaga berlebih. Lalu di sampingnya ada si kuda alias Jung Min
yang nampaknya sudah sama-sama kualahan sepertiku. Dan di baris paling belakang
ada Kyu Jong Sunbae dan Young Saeng Sunbae. Hm, semenjak kejadian itu, aku
tidak pernah berani menatap bahkan mengajak Young Saeng Sunbae bicara. Dia
seperti berusaha mendekatiku dan mengajakku bicara tapi aku selalu menjauh,
entah kenapa. Sulit bagiku untuk menerimanya jika hanya sekedar menganggapnya
sebagai teman atau sahabat. Aku ingin dia menjadi milikku atau kalau tidak,
yah, berpura-pura tidak saling mengenal. Ini lebih baik.
“Sung
Young-ah? Mau kubawakan tasmu?” tawar Hyung Jun.
“Wah,
jeongmal? Igeo!” aku tidak menyangka Hyung Jun akan melakukan ini. Ne, dia
berubah menjadi namja yang baik sekarang. Terlebih padaku, dia sahabatku yang
sangat baik.
“Agh,
bawakan punyaku juga!” Jung Min melemparkan tas punggungnya kepada Hyung Jun.
“Yak!
Shireo!” Hyung Jun melemparkan tas Jung Min kembali dan sukses mengenai kepala
si kuda.
“Yaa!!”
Jung Min berniat membalas, tapi Hyung Jun sudah berlari menjauh, mendahului
kami semua. “Huh, biarkan saja dia tersesat.”
Huah,
akhirnya kami sudah sampai di tempat tujuan. Matahari sudah hampir tenggelam
saat kami sampai. Wah, Hyun Joong Oppa benar-benar pintar memilih tempat untuk
camping. Tempat ini hanya ditumbuhi rerumputan hijau segar yang seolah dipotong
rapi. Walau tempat ini tidak luas tapi aku yakin bisa didirikan 3 tenda di
sini. Baru kusadari kalau tempat ini berada di pinggir tebing gunung.
Menyeramkan memang, tapi sangat luar biasa indah. Kami bisa melihat keindahan
kota dari sini. Bahkan mungkin kita bisa melihat sebagian Korea.
“Perfect
place,” aku masih terkagum-kagum menikmati pemandangan di depanku. Sunset yang
sempurna.
Masa
bodo. Aku sudah sangat lelah jadi aku tidak ikut mempersiapkan alat-alat
camping, hehe. Hey, mereka kan penyihir, sementara aku bukan. Jadi mereka bisa dengan
cepat mempersiapkan semuanya. Nah, kan, baru sebentar saja seluruh tenda sudah
berhasil di dirikan. Pekerjaan Hyun Joong Oppa sangat rapi. Kulihat Kyu Jong
Sunbae masih sibuk merapal mantra pelindung di sekitar tempat camping kami. Young
Saeng Sunbae sedang mencoba membuat penerangan dan penghangat dari mantra
karakteristiknya. Hyung Jun sedang mengurus air dan memasak beberapa makanan
untuk kami. Sementara Jung Min, dia menggantikan Kyu Jong Sunbae untuk membuat
mantra pelindung.
Mataku
masih tetap tertuju pada Kyu Jong Sunbae yang sedang mendongak ke langit sambil
bersiul pelan. Em, itu siulan yang merdu. Awalnya aku tidak mengerti dengan apa
yang dilakukannya tapi akhirnya aku bisa menyimpulkan kalau siulan itu
ditujukan untuk burung-burung. Yeah, kurang lebih 5 ekor burung berwarna coklat
–putih berdatangan dari berbagai arah. Ke-5 burung itu bertengger di dahan
pohon tepat di depan Kyu Jong Sunbae. Aku semakin mengernyitkan dahi saat Kyu
Jong Sunbae seolah seperti berbincang dengan burung-burung itu. Hah? Apa dia
sudah gila?
Anio!
Ternyata dia tidak gila. Sepertinya Kyu Jong Sunbae memang benar berbicara
dengan burung-burung itu. Setelah Kyu Jong Sunbae selesai bicara, 5 burung itu
terbang lagi, entah kemana. Ommo, aku tidak mengerti.
“Makanan
sudah siap!” teriak Hyung Jun sambil memukul-mukul mangkok dengan sendok. Kegaduhan
yang ditimbulkannya berhasil menarik perhatian semuanya. Hyun Joong Oppa yang
sedang tiduran di rumput langsung mendekati Hyung Jun, merebut sendok tadi, dan
langsung dipukulkannya pada kepala Hyung Jun sebagai isyarat untuk diam.
“Sabar,
ne?” kutepuk-tepuk punggungnya pelan sambil menahan senyum. Dia masih saja
mengusap-usap kepalanya.
Kami
ber-6 sudah mulai menyantap makanan masing-masing. Aigoo, selain pintar membuat
ramuan, Hyung Jun ternyata sangat pintar memasak. Ada sayur, kacang-kacangan,
dan umbi-umbian yang mungkin aku tidak akan pernah memakannya jika dibuat oleh
appa atau restoran sekalipun, tapi masakan Hyung Jun berbeda, terlihat lebih
lezat dan sangat menggiurkan.
“Woh,
mashitta. Kau koki yang hebat, Hyung Jun-ah,” kuberikan jempolku padanya.
“Haha,
gomawo,” dia mengusap-usap rambutku.
“EHEM!!”
deham Hyun Joong Oppa dan Jung Min bersamaan. Aku dan Hyung Jun hanya tersenyum
jahil pada mereka.
“Wae?
Kau cemburu dengan kedekatan kami, Jung Min?” ejekku. Namja itu hanya
mengalihkan pandangan sambil mencibir.
“Preet,”
haha, dia pasti cemburu.
“Oiya,
daritadi aku penasaran. Kyu Jong Sunbae, apa kau tadi bicara..dengan..um,
burung-burung?” yeah, dari tadi aku sangat penasaran dengan itu. Kyu Jong
Sunbae yang sedang minum hanya menjawabku dengan anggukan. “Eottae?”
“Hm,
jadi kau belum diberitahu?” katanya.
“Soal
apa?”
“Kemampuan-kemampuan(abilities)?”
“Hah?” oke, aku benar-benar tidak tahu.
“Hah?” oke, aku benar-benar tidak tahu.
“Jadi
begini. Kami, penyihir, bukanlah penyihir biasa yang sering kau lihat dalam
film. Kami lebih hebat, hehe. Selain bisa menyihir, kami juga dianugrahi
kemampuan. Um, kemampuan yang tidak bisa dirapal dan itu juga bisa menjadi
karakteristik karena setiap orang memiliki kemampuanyang berbeda-beda. Seperti
sihir, kemampuan ini dibawa sejak lahir.
“Wow,
apakah semua penyihir punya kemampuan?”
Gantian
Jung Min yang menjawab,”Tidak semua. Tapi untungnya kami berlima punya.”
“KEREN!
Ommona, aku benar-benar iri dengan kalian. Sudah penyihir, punya kemampuan
khusus pula, wah wah. Kyu Jong Sunbae, um..kemampuanmu adalah bicara dengan
burung?”
“Lebih
tepatnya binatang. Aku bisa bicara dengan semua binatang.”
Entah
kenapa, aku reflek bertepuk tangan. Yah, aku sangat kagum dan iri pada Kyu Jong
Sunbae. Sepertinya sangat menyenangkan bisa dekat dengan tumbuhan dan binatang,
hah. Otakku tiba-tiba seperti di flashback ke kejadian di mana aku dan Kyu Jong
Sunbae berada di hutan tandus itu. Yah, sebelum dia menumbuhkan hutan kembali,
dia sempat menangkap seekor kupu-kupu, kan? Kukira Kyu Sunbae akan mencium
kupu-kupu itu, tapi ternyata dia sedang berbicara dengannya. Yeah, dan
sepeninggal kupu-kupu itu, Young Saeng Sunbae datang untuk menolong. Aku
mengerti sekarang, Kyu Sunbae menyuruh kupu-kupu itu untuk memberitahu Young
Saeng Sunbae. Cukup masuk akal.
“Dan,
Hyung Jun-ah. Ini sangat mudah. Kemampuanmu itu adalah pengetahuan tentang
memasak sesuatu, kan? Itu mengapa kau bisa sangat ahli membuat ramuan.”
“WO!
Kau sangat pintar. Haha, betul sekali.”
“Um, Hyun Joong
Oppa? Apa yang kau punya?”
“Beuh, sudah
bertahun-tahun kau bersamaku, kau belum menyadarinya juga?” katanya sedikit
kesal.
“Ash, to the
point saja laaa,” tapi dia tidak kunjung membuka mulut. Huf, benar-benar ngambek.
“Perasaan aku
sudah pernah mengatakannya. Hm, Oppamu itu kemampuannya adalah kekuatan dan
kecerdasan. Dia penyihir terkuat dan terpintar yang pernah aku temui. Dia
sangat kuat, Sung Young, sangat kuat!
Lihatlah otot-ototnya,” oke, Jung Min cukup berlebihan (-_-) Hm..ini
masuk akal juga. Tidak heran Hyun Joong Oppa bisa sangat mudah mengangkat
apapun. “Dan sangat pintar. Um, Oppamu ini mempunyai pengetahuan berbagai
mantra, Sung Young, bahkan mungkin hampir semua mantra di dunia ini dia tahu.
Itulah mengapa dia disebut sangat pintar. Kau tahu, Hyun Joong Oppa bahkan
mengetahui dan bisa merapal mantra karakteristik kami. Dia tahu polanya, yah,
tapi tentu saja mantra karakteristik itu tidak akan bekerja pada tongkatnya.”
Oke, ini sudah
sangat jelas. Aku semakin bersyukur saja mempunyai Oppa yang sangat baik, kuat,
pintar, dan perhatian. Kupeluk lengannya denga sayang.
“Hyun Joong Oppa
benar-benar hebat!”
“Gomawo,” walau
aku tidak melihat wajahnya, tapi aku tahu benar kalau sekarang dia sedang
tersenyum.
“Dan, Jung
Min-ah, apa kemampuanmu?”
“Yakin ingin
tahu?”
“Ah, ppaliya.”
“Na? Hm…Kau pasti
tidak akan percaya.”
“Ppali! Katakana
saja!” huh, aku sudah mulai kesal padanya.
“Haha, geurae,
geurae. Dengar Sung Young, hm..aku..aku bisa membangkitkan dan bicara
dengan..yang sudah mati.”
“Pff..maksudmu
kau bisa membangkitkan orang yang sudah mati?” bah, dia pasti bohong.
“Ne, tapi kau
jangan salah artian. Membangkitkan bukan berarti membuatnya hidup kembali.
Maksudku bangkit dalam bentuk…zombie!!!”
“Ah, kojitmal!!”
kemampuan macam apa itu!” Ommo Jung Min, 501% kau adalah penyihir yang sangat
HORROR!!
“Yaelah, sudah kubilang kau tidak akan percaya.
Mau bukti?”
“Tidak perlu!!” kataku cepat.
*501*
Sengaja! Ne, aku sengaja tidak bertanya
tentang kemampuan Young Saeng Sunbae karena aku masih saja tidak mau bicara
padanya. Jadi setelah perbincangan horror Jung Min, aku langsung mengajak Hyun
Joong Oppa untuk ke tenda. Ne, tentu saja aku satu tenda dengan Hyun Joong
Oppa. Kyu Jong Sunbae satu tenda dengan Young Saeng Sunbae, sementara Hyung Jun
dengan Jung Min. Hah, aku khawatir tidak sampai 5 menit tenda MinJun bakalan
roboh.
Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 9
malam. Oh, ayolah ini masih terlalu awal untuk tidur. Tapi nampaknya semua
penyihir sudah tidur semua, terbukti suasana sangat sunyi, mungkin mereka
sangat lelah. Termasuk Hyun Joong Oppa!!! Ish, dia sudah asik mendengkur sejak
5 menit yang lalu. Agh, eottae? Aku tidak bisa tidur. Ani, lebih tepatnya aku
belum bisa tidur ditambah gangguan dari suara dengkuran Hyun Joong Oppa.
“Sung Young-ah?” aku terduduk saat
seseorang mengintip dari jendela kecil yang memang ada di tenda. Eh? Itu Young
Saeng Sunbae. “Mianhae mengganggumu. Tapi aku ingin bicara denganmu, jebal,”
dia sudah menjauh kembai dari tenda. Hah, haruskah aku menemuinya?
Dan ternyata jawabannya adalah YA! Kaki
rasanya sangat enggan melangkah keluar dari tenda, tapi hatiku yang terus
mendorong untuk tetap menemui Young Saeng Sunbae karena..yeah, I’m extremely
missing him.
“Ada apa?” tanyaku datar saat aku sudah
sampai di sampingnya. Young Saeng Sunbae mengalihkan tatapannya dari langit
yang cerah berbintang menjadi kepadaku.
“Kita tidak akan bicara di sini.”
Oh, GOD! Aku tidak tahu. Tapi aku hanya
menurut saat dia mendekatiku, memegang pinggangku, dan menyuruhku untuk
menginjak kakinya. Maksudnya apa coba? Dan secara perlahan..kami berdua
melayang ke angkasa. Reflek aku mencengkram baju di punggungnya agar aku tidak
terjatuh dari ketinggian ini.
Ommo. Ini untuk yang ketiga kalinya
Young Saeng Sunbae mengajakku terbang. Yang pertama dengan sapu, kedua dia
menggendongku, lalu yang ketiga ini. Kami berdua seolah-olah sedang berdansa
berlatarkan langit malam berbintang dan lampu-lampu kota di Korea yang
berkelap-kelip indah. Ini pemandangan yang sangat luar biasa. Aku semakin
mempererat tanganku karena…ini sangat menyenangkan. Samar-samar aku bisa
mendengar detak jantung Young Saeng Sunbae.
“Sangat indah, ne? tanyanya.
“Neomu. Jadi, apa yang ingin kau
katakan?”
“Mengenai pernyataan suka itu,” dia
berhenti. Jantungku seketika seperti berhenti berdetak. Oh! Harusnya aku tahu
dia akan membicarakan hal itu, tapi…dengan pintarnya dia membawaku terbang agar
aku tidak bisa menolak dan kabur.
“Wae? Aku tahu Sunbae, kau hanya
menyukaiku, kan? Tidak mencintaiku?”
“Sung Young-ah. Waktu itu aku hanya
bertanya, apakah menyukai seseorang selalu diartikan sebagai mencintai
seseorang? Dan jawabannya adalah tidak. Aku menyadari kesalahanku. Seharusnya
aku tidak bilang bahwa aku menyukaimu, tapi..aku sangat menicintaimu.”
Oh, astaga. Apakah ini benar? Kalimat
itu, yah, kalimat itu yang selalu aku harapkan keluar dari mulutnya. Young
Saeng Sunbae mencintaiku! Aku tidak mau mengekspresikan kebahagiaanku terlalu
berlebihan jadi intinya sekarang aku hanya bisa memeluknya erat sambil
membenamkan wajahku di dadanya.
“Nado saranghae, Heo Young Saeng..Oppa,”
dia balas memelukku erat. Ini sangat hangat! Selama beberapa saat kami hanya
melayang-layang di udara sambil berpelukan. So sweet, kan?
“Sung Young-ah, apa kau tidak penasaran
dengan kemampuan yang aku miliki?” katanya. Kami sekarang sudah turun dari
ketinggian dan hanya duduk-duduk di rumput sambil memandangi lampu-lampu kota.
“Mwoya? Memikatku?” dia terkekeh sambil
merangkulku. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Aaa!! Rasanya aku ingin
berteriak karena saking senangnya.
“Bukan, bukan itu.”
“Lalu apa, Oppa?”
“Aku adalah…mind reader.”
“Wah, bagus dong. Oppa hebat bisa
membaca pikiran.”
Eh, jamkkanman!! MWOYA?! MEMBACA
PIKIRAN!!!! INI TIDAK MUNGKIN!! HUAAA! ANDWAE!!! Sontan aku berniat menjauh
darinya, tapi Young Saeng Sunbae lebih dulu mencengkram tanganku, jadi mau
tidak mau aku harus tetap duduk di sampingnya. Aku tidak mau menatap wajahnya,
MALU!!!
“Kenapa ekspresimu seperti itu?”
tanyanya polos masih sambil mencengkram tanganku. INI SANGAT MEMALUKAN!! Jadi
selama ini dia telah membaca pikiranku. Huaaa! Huaaa! Oke, mungkin kelebay-anku
ini juga telah dibaca olehnya.
“Ja..jadi selama ini Oppa sudah membaca
semua pikiranku?”
“Ne, semuanya. Bahkan kelebay-anmu
barusan,” aku meliriknya, dia hanya tersenyum padaku. Huf, aku cukup lega dia
tidak mengolok-olokku. Mungkin rasa maluku akan semakin diinjak-injak kalau
seandainya dia adalah Jung Min.
“Sung Young-ah, kau tenang saja. Kau
tidak perlu malu padaku. Bahkan sebenarnya, aku sangat senang pada semua
pikiranmu tentang diriku. Karena apa? Semua pikiranmu kebanyakan positif dan
cenderung memujiku sementara orang-orang di luar sana kebanyakan lebih sering
berpikir negative tentang diriku. Entah itu aku yang aneh, cupu, gendut, atau
apalah,” aku masih terdiam dan menunduk. “Dan kau tahu, Sung Young? Saat
pertama kita bertemu, anehnya pikiranmu langsung tersambung denganku. Aku bisa
dengan mudah membaca pikiranmu. Semua pikiranmu membuatku terhibur dan…kau
harus berterimakasih pada pikiranmu karena mereka yang telah membuatku jatuh
cinta padamu.”
Kali ini aku berani menatapnya. Dia
balas menatapku lembut. Tapi SUMPAH! Aku masih sangat malu! Aku hanya bisa menggigit
bibir untuk menahannya.
“Um…Sung Young, aku masih ingat.
Kau…umm..selalu tertarik dengan ini, kan?” Young Saeng Sunbae tersenyum lagi. O
o, hanya saja kali ini senyuman jahil yang ia keluarkan dan nampaknya dia
sedikit malu.
Aku sedikit was-was saat dia
mendekatkan wajahnya padaku. Aku selalu tertarik dengan ini?? Astaga sepertinya
aku tahu apa yang akan dilakukannya. Ne, dia..dia menciumku. Lembut, hangat,
basah? Oh, aku sedang gila! Rasa maluku sudah benar-benar ada di puncak
sekarang, sampai-sampai aku tidak merasakannya lagi. Oke, aku membalasnya. Aku
tidak akan melepaskan ini! Hey, Heo Young Saeng? Kau mendengarku, kan? Aku
mencintaimu, dan kau mencintaiku. Jadi kau tidak boleh meninggalkanku, atau
kita tidak akan pernah bertemu lagi, arraseo? Bagus, dia mendengarkan karena
samar-samar aku bisa merasakan senyumannya di bibirku.
Aku tidak tahu berapa lama kami
berciuman. Hah, ini sangat gila dan memalukan. Tapi untung penyihir-penyihir
lain sudah tidur, jadi…kami tidak khawatir ada orang lain yang melihat
aktivitas kami. Entahlah, ini terlalu nikmat atau apa bagi Young Saeng Oppa
sampai-sampai aku bisa mendengarnya seperti mendesah? Atau mengerang?
“Egghh!” Jamkkanman! Dia tidak mendesah
atau mengerang, tapi dia merintih. Ommo, dia tidak kenikmatan tapi kesakitan.
Dia melepaskan kontak kami tiba-tiba.
“Oppa? Gawaenchana?” dia langsung
ambruk di rumput sambil salah satu tangannya memegangi kepala seolah dia sedang
pusing dan tangannya yang lain memegangi perut.
“Aghhh!! Sung..Sung Youngghhh!!” dia
mengerang semakin keras saat aku melihat cahaya yang muncul tiba-tiba dari
tubuhnya, lalu menghilang begitu saja secepat kemunculannya. Kejadian itu
berlangsung beberapa kali. Tubuh Young Saeng Oppa seperti lampu sekarat yang
terus hidup-padam hidup-padam atau seperti lampu yang korslet. “Aghh!”
Aku masih terpaku sambil memandangi
Young Saeng Oppa dengan shock. Ada apa ini? Kenapa dia jadi seperti ini? Sesaat
Young Saeng Oppa tenang, namun bersamaan dengan munculnya cahaya dari tubuhnya,
dia kembali mengerang kesakitan.
“Ada apa ini Oppa??”
“Sunghh..nan mollayo. Aku tidak bisa
mengendalikan tubuhku. Nggh..sepertinya mantra karakteristikku
memaksa..untuk..untuk keluar.”
Young Saeng Oppa menggeliat-geliut di
rumput. Babo! Seharusnya aku secepatnya minta bantuan. Kukerahkan semua
suaraku, memanggil dengan kencang semua penyihir yang sekarang sedang berkelana
ke alam mimpi. Aku tidak peduli, mereka harus bangun untuk menolong Young Saeng
Oppa. Kyu Jong Sunbae yang pertama muncul sambil memakai sandal secara
tergesa-gesa.
“Mwo..mwoya?”
“Sunbae, tolong Young Saeng Oppa. Aku
tidak tahu apa yang terjadi, dia…” belum selesai aku berucap, perhatianku
teralihkan ke Jung Min dan Hyung Jun berdesakan keluar dari tenda, berusaha
menjadi orang pertama yang berhasil keluar. Huh, mereka ini.
“Kenapa kamu teriak-teriak, Sung
Young?” tanya Hyung Jun yang masih mengantuk.
“Young Saeng Oppa sepertinya sakit.
Ppaliya, tolong dia. Hyung Jun-ah, kau kan bisa membuat berbagai ramuan obat,
bisakah kau…” kata-kataku kembali terhenti
saat Jung Min menepuk pundakku.
“Sung Young-ah, aku tidak tahu kau
begitu khawatir pada Young Saeng Hyung,” ah, benar. Aku terlalu panik. Tapi ini
kan memang keadaan darurat!!
“Dan kau memanggil Young Saeng Hyung
dengan..’Oppa’?” kali ini Kyu Sunbae
yang berujar sambil memasang ekspresi..entahlah. Sejenak dia dan Jung Min
bertemu pandang, lalu mereka tersenyum aneh.
“Sadarlah kalian!! Hyung kalian sedang
sakit! Tolonglah!!”
Seolah ditusuk dengan tusuk gigi, Jung
Min kembali tersadar,”Oiya, Young Saeng Hyung. Ah, eottae?”
Hyung Jun mencoba mengecek dengan
menyentuhkan telapak tangannya di dahi Young Saeng Oppa. Tiba-tiba dia
berjengit sambil mengibaskan telapak tangannya, merasa kepanasan.
“Aigo..Panas sekali.”
Benar. Suhu tubuh Young Saeng Oppa
meningkat drastis. Aku yang tidak menyentuhnya saja bisa merasakan aura
panasnya. Kyu Sunbae dan Jung Min mulai panik, bahkan melebihiku tadi. Mereka
mencoba merapal beberapa mantra tapi tidak ada satu pun yang mempan. Young
Saeng Oppa masih tetap mengerang, napasnya panjang pendek. Aku mulai berpikir
yang tidak-tidak, ah..Tetaplah berpikir positif, Sung Young!
“Aku akan membuat ramuan obat
secepatnya,” kata Hyung Jun lagi sambil berdiri.
“Tidak perlu.”
Kami berempat menoleh ke asal suara.
Ah, Hyun Joong Oppa! Tumben sekali dia bangun
tengah malam begini, padahal kan dia aslinya pangeran tidur.
“Hyun Oppa, tolong Young Saeng Oppa.”
Namja itu hanya berdiri sambil
mengusup-usap dagunya seolah sedang berpikir. Matanya tertuju pada Young Saeng
Oppa yang masih saja berusaha menahan rasa sakit. Sesekali dia juga melirikku
entah apa maksudnya. Ish, aku menjadi kesal sendiri karena dia tidak kunjung
bertindak.
“Oppa, tunggu apa lagi! Pakai sihirmu,
kan Oppa penyihir paling pintar!” aku mulai tidak sabaran.
“Ah, aku tidak bisa menyembuhkannya,”
dia menatapku sepenuhnya.”Tapi KAU! Hanya kau yang bisa menyembuhkannya, Sung
Young!” aku hanya melongo mendengar perkataan Hyun Joong Oppa. Jung Min dan
Hyung Jun juga sama terkejutnya, ekspresi mereka seperti seseorang yang baru
saja melihat kuda bergigi kelinci.
“Na? Memang apa yang bisa aku lakukan?”
“Kau yang mengawali, maka kau yang
harus mengakhiri.”
Jamkkanman! Jangan-jangan Hyun Joong
Oppa tahu kalau aku dan Young Saeng Sunbae mulai pacaran, dan..dan dia menyuruh
kami untuk putus. Oh tidak! Aku tidak bisa jika seperti itu. Apa tidak ada cara
lainnya?
“Oppa, aku tidak bisa putus dengan
Young Saeng Sunbae,” kini semua mata justru tertuju padaku. Ups!
“Ha?? Putus? Memang kalian…” Kyu Jong
Sunbae sengaja tidak meneruskan kata-katanya.
“A..a, kalian sudah pacaran rupanya,”
kata Hyung Jun sambil tersenyum penuh arti. Aku
tidak melihat kesedihan di matanya. Hm..sepertinya dia memang sudah
melupakanku.
“Jadi kalian benar-benar sudah
pacaran?” tanya Hyun Joong Oppa sambil
menatapku tajam. Babo! Seharusnya tadi aku tidak berkata seperti tadi. Hah,
sekarang semuanya sudah tahu kalau aku pacaran dengan Young Saeng
Sunbae.”Pantas saja, sekarang semuanya jadi masuk akal.”
“Apanya, Oppa?”
“Argh..ayolah, kalian. Haaahh..Aku aku,
sudah tidak kuat,” erang Young Saeng Oppa. Oke, sepertinya obrolan tadi terlalu
lama.
“Geurae Sung Young, sekarang tempelkan
tanganmu pada dahi Young Saeng, lalu kau harus mendorong dirimu, mensugesti
Young Saeng agar cepat sembuh. Terus pikirkan kesembuhan Young Saeng.”
Apa perkataan Hyun Joong Oppa barusan
masuk akal? Hanya begitu saja? Tapi tidak ada pilihan lain, aku menurutinya.
Perlahan kutempelkan telapak tanganku di dahinya. Seperti kata Hyung Jun tadi,
kulit Young Saeng Oppa seperti daging yang baru saja direbus. Sekuat tenaga aku
menahannya, terus kupertahankan tanganku. Tak peduli tanganku yang mulai perih.
Instruksi selanjutnya. Aku terus
memikirkan kesembuhan Young Saeng Oppa. Kadang kubisikkan sesuatu yang
menyemangatinya untuk sembuh. Aku tidak merasa melakukan sihir, tapi ajaibnya
cahaya di tubuh Young Saeng Oppa meredup perlahan dan padam. Suhu tubuhnya juga
perlahan menurun. Keadaannya makin membaik seperti sedia kala, bahkan kulihat
dia lebih sehat. Tanganku juga sudah tidak perih lagi.
“Wow, berhasil,” gumam Jung Min kagum.
“Apa yang kau lakukan, Sung Young?
Badanku terasa ringan dan sejuk sekarang. Kau seperti mengaliriku dengan air
yang sangat sejuk dan menyehatkan,” kata Young Saeng Oppa sambil tersenyum
penuh terimakasih. Aku ingin sekali memeluknya sebagai ungkapan lega dan senang
melihat keadaannya, yah, hanya saja tentu aku tidak bisa melakukannya di depan
penyihir-penyihir cengengesan itu. Anio, aku masih butuh penyesuaian.
“Nan mollayo. Kedengarannya itu seperti
Hyung Jun yang bisa mengaliri air sejuk ke dalam tubuh.Tapi..tapi aku tidak
merasa mengendalikan air.”
“Tentu saja tidak. Kau tentu bukan
penyihir air, dongsaeng. Kau baru saja menyembuhkan Young Saeng,” kata Hyun
Joong Oppa tak acuh, seolah yang tadi itu adalah hal yang biasa.
“Jinja?”
“Oh ayoah, kau barusan memang
menyembuhkan Young Saeng dengan kemampuanmu.”
Tunggu dulu, ini terlalu tidak masuk
akal dan mengejutkan. Hyun Joong Oppa baru saja menyebutkan kemampuan, ability,
punyaku? Kupandangi kedua tanganku tak percaya. Benarkah aku punya ability?
“Ah, aku baru sadar. Kau punya
kemampuan sebagai penyembuh, Sung Young. Ingat saat kecelakaan pada kakimu?
Secara menakjubkan kakimu langsung sembuh hanya dalam sehari,” kata Hyung Jun,
diiringi anggukan antusias oleh yang lain.
“Yah, itu cukup masuk akal. Tapi aku
masih tidak menyangka. Aku hebat, aku punya ability menyembuhkan, wow.”
“Ne, kau memang dongsaengku yang
hebat,” Hyun Joong Oppa merangkulku.
“Apa..apakah aku seorang penyihir
juga?” pertanyaan itu tiba-tiba saja terucap. Tidak heran, aku kan dari dulu
memang ingin menjadi seorang penyihir.
“Nah, mari kita duduk di samping api
unggun saja. Hah, kuyakin kalian semua tidak jadi mengantuk gara-gara kejadian
barusan. Jadi, ada yang mau dongeng?”
Keempat penyihir lainnya hanya
mengangguk dan mengikutiku yang masih saja dirangkul Hyun Joong Oppa, berjalan
menuju tumpukan kayu bekas Hyung Jun memasak tadi. Young Saeng Oppa menyulut
kayu-kayu sehingga menjadi kobaran api yang hangat, cocok sekali untuk malam
yang dingin ini. Kami berenam duduk bersila mengelilingi api, ah ani, hanya membentuk
setengah lingkaran. Aku duduk di antara Hyun Joong Oppa dan Young Saeng Oppa.
Kakak dan pacarku! Hehe.
“Jadi..apakah aku seorang penyihir sama
seperti kalian, Oppa?” sebenarnya aku sangat mengharapkan itu. Hyun Joong Oppa
kan penyihir, masa dongsaengnya tidak?
“Sayangnya bukan Sung Young. Kau hanya
mempunyai ability,” ah, pupus sudah harapanku. “Di dunia ini memang banyak
sekali ragam manusia beserta karunia-karunia yang diperolehnya. Ada orang yang
memang hanya diberi kekuatan sihir saja, sebagian lagi hanya
kemampuan-kemampuan special tanpa bisa melakukan sihir, yah, kau salah satunya.
Dan sebagian kecil orang yang beruntung punya keduanya. Sisanya orang-orang
biasa.”
Itu benar. Seharusnya aku sudah sangat
bersyukur karena diberi kemampuan yang luar biasa seperti penyembuh ini. Ne,
dan aku memang sudah bersyukur pada Tuhan.
“Apa itu berarti aku tidak bisa mati
atau sakit karena kan dengan begitu aku
bisa meregenerasikan diri sendiri?”
“Hahaha, tentu saja kau tetap bisa
mati. Persoalan hidup dan mati kan bukan berdasar kemampuanmu, tapi Tuhan yang
mengatur semuanya,” hm, perkataan Hyun Joong Oppa memang benar.”Dan juga jika
misalnya kau terkena penyakit yang sangat sangat parah, kemungkinan kau tetap
bisa mati sebelum bisa meregenerasikan diri. Karena sebenarnya proses
regenerasi yang semakin rumit membutuhkan waktu yang semakin banyak pula.”
“Oh..um..geurae. Sepertinya soal
kemampuanku justru Hyun Joong Oppa yang lebih banyak tahu daripada aku
sendiri.”
“Kau lupa,ha? Oppamu itu kan pe-nyi-hir
pin-tar!” kata Jung Min sedikit dibuat-buat.
“Hahaha, gomawo, min! Nah, sekarang
beritahu Oppa mengenaimu dan..ehm,” Hyun Joong Oppa menatapku jahil sambil
menunjuk Young Saeng Oppa dengan jempolnya. Young Saeng Oppa yang duduk di
sebelah kiriku pura-pura cuek, tapi aku tahu dia sedang malu. Berkat cahaya api
yang terang, aku bisa melihat semburat merah di pipi chubbynya.
“Soal apa?? Bukannya sudah jelas, huh?”
“Ayolah, kami ingin mendengar langsung
darimu,” desak Hyung Jun manja. Hih, ingin kujitak dia, namun sayang dia duduk
di ujung.
Ommo, Young Saeng Oppa, kau saja yang
cerita. Aku sedang malas digoda oleh namja-namja gila ini. Huh, semoga dia
mendengar jeritan hatiku. Dan memang benar dia mendengar, tapi namja chubby itu
hanya mengangkat bahu pelan, tersenyum, lalu mengangguk singkat. Oke, itu
penolakan.
“Ne ne ne, kami pacaran, puas?!”
“EONJE??” tanya Jung Min dan Hyung Jun
bersamaan dengan intonasi yang sama pula.
“45 menit yang lalu.”
“Bagaimana bisa??” tanya Kyu Jong
Sunbae.
“Tentu saja bisa. Aku tidak perlu
menceritakan itu,” oh, God! Kapan ini berakhir? Aku seperti tersangka yang
diinterogasi.
“Kenapa kau suka si gendut itu?” sontan
saja Jung Min mendapat deathglare dari Young Saeng Oppa.
“Dia lebih baik, daripada kuda horror
yang berisik dan penggila wortel,” AW! Oke, jitakan Jung Min menyakitkan.
“Bagaimana cara Young Saeng Hyung
menyatakan perasaannya padamu?” tanya Kyu Sunbae lagi.
“Pokoknya secara romantic. Ah, lupakan.
Sudah aku tidak mau menjawab lagi!”
“Jamkkanman. Oppa ingin bertanya satu
saja. Apa yang kalian lakukan tepat sebelum Young Saeng sakit aneh seperti
tadi?”
Damn! Pertanyaan apa itu. Tenggorokanku
tiba-tiba tercekat dan pipiku menghangat. Bukan, ini bukan efek dari pancaran
api unggun tapi ini karena pertanyaan Hyun Joong Oppa. YOUNG SAENG OPPA!
Haruskah kuberitahu mereka kalau kita tadi..berciuman?
“Uhm, tadi..tadi aku dan Sung
Young berciuman. Apa aku harus ijin dulu
dari Hyung?” ucap Young Saeng Oppa datar dan berusaha menahan malu. Kyu Sunbae
malah melongo mendengarnya, Hyung Jun cekikikan tidak jelas, sementara Jung Min
bersiul pelan sambil menjawilku sesekali, ish.
“Hahahaha, tentu saja tidak. Kau
boleh-boleh saja mencium yeoja itu sepuasmu.”
“OPPA!!”
“Hehe, mian mian, maksudku itu… ah, ini
rahasia, ne?”
Entah hanya perasaanku saja atau bukan,
tiba-tiba hawa malam ini menjadi semakin sunyi dan menegangkan. Semuanya saja
segera merapat ke Hyun Joong Oppa untuk mendengar cerita lebih lanjut.
“Aku sudah menyimpulkan bahwa
kecelakaan Young Saeng tadi karena ulah Sung Young.”
“MWOYA?! Aku tidak mungkin melakukan
i…”
“Ssstt…Sebenarnya ini rahasia keluarga,
namun berhubung aku sudah menganggap kalian, teman-temanku sebagai keluarga,
dan kau Sung Young sudah selayaknya tahu tentang kemampuanmu, um..dongsaengku
ini tidak hanya memiliki kemampuan sebagai penyembuh. Dia mempunyai kemampuan
istimewa lain berupa pengisi(charger).”
“Wow, apakah itu sama artinya dengan
charger ponsel?” banyolan Hyung Jun membuat semuanya sempat tertawa, kecuali
aku. Pengisi, ne? apakah itu sesuatu yang hebat? Tidak pernah kusangka
sebelumnya kalau aku punya kemampuan banyak. Didengar dari pembicaraan Hyun
Joong Oppa, nampaknya kemampuanku itu adalah sesuatu yang tidak bisa
diungkit-ungkit dan diceritakan sembarangan.
“Haha, ya dan tidak, maknae! Kemampuan
pengisi Sung Young hanya berlaku pada kemampuan lain dan hebatnya pada mantra
karakteristik penyihir juga. Dia menambah/mengisi berlipat-lipat tenaga
sekurang-kurangnya 3x lipat. Semakin kuat Sung Young mengisi, maka lipatan
tenaga juga semakin besar. Oya, menurut buku yang pernah aku baca, kemampuan
charging hanya berdampak positif pada ability.”
“Dengan kata lain pada karakteristk
justru berdampak negative?” tanya Jung Min.
“Ne.”
“Ah, arraseo. Jadi saat..umm aku
berciuman dengan Sung Young, secara tidak sengaja dia telah mengeluarkan
kemampuan charging padaku? Itulah mengapa mantra karakteristikku menjadi tidak
terkendali disebabkan energy yang terlalu kuat dan besar.”
“Yups, Young Saeng-ah! Kesimpulanmu
tepat sekali.”
Biasanya aku sedikit loading saat
mendengarkan penjelasan berbelit-belit yang tidak masuk akal seperti ini. Tapi
aku menyadari satu hal, ternyata memang
benar akulah yang menyebabkan Young Saeng Oppa kesakitan seperti tadi.
Serta-merta kupeluk lehernya, minta maaf atas perbuatan yang tidak kusengaja.
“Mianhae, aku benar-benar tidak
bermaksud untuk menykiti Oppa,” kataku setengah berbisik. Ommo, aku merasa
sangat bersalah.
“Anio, bukan salahmu. Kau sendiri kan tidak
tahu kalau punya kemampuan seperti itu,” dia mengusap rambutku. Beruntungnya
aku punya namjachingu yang sangat baik dan pengertian.
“EHM!” deham penyihir-penyihir lain
kompak. Huh, mengganggu saja mereka ini!! Bilang saja iri.
“Ommo! Aku berpikir, kalian kan hanya
berciuman, itu saja sudah membuat Young
Saeng Hyung seperti itu. Lah, bagaimana kalau….?” Hyung Jun sengaja
menggantungkan kata-katanya, tapi kuyakin semuanya menangkap maksud
tersiratnya. Jung Min menoyor Hyung Jun sambil tertawa aneh.
“Apa maksudnya?” ucapku sinis.
“Hahahaha, yah, itu yang kukhawatirkan.
Untuk itu kau harus belajar cara mengendalikan kemampuan istimewamu itu, Sung
Young.” Kata Hyun Joong Oppa,”Besok akan aku ajari.”
“Hyun Joong Hyung, bagaimana mungkin
suatu kemampuan terlepas begitu saja tanpa pengendalian pemiliknya?” tanya Kyu
Sunbae.
“Memang sering seperti itu, apalagi
kemampuan yang besar. Nah, sekarang kita tidur saja karena besok akan menjadi
hari yang sibuk, kkaja!”
*501*
Seharusnya memiliki kemampuan healing
dan charging membuatku senang. Yah,
memang senang sih tapi aku merasa terbebani dan tidak nyaman, entah karena apa.
Aku jadi ingat, kemampuan/kekuatan besar membawa tanggung awab yang besar pula,
huah, bukankah itu berat? Tapi aku berusaha untuk tidak memikirkan itu secara
berlebihan, kunikmati saja apa yang sudah diberikan Tuhan padaku.
Keesokan harinya setelah sarapan, kami
berenam berkumpul di lahan yang kosong, lumayan jauh dari tenda agar saat
latihan tidak menghancurkan tenda dan barang-barang lain. Aku tidak mengerti
apa yang dimaksudkan Hyun Joong Oppa mengenai latihan, namun yah kuturuti saja
Oppaku itu.
“Oppa tidak menyuruhku untuk lari
bermeter-meter sebagai pemanasan, kan?”
“Hahaha, tentu saja tidak. Kau di sini
hanya perlu latihan konsentrasi. Itulah kunci utama yang perlu diperhatikan
agar kau bisa mengendalikan kemampuanmu.”
“Um, oke. Lalu?”
“Coba kau mulai saja dariku, buat
kemampuanku berlipat-lipat. Ingat, hanya kemampuanku bukan karakteristikku.”
“CURANG! Itu berarti Hyun Joong Hyung
akan menjadi kuat dan pintar 501x lipat!!” protes Jung Min yang sedang
tidur-tiduran di rumput berbantalkan perut Hyung Jun.
“Oh, si ggerureot mal! Kau juga
mendapat giliran nanti. Nah, mendekatlah, cobalah berkonsentrasi padaku, Sung
Young-ah.”
Percobaan pertama kali untuk berkonsentrasi
mengendalikan kemampuan cukup membuatku dag dig dug. Aku harus benar-benar
berkonsentrasi agar tidak salah mencharging. Bisa gawat kalau aku malah
mencharging mantra karakteristik Hyun Joong Oppa. Kupejamkam mataku, kusentuh
lengan Hyun Joong Oppa, kupusatkan pemikiranku untuk mengisi kemampuan Hyun
Joong Oppa.
“Hyung Joong Hyung menghilang!” teriak
Hyung Jun terkejut. Aku segera membuka mata. Benar, Oppaku tidak ada!!
Sepertinya aku membuat kesalahan.
“Anio!” sekilas aku melihat Hyun Joong
Oppa muncul lagi di hadapanku, kemudian menghilang lagi secepat kemunculannya.
“Oh, dongsaeng, kau mencharging mantra
karakteristikku. Ini membuatku pusing. Sembuhkan aku pelan-pelan, kau
perlu berkonsntrasi penuh.”
Menghilang-munculnya Hyun Joong Oppa
membuatku semakin gugup. Dalam waktu kurang dari 24 jam aku sudah membuat dua
orang tersayangku kesakitan. Aku jadi
takut dan ternyata perasaan itu membahayakan. Kusentuh Hyun Joong Oppa dan dia
malah hilang-muncul semakin cepat membuatnya terduduk di tanah karena pusing.
“OPPA! MIAN!”
“Ommo, Hyung?” Young Saeng Oppa
mendekat untuk memastikan keadaan. Ini tidak bagus! “Sembuhkan Oppamu Sung
Young, kau pasti bisa,” dia mengepalkan tangan sambil tersenyum, memberi
semangat.
Sekali lagi kucoba untuk
berkonsentrasi. Kugenggam tangan Hyun Joong Oppa sambil memikirkan kesedihanku
melihat Hyun Joong Oppa sakit dan kupikirkan kelegaan jika Hyun Joong Oppa
sembuh. Perlahan hilang-munculnya Hyun Joong Oppa melambat, sampai pada
akhirnya bernar-benar berhenti. Lucky! Aku berhasil.Thanks God!!
“Huh, rasanya dunia berputar sangat
cepat!” keluh Hyun Joong Oppa sambil memegangi kepalanya.
“Minum ini, Hyung,” Kyu Jong Sunbae
memberikan segelas minuman yang tadi pagi dibuat Hyung Jun yaitu ramuan untuk
menambah stamina. Ramuan yang menyegarkan.
“Percobaan yang lumayan. Nampaknya kau
lebih mudah mengendalikan kemampuan penyembuhmu daripada pengisi. Gwaenchana,
teruslah berkonsentrasi. Semakin lama
akan semakin mudah untuk berkonsentrasi. Sekarang…HYUNG JUN! Kau yang menjadi
kelinci percobaan selanjutnya.”
“Mwo? Anio anio, shireo,” penolakan
Hyung Jun membuatku sedikit merasa tidak enak. Dia pasti tidak mau kesakitan.
Aku tidak menyalahkannya.
“Mian, Hyung Jun-ah, mian jika aku
membuatmu takut.”
“Anio Sung Young-ah, tenang saja. Aku
hanya…sedang malas.”
“Jun, Jun, dengan yeoja cantik saja
takut.”
“Si ggeu reot, mal!”
“Geurae, aku saja,” Kyu Jong Sunbae
berdiri, membersihkan pantatnya dari kotoran yang menempel, lalu berdiri di
depanku. “Aku ingin merasakan kemampuanmu.”
Geurae, kali ini aku tidak mau membuat
kesalahan lagi. Aku berkonsentrasi penuh sambil memikirkan hal-hal yang menyenangkan.
Kyu Jong Sunbae memiliki kemampuan untuk berbicara pada binatang maka aku
membayangkan kemampuannya itu menjadi berlipat dan semakin baik.
“Woa, kenapa di sini sangat berisik?”
tanya Kyu Jong Sunbae kebingungan, begitu juga dengan yang lainnya. Apa aku
salah lagi? Hutan ini begitu sunyi tapi tadi Kyu Jong Sunbae berkata kalau di
sini berisik.
“Memang apa yang kau dengar?” tanya
Hyun Joong Oppa penasaran.
“Aku mendengar bisikan-bisikan seperti
‘oh, apa sih yang dilakukan makhluk-makhluk jelek itu di sini?’ atau
‘daun-daunku banyak yang gugur hari ini’
eh..TUMBUHAN! Aku bisa mendengar tumbuhan bicara!! OMMO!”
Tak ayal kami berlima melongo mendengar
perkataan Kyu Jong Sunbae. Namja itu terlihat sangat senang. Dia belari dari
satu pohon ke pohon lain, berbicara dengan bahasa yang sama sekali tidak aku
mengerti.
“Daebak! Kau bisa membuat Kyu Hyung
berbicara dengan semua makhluk hidup, Sung Young,” bisa kulihat sedikit rasa
iri di mata Jung Min. Aku hanya terkekeh sambil menggauk-garuk kepala yang tidak
gatal. “Kau benar-benar super charger dan healer.”
“Hahaha! Pohon beri ini baru saja
bilang kalau manusia jelek berbaju merah itu sangat bau!” Kyu Sunbae tidak
henti-hentinya tertawa sambilmenunuk Jung Min.
“HEY POHON BERI TERKUTUK! Kutebang
kau!!” geram Jung Min.
“Pohon itu benar, Jung Min kan bau
mayat,” celoteh Hyung Jun yang sukses membuatnya mendapat jitakan keras dari si
penyihir berdarah.
“Geumanhae! Sekarang waktunya untuk mencabut
kemampuanmu dari Kyu Jong,” kata Hyun Joong Oppa.
Kyu
Jong Sunbae mendesah kecewa, aku tahu dia pasti masih ingin berbincang
dengan tumbuhan-tumbuhan kesukaannya. “Lain kali charging kemampuanku lagi,
ne?” pintanya dengan aegyo yang menggemaskan.
“Ne, pasti Sunbae.”
Aku mendekatinya, menyentuh lengannya,
dan memejamkan mata.
“Anio, Sung Young! Sekarang cobalah
untuk melakukannya dalam jarak jauh. Menurut buku, kemampuan charging tidak
harus dilakukan dengan menyentuh target. Kau hanya perlu melihat dan
memikirkannya. Tapi untuk kemampuan healing kau harus menyentuh target.”
“Aku tahu! Sekarang semuanya jadi masuk
akal,” semua mata menatap Young Saeng Oppa.” Sejak pertama Sung Young berada di
rumah, aku merasa kemampuan membaca
pikiranku bertambah kuat. Biasanya aku hanya bisa membaca pikiran orang-orang
yang berada di dekatku, tapi semenjak itu aku bisa membaca pikiran orang yang
bermeter-meter dariku. Itulah sebabnya aku muncul saat Sung Young dan Jung Min
diserang macan, itu karena aku mendengar ketakutan Sung Young dan Jung Min.
Padahal waktu itu aku sedang berada di rumah.”
“Dulu Oppa bilang sedang berada di
hutan untuk mencari sesuatu.”
“Hehe, mian aku berbohong Sung Young.
Jadi kupikir Sung Young secara tidak sengaja telah menchargingku dalam jarak
jauh karena dia…dia…”
“Terus memikirkanmu, ne ne ne, masuk
akal,” sambung Hyun Oppa cepat. Kontan saja pipiku memerah. “Nah, Sung Young.
Cobalah sekarang. Caranya sama, kok. Kunci utama adalah berkonsentrasi.”
Aku sudah tidak mau berkomentar apa-apa
lagi. Kuberjalan menjauh dari Kyu Sunbae. Huh, perbincangan tadi membuatku malu
saja. Oke, aku sadar dari dulu aku terus memikirkan Young Saeng Oppa.
Nah, sekarang bukan waktunya untuk
memikirkan rasa malu, sekarang waktunya konsentrasi! Ayo Sung Young! Kutatap
Kyu Sunbae sejenak lalu kupejamkan mata, berkonsentrasi, mencurahkan semua
abilityku, serta kupusatkan pemikiran. Kubayagkan Kyu Sunbae sepenuhnya sudah
menjadi seperti semula.
“Yess!! Aku sudah tidak kesulitan lagi
sekarang.”
“Jinja? Sekarang masuk tahap akhir
untuk latihan pertama. Umm..aku butuh dua orang di sini. Kyu, kau jangan pergi
dulu. Jung Min-ah, kemarilah!” Hyun Joong Oppa sudah seperti seorang
seonsaengnim. Dia seonsaengnim yang sangat baik.
“Woke! Sekarang giliranku. Buat aku
semakin hebat, Sung Young,” Jung Min berdiri sambil sok-sokan merenggangkan
otot-ototnya, bersiap-siap.
“Young
Saeng-ah, kau ikut saja,” Young Saeng Oppa menurut, dia bergabung dengan
Kyu Sunbae dan Jung Min. “Nah, Sung Young, saat ini ada tiga orang yang berdiri
di sana. Bisakah kau mencharging 3 orang itu?”
Kutatap satu persatu namja yang tengah
berdiri di depanku itu. Sejenak aku merasa ragu. Aku tidak yakin aku bisa melakukannya. Aku
takut membuat mereka terluka. Mencharging tiga orang berarti semakin banyak aku
harus berkonsentrasi. Tapi tiga namja itu terlihat santai-santai saja dan
justru memberiku semangat. Aku melirik Hyung Jun, fuh, dia tidur.
“Geurae, aku pasti bisa!!” yah! Aku
harus optimis terlebih dahulu. Aku tidak boleh menyerah sebelum mencoba.
Langsung saja kututup mataku.
Kubayangkan tiga penyihir tampan yang selama ini sangat baik padaku. Seperti
sebelum-sebelumnya, aku terus membayangkan hal-hal yang positif sampai
kurasakan kemampuanku sudah tersalur ke tubuh target. Kuhentikan konsentrasiku
saat kupikir sudah cukup.
“Yeah, nampaknya berhasil,” Kyu Jong
Sunbae mengangguk-angguk kalem sambil melihat kesekeliling. Sesaat kulihat dia
meringis pada pohon kalpataru.
Young Saeng Oppa berjalan kearahku.“Mengagumkan.
Kau sangat hebat!” pujinya sambil sedikit mengacak-acak rambutku.
“Hehe, gomawo Oppa.”
“Nah! Sekarang saatnya kalian melihat
kemampuan super dari si Penyihir Merah!! Ini dia!!”
Jamkkanman! Bukankah ability Jung Min
adalah membangkitkan orang…mati? Huaa! Ini tidak bagus! Harusnya tadi bukan dia
yang aku charging. Tapi terlambat, Jung Min merentangkan tangan penuh semangat
dan muncullah retakan-retakan di tanah.
Aku berjalan mundur, berusaha menghindari
retakan-retakan yang semakin banyak dan melebar. Hyung Jun yang sedang tiduran
di rumput langsung terbangun begitu kepalanya terjeblos akibat retakan yang
dibuat Jung Min. Aku memekik terkejut saat melihat sesuatu keluar dari dalam
tanah yang retak, menggapai-gapai permukaan berusaha bangkit. Itu tulang!!!
Hiiy.. Nampaknya Jung Min benar-benar membangkitkan makhluk yang tinggal
kerangka itu.
“Wuah! Keren!” pekik Jung Min riang.
Oh, tidak! Sepertinya namja merah itu
sudah benar-benar gila. Sekarang selusin kerangka manusia dan binatang yang
nampak seperti beruang sudah menjulang di depan kami ber6. Bagaimana mungkin
hal seperti ini disebut keren? Ckck. Kerangka-kerangka itu megingatkanku akan
pengalaman buruk dengan kerangka waktu di kamar Jung Min. Aku menggapai-gapai mencari
sesuatu yang bisa kugenggam, dan yang kudapatkan adalah tangan Young Saeng
Oppa.
“Gwaenchana,” katanya lirih
menenangkan. Aku tahu dia pasti sudah membaca ketakutanku. Dia membalas
genggaman tanganku. Nyaman.
Hyung Jun yang sudah tersadar
sepenuhnya hanya melotot kesekeliling dan langsung berlari ke arah kami yang
sedang berkumpul sambil menatap horror ke kerangka-kerangka itu. Kuyakin bayi
besar itu juga sama takutnya sepertiku.
“Woah, kau benar-benar berhasil
menchargingku, Sung Young. Sebelumnya aku hanya berhasil membangkitkan zombie
atau orang mati yang membusuk. Tapi sekarang aku bahkan bisa menghidupkan orang
mati yang tinggal tulang, keren! Bahkan binatang pun ikut bangkit! Jeongmal
gomawo!” aku hanya meringis melihatnya begitu gembira. Dia segera bergabung dengan
teman-teman barunya lalu mengobrol layaknya teman lama dengan bahasa yang tidak
aku mengerti.
“Oh,hentikan sajalah, Jung Min. Kamu
membuat Sung Young takut,” kata Hyung Jun.
“Bukankah kau juga takut?” tanyaku.
“Ssst..”
“Ah, aku baru bertemu dengan mereka,
masa aku langsung mengusir mereka? Jja! Saatnya berpesta!” oh ini tidak bagus,
seringaian jahil Jung Min membuatku takut.
Salah satu kerangka berderah-derak tak
tenang, lubang matanya yang kosong menatap lurus ke arah Hyung Jun. Sekejap
saja makhuk itu berlari-lari kecil menuju Hyung Jun, mengejarnya. Tentu saja si
bayi kalap dan berlari kesana-kemari merasa geli sekaligus takut. Jung Min
malah tertawa senang.
“Gaeumanhae Jung Min-ah, itu tidak
lucu!” hardikku. Sekarang Jung Min justru
menatapku jahil.
“Kau mau bermain dengan mereka juga,
Sung Young?”
Aku semakin merapat ke Young Saeng Oppa
saat salah satu kerangka berjalan ke arahku. Mending kalau kerangka itu bersih,
aku tidak akan takut. Tapi selusin makhluk itu benar-benar kotor dan busuk
saking lamanya berada di tanah. Semakin dia mendekat, aku hanya bisa menutup
mata sambil memeluk lengan Young Saeng Oppa.
Prang!! Tiba-tiba suara ricuh itu
terdengar tepat di depanku. Kubuka mataku dan aku tidak melihat kerangka yang
tadi mendekatiku. Ommo! Young Saeng Oppa tadi ternyata telah memantrai kerangka
itu sehingga hancur berkeping-keping. Setumpuk tulang-tulang kecil teronggok di
depan Jung Min.
“Kau menyebalkan, Jung Min,” dengusnya kesal.
Ah, jeongmal gomawo. Namjachinguku ini benar-benar melindungiku.
“Hyung!! Ommo! Kau tega sekali
menghancurkan dia,” Jung Min mengangkat tongkatnya lalu merapal mantra untuk
memperbaiki si kerangka seperti semula,”Kau beruntung Sung Young.”
“Yeahh, sepertinya tugasku sudah
digantikan oleh Young Saeng,” kata Hyun Joong Oppa tak acuh sambil menatap aku
dan Young Saeng Oppa. Haha, pasti maksudnya karena sekarang ada Young Saeng
Oppa yang akan selalu melindungiku.
“Ah, Hyun Joong Oppa akan tetap jadi Oppaku.”
“HEY! Lalu bagaimana denganku!!! Tak
adakah yang meindungi dan menolongku?!” teriak Hyung Jun masih sambil berlari
menghindari kerangka yang berusaha menangkapnya. Kami berlima hanya melihat
permainan kejar-kejaran mereka tanpa melakukan apapun, tidak ada yang berminat
menolong Hyung Jun.
“Kau kan bisa merapal sendiri,” kata
Kyu Sunbae.
“Aku tidak bisa berhenti dan
berkonsentrasi! Huaa! Dia terus mengejarku!”
Tingkah Hyung Jun yang kekanakan
seperti itu sebenarnya cukup menghibur, namun lama-kelamaan kasian juga
melihatnya ketakutan. Aku pun berniat untuk mengambil chargingku kembali dari
Jung Min. Tapi sebelum aku sempat melakukannya, kerangka yang mengejar Hyung
Jun telah berhenti dan lenyap kembali ke tanah. Sebelas kerangka lain pun juga
sama, merosot ke tanah lagi.
“Ahh…Sung Young, kenapa kau
mengambilnya,” desah Jung Min kecewa. Hm, ini aneh.
“Yah, aku memang berniat melakukannya,
tapi…sebelum aku sempat berkonsentrasi kerangka-kerangka itu sudah lenyap. Apa
yang terjadi, Hyun Joong Oppa?”
Hyun Joong Oppa menatapku lekat sambil
mengangguk-angguk tidak jelas,”Sepertinya kemampuan mengisimu tidak bertahan
lama. Dalam arti akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa menit.”
“Jadi aku tidak perlu mengambilnya
kembali karena charging yang aku salurkan akan hilang sendiri?”
“Yups.”
“Ne, aku sekarang tidak bisa mendengar
pohon-pohon berbisik lagi,” kata Kyu Sunbae.
“Nah, apa kau sudah siap untuk latihan
selanjutnya, dongsaeng?”
“Mwo? Latihan lagi? Ayolah Oppa, kapan
ini berakhir?”
“Sekali lagi! Ini latihan terakhirmu,” Huh,
Hyun Joong Oppa ternyata guru yang keras dan pemaksa. Geurae, aku tidak bisa membantahnya,
kuturuti saja apa maunya karena kuyakin ini juga demi kebaikanku. “Kali ini kau
pasti suka latihannya.”
“Mwoya?”
“Kau sudah latihan mencharging entah
itu dari cara menyentuh atau jarak jauh. Kau juga sudah latihan mengambilnya
kembali. Sekarang, kau harus berlatih untuk menahannya, bisa?”
“Bagaimana melakukannya?”
“Kuncinya sama, konsentrasi, dan kau
pokoknya tidak boleh lepas kendali. Nah, persiapkan saja dirimu. Hm..harus ada
tekanan,” Hyun Joong Oppa menyeringai jahil sambil melirikku dan Young Saeng
Oppa bergantian,”Bisakah kalian berciuman lagi?”
“M..mwo?” kataku dengan suara yang aneh
seperti orang yang tengah tersedak. Yaa! Apa-apaan Hyun Joong Oppa.
“Wah! Ini akan jadi bagus!” kata Jung
Min kembali bersemangat.
“Harus diabadikan,” Kyu Jong Sunbae
mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
“Fighting Sung Young!” teriak Hyung Jun
dengan seulas senyum jahil.
“Yak! Anio, shireo! Aku tidak akan
memberikan tontonan gratis pada kalian. Ini memalukan.”
“Wo, wo, Hyung! Sung Young baru saja menolakmu, dia tidak mau menciummu.”
“Jung Min-ah, Sung Young benar. Ciuman
kami sangat mahal dan sangat privasi.”
“Hyung tidak asyik,” Young Saeng Oppa
hanya membalas dengan mengedikkan bahu.
“Sung Young, ini adalah latihan
terakhirmu. Jika kau berhasil, berarti kau sepenuhnya telah berhasil
mengendalikan kemampuanmu. Jika tidak kau latih, aku khawatir kejadian yang
sama seperti semalam terulang lagi dan itu berbahaya,” aku hanya terdiam
mempertimbangkan. Memang benar membahayakan, tapi gila saja kalau misalnya aku
dan Young Saeng Oppa benar-benar ciuman di depan mereka, ck never happen!
Mungkin aku mau melakukannya saat nanti kami menikah, hehe.
“Anio. Lupakan saja.”
“Young Saeng-ah, kau harus membantu
Sung Young,” oh bagus, sekarang Hyun Joong Oppa membujuk Young Saeng Oppa.
Kuyakin namjachinguku itu sedang mempertimbangkannya juga.
“Apa harus dengan ciuman?”
“Itu yang paling mudah. Memang kau mau
merasa kesakitan setelah berciuman dengan Sung Young?”
Tiba-tiba Young Saeng Oppa tersenyum
tipis sambil menatapku penuh arti. Mwo? Jangan bilang dia termakan omongan Hyun
Joong Oppa. Dia berjalan semakin mendekat. Diletakannya kedua tangannya pada
kedua pundakku, menahan agar aku tidak kabur. Tubuhnya sedikit direndahkan agar
sejajar denganku. Ya ya ya, aku kan pendek.
“Berkonsentrasi sajalah. Kau pasti bisa
melakukannya. Jangan buat aku kesakitan, ne?”
“Ha..hajiman Oppa,” siapa bilang aku
tidak mau mencium namja di depanku ini. Hajiman, jebal Oppa, jangan cium aku di
depan mereka. Aku semakin sebal saat melihat reaksi MinJun yang berlebihan.
Hyung Jun meremas-remas tangannya sendiri sementara Jung Min menggigiti kerah
bajunya. Ck, baboya.
“Kau tidak usah khawatir.”
Young Saeng Oppa mengambil tongkatnya,
merapal mantra yang belum pernah aku lihat. Hyun Joong Oppa yang semula
santai-santai langsung membelalakkan mata mengetahui mantra apa yang dirapal
Young Saeng Oppa. Tapi sebelum dia sempat berteriak ataupun bertindak, mantra
itu sudah bekerja. Aku hanya melongo melihat keempat penyihir lain terdiam,
membeku.
“Ap…apa yang kau lakukan, Oppa?”
“Freeze?”
Aku tidak bisa berkata lagi karena
mulutku sudah dibungkam dengan bibir Young Saeng Oppa. Sesaat aku hanya
mengedip-kedipkan kedua mataku, belum menyadari apa yang terjadi. Ommona, aku
kira Young Saeng Oppa akan kapok dan takut menciumku gara-gara kejadian semalam.
Hah, ternyata pendapatku salah.
“Tidak mungkin aku takut padamu,
ataupun kapok menciummu,” katanya saat kontak kami terlepas. Belum sempat aku
memprotes, dia sudah menyambung kontak kami lagi.
Kali ini aku tersadar sepenuhnya.
Bahkan kukalungkan kedua tanganku di lehernya dan membalasnya. Tentu aku sambil
berkonsentrasi agar tidak melepaskan ability secara tidak sengaja. Latihan kali
ini ternyata lebih sulit karena konsentrasiku benar-benar diuji dan terbagi
menjadi dua.
“Hhh..sudah cukup. Sepertinya kau
berhasil,” Young Saeng Oppa melepas kontak kami setelah beberapa saat dan mengusap
bibirku dengan ibu jarinya. GOD! Aku ingin pingsan (*-*)
“Go..gomawo Young Saeng Oppa.”
Kemudian namja itu mengeluarkan
tongkatnya lagi dan merapal untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Dalam
hitungan detik kelima penyihir lain sudah bergerak lagi.
“Jangan coba-coba!” teriak Hyun Joong Oppa.
“Ayolah, kapan kalian berciuman? Lama sekali,”
keluh Kyu Sunbae masih sambil men-stand by ponselnya.
“Kami sudah melakukannya. Nah, Hyung,
dongsaenmu ini sudah lulus latihan tahap akhir.”
“Young Saeng Hyung!! Apa kau baru saja
membekukan kami?!” protes Hyung Jun dan hanya dijawab dengan anggukan kalem
oleh Young Saeng Oppa.
*501*
Aku tidak mengerti, latihan konsentrasi
tadi benar-benar membuatku lelah. Setelah Young Saeng Oppa menciumku, kepalaku
mendadak pusing dan tubuhku sangat lemas. Apakah ini gara-gara ciuman lagi? Oh,
itu akan sangat menyiksa kami.
Tapi setelah mendapat penjelasan dari
Hyun Joong Oppa, aku baru mengerti kalau
rasa lelah dan pusing ini kudapat akibat latihan. Menurutnya aku hari ini
terlalu banyak mengeluarkan energy ability.
“Nampaknya ability besarmu membawa dampak
yang besar pula. Selain hasil yang diciptakan ability chargingmu sangat
menakjubkan, ternyata menyimpan efek samping yaitu menguras tenaga. Kau tidak
boleh berlebihan menggunakannya, Sung Young, atau kau bisa saja pingsan karena
terlalu lelah.”
“Ne, kau tidak boleh sembarangan
menggunakannya. Lebih baik kau menggunakannya hanya pada saat-saat penting dan
mendesak saja,” kata Young Saeng Oppa sambil memberiku segelas minuman penambah
stamina buatan Hyung Jun.
Yeah, kami berenam saat ini memutuskan untuk
duduk-duduk di rumput hijau sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang sangat
sejuk. Kicauan burung-burung menambah ketentraman hutan ini. Untung saja hari
ini tidak ada awan mendung yang menggaggu pemandangan serta suasana.
“Jeongmal mianhae menyuruhmu latihan
keras, Sung Young. Aku tidak tahu kalau kemampuanmu justru menguras tenagamu.
Jika kau mengeluarkan lebih banyak power, aku takut kau akan…”
“Anio Oppa! Latihan tadi sangat penting
dan mendesak, jadi sudah seharusnya aku mengeluarkan power charge untuk itu.
Tidak ada yang sia-sia. Gomawo sudah melatihku Oppa, dan aku berjanji akan
berhati-hati,” kutarik Pinggang Hyun Joong Oppa dengan sebelah tanganku. Sekali
lagi aku sangat bersyukur mempunyai Oppa seperti dia. “Kau Oppaku yang paling
baik dan hebat,” seharusnya perkataanku barusan membuat Hyun Joong Oppa senang,
namun melihat raut mukanya, dia tampak tidak senang. Kuputuskan untuk melepas
rangkulanku.
“Ahh, jadi apa yang akan kita lakukan
sekarang?” desah Hyung Jun sambil merebahkan diri di rumput.
“Ayo kita duel saja,” usul Jung Min
yang ternyata tidak ada seorang pun yang mendengarkannya. Mungkin gara-gara
insiden kerangka tadi.
“Oiya, bolehkah aku bertanya sesuatu?”
tanyaku. Hm, sebenarnya pertanyaan yang ingin aku ajukan sudah bersarang sangat
lama di benakku. Kelima penyihir hanya menatapku, menunggu apa yang ingin aku
tanyakan. “Jadi begini, beberapa hari ini kan kalian tinggal di Daegu, apakah
kalian tidak ingin pulang? Bahkan sampai sekarang ini aku tidak tahu asal
kalian,” perkataanku barusan sebenarnya membuatku terkejut juga. Sekarang
statusku adalah pacar Young Saeng Oppa, tapi aku tidak tahu apa-apa tentangnya.
Menyedihkan.
“Ah, sepertinya duel sihir seru juga.
Kkaja Jung Min, aku tantang kau!” Hyung Jun yang semula rebahan langsung
berdiri, merenggangkan otot-ototnya, dan menyiapkan tongkat. Ya! Dia
mengacuhkan pertanyaanku.
“Tidak salah kau menantangku, ha?”
“Ck, penyihir aneh sepertimu sangat
gampang dikalahkan. Aku ingin balas dendam mengenai kerangkamu tadi, huh.”
“Hahaha, kita lihat saja,” Jung Min
menyiapkan tongkat uniknya dan berdiri siaga di depan Hyung Jun.
Huh, terserahlah mereka menunda
menjawab pertanyaanku, aneh, seperti menghindari seuatu. Kuputuskan dulu untuk
melihat duel mereka yang sepertinya akan jadi seru.
“Sepertinya memang sudah seharusnya kau
mengetahui semuanya, Sung Young. Geurae, aku yang akan memulai duluan,”
Jujur aku tidak mengetahui apa
maksudnya. Tapi aku memutuskan untuk tidak berkomentar apa-apa dulu saat Hyung
Jun langsung merapal mantra di udara, membuat pola dengan kabut birunya. Pola
itu melesat ke tanah dan kembali lagi ke ujung tongkat Hyung Jun sambil membawa
butiran besar air jernih. Ah, Hyung Jun baru saja mengambil air dari dalam
tanah. Gelembung air itu hanya berputar-putar di ujung tongkat saat Hyung Jun
melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan.
“Baby Blue Wizard. Sebenarnya itu
adalah julukan yang sudah aku dapat dari dulu, didapat gara-gara seorang
penyihir besar yang sangat jahat. Mungkin aku adalah anak paling malang di
dunia karena keberadaanku tidak diinginkan oleh orangtua. Tanggal 3 September,
tepat saat umurku bau menginjak 1 bulan, kedua orangtuaku dengan teganya
membuangku ke laut. Aku yang masih sangat mungil terombang-ambing di laut dan
secara ajaib berhasil selamat saat terdampar di mokpo, dipungut oleh seorang
nenek yang sangat baik. Yeah, dulu aku tinggal di pulau yang sangat indah.
Jeju. Ommo, jika dipikir-pikir sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan
halmoni. Sayang, dia sudah meninggal.”
Sejenak aku mematung, berusaha mencerna
perkataan panjang Hyung Jun. Kulirik Hyun Joong Oppa yang sedari tadi antusias
mendengarkan cerita Hyung Jun. Aku bertanya tanpa suara tentang apakah aku
harus mempercayainya? Tapi Hyun Joong Oppa hanya mengangguk.
“Nah, dari situlah aku mendapat julukan
Baby Blue karena sosok bayi yang terombang-ambing di laut, dan dari situ pula
aku mendapatkan sihirku, Water
characteristic. Setelah beberapa tahun aku baru mengetahui kalau ternyata orang
tuaku dulu dipengaruhi sihir jahat agar membuangku,” dia berhenti sejenak untuk
mengayunkan tongkatnya. “Terima ini Jung Min!!!”
Jung Min yang tidak siap karena sedari
tadi ikut mendengarkan langsung terjatuh begitu terhantam air Hyung Jun. Si
bayi bersorak kegirangan berhasil mengenai Jung Min.
“Yaaa!! Kau curang!!” secepat kilat
Jung Min merapal mantra yang sudah sangat aku hafal, yeah apalagi kalau bukan
karakteristiknya. Hyung Jun yang masih kegirangan menjadi tidak siap ketika
mantra Jung Min datang, langsung menghantam dadanya. Dengan seringaian puas,
Jung Min mulai menggerakkan tongkatnya, mengambil alih gerak Hyung Jun.
“Penyihir berdarah. Ck, itu bukan nama
yang aku inginkan. Awalnya aku sangat senang dan merasa menjadi orang paling
beruntung karena memiliki kekuatan sihir dan orangtua penyihir. Tapi itu tidak
berlangsung lama. Saat umurku 10 tahun, secara mengerikan kegelapan menyergap
keluarga kami. Kedatangan sosok penyihir jahat mengubah segalanya. Dia
menngincarku, terus mengejarku karena menginginkan mantra karakteristikku,”
Selama bercerita, Jung Min dengan sesuka hati mempermainkan Hyung Jun yang
masih terikat mantaranya,
“Tentu saja kedua orangtuaku tidak
mengijinkan itu terjadi. Dengan segala upaya mereka melindungiku. Aku yang dulu
terlalu pengecut dan bodoh membiarkan mereka melakukannya dan malah berujung
pada kematian. Yah, orangtuaku tidak selamat. Setelah itu baru kusadari kalau
menghindar tidak akan menyelesaikan
apa-apa. Aku penyihir hebat! Karakteristikku adalah mengendalikan darah! Itu
adalah sesuatu yang sangat hebat. Maka dari itu aku memutuskan untuk melawan si
penyihir jahat dengan cara mengendalikannya. Penyihir itu tentu sangat marah.
Awalnya aku sangat yakin kalau aku akan
menang. Tapi latihanku selama ini tidak cukup, penyihir itu lebih hebat. Selama
3 detik dalam 1 menit dia berhasil terlepas dari mantraku. Dari kesempatan
itulah dia merapal kutukan untukku…”
“Dan karena itulah kau menjadi vampire.
Penyihir setengah vampire,” ucapku tanpa sadar karena teringat akan perkataan
Jung Min dulu.
“Kau benar Sung Young,” dia tersenyum
padaku lalu melepaskan mantaranya pada Hyung Jun.
“Kauhh..tega sekalihh,” Hyug Jun
berjalan terhuyung-huyung sambil berusaha mengatur nafas.
“Sudah kubilang kau akan kalah, Jun! Ck,
Sepertinya aku sudah menjadi sangat hebat dan tak terkalahkan,” ucapnya PD.
“Jinja?” Dengan santainya Hyun Joong
Oppa berdiri, menyiapkan tongkatnya menantang Jung Min. Entah kenapa tiba-tiba
rasa PD Jung Min luntur begitu melihat Hyun Joong Oppa.
“Huah, aku capek. Aku ingin istirahat
dulu.”
“Tidak secepat itu,” Hyun Joong Oppa
menarik lengan Jung Min, memaksanya untuk tetap berdiri di medan duel.
“Wae Jung Min? Kau taku pada Hyun Joong
Oppa?”
“Anio, aku hanya tidak mau melawan
orang tua,” perkataan barusan membuatnya mendapatkan hantaman keras dari kabut
hitam.
“Ppaliya! Bertarunglah.”
Dari sini aku sempat dag dig dug dan
berharap Hyun Joong Oppa akan menceritakan sesuatu yang belum aku ketahui. Tapi
aku tidak mendengar apa-apa lagi selain suara berisik karena hantaman-hantaman
mantra. Jung Min terus berusaha mengeluarkan mantra karakteristiknya, namun
Hyun Joong Oppa dengan kecepatan luar biasa menghindarinya bahkan menangkis
mantra Jung Min dengan mantra tamengnya. Bayangan, sangat cepat. Benakku
langsung dipenuhi pertanyaan tentang bagaimana Hyun Joong Oppa bisa mendapatkan
itu.
“Aku menyerah! Huaaaaahhh,” Jung Min
langsung ambruk saat kabut hitam menghantamnya sekali lagi, “Oke, Hyung, aku
tidak akan pernah bisa mengalahkanmu.”
“Ommo Hyun Joong Oppa! Tadi itu sangat
hebat.”
“Tentu saja, aku penyihir terhebat dan
terpintar sepanjang masa,” katanya dengan PD. Huh, virus narsis Jung Min rupanya
sudah menyebar padanya.
“Hyung, aku ingin duel denganmu.
Beberapa hari ini aku sudah melatih sihirku. Bisakah kau mengujiku?” tanya Kyu
Sunbae penuh harap.
“Ne, Kyu, kkaja kita lihat
kemampuanmu.”
“Um, apakah aku juga harus bercerita?”
namja hijau itu menatapku dan hanya kubalas dengan senyuman. Aku sudah tidak
terlalu antusias untuk mengetahui masa lalu mereka karena itu adalah pengalaman
buruk yang tidak seharusnya mereka ingat kembali. Walau begitu aku tetap
penasaran dengan masa lalu namja di sampingku ini. Young Saeng Oppa menatapku.
Kuyakin dia membaca pikiranku barusan. Aku menatapnya, membujuknya untuk
bercerita.
“Nanti,” ucapnya lirih sambil
tersenyum.
“Ah, geurae. Aku akan cepat saja.
Sebenarnya aku tidak tahu di mana tepatnya aku tinggal karena aku dan kedua
orang tua penyihirku sangat sering berpindah-pindah. Bahkan kami sempat
berpindah tempat tinggal 3x selama 1 minggu. Itu kami lakukan karena hidup kami
tidak tenang, terus dikejar oleh bayang-bayang sosok penyihir jahat yang ingin
mengambil semua yang kami punya. Kami tidak bisa menyerang, yang kami bisa
hanya kabur karena sihir kami bertiga tidak cocok untuk menyerang. Ayahku
memiliki mantra karakteristik mengendalikan waktu terutama teleportasi dan ibu
mechanic. Aku dulu tidak tahu kalau mengendalikan tumbuhan bisa digunakan untuk
menyerang,” Kyu Sunbae mnggerakkan tongkatnya, menumbuhkan sukur-sulur tanaman
yang sangat panjang dan kuat dari tanah.
“Waktu itu umurku 13 tahun saat orang
tuaku meninggal. Satu hari sebelum mereka
memutuskan untuk menyerah, aku diteleportasi oleh ayah ke sini. Dan sampai saat
ini aku tinggal di sini. Membangun rumah dengan sihirku dan belajar apa adanya
sampai aku bertemu dengan Hyun Joong Hyung dan yang lainnya.”
“Mwo? Jadi dorm sihir itu rumah Kyu
Sunbae? Rumah buatan sunbae sendiri?”
“Ne, Sung Young. Hebat, kan? Mungkin
kelak aku bisa menjadi arsitek, hehe.”
Aku tidak bisa berkomentar apa-apa
lagi. Yang kulakukan hanya menonton duel antara Kyu Sunbae dan Hyun Joong Oppa.
Aku sempat khawatir penyihir-penyihir ini akan sedih setelah menceritakan masa
lalunya, tapi yang kulihat di sini hanya tampang-tampang gila dan cengengesan
mereka seolah masa lalu bukanlah hal yang buruk lagi. Huf, melegakan.
“Nah, Kyu, kau semakin hebat saja. Aku kali ini kualahan mengimbangimu.”
“Hajiman, tetap saja aku tidak bisa
mengalahkanmu, Hyung.”
“Haha, suatau saat nanti. Usahamu
sangat bagus. Tingkatkan terus!”
“Hyun Joong Oppa, kenapa kau tidak
bercerita seperti yang lain?”
“Kau yakin ingin mendengarkan ceritaku?”
“Ayolah, jangan rahasiakan apa-apa lagi
dariku,” Hyun Joong Oppa terdiam. Walau terlihat samar, tapi aku bisa menebak
kalau saat ini dia sedang perang batin. Bodo amat, aku ingin mengetahui semua
rahasia yang entah hanya firasatku saja atau bukan tapi ini seperti ada
hubungannya denganku.
“Geurae, aku akan bercerita kalau ada
yang bisa mengalahkanku.”
Young Saeng Oppa tiba-tiba berdiri,”Hm,
sepertinya sekarang adalah giliranku.”
“Yeah! Ini akan jadi duel yang seru,”
teriak Jung Min kegirangan.
“Aku tahu. Aku akan bingung memilih
antara mendukung oppa atau namjachingu.”
“Tidak hanya itu, Youngi. Yah..kau
pasti sudah tahu kan kalau Hyun Joong Oppamu penyihir bayangan yang sangat
cepat? Sangat sangat cepat. Tapi kecepatannya tetap akan kalah jika dibandingkan dengan kecepatan
cahaya. Kau tau maksudku, kan?”
Wew, jadi maksud Jung Min adalah Hyun
Joong Oppa yang sangat hebat dan tak terkalahkan akhirnya bisa dikalahkan oleh
Young Saeng Oppa?
“Daebak! Ayo, Young Saeng Oppa!
Kalahkan penyihir hebat itu!”
“Yak Sung Young! Kau lebih memilih dia,
hah? Geurae,aku tidak akan kalah kali ini.”
Mereka sudah mensiagakan tongkatnya.
Dengan kecepatan yang menakjubkan seperti tadi, kabut-kabut hitam Hyun Joong
Oppa melesat. Tapi sebelum sampai pada Young Saeng Oppa, kabut itu sudah lenyap
saat terhantam cahaya terang seperti kilat milik Young Saeng Oppa. Keren!
“Jamkkanman, kalu Hyun Joong Oppa bisa
dikalahkan oleh Young Saeng Oppa, berarti penyihir terhebat adalah Young Saeng
Oppa?”
“Sayangnya semua hal mempunyai
kelebihan dan titik kelemahan, Sung Young. Bahkan Young Saeng sekalipun bisa
dikalahkan. Apa kau belum tahu juga?” perkataan Kyu Sunbae membuatku mau tidak
mau berpikir. Kuamati satu per satu penyihir dan mataku terhenti pada Hyung Jun
yang sedang tiduran.
“Ah, benar. Air bisa membuat korslet.”
Pertarungan masih berlanjut. Satu per
satu mantra bersusulan melesat dari tongkat ke tongkat. Sambil menangkis
serangan, Young Saeng Oppa memulai ceritanya.
“Cahaya,” Young Saeng Oppa berjengit
saat kabut Hyun Joong Oppa hampir mengenai kepalanya. “Suatu hal yang sangat
berharga. Aku sama sepertimu,Sung Young, takut pada kegelapan. Itulah mengapa
saat ini aku memiliki mantra karakteristik cahaya.
“Kejadian itu dimulai pada tengah
malam. Aku yang masih berusia 4 tahun hanya bisa bersembunyi di almari gelap
saat kedua orangtuaku dibunuh oleh sosok yang sangat jahat. Dari dalam almari
aku bisa mendengar suara-suara mengerikan seperti barang pecah, sesuatu yang meledak,bahkan
jeritan kedua orangtuaku. Di kegelapan aku hanya bisa menangis ketakutan dan
sedih mengetahui jeritan itu adalah jeritan terakhir mereka. Dari situlah aku
mulai fobia pada gelap karena dalam keadaan gelap gulita aku seperti kembali ke
dalam almari.” Young Saeng Oppa menghentikan ceritanya dan memutuskan untuk
berkonsentrasi pada Hyun Joong Oppa.
“Aku masih tidak mengerti. Apakah
mantra karakteristik itu bisa dipilih sendiri? Maksudku, apakah memang
kebetulan Young Saeng Oppa mendapat cahaya atau karena dia takut gelap jadi dia
mendapat cahaya.”
“Tidak persis seperti itu. Mantra
karakteristik didapat bukan karena ucapan keinginan tapi didapat berdasar kata
lubuk hati kita yang jauh di sana, tanpa kita sadari.” Perhatian Young Saeng
Oppa menjadi teralihkan gara-gara menjawab pertanyaanku. Akibatnya kabut Hyun
Joong Oppa berhasil menghantam dadanya. Namun Young Saeng Oppa tidak menyerah
begitu saja. Dengan sisa tenaganya dia
melontarkan kilat yang sukses menyambar Hyun Joong Oppa.
“Oppa!” Hyun Joong Oppa yang ambruk membuatku khawatir. Setelah
beberapa detik Hyun Joong Oppa sudah baik-baik saja.
“Jangan khawatir Sung Young. Aku yakin
Young Saeng tidak berniat membunuhku. Dia hanya membuatku shock. Geurae, aku
mengaku kalah.”
Fyuh, melegakan sekali.Aku berlari
menghampiri mereka. Melihat Hyun Joong Oppa yang baik-baik saja membuatku
berpikir untuk menolong Young Saeng Oppa yang sedikit sesak nafas. Kuberikan
segelas minuman padanya.
“Ckck, enak ya yang pacaran,” decak
Jung Min menyindir kami. Kuabaikan saja kuda cerewet itu.
Duel antara Hyun Joong Oppa dan Young
Saeng Oppa tadi merupakan duel terakhir. Selanjutya kami berenam kembali
berkumpul. Aku terus mendesak Hyun Joong Oppa agar bercerita.
“Sebelumnya aku mau menjelaskan dulu. Sihir
bukanlah hal yang sangat mengagumkan seperti yang kau selama ini bayangkan,
Sung Young. Kekuatan sihir kami mengundang sebuah julukan dan julukan itu
mengandung banyak arti. Bahkan itu bisa dikatakan sebagai kutukan karena
gara-gara sihir sesuatu yang buruk menimpa kami. Seperti Hyung Jun, dia adalah
bayi biru karena saat masih bayi dia dibuang ke laut. Jung Min mendapat kutukan
karena sosok penyihir jahat meginginkan mantra karakteristiknya. Kyu Jong yang
hidupnya tidak pernah tenang justru dijuluki sebagai orang yang membawa
ketentraman. Sementara Young Saeng yang takut gelap dianugrahi cahaya untuk
membantunya sekaligus untuk meningat masa lalunya.”
“Ah, arraseo. Aku juga turut berduka
atas semua yang terjadi pada keluarga kalian.”
“Keluarga terutama orangtua sebagian
dari kami kebetulan penyihir. Dan gara-gara sosok penyihir jahat, keluarga kami
meninggal. Nah, maka dari itu di sinilah kami sekarang. Rumah Kyu Jong
satu-satunya tempat yang aman.”
“Apakah penjahat yang membunuh
orangtua-orangtua kalian adalah penjahat yang sama?” sejenak mereka saling
menatap.
“Ne. Penyihir itu sudah sangat terkenal
kejahatannya di dunia sihir. Namja itu dikenal dengan nama Bang si setan(Devil
Bang) karena dia menginginkan semua kekuatan sihir di dunia terutama karakteristik.
Dia penyihir yang sangat istimewa, mempunyai mantra karakteristik serangan tak
terlihat dalam arti kabut yang diciptakannya transparan dan dia mempunyai
ability untuk menyerap mantra karakteristik dan ability seseorang,” penjelasan
Hyun Joong Oppa membuatku tercengang.
“Mwo? Jadi dia bisa mengambil mantra
karakteristik dan ability sekaligus?”
“Ye. Sayangnya mantra dan ability itu
hanya bisa diambil dengan cara membunuh. Sampai sekarang dia masih dalam misi
mengumpulkan semua mantra karakteristik dan ability yang ada. Dia haus
kekuasaan. Dia ingin menguasai dunia. Dia ingin menjadi single wizard, satu-satunya
penyihir di dunia.”
“Dan sayangnya saat ini dia sedang
mengincar ability regenerasi diri atau menyembuhkan diri agar dirinya tidak
bisa dibunuh dengan mudah. Dengan begitu dia…ups,” Hyung Jun buru-buru menutup
mulutnya sendiri. Aku melototo padanya, merasa tahu kemana arah pembicaraannya.
“Ceritakan padaku semuanya! Yang dimaksud
Hyung Jun adalah aku, kan?!”
“Oh, kerja bagus baby!” dengus Hyun Joong
Oppa. “Geurae. Sung Young-ah, nae dongsaeng. Aku um..kami sebelumnya
benar-benar minta maaf karena tidak memberitahumu secepatnya.
Jadi memang benar kamulah target Devil
Bang saat ini. Itulah mengapa kau kubawa ke dorm karena di sanalah tempat yang
menurut kami aman setelah..em..tragedi kematian Abeoji.”
“Mwo?! Jadi kematian abeoji ada
hubungannya dengan melindungiku?”
“Yah, semua penyihir tahu kaulah kunci
antara keselamatan dunia atau kehancuran dunia. Jadi semua orang terutama
penyihir seperti mempunyai kewajiban untuk melindungimu. Jika Devil Bang
menangkapmu dan membunuhmu, maka dia tidak akan bisa terbunuh dengan mudah
karena bisa menyembuhkan diri….”
Perkataan
Hyun Joong Oppa tiba-tiba terhenti karena tiba-tiba terdengar suara gemerisik di
semak-semak. Seorang namja yang sangat familiar muncul dari semak-semak. NE!
Bukankah dia namja paruh baya yang aku tabrak waktu itu? Mendadak semua
penyihir di sekelilingku terkesiap, berdiri sambil mensiagakan tongkat. Mereka nampak sangat terkejut. Apakah dia??
“Ah, benar sekali. Penjelasanmu sangat
benar, Kim Hyun Joong putra dari Kim Seo Joong, seorang penyihir yang dibebani
tanggung jawab besar,” namja itu menatap semuanya satu per satu, “Ah, lama
tidak bertemu dengan kalian. Kim Hyung Jun, bayi yang malang. Park Jung Min,
hm, vampireku yang bodoh dan pengecut. Dan, Kim Kyu Jong si lemah yang selalu
sendiri. Oh ya, kau Heo Young Saeng kalau tidak salah. Tampak sangat bersinar,
heum?”
“Kau penyihir jahat!! Enyahlah!” bentak
Hyun Joong Oppa. Melihat Devil Bang yang terkesan sangat santai dan tanpa rasa
bersalah itu membuat emosiku ikut membuncah. Melihatnya membuatku teringat akan
peristiwa yang merenggut Appa.
“Aku kesini hanya untuk yeoja itu.
Ommona, Shin Sung Young anakku, Kau sudah sangat besar,” dia merentangkan
tangan menyambut sebuah pelukan,”Apa kau tidak rindu dengan Appa?”
Mendengar perkataan itu membuat emosiku
tergantikan dengan keterkejutan. Bagaimana mungkin dia menyebut dirinya sebagai
Appa? Aku kan anak dari Kim Seo Joong. Um, atau memang mungkin…ah, aku tidak
sudi memiliki Appa seperti dia. Kutatap Hyun Joong Oppa meminta keterangan
lebih lanjut. Tapi dia tidak membalas tatapanku, matanya terus menatap Devil
Bang sengit. Mungkin mata itu sedang berkobar-kobar saking bencinya dengan apa
yang dilihat.
“Jangan sakiti dongsaengku!” Hyun Joong
Oppa semakin menegakkan tongkatnya diikuti keempat penyihir lainnya.
“Kau benar-benar melindunginya, yah.
Berikan saja lah, aku tidak akan menyakiti kalian,” Devil Bang berjalan
perlahan kearah kami. Tatapannya yang lembut tapi menyiratkan kejahatan itu
berbinar-binar saat menatapku. Jika kuperhatikan lebih saksama, bentuk wajah,
mata, hidung, dan bibirnya mirip dengan seseorang yang kulihat saat bercermin.
“Pergilah ke neraka!!” sesuatu yang hitam
melesat begitu cepat dari tongkat Hyun Joong Oppa. Kabut hitam itu tepat
menghantam dada Devil Bang yang sukses membuatnya terlontar cukup jauh.
“Jadi…Kau ingin perang?” kepalanya yang
tertunduk perlahan terangkat, membalas tatapan benci kami. Oh! Itu mata paling
mengerikan yang pernah aku lihat. Entah bagaimana matanya yang semula
kecoklatan layaknya manusia normal sekarang menjadi merah kekuningan seperti
iblis.
Dia menggerak-gerakkan cepat tongkatnya seperti sedang merapal, namun aku
tidak melihat kabut apapun yang terbentuk di udara. Tahu-tahu aku mendengar
dengkingan ngilu dan tanah di depan kami meledak, membuyarkan kerumunan kami.
Tubuhku sangat sakit saat terjatuh dan nampaknya kelima penyihir juga merasakan
hal yang sama. Saat itu juga aku baru sadar kalau karakteristik Devil Bang
adalah kabut transparan, sehingga sulit mengetahui mantra apa yang sedang
dirapalnya. Mengerikan.
Hyun Joong Oppa yang pertama berdiri.
Dia menatap Young Saeng Oppa, sepertinya sedang mentransfer pikirannya agar dibaca
Young Saeng Oppa. Namjachinguku itu hanya mengangguk kemudian menghampiriku,
menggandeng tanganku, dan merapal sebuah mantra. Selanjutnya Hyun Joong Oppa,
Kyu Jong Sunbae, Jung Min, dan Hyung Jun kembali mensiagakan tongkat, merapal
mantra secepat mungkin untuk membalas serangan-serangan Devil Bang yang tidak
terlihat. Young Saeng Oppa tetap stay di sisiku, masih menggenggam tanganku.
“Oppa tidak ikut melawan?”
“Tugasku lebih berat, yaitu menjagamu,
jhagiya.”
“Nan gwaenchana Oppa, aku tidak akan dilukai
oleh Devil Bang.”
“Ne, dia tidak akan melukaimu asal kau
bersamaku,” kulihat tongkat Young Saeng Oppa semakin berbinar-binar memancarkan
cahaya.
Dari sini bisa kulihat Devil Bang terus
menatapku penuh arti. Nampaknya dia memang berusaha mengarahkan mantranya
padaku. Namun Hyun Joong Oppa dan yang lainnya selalu menghalangi, beberapa
ledakan terjadi di udara akibat benturan dua mantra. Walau Devil Bang dikeroyok
oleh 4 penyihir yang menurutku sangat hebat,dia tetap bisa menyeimbangkan
keadaan. Aku ingin mencharging kekuatan mereka, tapi tenagaku masih belum pulih
seutuhnya.
“YAK! RASAKAN INI!” teriak Jung Min
sambil meluncurkan mantra karakteristiknya. Gocha! Beruntung Devil Bang belum
sempak mengelak. Mantra pengendali Jung Min sesaat berhasil bersarang di tubuh
penjahat itu. Mereka ber4 hanya punya waktu 3 detik untuk melakukan sesuatu.
Hyun Joong Oppa yang bertindak,
kesempatan terkekangnya Devil Bang dimanfaatkan Hyun Joong Oppa dengan melontarkan
sebuah mantra yang cukup membuat si musuh tak berdaya. Kabut hitam melesat dan
menghantam devil bang sangat keras sampai terdengar bunyi ‘BUG’ yang memilukan.
“Ppali! Pergi dari sini!” perintah Hyun Joong Oppa kepada
kami untuk segera meninggalkan medan perkelahian secepat mungkin sementara
Devil Bang sedang berusaha memulihkan tenaganya lagi.
Pinggangku segera direngkuh oleh Young
Saeng Oppa dan kami pun terbang beriringan dengan Hyun Joong Oppa. Jung Min dan
Hyung Jun membantu Kyu Sunbae merapal tenda dan perbekalan lalu ikut terbang di
belakang kami.
*501*
“Oh, ini tidak bagus, Hyung! Aku sempat
membaca pikiran Devil Bang di saat terakhir tadi bahwa jika dia gagal dalam
perkelahian tadi, maka dia akan menyerang kita tengah malam nanti,” kata Young
Saeng Oppa panik sambil masih memegang tanganku. Padahal kita sudah sampai di
rumah.
Hyun Joong Oppa tidak kalah panik,”
Oke, jadi..kita harus melakukan berbagai persiapan, antisipasi, dan
perlindungan. Apa lagi yang kau dengar?”
“Oiya, dia tadi juga berencana untuk
membawa bantuan jika memang dibutuhkan.”
Hyung Jun bergidik mendengarnya. Tidak,
tidak hanya Hyung Jun, tapi semuanya bahkan aku juga. Aku mengerti ketakutan
mereka. Yang akan mereka hadapi ini bukanlah penyihir biasa, tapi penyihir luar
biasa jahat yang mempunyai banyak kekuatan dan sangat hebat. Bahkan dalam
perkelahian 4:1 tadi dia hanya kualahan selama 3 detik.
“Ommo, apa yang harus kita lakukan,
Hyung?” tanya Hyung Jun ngeri.
“Aku punya ide! Pokoknya, kita harus
berbagi tugas.”
Semua mata terfokus pada Hyun Joong
Oppa menantikan arahan dan strategi ‘perang’ yang akan dilakukan nanti malam.
Mengingat pertempuran yang akan dihadapi nanti membuatku semakin merinding. Ini adalah pertempuran sihir yang
sangat berbahaya dan beresiko. Salah satu penyebabnya adalah…aku? Yeah, mereka
semua melindungiku sekaligus melindungi dunia.
“Bagaimana kalau aku mati saja? Dengan
begitu tidak akan ada pertempuran dan tidak akan ada yang terluka, duniapun
tidak akan terancam keslamatannya,” usulku dengan berani. Aku tahu itu bodoh,
tapi aku tidak bisa membiarkan salah satu di antara keluargaku ini terluka.
Semua mata langsung melotot padaku,
terlebih Hyun Joong Oppa dan Young Saeng Oppa yang nampak terkejut.
“Baboya,” cibir Hyun Joong Oppa.
“Kau ini bicara apa? Sudahlah,ikuti
saja instruksi Oppamu nanti. Gwaenchana, kita harus bekerjasama,” tangan Young
Saeng Oppa melingkar di pundakku. Situasi seperti ini harusnya membuatku
langsung canggung dan malu, tapi merasakan betapa khawatirnya Young Saeng Oppa
terhadapku membuatku mau tak mau terdiam dan ikut merasa khawatir.
“Tapi aku benar kan?” belaku lagi.
“Memang. Tapi jika memang itu tujuan
kami dar awal, kami sudah membunuhmu sejak dulu! Kenapa kau tidak mengerti Sung
Young? Jika kau mati, usaha-usaha kami demi melindungimu akan sia-sia,” jawab
Hyun Joong Oppa.
“Dan setelah kau mati, kaupikir Devil
Bang akan berhenti? Kau pikir kami tidak akan membununya? Tidak akan pernah.
Devil Bang sudah pasti akan memikirkan sejuta cara agar cita-citanya terwujud.”
Timpal Kyu Sunbae diiringi anggukan kompak dari Jung Min dan Hyung Jun.
Aku terdiam memikirkan kata-kata
mereka. Ah, sudah berapa kali mereka berusaha melindungiku? Sudah berapa kali
mereka mengorbankan segalanya hanya untukku? Sudah berapa kali mereka dilanda
ketakutan ganda akibat si penjahat monster itu?! Ommo.
“Geurae, tapi pokoknya aku mau andil
dalam pertempuran ini. Aku tidak mau hanya berdiam sementara kalian asik
bermain adu sihir.”
“Haha, ne ne Youngi. Kami memang
membutuhkan bantuan yeoja berkemampuan hebat sepertimu,”ucap Hyun Joong Oppa,”
Nah, jadi begini. Kita harus membuat perlindungan untuk rumah ini. Sihir pelindung
rumah harus ditebalkan sebagai upaya perlindungan terakhir nanti. Young
Saeng-ah, kau yang paling ahli membuat pelindung. Kami akan sangat membutuhkan
bantuanmu untuk itu.”
“Beres, Hyung.”
Hyun Joong Oppa sekarang beralih
menatap Jung Min,” Jung Min-ah, bisakah kau nanti membangkitkan semua
pengikutmu yang bisa kau kumpulkan?”
“Ah, itu sih mudah. Asal kalian tahu ya, di dunia bawah pun
makhluk-makhluk mengerikan itu mempunyai kaos bertuliskan PJM FansClub! Hahaha,
dan jumlah mereka pun puluhan.”
“Geurae, geurae tuan narsis. Aku ingin
fansclubmu itu dibagi untuk melindungi empat sisi rumah. Tapi diusahakan lebih
banyak di samping rumah dan kau sendiri bisa ikut melawan Devil Bang. Untuk Kyu
Jong, aku ingin kau mensiagakan semua binatang yang bisa kau ajak kerjasama,
terutama binatang bertenaga besar. Aku juga ingin kau membuat tameng
perlindungan hutan yang mengitari rumah, bisa?”
“Tentu saja, Hyung! Akan kukumpulkan
macan, beruang, dan serigala-serigala hebat untuk ikut menyerang, juga tumbuhan
penjerat yang mematikan.”
“Joha! Oiya, dan bisakah kau berjaga di
atap rumah? Memantau setiap pertempuran dan menjaga rumah dari serangan udara
maupun serangan dari dalam?”
“Siap, bos!” Kyu Sunbae
menggunakan tongkatnya untuk membuat
sign hormat.
“Hyung Jun dan Young Saeng, aku ingin
kalian membantuku dan Jung Min melawan Devil Bang. Kekuatan kita harus
disatukan penuh untuk bisa melawannya dan jangan sampai ada yang lengah atau
kita akan menjadi sasaran empuk. Hyung Jun-ah, jika misalnya ada serangan dari
bawah, aku juga memerlukanmu untuk mendeteksinya.”
“Oyes! Ini akan menyenangkan.”
“Aku sesekali juga akan membuat kabut
untuk membingungkan musuh.”
Aku sedari tadi hanya bungkam saat Hyun
Joong Oppa menyerukan instruksi yang kusadari itu sangat berat dan membutuhkan
tenaga. Tapi aku percaya mereka bisa melakukannya dengan baik dan aku yakin
bahwa tidak ada celah dari rencana itu, semoga saja.
“Oppa! Lalu apa yang harus aku
lakukan?”
“Semalaman ini kau hanya berlu berdiam
di kamar. Sejak pertama kau datang, kamarmu adalah tempat paling terlindungi
yang pernah aku buat. Hanya manusia dan penyihir dengan tujuan baik yang bisa
memasuki kamarmu. Usahakan agar kau tidak terbunuh.”
“Hanya itu?”
Hyun Joong Oppa membungkuk untuk
mensejajarkan wajahnya denganku. Kedua tangannya memegang pundakku.
“Jebal, kau jangan sampai terbunuh,”
entah perasaanku saja atau bukan, tapi aku bisa melihat mata Hyun Joong Oppa
berkaca-kaca. Segenap rasa khawatir dan takut tertera jelas di sana.
Mendengar ucapan lirih dan penuh harap
itu membuatku mau tak mau mengangguk untuk mematuhinya.
“Oppa..um, kalian semua juga harus
berjanji untuk tidak terbunuh,” Hyun Joong Oppa kembali menegakkan badannya dan
aku bisa melihat ke5 penyihir tersenyum serta mengangguk mantab, tanpa
keraguan.
“Oh, mungkin kau bisa mencharging kami
saat bertempur nanti?” usul Jung Min.
“BENAR! Dengan begitu kita pasti bisa
mengalahkan Devil Bang dengan mudah,” timpal Hyung Jun.
“Hanya saja masalahnya, jika Sung Young
terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dia bisa drop,” ucap Young Saeng Oppa
khawatir. Aku menatapnya sambil tersenyum.
“Gwaenchana, aku bisa mencharging
kalian sekali. Dengan begitu tenagaku tidak akan terkuras.”
“Tapi kan charging Sung Young hanya
bertahan beberapa menit saja, dan..bukankah charging Sung Young hanya bekerja
baik pada ability?” Semuanya mendesah kecewa mengetahui kebenaran ucapakan Kyu
Sunbae.
Tiba-tiba Hyun Joong Oppa menjentikkan
jari,” Aha! Begini saja! Sung Young hanya perlu mencharging kita saat sedang
bertempur saja, dengan kata lain waktunya harus tepat. Aku punya ide,” Hyun
Joong Oppa menarik tanganku,”Oh, kalian berempat mulailah membuat pelindung
dari sekarang.”
Selanjutnya semua penyihir membubarkan
diri dari ruang depan dan berjalan kesepenjuru rumah. Tongkat mereka
menyala-nyala saat merapal mantra. Sementara aku terus ditarik Hyun Joong Oppa
ke kamarku di lantai dua. Dia melepaskan genggamannya begitu kami sudah di
dalam.
“Nah, mulai sekarang kau harus berada
di kamar terus, arra? Jangan keluar sampai pertarungan berakhir.”
“Hajiman…”
“Rencana yang aku maksud tadi begini.
Aku akan merapal mantra untuk membuat tembok kamarmu transparan dari dalam
sehingga kau bisa melihat kami dan berkonsentrasi. Um, jika kau mau?”
“Tentu aku mau Oppa! Dengan begitu aku
bisa mengikuti jalannya pertempuran. Yah, walaupun akan sangat mengerikan,
tapi…tapi aku ingin melihatnya. Dan juga aku bisa berkonsentrasi dengan mudah.”
“Begini saja.”
Hyun Joong Oppa mengeluarkan tongkatnya
dari saku dan mulai membentuk kabut-kabut hitamnya menjadi sebuah pola yang
cukup sederhana di udara. Kabut itu melayang perlahan di salah satu tembok kamarku
yang menghadap ke halaman depan, menyelimutinya, dan perlahan semakin menipis
lalu menghilang. Seiring dengan hilangnya kabut, tembok kamarku pun juga
lenyap. Ah, anio, tapi berubah menjadi tembok transparan, sehingga sekarang aku
bisa melihat halaman depan yang kotor dengan jelas.
“Daebak, Oppa!”
“Aku buat salah satu tembokmu saja,
tidak perlu semua. Nah, tembok ini hanya transparan pada satu sisi, dalam arti
hanya bisa dilihat dari dalam kamarmu saja, sementara jika dari luar tembokmu
seperti tembok biasa.”
“Devil Bang tidak akan tahu itu kan?”
“Aku yakin dia tidak akan tahu sihir
hebat ini,” kata Hyun Joong Oppa sambil menyunggingkan sebuah senyuman yang
akan selalu aku rindukan. Walau dia tersenyum begitu, tetap saja aku bisa
melihat secercah kekhawatiran dan ketakutan. Oke, aku tidak menyalahkannya.
“Hyun Joong Oppa, bisakah kau bercerita
tentang kita? Maksudmu tentang kehidupan ku terutama dirimu dulu? Tadi saat di
hutan kau belum menjawabku. Dan apakah yang dikatakan Devil Bang benar bahwa aku
anaknya?” aku bisa melihat betapa terkejutnya Hyun Joong Oppa mendengar
pertanyaanku. Ah, aku sudah tidak bisa menahan rassa penasaranku lagi. Hyun
Joong Oppa menghela nafas beberapa kali, mempersiapkan diri untuk menyatakan
kebenaran.
“Kemarilah,” dia duduk di ranjangku dan
menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. Aku menurut. “Devil Bang, dia dijuluki
begitu karena kejahatannya seperti iblis, bahkan melebihi. Tapi dia juga
mempunyai nama yang sebenarnya, yaitu Shin Ki Bang. Shin. Itu adalah margamu
yang sebenarnya, sama seperti yang tertulis di akta kelahiran, Youngi. Shin Ki
ahjussi memang Appamu. Mianhae jika selama ini aku selalu mengatai-ngatainya
sebagai iblis atau semacamnya,”
Hyun Joong Oppa menatapku sangat lekat,
membuat kata-kata yang sudah diujung lidah menjadi sulit dikatakan. Aku ingin
sekali 1) Marah pada Hyun Joong Oppa karena tidak memberitahuku dari awal 2)
Memaki Hyun Joong Oppa karena terus mengejek Appa 3) Berteriak tidak percaya
karena Appa kandungku adalah sosok penyihir jahat 4) Bertanya lebih lanjut
mengenai kehidupanku dulu. Namun semua itu tergantikan dengan jawaban.
“Gwaenchana, namja seperti itu memang
pantas disebut iblis. Perbuatannya selama ini benar-benar tak termaafkan,” aku
memutuskan untuk tidak berkata lebih lanjut, lebih memilih untuk menunggu Hyun
Joong Oppa melanjutkan menjelaskan.
“Oke. Jadi Sung Young, mengenai masa
lalu. Hm, akan kuceritakan dari keluargamu dulu. Kau adalah putri dari Shin Ki
Bang dan Lee Eun Yang. Ayahmu adalah penyihir yang sangat terkenal karena
kehebatannya dan kebaikannya. Bahkan dia lah yang mengajari Abeoji, Kim Seo
Joong, sahabatnya sejak SMA untuk menjadi penyihir yang tangguh juga. Mereka
benar-benar sangat akrab, bahkan dulu Abeojilah yang menjodohkan Appamu dengan
eommamu.”
“Oppa, Kim Seo Joong lah Appaku,” Hyun
Joong Oppa sekali lagi tersenyum.
“Nah, semenjak Devil Bang tahu akan
kemampuannya menyerap ability dan mantra lain, membuatnya lambat laun menjadi
serakah dan arrogant. Eommamu adalah seorang peramal. Dia sudah mengetahui
tentang rencana Devil Bang dan mengenai sebagian masa depan. Waktu itu Eommamu
sedang mengandung dirimu, dia memperoleh penglihatan tentang kemampuan hebatmu
dan tentang apa yang akan terjadi. Selanjutnya aku tidak tahu. Yang dulu
diceritakan Abeoji adalah bahwa saat kau berumur 3 tahun, di mana kemampuanmu
sudah bisa dideteksi, eommamu membawa Sung Young kecil kepada keluargaku karena
Abeoji lah satu-satunya orang yang bisa dipercaya untuk melindungimu dan sudah
dianggap seperti keluarga sendiri.
Sayangnya perbuatan itu diketahui oleh
Devil Bang. Dia terus menyalahkan eommamu, mendesak agar menceritakan ramalan,
dan memberitahu tentang keberadaanmu. Eommamu tentu tidak mau memberitahunya
dan..akhirnya…”
“Oppa, aku tahu apa yang terjadi
selanjutnya,” potongku karena aku sudah tidak mau mendengar kekejaman Appa
(kandung)ku.
Hyun Joong Oppa tertegun melihatku yang
terdiam. Dia mengusap kedua pipiku yang ternyata basah. Aku bahkan tidak
menyadari jika menangis. Hyun Joong Oppa mendekapku ragu dan penuh rasa
bersalah. Padahal dia tidak perlu merasa bersalah.
“Mianhae, Sung Young-ah.”
“Anio Oppa,” aku melepaskan diri dari
dekapannya, mengusap air mata, dan kembali menatapnya penasaran.”Cerita Oppa
belum selesai.”
“Kau yakin?”
“Ne, berceritalah tentang Black Shadow
Wizard.”
“Gaeurae. Hm, Black Shadow Wizard. Sung
Young, aku tahu kau dari dulu sangat mengagumi sosok penyihir dan ingin menjadi
bagiannya. Jadi penyihir memanglah sebuah anugrah yang menakjubkan tapi juga
membawa kutukan. Seperti yang pernah kau dengar dari yang lainnya, mereka
mendapat julukan penyihir atau mengetahui dirinya sebagai penyihir tepat
setelah suatu kejadian buruk terjadi.
Black Shadow atau bayangan hitam, itu
adalah nama yang keren sekaligus buruk. Aku terus dibayang-bayangi oleh sesuatu
yang membuatku tidak tenang. Salah satunya adalah mengenai kematian Abeoji.”
Kugenggam tangan Hyun Joong Oppa.
Sepertinya aku menyadari sesuatu.
“Ketakutan Hyun Joong Oppa selain
kematian Abeoji adalah diriku kan? Oppa dibebani tanggung jawab besar untuk melindungiku sekaligus
dunia,” serta merta Hyun Joong Oppa kembali mendekapku erat. Aku sempat
terkejut karena dia begitu cepat.
“Mungkin pepatah itu memang benar.
Kemampuan besar membawa tanggung jawab yang besar pula. Kumampuan besarku akan
aku gunakan semaksimal mungkin untuk melindungimu, dongsaeng.”
“Ne Oppa, aku percaya padamu. Kemampuan
besarku juga akan selalu kugunakan untuk kebaikan terutama untuk melindungi
Oppaku.”
“Berjanjilah untuk tetap sehat,”
katanya parau. Apa Hyun Joong Oppa menangis?
“Yakseok, Oppa juga harus berjanji
untuk selalu sehat.”
Tiba-tiba pintu kamar berderit dan
berdirilah Young Saeng Oppa di ambang pintu. Dia berdeham gugup karena melihat
kedekatan kami.
“Mianhae,” katanya sambil tersenyum.
Hyun Joong Oppa melepaskan pelukan dan berjalan menghampiri Young Saeng Oppa.
Hm, aku bisa melihat mata Hyun Joong Oppa masih berkaca-kaca.
“Gwaenchana, kami sudah selesai,” Hyun
Joong Oppa menepuk pundak Young Saeng Oppa lalu pergi. Tak lupa ia menutup
pintu sambil menyeringai padaku, huh.
“Mian, Sung Young-ah, aku…” Young Saeng
Oppa menghentikan kalimatnya saat aku langsung menyerangnya dengan pelukan. Dia
mematung sejenak tapi kemudian tersadar dan membalas pelukan hangatku.
“Young Saeng Oppa…Berjanjilah untuk
tetap selamat dalam pertempuran nanti,” ini untuk kedua kalinya dalam sehari
aku menangis. Aku benar-benar tidak mau kehilangan namja yang sangat kucintai
ini.
“Tentu saja aku berjanji,” dia melepas
pelukan kami,” Kau juga harus berjanji padaku untuk tidak bertindak bodoh,”
mata Young Saeng Oppa menatapku tajam seperti tahu apa yang akan aku lakukan
kelak. Tapi kemudian kembali melembut. Telapak tangannya bertemu dengan pipiku
yang lumayan chubby seperti pipinya. Aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab
janjinya. Aku sudah tidak bisa berkata lagi karena pasti suaraku sangat aneh
sekarang akibat terisak.
Young Saeng Oppa merogoh kerah
kemejanya dan mengeluarkan sebuah bandul putih kecil berbentuk sambaran kilat. Eh? Aku tidak pernah
memperhatikan sebelumnya kalau Young Saeng Oppa ternyata memakai kalung. Dia
melepas kalung itu lalu dipakaikannya padaku.
“Sebenarnya aku hanya ingin memberikan
ini. Nanti, saat semua penyihir bertempur, kau akan berada di kamar ini sendirian
tanpa penerangan. Kalung ini adalah kalung yang aku buat dari cahaya yang aku
padatkan, satu-satunya. Kalung ini yang memberiku keberanian pada kegelapan,
aku harap bagimu juga begitu.”
Kugenggam bandul kalung itu. Hm, terasa
hangat dan entah hanya persaanku saja atau bukan, di dalam tubuhku seperi ada
cahaya yang bersinar-sinar. Ajaib!
“Jeongmal gomawo Oppa!”
Dengan cepat aku meraih tengkuk Young
Saeng Oppa lalu menciumnya. Jika kami tidak selamat, berarti ini adalah ciuman
terakhir kami.
*501*
Pukul 11.50, semua penyihir sudah
bersiap di posisi yang telah diatur. Dari tembok transparan aku bisa melihat
Hyun Joong Oppa, Young Saeng Oppa, Jung Min, dan Hyung Jun tengah bersiaga.
Sesaat kulihat Young Saeng Oppa menengok kearahku dan tersenyum. Mau tak mau aku
turut tersenyum, tapi tentu saja dia tidak bisa melihatku tersenyum dari balik
tembok. Sambil tersenyum tanganku reflek menggenggam bandul putih berbentuk
sambaran kilat yang menggantung di dadaku.
Sekali lagi aku menangis. Kupejamkan
mata sembari berdoa pada Tuhan agar mereka selamat. Sebenarnya hatiku sangat
sakit mengingat mereka berlima, para penyihir, rela mengorbankan nyawa hanya
untuk melindungiku. Kenapa harus aku? God! Mungkin ini kutukan yang aku peroleh
karena memiliki ability besar. Sosok penyembuh teryata tidak bisa menyembuhkan diri dari sakit hati dan
perasaan sakit karena terlalu khawatir.
Sesaat aku menyadari semuanya, semua
pengorbanan mereka, dan semua alibi mereka yang dulu dilakukan karena
semata-mata hanya untuk melindungiku. Hyun Joong Oppa dulu bersikeras agar kami
mau pindah rumah dengan alasan ada seorang pembunuh yang ingin membantai
keluarga. Dia berkata bahwa polisi sudah memburu si penjahat tapi kami tetap
harus pindah rumah. Tapi kebenaran yang sesungguhnya adalah penjahat itu
bukanlah pembunuh, bahkan melebihi itu. Penjahat yang dimaksud adalah Devil
Bang.
Kemudian aku teringat dengan perjalanan
mendaki gunung. Dulu mereka mengatakan bahwa perjalanan itu dilakukan untuk
melakukan ritual sihir. Babo! Itu bukan ritual sihir! Itu adalah upaya untuk
menghindar dari Devil Bang. Adegan tabrakan antara aku dengan sesosok nama
paruh baya yang tak lain adalah Devil Bang ternyata sebuah kesalahan besar.
Pada waktu itu aku ditanyai olehnya tentang rumahku. Dan dengan polosnya aku
menjawab. Itulah mengapa Hyun Joong Oppa dan yang lain segera pergi dari rumah
agar tidak ketahuan. Hyung Jun lah yang mengatakan semuanya karena dialah saksi
perbincanganku dengan Devil Bang.
Oiya,aku juga teringat dengan peristiwa
naas yang membuatku mengalami patah tulang. Yah, peristiwa saat di hutan, saat
aku dan Jung Min diterkam macam gila. Aku yakin 501% kalau macan-macan itu
adalah suruhan Devil Bang.
Aku menahan nafas saat jam sudah
menunjukkan pukul 00.00. Ommo! Waktu berjalan begitu cepat. Semua penyihir yang
ada di luar semakin siaga dan sudah sangat siap menghadapi apapun. Tongkat
mereka menyala-nyala bersiap melontarkan mantra mematikan.
Tiba-tiba Jung Min terjungkal kebelakang
dengan sendirinya. Ada apa ini?! Aku memekik terkejut begitu juga dengan Hyun
Joong Oppa, Young Saeng Oppa, dan Hyung Jun. Mereka menghampiri Jung Min yang
tergeletak tak berdaya di tanah. Oh, tidak, ini awal yang tidak bagus! Aku
tidak bisa kesana untuk menyembuhkan Jung Min! Kerja bagus Sung Young, kau sama
sekali tidak berguna!
Lalu semua mata teralihkan dari Jung
Min ke sosok berjubah abu-abu yang muncul di antara pohon besar. Itu dia! Yeah,
siapa lagi kalau bukan Devil Bang. Akhirnya si penjahat datang juga. Dia nampak
sangat segar dan sangat jahat. Dari jarak sejauh ini pun aku bisa merasakan
aura kejahatannya. Namun, bukan perasaan takut yang menguasaiku, ini lebih
seperti amarah yang meluap-luap karena melihat namja jahat itu mengingatkanku
pada cerita Hyun Joong Oppa tentang apa yang terjadi dengan eomma. Masa bodo
dia adalah Appa kandungku, dia tidak pantas kusebut sebagai Appa. Mana ada Appa
yang berniat membunuh putrinya sendiri.
Aku tidak tahu apa yang mereka
bicarakan karena dari sini perbincangan mereka tidak terdengar sama sekali. Aku
akan menceritakan apa yang aku lihat saja. Yang jelas saat ini Jung Min sudah
sadar tapi tubuhnya sangat lemas. Young Saeng Oppa seperti menyuruh Jung Min
untuk menghindar dari medan pertempuran tapi Jung Min bersikeras. Sementara
Hyun Joong Oppa dan Hyung Jun masih bersitegang dengan Devil Bang.
Percakapan mereka terhenti, digantikan
dengan serbuan makhluk mengerikan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tubuh
mereka sangat pendek dan berwarna hijau mengerikan. Kuping mereka lancip dan
dipenuhi benjolan. Mata mereka seperti orang yang melotot yang ternyata setelah
aku perhatikan mereka memang tidak punya kelopak mata. Pakaian robek-robek yang
melekat membuat mereka tambah sangat mengerikan sekaligus menjijikkan. Dari
novel-novel yang pernah aku baca, aku ingat kalau sebutan mereka adalah goblin.
Yah, goblin hijau. Melihat goblin-goblin itu membuatku berpikir dua kali
mengenai kesukaanku menyukai warna hijau. Masing-masing dari goblin membawa
senjata. Ada yang berbentuk pentungan bergerigi, tali rantai, ketapel, pedang
pendek, dan lainnya.
Berbagai tumbuhan langsung hidup secara
serentak, menyampar semua goblin yang ada didekatnya. Dari sini aku bisa
melihat kilatan hijau menembus di tanah yang kosong dan muncullah tumbuhan
mematikan baru. Aku yakin sekali itu tadi perbuatan Kyu Sunbae yang saat ini
dia sedang berada di suatu tempat di atap.
Sayup-sayup aku mendengar suara
dentingan logam dari sisi belakang rumah. Mungkin saat ini zombie-zombie Jung
Min sedang asik bertarung dengan goblin lain di belakang sana. Jung Min yang
sudah punya cukup tenaga mulai bangkit tapi malah memejamkan mata. Sepertinya
dia sedang berkonsentrasi. Dia membuka matanya lagi dengan raut heran. Lalu dia
berjongkok, menyentuh tanah dalam diam, hanya saja tidak ada yang terjadi.
Berkali-kali dia menepuk-nepuk tanah tapi tidak ada yang terjadi. Oh tidak!
Apakah dia kehilangan ability untuk membangkitkan zombie?
Sepertinya tidak ada pilihan lain. Jung
Min dan Hyung Jun bersatu melawan goblin-goblin yang ada. Mereka membuat mantra
ini itu agar goblin tidak berhasil menebas mereka dengan pedang atau memukul mereka
dengan pentungan berduri. Ternyata goblin kebal terhadap sihir. Mereka baru
mati setelah terkena sihir 3x. Hal itu cukup membuat si kembar itu kerepotan.
Tapi untung saja Kyu Jong Oppa juga membatu menyerang dari atas atap. Baru
kusadari bahwa goblin baru bisa dibunuh sekali tebas dengan benda tajam dari logam.
Sayangnya diantara 5 penyihir tidak ada yang ahli pedang.
“God, jangan Engkau renggut orang-orang
yang aku sayangi. Lindungi mereka dari yang jahat.”
Sementara itu, Hyun Joong Oppa dan
Young Saeng Oppa menyatukan kekuatan untuk melawan Devil Bang. Aku langsung
tersadar. Aku segera berkonsentrasi untuk mencharging mereka semua. Kupikirkan
tentang wajah-wajah 5 penyihir beserta bility mereka. Yah, ability charingku
hanya bekerja pada ability mereka. Nampaknya chargingku sudah tersalur dengan
sempurna, terbukti dengan Hyun Joong Oppa yang semakin membabi buta saat
menyerang, sangat-sangat cepat. Beberapa pohon juga semakin membabi buta
menyerang karena kuyakin mereka telah diperintah oleh Kyu Sunbae. Tapi,
sepertinya chargingku tidak ada gunanya bagi Jung Min yang kehilangan
abilitinya, Hyung Jun yang tentu saja tidak akan membuat ramuan saat
pertempuran, dan Young Sang Oppa tidak butuh membaca pikiran dalam jarak jauh
saat sedang duel.
Hyun Joong Oppa memanfaatkan abilitynya
semaksimal mungkin. Dia merapal mantra dengan cepat dan sangat cepat agar bisa
mengimbangi Devil Bang. Strategi Hyun Joong Joong Oppa dan Young Saeng Oppa
sangat bagus. Young Saeng Oppa yang bertugas sebagai pelindung, dia yang
meledakkan rapalan transparan Devil Bang dengan kilatnya, sementara Hyun Joong
Oppa yang menyerang. Lama-kelamaan Devil Bang terlihat kualahan menghadapi
kecepatan dua orang di depannya terlebih Hyun Joong Oppa. Ekspresinya bercampur
antara antusias, kesal, dan lelah.
Baru saja aku merasa senang karena
sebentar lagi mungkin Devil Bang akan ambruk, tiba-tiba dia mengubah
ekspresinya menjadi begitu sangat mengerikan. Dia memusatkan tongkatnya yang
sedari tadi mengacu pada Hyun Joong Oppa beralih ke Young Saeng Oppa. Dengan
sekali rapalan, Young Saeng Oppa berhasil terjungkal. Aku memekik keras dan
semakin keras saat tubuh Young Saeng Oppa melesat dengan sendirinya menuju
Devil Bang. Si jahat itu menangkap dan memeluk Young Saeng Oppa dari belakang.
Bukan pelukan! Itu adalah trik! Tubuh Young Saeng Oppa serta-merta mengeluarkan
cahaya terang. Bersamaan dengan itu aku bisa mendengar jeritan pilu Young Saeng
Oppa. Ommo! Apa yang telah dilakukan Devil Bang!! ANIO!!! Hyun Joong Oppa pun
hanya bisa melongo tanpa bisa menyerang karena takut salah sasaran.
Setelah cahaya meredup, Young Saeng
Oppa merosot ke tanah. Aku terisak cukup keras karena kukira Young Saeng Oppa
sudah tiada. Tapi aku bisa melihatnya bergerak dan duduk sambil memegangi
kepala. Hyun Joong Oppa menghampiri Young Saeng Oppa.
Itu adalah sebagian dari hal yang
mengerikan. Yang lebih mengerikan adalah saat aku melihat cahaya terang
bersinar pada tubuh Devil Bang! OMMONA! Devil Bang telah menyedot mantra
karakteristik Young Saeng Oppa. Aduh, eotteokhaeyo? Hyun Joong Oppa bergidik
melihatnya. Tentu saja, mantra karakteristik cahaya Young Saeng Oppa adalah
satu-satunya mantra yang bisa mengalahkannya.
Pertempuran kembali berlangsung. Hanya
saja sekarang Hyun Joong Oppa duet dengan Hyung Jun, sementara Young Saeng Oppa
dengan Jung Min. Baru sebentar saja Devil Bang berhasil menghantamkan petir ke
tubuh Hyun Joong Oppa. Namja itu terlontar beberapa meter dan mendarat di
tumpukan goblin mati. Aku hanya mematung, terlalu shock untuk menangis ataupun
menjerit.
Rasa sedih dan marah meletup-letup di
otak dan hatiku. Entah apa yang aku pikirkan tapi aku berniat untuk menghadapi
Devil Bang. Aku tidak bisa membiarkan satu persatu orang yang kusayang
berjatuhan. Aku menuruni tangga secepat mungkin, membuka pintu utama, dan
melangkah keluar.
“Hahaha! Lihatlah, Hyun Joong yang
hebat sudah tamat!” aku semakin geram mendengar tawa Devil Bang. Ah, aku punya
ide! Yeah, aku harus menyerahkan diri.
“Woy! Yang kau inginkan adalah diriku,
kan? Ambil aku tapi berhentilah menyakiti keluargaku dan pergilah bersama
goblin jelekmu!” Semua mata serentak beralih menatapku, bahkan para goblin yang
lebih mengerikan jika dari dekat. Hiruk pikuk pertempuran langsung terhenti.
“Apa yang kau lakukan di sini, Sung
Young?!” teriak Young Saeng Oppa dan Hyung Jun hampir bersamaan. Aku tidak
mempedulikan mereka. Aku harus bisa menahan agar tidak takut melihat goblin,
agar tidak terpengaruh teriakan-teriakan protes penyihir lain, dan agar tidak
menangis melihat Hyun Joong Oppa tidak sadarkan diri di pojokan rumah.
“Oh, akhirnya kau mengerti sayang.
Akhirnya kau menyerahkan diri demi keslamatan penyihir-prnyir bodoh dan demi
Appamu kau rela menyerahkan diri! Sebagai ayah, aku bangga padamu.”
“Appa? Apakah aku punya permintaan
terakhir?”
“Sung Young! Kau ini apa-apaan!!” protes Jung Min. Young Saeng Oppa, Hyung Jun,
dan Jung Min medekatiku, mencegahku bertindak bodoh. Tapi aku tetap bersikeras
dan mengatakan bahwa ini tidak apa-apa. Mereka memang keras kepala untuk
menjauhkanku, sayangnya saat ini aku lebih keras kepala lagi untuk menyerahkan
diri.
“Permintaan? Yeah, tentu saja boleh,
sayangku. Kau tetap anakku,” Devil Bang berjalan semakin mendekat.
“Appa, tidakkah kau sadar kalau aku
merindukanmu? Walau aku tahu kejahatanmu, tetap saja kau adalah Appaku.
Aku..aku hanya ingin memelukmu,” dengan sekuat tenaga aku memaksa air mata
untuk keluar. Kubulatkan tekadku, kuyakinkan diri bahwa ini akan berhasil. Aku
ingin menghentikan semua pertempuran konyol ini.
Kulangkahkan kakiku sedikit ragu. Devil
Bang atau Appa kandungku(cuih) itu merentangkan tangan menyambut diriku. Aku
memeluknya, dia juga membalas. Dari sini aku bisa merasakan kehangatannya. Aku
sempat ragu-ragu untuk melakukan..rencana. Tapi aku harus melakukannya! Aku
harus memilih antara Appa yang jahat atau keluarga yang baik! Tentu saja aku
memilih keluarga yang baik.
Langsung saja kupusatkan konsentrasiku.
Kubayangkan semua kejahatan dan wajah mengerikan Devil Bang. Yeah! Kucharging
dia, itulah rencanaku. Tapi bukan mencharging abilitynya, melainkan mencharging
karakteristiknya. Dia telah menyedot berbagai karakteristik, jadi aku yakin
501% rencana ini akan berhasil dengan mulus.
Tak ayal, Devil Bang terkejang-kejang
dan seperti orang gila saat menerima
charging super dariku. Dia terhuyung-huyung lalu ambruk ke tanah. Tubuhnya
berkedip-kedip sekaligus meleleh secara perlahan. Aku tidak tahu karakteristik
apa yang telah ia serap, yang jelas dia sekarang begitu tersiksa menerima
kekuatan berlipat ganda yang menyakitkan dan justru menghancurkannya. Lima
detik kemudian tubuh Debil Bang yang hebat sudah lenyap menjadi lelehan
menjijikkan. Goblin-goblin hijau juga ikut meleleh. Selamat tinggal, Ayah.
“Woa! Ini berhasil!” pekik Jung Min
penuh rasa syukur. “Wah! Dan abilityku kembali lagi!”
“Ide yang bagus Sung Young!” Hyung Jun
tak kalah senang.
Aku hanya bisa tersenyum. Mereka
benar-benar terlihat senang dan lega. Rasa lelah dan sakit tiba-tiba hilang
begitu saja. Agh, tapi berbeda denganku, aku merasa…sangat pusing sekarang. Aku
sempat terhuyung, tapi Young Saeng Oppa segera menangkapku.
“Neoneun gwaenchana?”
“Nan gwaenchana Oppa,” aku berusaha
tersenyum agar namja di depanku ini tidak khawatir. Dia sudah banyak khawatir
hari ini.
“Tolong Hyun Joong Hyung!” teriak Kyu
Sunbae dari pojok rumah.OMMO! Aku lupa dengan Hyun Oppa! BABO SUNG YOUNG!
Kami berempat bergegas menghampiri Hyun
Joong Oppa yang masih tidak sadarkan diri. Wajahnya benar-benar pucat. Aku
berjongkok di sampingnya, menggenggam tangannya,mengelus wajahnya yang tampan. Kuraba
lehernya, tapi tak kurasakan denyutan. Serta merta air mataku menetes. Ini
adalah hal yang sangat aku takutkan! Penyihir yang lain diam-diam juga
menteskan air mata.
“HYUN JOONG OPPA!!” God! Apakah ini
akhir dari semuanya? Jebal, jangan ambil satu-satunya keluargaku. Keluarga yang
asli, dia adalah orang yang sudah dekat denganku sejak kecil. Orang yang selalu
membelaku, melindungiku, dan menghiburku.
Kudekatkan bibirku pada keningnya,
mengecupnya lembut. Selama ini aku selalu takut untuk menciumnya. Sekarang aku
menyesal karena tidak pernah menunjukkan rasa sayangku itu. Aku tahu dia bukan
kakak kandungku, tapi setidaknya dialah yang selalu ada saat dulu aku tidak
punya keluarga. Dia Oppa yang sangat sempurna.
“Kenapa kau menangis, Sung Young?”
“HYUNG!” teriak yang lainnya bersamaan.
Aku yang terkejut hanya melongo melihat Hyun Joong Oppa berusaha untuk duduk.
Dia mengusap wajahnya sekali.
“Thanks God, ini benar-benar suatu
keajaiban. HYUN JOONG OPPA!!” langsung saja kupeluk dia. Mungkin saat kucium
keningnya, tak sengaja aku menyalurkan ability penyembuh. Tapi aku tidak pernah
mengira kalau kemampuan itu bisa digunakan untuk orang yang sudah mati. Ah, ini
semua tak lain berkat bantuan yang Maha Kuasa. Gamsahamnida~
“Hey,apakah pertempuran sudah
berakhir?” tanya Hyun Joong Oppa sambil celingak-celinguk keheranan.
“Pada akhirnya Sung Young sendiri lah
yang menghancurkan Devil Bang,” kata Kyu Sunbae.
“Jinja? Ommo, kau dongsaeng yang
benar-benar hebat,” Hyun Joong Oppa mengusap rambutku. Sampai saat ini aku
belum melepaskan dekapanku. “Sung Young-ah, geumanhae. Lihatlah Young Saeng
sedang terbakar karena cemburu.”
“Mwo? Anio, anio.” Aku jadi teringat
kembali dengan karakteristik Young Saeng Oppa.
“Oppa, apakah karakteristikmu sudah
kembali?”
Dia tersenyum simpul,” Sayangnya tidak.
Ability Jung Min yang dtahan Devil Bang kembali lagi, tapi mantra
karakteristikku lenyap bersama raganya.”
“Jadi..Hyung bukan pernyihir lagi
sekarang?” tanya Hyung Jun.
“Ne, jika seorang penyihir kehilangan
mantra karakteristiknya, lambat laun anugrah sihirnya juga lenyap. HEY! Kalian
tidak perlu sedih, aku tidak apa-apa. Yang terpenting kita semua selamat dan
sehat.”
Aku memeluk namja chubby itu sangat
erat. Seperti biasa, dia awalnya terkejut tapi kemudian membalas pelukanku. Ini
semua tak lebih karena kesalahanku. Dia berusaha melindungiku sampai
mengorbankan kekuatan sihirnya. Aku sangat sangat berterimakasih padanya, aku
tidak akan pernah melepaskannya, walaupun itu artinya selamanya. Satu per satu
penyihir bahkan Hyun Joong Oppa memeluk kami berdua, sekaligus.
Yeah, ini adalah akhir bahagia kami dan
akhir yang buruk bagi siapa saja yang jahat.
*THE END*
Epilog…
“Sung Young-ah? Kau tetap mencintaiku kan
walaupun aku sudah tidak mempunyai kekuatan sihir?”
“Tentu saja Oppa! Memangnya aku
mencintaimu hanya karena sihir? Anio, aku mencintaimu apa adanya. Mianhae Oppa,
ini semua salahku.”
“Bukan lah, waktu itu aku saja yang
lengah. Ah, sepertinya aku tidak sehebat yang kau pikirkan. Dan menjadi semakin
tidak hebat tanpa sihirku.”
“Berhentilah, Oppa, kau semakin
membuatku merasa menyesal.”
“Ten…Umm..Sung..Young?”
“Oppa! Jangan bicara saat aku sedang
menciummu!”
“Umm.”
“Ommo, kau semakin agresif, Oppa.”
“Hehe. Salahkan dirimu sendiri yang
begitu…hm.”
“Eh? Ada apa dengan tubuh Young Saeng
Oppa?”
“Woah! Tubuhku bersinar lagi!
Sepertinya ini kissing power, Sung Young! Kau sekali lagi menyembuhkanku!”
“Aku tidak tahu kalau kemampuan
menyembuhkan bisa berfungsi pada pengembalian karakteristik. Tapi syukurlah
kalau begitu.”
“Sepertinya kau berhasil menyatukan
kemampuan penyembuhmu dengan kemampuan pengisimu, hebat!”
“Tentu saja aku sangat hebat, ahahaha.”
“Sung Young-ah, jhagiyaaa…Boleh aku
menciummu, lagi?”
“Heeh??”
DON'T FORGET TO RCL!
NO PLAGIATOR!! NO SILENT READER!!
Related Posts :
- Back to Home »
- 15+ , Adventure , Brothership , Fantasy , Heo Young Saeng , Kim Hyun Joong , Kim Hyung Jun , Kim Kyu Jong , OC , Park Jung Min , Part , SS501 , Young Couple »
- zuSaeng501 | I Live with Five Wizards | PART 2 (End)