Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S
Sunday, September 21, 2014
Details:
Title : Crazy's Blood
Author : SiccaChu
Genre : Fantasy, Romance, Mystery
Category : 17+
Casts:
• Kim Hyung Jun
• Song Hyo Ae
• Shin Sung Young
• Han Hyo Jin
• Han Hyo Jae
• Park Young Sook
• Other SS501's personnels
Dentang bel dari monitor berbunyi
riang, bagi ku itu hanya lah suara suram yang membosankan selama 13 tahun
terasingkan. Ku tekan tombol di sisi kanan nya dan monitor menampilkan sisi
lain dari dunia ku.
“Hyo Ae, Appa sudah kirimkan persediaan
makanan untuk mu. Seharus nya sudah sampai sejak pagi tadi, apa kau dengar
suara helicopter mendekat?” Tanya laki-laki separuh baya yang selama ini ku
sebut Appa, tapi aku masih enggan percaya jika ilmuwan gila itu appa biologis
ku.
ku anggukkan kepala tanpa menunjukkan
ekspresi apapun pada nya, datar. Seseorang mendorong Appa menjauh dari layar
dan sosok nya terlihat, sosok yang ku rindukan.
“Eomma..” bisik ku, sepelan angin.
“Hyo Ae, apa kau baik-baik saja? Kau sehat
kan? Kau seperti kurang tidur, sayang. Mianhae eomma tak bisa di sisi mu.. “
Dan Klip! Layar itu kembali gelap, pasti Appa memutuskan videocall dengan
sengaja sebelum eomma kembali mulai menangis.
Song Hyo Ae, itu lah nama ku. Keluarga ku
cukup berada, Eomma adalah cucu seorang menteri di Seoul dan bekerja sebagai
sekertaris Harabeoji di kantor pemerintahan. Sedangkan Appa, seorang ilmuwan
yang.. punya obsesi besar. Setidak nya itu lah pekerjaan mereka terakhir yang
ku tahu 13 tahun yang lalu.
Alasan kenapa aku tak tinggal dengan mereka..
karena aku berbeda. Aku di asingkan, dalam hutan di daerah terpencil. Jauh dari
keramaian dan hiruk pikuk kegiatan manusia lain.
Kejadian ini berawal dari obsesi Appa yang
ingin membuat tentara korea tak bisa mati dan kebal dari senjata apa pun. Dan
miris nya, kelinci percobaan itu adalah anak tunggal nya sendiri, aku!
13 tahun yang lalu..
“Appa?” Aku berlari masuk laboratorium kecil
nya, bermaksud mengambil bola kesayangan ku yang menggelinding ke dalam. Ku
lihat Appa sedikit terkejut melihat ku masuk.
“Mau apa kau kemari! Sudah Appa bilang berapa
kali, kau tak boleh masukl ruangan ini!!” bentak nya, kasar.
Aku menatap nya takut, hamper menangis “Aku
ingin mengambil bola ku” tunjuk ku ke bola di sudut ruangan, tanpa menunggu
persetujuan nya, aku segera menghampiri bola ku.
Ku rasakan dua tangan besar Appa mengangkat
tubuh ku dengan ringan dan mendudukkan ku di sebuah meja putih besar di samping
kelinci mati, aku menatap binagang itu takut sebelum akhir nya melihat Appa
yang tengah menatap ku intens.
“Hyo Ae? Kau mau jadi aegy Appa yang baik?”
Aku mengangguk tanpa berpikir lagi karena takut.
Sebuah seringai terlihat di wajah nya,
membuat ku semakin takut dan hendak menjerit memanggil Eomma, tapi niat itu
langsung lenyap begitu ku lihat Appa menyodorkan gelas dengan cairan berwarna
semerah hati.
“Kau lihat? Appa punya jus yang enak di sini.
Appa membuat nya khusus untuk Hyo Ae, kau mau kan meminum nya untuk Appa, anak
manis?” Tanya Appa, dengan suara penuh rayuan.
Mata ku sudah terhipnotis sepenuh nya pada
cairan di gelas itu, rasa penasaran seorang anak berusia enam tahun pun
melenyapkan semua rasa takut, tangan ku meraih gelas di tangan Appa dan
langsung meminum nya.
Pertama kali menyentuh bibir, cairan itu
terasa gatal dan panas, di lidah ku terasa pahit, hampir saja ku muntahkan
kembali. Namun, rasa sejuk dan manis menerjang kerongkongan ku begitu cairan
itu masuk.
Prang! Gelas di genggaman ku sukses meluncur
ke lantai dan semua nya tiba-tiba gelap.
Begitu ku buka mata, ku lihat Appa duduk di
samping ranjang ku, tengah dengan serius
memeriksa denyut nadi ku “Yeobo, dia sudah sadar” ucap nya, suara nya
terdengar datar. Suara tangisan yang samar-samar ku dengar, mendekat masuk. Itu
Eomma.
“Hyo Ae? Oh sayang, kau tak apa-apa kan? Ada
kah yang sakit?” Tanya nya, tangis nya semakin keras begitu menatap wajah ku.
Ada apa? Tunggu dulu, tenggorokan ku terasa panas, aku haus..
“Minum..” rintih ku lemas.
Eomma mengambil alih posisi Appa dan
menyodorkan ku segelas air putih, tapi air itu seolah tak kunjung masuk ke
mulut ku, hampa rasa nya.
“Haus Eomma.. “ rintih ku lagi begitu Eomma
meletakkan gelas di meja, mata nya membelalak shock.
“SONG JUN BO!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAK
KU?!!” teriak Eomma, histeris.
Wajah Appa tetap datar meskipun Eomma
terlihat begitu marah “Chakkaman, aku segera kembali” Eomma kembali terisak dan
menarik ku dalam pelukan nya.
Aroma tubuh Eomma selalu bisa menenangkan ku,
tapi kali ini terasa berbeda, tercium begitu lezat dan panas membara semakin
menyiksa kerongkongan ku. Ada dorongan aneh untuk menggigit lengan Eomma yang
terlihat oleh mata ku.
“Hee Ra!!” teriak Appa, dan Eomma lenyap dari
pelukan ku. Appa telah menarik Eomma sebelum aku sempat benar-benar menggigit
Eomma “Diam lah! Dan jangan bertindak sembarangan!!”
Appa menaruh segelas air.. ah, bukan, cairan
ini terlihat sama seperti yang aku lihat di laboratorium di tempat Appa. Hanya
saja, yang ini terlihat lebih kental dan.. Lezat.
Dengan gerakan cepat aku merebut gelas itu
dan meminum nya dengan rakus. Ah, rasa haus ku hilang.. Tapi aku ingin cairan
itu lagi dan lagi.
“Apa itu Jun Bo?! Kau memberikan darah pada
Hyo Ae?!” amarah Eomma sudah di puncak dan menatap Appa berang, aku
memperhatikan dengan was-was.
Appa menghela nafas “Mianhae, percobaan ku
gagal lagi. Seharus nya Hyo Ae hanya akan abadi dan tak bisa mati, tapi gen
menghisap darah itu tak bisa di pisahkan rupa nya.” Dari suara nya, Appa
terdengar sedih tapi wajah nya tak tersirat ekspresi apapun.
Eomma yang kalap mulai memukuli Appa “Sudah ku
bilang! Hentikan penelitian mu pada darah vampire itu!! Persetan dengan Nae
Appa yang menuntut mu!! Kenapa harus uri aegy yang jadi korban!!” jerit nya
histeris.
“Mian Heera, tapi beruntung HyoAe masih hidup
bukan? Kita harus mengasingkan nya keluar pulau. Kau tak ingin dia menyakiti
orang lain dan di buru dimana-mana kan?” Tanya Appa, mata nya menatap Eomma
dengan prihatin.
Eomma terisak pelan dan menghentikan pukulan
nya “Kalau begitu aku juga ikut dimana pun HyoAe di asingkan” bisik nya pilu.
Aku tak sadar sudah ikut menangis karena pertengkaran Appa dan Eomma tadi meski
tak mengerti apa yang mereka ributkan, hingga Eomma mendekap ku dalam pelukan
nya lagi.
“Hentikan Heera!!” Appa kembali menarik Eomma
saat aku baru saja ingin melampiaskan ketakutan ku daan meledakkan tangis “Dia
akan lebih terpuruk dan hancur jika tanpa sengaja membunuh mu! Sekali
menggigit, akan susah bagi nya melepaskan sampai darah di tubuh mangsa nya
habis!” tegur Appa, mulai tak sabar.
Begitu lah aku sekarang, di hutan rimbun dalam
pulau terpencil. Rumah yang u tinggali, tak begitu besar dan tak terlalu kecil,
sederhana. Semua peralatan elektronik di sediakan untuk ku.
Aku tak sekedar hanya menjadi abadi, menurut
penelitian ku Appa, usia ku kan berhenti
di usia 20 tahun, selanjut nya.. sampai seumur hidup ku, aku akan
berpenampilanm seperti yeoja berusia 20 tahun. Konsekuensi dari keabadian yang ku
dapat, aku menggilai darah!
Tapi menurut nya, aku masih memiliki gen
manusia yang murni. Manusia penggila darah.. kurasa itu kata-kata yang tepat
untuk menggambarkan ku.
Ini lah yang biasa ku lakukan, berjalan hilir
mudik di dalam rumah. Langkah ku terhenti di depan cermin, sosok ku yang
sekarang jauh lebih menakutkan di banding 12 tahun yang lalu.
Mata ku berwarna semerah darah, bermertamorfosa
karena darah yang selalu ku santap. Taring ku tumbuh panjang dan tajam, bahkan
aku punya cakar sekuat besi. Semua nya berubah sedikit demi sedikit seiring
berjalan nya waktu. Entah apalagi yang akan berubah dari ku.
Ku tatap langit hitam di luar, enggan rasa
nya keluar untuk mengecek makanan yang di kirimkan untuk ku. Akhir nya ku
paksakan kaki melangkah keluar rumah dan mendapati 3 ekor sapi telah di tambahkan dalam kandang terbuka
oleh seseorang.
Ck, aku sedang tak merasa lapar untuk meminum
darah mereka. Kurasa aku masih memiliki
persediaan beberapa kantung darah di lemari es, Kenapa sapi-sapi ini
harus seribut itu saat melihat ku? Lebih baik aku masuk daripada memikirkan
sapi-sapi aneh itu.
Baru saja aku menutup pintu, terdengar
gemerisik semak yang aneh di luar. Aku mengintip dari sela tirai dengan
hati-hati, mendapati dua orang namja mengendap-endap ke arah kandang sapi milik
ku. Ku urungkan niat ku untuk membuka pintu begitu melihat apa yang ada di
balik punggung mereka. Sayap!
Sepasang sayap hitam kelam terlihat di balik
punggung mereka. Apa mereka malaikat? Tak mungkin! Lalu apa guna nya seorang
malaikat mencuri sapi? Ini mencurigakan.
Ku putuskan untuk tetap diam dan mengawasi
apa yang hendak mereka lakukan sebenar nya. Aneh nya, mereka juga mematung di
depan pagar kandang itu dan menatap rumah tempat ku penuh selidik.
“Kau mencium nya juga, hyung?” Tanya
seseorang di antara mereka, tubuh nya kurus dan tinggi tapi cukup berotot dan
dia lebih putih di banding namja di sisi nya. Sempat luput dari perhatian ku,
wajah mereka ternyata juga mirip!
“Ne, bau darah manusia. Tapi lebih pekat dan
aneh, kita harus bergegas Jun!” peringat yang lain, berperawakan lebih besar
dan kuat di banding orang yang ia panggil ‘Jun’. Ia menarik salah satu sapi
dengan mudaha seolah itu hanya sebongkah gaabus.
“Anio! Hyung, ini berbau lebih lezat di
banding sapi-sapi kecil ini” Mwo? Kecil? Sapi-saapi besar dan gemuk kiriman
orang tua ku kau bilang kecil?! Lamunan ku buyar begitu ku lihat ia melangkah
mendekati rumah ku.
Jinjja! Aku bahkan tak tau seberapa bahaya
nya mereka, aku tak tau harus bagaimana jika di serang semendadak ini dan aku
juga tak mau terlihat pengecut jika harus bersembunyi. Menjijikkan sekali jika
aku berlari ketakutan dari orang-orang asing ini. Cih!
“Jun!” geram hyung nya, memperingati
“Melangkah selangkah lagi, kau akan ku tinggal!” ancam nya penuh penekanan di
setiap kata nya, Jun mendengus kesal lalu mundur kembali.
Mereka pergi dengan membawa 2 ekor sapi..
Mwo?! 2!! Yak! Itu persediaan ku selama sebulan! Lebih baik cepat-cepat ku
kejar dan ku rebut kembali.
Wusshh!!
Secepat kilat aku berlari keluar pintu,
menerjang di sela-sela pohon yang tumbuh rapat. Dari bawah, aku masih bisa
melihat mereka melayang santai dengan sapi ku di tangan masing-masing. Cih! Itu
kantong darah milik ku dan tak akan ku bagi dengan siapa pun!
Pepohonan di sekeliling ku kian menipis, aku
mulai memperlambat lari ku dan bersembunyi di balik pohon saat mereka mendarah
di dataran yang lebih terbuka di tengah hutan. Yang ku lihat kini benar-benar
mencengangkan.
Mereka bukan hanya berdua, tapi 9 orang
dengan sayap berbeda-beda corak berdiri di tengah tanah lapang yang tak di
paddati banyak pepohonan. Mereka tak langsung memakan sapi curian dari tempat
ku, tapi malah terbang berpencar ke seluruh penjuru.
Syukurlah, dengan begitu aku lebih mudah
membawa sapi-sapi ku kembali ke kandang tanpa perlu ada nya perkelahian. Saat
aku tengah berusaha menarik salah satu sapi, kaki ku tergelincir dan
menyebabkan ku jatuh terduduk. Sapi-sapi itu masih di luar kendali karena
panic, sebuah tendangan siap meluncur dan menghancurkan wajah ku. Bahaya!
Belum sempat aku merespon, sesuatu menerjang
ku lebih cepat dan membawa ku ke langit. Langit?! Aku menoleh dan mendapati
nya. Namja bernama Jun itu!
“Fiuuh~ hampir saja kau mati, kenapa manusia
itu se.. “ Ia terdiam saat benar-benar menatap ku “Mata mu.. Ta..taring mu..?
Kau bukan manusia?” Ia menarik nafas panjang, bukan! Dia mengendus aroma tubuh
ku “Kau.. aroma ini dari rumah.. kau pemilik sapi-sapi itu.. apa kau werewolf?”
Tanya nya terlihat takut.
Aku menelan saliva gugup. Jika ku katakan ya,
mungkin aku bisa terlepas karena seperti nya dia anti manusia serigala. Tapi
itu arti nya kemungkinan, dia akan menjatuhkanku dan membiarkan ku mati
menghantam tanah dari ketinggian 200 kaki dari daratan. Aku menggeleng
perlahan.
“La.. lalu? Kau vampire jenis lain?” belum
sempat aku menjawab, kami berdua menoleh ke kepakan sayap besar yang mendekat.
“Jun! Sudah ku peringati berkali-kali kan?!
Kau tak boleh menyerang manu.. Hey! Apa yang kau bawa ini?” Tanya seorang namja
lain, rambut nya panjang sebahu. Jika tak mendengar suara nya, aku mengira dia
yeoja. Sayap nya berwarna krem lembut terlihat indah.
“Dia.. aku juga tak tau Mal, tadi dia hampir
terinjak sapi yang aku dan Hyun Hyung bawa” jawab nya, sedikit bingung lalu
kembali melirik ku “Mwo?” Tanya nya, menyadari aku menatap nya dengan tajam.
“Mereka milik ku..” geram ku, masih
berhati-hati supaya manusia bersayap, ah.. bukan, lebih tepat nya alien ini tak
menjatuhkan ku. Dia terlihat seperti vampire, akan tetapi sayap-sayap itu..
aneh.
“Whoa! Kau bisa bicara? Ku pikir kau bisu,
jadi kau mahkluk apa? Apa kau vampire jenis baru? Mana kelompok mu? Oh jadi itu
sapi milik mu? Tapi uri.. eumph! Hyung!” seseorang namja bersayap putih
membekap mulut Jun dari belakang dan melepas nya sambil terkekeh.
“Kau berisik! Apa yang kau tanya sudah
menjawab eoh? Di mana sopan santun mu pada yeoja setelah memeluk dan membawa
nya terbanag setinggi ini hm?” tanya nya, santai. Tak lama sesosok yeoja
bersayap sama dengan nya melayang mendekat.
“Oppa? Ada apa?” suara nya terdengar cemas.
Rambut panjang dan hitam nya sangat kontras dengan sayap putih nya, walau kulit
nya tak seputih namja berlesung pipit yang membekap Jun tadi, ia terlihat
indah.. sangat indah.
“Ah, Sung Young.. Jun menemukan vampire jenis
baru seperti nya.. “ tangan nya reflex merangkul Sung Young.
“Turunkan aku!” pinta ku gusar.
Di daratan, 9 orang vampire bersayap
itu telah berkumpul di sekeliling ku. Menatap ku dari atas ke bawah dengan
pandangan penuh rasa ingin tahu. Satu yang membuat ku risih adalah Jun! Dia
berada palingt dekat dengan ku dan terus mengendus ku seperti anjing lapar yang
menemukan tulang.
“Geumanhae Jun!” perintah seorang namja, dia
yang mencuri sapi-sapi ku dengan Jun beberapa saat yang lalu. Terlihat dia yang
paling di hormati di sini seperti pemimpin. Yang ku tahu, dia di panggil Hyun.
Jun menghentikan kelakuan aneh nya, tanpa
menghapus jarak dari ku “Aku hanya minta sapi-sapi itu kembali” pinta ku, kemudian
melangkah lebih dari Jun.
“Mian, uri baru datang ke sini dan butuh
asupan darah. Lagi pula kau masih punya seekor lagi dan itu pasti cukup untuk
di jadikan sapi panggang selama 1 bulan penuh, bukan begitu?” sindir nya.
“Aku tak butuh daging busuk sapi itu! Aku
butuh darah dari sapi itu!” emosi ku meledak sudah setelah sikap kurang ajar
dari leader itu yang ku dapat setelah bersabar dari tadi.
Hening seketika.. Apa mereka terkejut aku
butuh darah seperti mereka? Leader itu mendekati namja berlesung pipit,
terdengar dia menyebut nya Young Saeng. Terlihat mereka sedang berdiskusi
singkat sebelum Young Saeng mengambil alih.
“Jja! Seperti nya kita sedikit tak sopan pada
tamu. Bagaimana kalau kita berkenalan lebih dahulu? Joneun Heo Young Saeng
imnida..” Ia menarik yeoja bersayap yang pertama kali ku lihat “Dan ini my
edelweiss, Shin Sung Young” Mata nya melirik leader.
“Arasseo, Kim Hyun Joong imnida..” Ia
tersenyum penuh cinta ke yeoja bersayap dengan sayap hitam berbercak merah
seperti milik nya “My edelweiss, Park Young Sook”
Namja dengan rambut panjang seperti yeoja itu
melesat mendekati ku “Joneun Park JungMin Imnida, mau kah kau menjadi my
edelweiss?” seingai nya, jahil. Ia melirik seorang yeoja dengan rambut sebahu
dan sayap sama dengan nya merengut kecewa, ia tertawa “Mian sayang, aku hanya
bercanda.. Perkenalkan My Edelweiss, Han Hyo Jin”
“Kyu?” panggil Hyun Joong, namja pendiam dan
misterius yang sedari tadi duduk di atas batu, mendongak dan menatap leader itu
malas. Sayap nya yang berwarna hijau gelap terkesan seperti ukiran sayap yang
tertutup lumut.
“Kim Kyu Jong”
Ukh! Dia sombong sekali.
Chakkaman, untuk apa juga ku pusingkan, yang
terpenting adalah 2 kantung darah ku, sapi-sapi itu harus kembali pada ku.
Bagaimana pun cara nya, harus!
“Kau tak mau menyebutkan ku, oppa?” seorang
yeoja dengan sayap semotif KyuJong menatap nya sedih, sementara KyuJong hanya
membuang muka dan mendengus kecil.
“Hyo Jae, jangan mulai lagi..” peringat Hyo
Jin, lembut.
“Geumanhae, eonni! Aku memang tak pernah di
anggap!” teriak nya lalu melesat pergi dangan air mata yang bercucuran.
Hyun Joong menghela nafas “Kyu, apa perlu kau
bersikap seperti ini terus?”
“Mian”
“Oke, lupakan soal itu. Bisa kau perkenalkan
diri, agaeshi?” tanya Young Saeng ramah, berusaha mencairkan suasana yang
sempat tak enak.
“Song Hyo Ae imnida..”
“Kurasa kau masih sangat muda, berapa umur
mu?” tanya Jun.
“Hey! Kau belum memperkenalkan diri mu”
hardik JungMin, tangan nya yang hendak memukul Jun akhir nya hanya menampar
angin karena Jun lebih cepat berkelit.
“Arra! Kim Hyung Ju imnida, puas?” tantang
nya ke JungMin “Jadi? Bagaimana? Berapa usia mu?”
“19..”
“wuaa.. muda sekali..” Jun tertawa
terbahak-bahak mendengar jawaban ku, yang lain kecuali KyuJong ikut terkekeh
pelan.
“Apa yang lucu dari umur ku?!”
Young Saeng tersenyum geli, menahan tawa “Ku
harap kita bisa akrab karena kami akan pindah ke pulau ini, panggil kami oppa..
“ Ia melirik namja lain di sekitar nya “Soal sapi mu, kami akan mengganti nya
nanti, bahkan lebih banyak dari milik mu, okey?”
“Oppa, apa kau yakin?” tanya Sung Young,
cemas.
Hyun Joong menghela nafas “Tak ada salah nya
kita lihat dulu, Sung Young. Hanya melihat dan memeriksa nya, kita tak akan
bertindak gegabah” gumam nya, misterius.
“A.. apa yang kau maksud?” aku tergagap
ngeri, apa mereka hendak menjadikan ku kelinci percobaan seperti apa yang Appa
lakukan dulu pada ku? Aku tak mau!
“Kami tak berniat buruk, percaya lah” Kyu
Jong yang sedari tadi diam angkat bicara melihat aku mundur beberapa langkah.
Aku menoleh dan mendapati nya sudah berjarak 1 meter dengan ku “Kau takut kami
menyakiti mu kan?”
“Kyu Jong..” peringat Young Saeng, was-was.
“Kau tak tau, kami tak bisa melukai seorang
manusia dan masih bisa hidup dengan tenang setelah nya” Ia maju selangkah, tapi
Jun bergerak cepat berdiri di hadapan ku memunggungi Kyu Jong.
“Mau jalan-jalan mencari udara segar?” tanya
nya pada ku, sedetik sebelum aku membuka mulut untuk menolak, Jun menarik ku
dengan sigap ke dalam pelukan nya dan melesat ke langit.
“Yak! Kau!” geram ku, emosi.
Jun terkekeh “Bukan kau, tapi oppa..” koreksi
nya “Usia kita sangat jauh sekali jarak nya” Ia seolah sengaja memberi
penekanan pada kata ‘sangat’ lalu mengedip genit pada ku.
“Kalau begitu ku panggil ahjussi saja”
“Oppa! Apa susah nya memanggil ku Oppa?! Apa
harus berdebat dengan orang yang baru kau kenal hanya karena hal ini?”
Aku menghela nafas, begini rasa nya hidup dan
berbincang dengan orang. Ania.. kuralat, dengan mahkluk hidup yang punya bahasa
mirip dengan yang ku gunakan dari dekat, bahkan aku tak tau apa mereka ini
benar-benar mahkluk hidup.
“Hei? Kau tidur?” tanya Jun, sebal “Kajja,
panggil oppa..”
“Satu syarat.. “
“Mwo?!” potong Jun, kesal “Ah! Pallie
katakan..” tambah nya tak sabar.
“Aku bukan orang yang ingin tahu urusan orang
lain tapi kali ini kurasa berbeda karena kalian yang pertama kali mengusik
kehidupan dan urusan ku, apa yang kalian incar di pulau kecil ini? Ini pulau
pribadi milik ku!”
Jun tertegun mendengar pertanyaan sekaligus
pernyataan ku, lama ia terdiam sampai ku rasakan kaki ku menginjak tanah. Aku
tak menyadari ia ingin mendarat karena terlalu sibuk menunggu nya menjawab
pertanyaan ku.
“Penjelasan ku mungkin cukup panjang, ada
baik nya kita duduk. Aku juga sedikit lelah setelah terbang dalam waktu yang
cukup lama”
Aku mendengus pelan tapi tetap menuruti
perintah nya, ia mengambil tempat duduk di samping ku dan memandang langit
sekilas seolah meminta ijin, Pada langit? Yang benar saja, dia benar-benar
aneh.
“Aku dan ke empat saudara laki-laki ku beserta
pasangan mereka adalah vampire.” Ia menatap ku, menunggu reaksi ku. Kurasa aku
tak perlu terkejut dengan bagian yang memang sudah ku duga sejak awal. “Sebenar
nya aku dan saudara-saudara ku.. adalah pangeran dari kerajaan vampire.”
Aku tak sengaja tertawa karena bagian itu,
terdengar meremehkan mungkin karena Jun langsung menatap ku tajam. “Mian, tapi
aku baru pertama kali dengar soal kerajaan vampire”
“Kalau begitu kau pernah lihat vampire kan?”
aku menggeleng, jujur tak pernah menonton film semacam itu. “Aish, apa yang kau
tau eoh? Ck, ku jelaskan secara singkat saja. Vampire itu punya banyak jenis
seperti di dalam film, mereka punya ciri khas masing-masing di setiap film yang
berbeda pula.”
“Lalu?”
“Kami jenis vampire bersayap, jenis kami
memang belum pernah di angkat dalam film karena kami hidup bersembunyi dalam
goa di tebing-tebing terjal dan tersembunyi jauh dari pemukiman manusia.”
Aku mengangguk dan ia melanjutkan cerita
“Kami kabur dari kerajaan karena lelah dan bosan, punya sepasang sayap tapi terkekang
dalam goa gelap dan pengap.”
“Kau belum benar-benar menjawab pertanyaan
ku, ingat?” tanya ku memastikan.
“Kami mencari sesuatu..” Ia mengalihkan
pandangan ke sisi lain, apa ia berusaha menyembunyikan sesuatu?
“Hanya itu saja? Ini bahkan belum ada 5
menit” sindir ku, Jun melirik ku dengan tatapan ragu.
“Kau tak mau tau tentang kami secara lengkap?
Kemungkinan kami akan menumpang di pulau mu dalam waktu yang lama.” Aku
mengedikkan bahu, pertanda tak begitu tertarik. “Semisal cara kami mengubah
manusia jadi vampire?”
“Menggigit leher mereka seperti vampire lain
kan?”
Jun menggeleng “Yah, secara teknis kami
memang melakukan itu untuk mengubah manusia menjadi vampire. Namun, kau salah
jika semua vampire melakukan hal itu. Ada vampire yang bertukar darah dengan
manusia untuk mengubah nya, ada pula yang menghisap separuh darah mereka untuk
mengubah mereka”
“Apa setelah kalian mengubah manusia itu
menjadi vampire, manusia itu akan punya sepasang sayap juga?”
Pipi Jun bersemu merah mendengar pertanyaan
itu “Itu, kami tak menggigit manusia untuk mengubah nya menjadi vampire tanpa
alasan. Sayap ini akan di berikan oleh pasangan kalian begitu menikah. Kecuali
jika ia memang keturunan dari vampire bersayap”
Aku mengangguk, tak mau bertanya lebih jauh
soal reaksi nya “Jadi semua saudara mu itu.. sudah menikah?” tanya ku,
mengingat setiap pasangan memiliki warna sayap yang sama.
Jun diam beberapa saat dan memandangi ku dari
atas sampai bawah berulang-ulang dengan perlahan, membuat wajah nya semakin
merah padam karena nya “Ya.. Yah, begitu lah.” Ia kembali mengalahkan pandangan
sambil mengacak-acak rambut nya.
“Boleh aku tanya sesuatu.. Soal saudara mu?” Aneh nya rasa penasaran
terasa menggelitik mulut ku untuk bertanya lebih banyak dan detail tentang hal
yang belum pernah ku ketahui sebelum nya.
“Aku tahu apa yang mau kau tanyakan, akan ku
jelaskan secara detail..” Jun menarik nafas panjang “Kami berlima, tidak lahir
dari satu ibu.. Hyun Joong hyung lahir dari seorang Ratu.”
“JungMin hyung, Kyu Jong hyung, dan Young
Saeng hyung lahir dari selir-selir Raja. Tapi kami punya hak yang sama soal
tahta.” Jun memutar bola mata nya secara dramatis. “Tak ada untung nya menjadi
Raja dalam goa, untung saja masih ada Joo Young.”
“Anak dari selir lagi?”
“Ania, dia anak bungsu Ratu. Adik ku dan Hyun
hyung..”
Selagi dia bercerita, aku memperhatikan tubuh
nya dengan detail. Sayap nya benar-benar hitam kelam, beberapa tetes embun
terlihat membasahi sayap nya, menciptakan sensasi yang berbeda.
Tubuh nya terlihat kurus, namun cukup atletis.
Terlihat dari ABS yang terjeplak jelas dari luar kaos putih using yang ia
gunakan. Tambahan dengan jeans di bawah lutut, dia sama sekali tak mempunyai
setelan seorang pangeran selaian kelebihan pada wajah tampan nya.
“Apa yang kau lihat?” tanya nya, terdengar
menggoda ku.
Aku mengangkat bahu sesantai mungkin, meski
sebenar nya aku benar-benar terkejut karena pertanyaan mendadak nya yang jelas
mengetahui aku tak mendengarkan cerita nya melainkan memandangi tubuh nya. “Aku
hanya mengira-ngira.. Umur mu tak jauh lebih tua dari ku, kemungkinan sekitar 2
atau 3 tahun di atas ku.”
Ku lihat ia langsung terbahak begitu keras
setelah nya “Kau pikir aku semuda itu?” tanya nya di sela-sela tawa.
“Memang berapa usia mu eoh?” Aku semakin
benci namja ini jika ia terus mempermainkan ku.
Jun menghentikan tawa nya lalu menatap ku
dengan tatapan missterius “Rahasia!” Ia kembali terbahak “Ekspresi mu
benar-benar lucu.”
Aku merenggut kesal “Kalau begitu jangan
harap aku memanggil kalian Oppa!”
“Yak!” teriak nya tak terima “Aku sudah jawab
banyak pertanyaan mu sebagai ganti nya kau harus memanggil aku Oppa, tak
perduli bagaimana kau memanggil hyungdeul ku!”
Aku terkekeh pelan, rasa nya menyenangkan ada
teman yang benar-benar bisa ku ajak bicara dan tatap muka dengan jarak sedekat
ini. Dan seingat ku, ini kali pertama aku kembali tertawa setelah 13 tahun
berlalu.
“Kau manis jika tertawa, kenapa kau begitu
menyeramkan beberapa jam yang lalu?”
Tawa ku langsung senyap “Tak penting untuk di
bahas..” jawab ku sekena nya “Kau bisa cerita kan soal jenis vampire dalam film
yang kau maksud?”
“Soal itu..
Tentu saja, banyak jenis vampire di dunia ini yang di angkat dalam
sebuah film. Ada vampire yang menggilai darah, ada vampire yang hanya minum
darah 1 bulan sekali. Ada vampire yang tubuh nya kering tanpa darah, ada pula
yang tubuh nya terdapat daraah dari hasil makanan kami. Ada vampire yang tak
bisa punya keturunan, akibat nya mereka harus menginfeksi manusia supaya tak
musnah”
“Dan juga ada yang bisa memiliki keturunan,
ada yang tak tahan dengan sinar matahari, bahkan ada yang bisa dengan santai
keluar rumah saat siang. Ada banyak jenis yang tak bisa makan makanan biasa..”
“Stop..” potong ku tiba-tiba “Kau menjelaskan
terlalu panjang, bagaimana dengan jenis mu saja?”
Jun tersenyum girang, entah karena alasan
apa. “Kami ras istimewa, vampire bersayap.. Kami tergolong vampire yang kebal
dari sinar matahari atau pun bawang, hanya saja kami tak bisa bercermin atau
pun di foto.” Senyum nya hilang sedetik kemudian sudah seperti biasa nya “Kami
ras yang masih bisa memiliki keturunan, dan saat terluka kami mengeluarkan
darah dari luka kami, darah hasil konsumsi.”
“Kalian bisa mempunyai keturunan?” Jun
mengangguk cepat “Jadi kalian tak perlu menginfeksi manusia kan? Apa itu arti
nya saudara mu, maksud ku kalian semua keturunan vampire?”
“Tak termasuk yeoja pasangan hyungdeul.
Mereka bergabung satu persatu saat kami melakukan perjalanan. Harta karun
berharga yang harus kami cari di seluruh dunia” Jun terkekeh pelan.
“Harta karun? Kalau begitu seharus nya kalian
semua menyayangi pasangan kalian masing-masing bukan? Kenapa Kyu Jong berbeda?
Sikap nya aneh pada pasangan nya.” Keluh ku, merasa iba pada pasangan Kyu Jong.
Jun menghela nafas berat “Ini pada awal nya
juga kesalahan kami yang meminta Kyu hyung bertindak cepat..” Ia melirik ku,
mata nya terlihat sendu “Kau ingat dengan edelweiss JungMin hyung kan? Han Hyo
Jin.. sedangkan pasangan Kyu hyung, Han Hyo Jae..”
“Mereka bersaudara?” tebak ku, mengingat Hyo
Jae memanggil Hyo Jin ‘eonni’
“Ne, dan kakak beradik. Sayang nya pada
pertama kali melihat mereka, Kyu hyung menyukai Hyo Jin..” Jun memberi jeda
sebentar sebelum melanjutkan dan menatap tangan nya “Menuruti bujukan kami
semua, Kyu hyung malam itu menyelinap ke rumah Han untuk mengubah Hyo Jin menjadi
edelweiss nya.”
“Ia mengubah seseorang di ranjang dalam kamar
yang ia yakini kamar Hyo Jin, seseorang yang hendak masuk kamar setelah nya
hampir terbunuh oleh cakar nya dan ternyata itu.. Hyo Jin..”
“La.. lalu? Yang ia ubah itu.. “ mendadak
tenggorokan ku tercekat, menyadari jawaban Jun ssebelum ia menjawab.
Jun menoleh, wajah nya terlihat benar-benar
kusut “Dia adalah Hyo Jae, rupa nya ia mengetahui rumah nya di intai oleh kami
dan ia menginginkan menjadi vampire seperti kami. Ia bertukar kamar karena ia
tahu kakak nya lah yang menjadi incaran”
“Bagaimana Hyo Jin bisa selamat?” tanya ku,
penasaran sekaligus belum mengerti di mana titik permasalahan besar yang
membuat Kyu terlihat membenci pasangan nya.
“Beruntung malam itu JungMin hyung menyusul karena
perasaan nya mendadak tak enak, ia yang menemukan Kyu hyung memeluk Hyo Jin
yang telah bersimbah darah. Tak banyak pikir lagi, ia mengubah Hyo Jin yang
sekarat menjadi vampire” jawab nya “Beruntung malam itu mereka menemukan
edelweiss yang tepat.”
“Maksud mu?”
Jun tersenyum kecut saat mendengar ku
bertanya lebih jelas soal masalah ini “Kami hanya punya 1 edelweiss dalam
seumur hidup.. Jika salah menginfeksi orang untuk menjadi edelweiss kami, kami
akan mati detik itu juga saat taring kami menyentuh kulit nya.”
Aku tersentak kaget “Mati? Separah itu kah?
Jika begitu tak usah mencari pasangan saja”
“Salah memilih, kami mati. Tak memilih pun
kematian akan menjemput kami cepat atau lambat” jawab nya, pandangan nya
menerawang.
Aku terdiam beberapa saat, sadar sudah
bertanya terlalu jauh karena terlalu bersemangat berbincang setelah sekian lama
hanya beberapa patah kata yang terucap saat berbicara dengan Eomma lewat
videocall.
“Bagaimana dengan mu?” tanya Jun membuyarkan
ku dari lamunan “Kau jenis vampire apa?”
“Sayang nya, aku ini masih manusia..” Jun
menatap ku ragu, antara percaya atau tidak. Ku jelaskan dari awal sampai
sekarang, bagaimana aku di jadikan kelinci percobaan oleh Appa ku sendiri dan
akhir nya di asingkan di pulau milik Eomma selama 13 tahun, bahkan mungkin seumur hidup ku.
Jun berdecak kagum “Kau hebat bisa hidup
sendiri selama itu, mengingat usia mu sangat muda saat kau di asingkan.
Sekarang kau tak akan kesepian lagi, kami akan meramaikan pulau mu dan ikut
menjaga nya” Senyum nya mengembang lebih manis dari senyum nya yang lain.
“Kau berada di pulau ini bukan karena ingin mencari edelweiss mu kan?”
Aku teringat hanya Jun lah yang tak memiliki pasangan “Karena di pulau ini tak
ada manusia, kecuali jika kau ingin mencari nya dari beberapa kera di pulau
ini” celetuk ku, jahil.
Rasa nya ia tak menanggapi lelucon ku, karena
pipi nya malah memerah karena pertanyaan ku “Mwoya? Pemikiran macam apa itu?
Aku belum ingin mati secepat itu” tanggap nya, terdengar gugup.
Aku terkekeh pelan, lucu juga melihat nya
seperti itu. Ku pikir semua vampire itu menyeramkan, karena menurut penelitian
Appa semua vampire itu tak mempunyai hati. Mereka menyerang manusia dengan
membabi buta dan tak memandang siapa yang ia serang jika sedang haus, karena
itu lah Appa mengasingkan ku.
“Apa itu Edelweiss?”
Jun menatap ku dengan tatapan tak percaya
“Kau tak pernah dengar soal edelweiss?” Aku menggeleng “Itu adalah nama bunga
abadi yang tak akan layu bahkan setelah di petik.”
“Lalu apa hubungan nya dengan pasangan
kalian? Kalian selalu menyebut nya edelweiss..” tanya ku kembali, giliran ku
yang memberi nya tatapan tak percaya akan penjelasan nya tadi.
“Di tempat ku tinggal, bunga langka itu ada
sangat banyak. Asal muasal julukan istrimewa itu dari sana, meskipun ada banyak
bunga edelweiss yang tersebar di seluruh penjuru goa, pasti kita punya 1
edelweiss yang menarik hati kita. Sama hal nya dengan pasangan jiwa, mereka ada
banyak sekali jumlah nya di dunia, tapi kita hanya akan memiliki 1 pasangan
jiwa sejati seumur hidup.”
Itu menakjubkan. Bahkan mahkluk yang di
bilang hina dan menjijikkan itu lebih setia dengan pasangan nya di bandingkan
manusia yang di anggap mahkluk sempurna.
“Hey! Kau tak dengar aku bicara? Kenapa
melamun?” Jun melambai-lambaikan tangan di depan wajah ku, aku menepis tangan
nya pelan.
“Ania, aku mendengarkan. Hanya saja, aku
kagum kaum atau kelompok kalian saling menghargai pasangan kecuali saudara mu
yang satu itu.”
“Kyu hyung sebenar nya vampire baik, hanya
saja kecelakaan saat dia hampir membunuh orang yang ia cintai membuat pribadi
nya tertutup dan dingin” bela Jun, sabar.
Aku berdiri dan berjalan pergi “Kau mau
kemana?”
“Pulang..”
“Ku antar?”
“Tak perlu, ingat saja soal janji kalian soal
ganti sapi-sapi itu..”
* * *
Tuk.. Tuk.. Tuk..
Terdengar sesuatu mengetuk-ngetuk jendela
kamar ku, mengusik ku yang baru saja terlelap. Ku lirik jam dinding di samping
ku, ini masih jam 2 pagi, suara apa itu sebenar nya? Dengan kasar ku singkirkan
selimut dan bergegas mendekati asal suara.
“Hyo!” Jun langsung merangsek masuk begitu
aku membukakan jendela, beruntung aku segera bergerak ke samping atau dia akan
jatuh menimpa ku. Ck, dasar namja ceroboh.
“Yak! Ini pagi buta, kau.. Apa yang terjadi
dengan sayap mu?!” Punggung Jun bersih tanpa sayap, tangan ku yang langsung
menyentuh punggung nya hanya merasakan bagian baju nya yang sedikit terkoyak,
tempat di mana sayap nya itu muncul.
Jun hanya nyengir lebar melihat ku memeriksa
punggung nya “Ini bulan purnama, sayap kami akan hilang saat bulan purnama. Boleh
aku menginap di sini malam ini?”
Sudah lebih dari 2 minggu setelah
pertemuan pertama kami di insiden pencurian sapi-sapi ku. Tapi ini pertama kali
nya aku melihat nya tanpa sayap, terlihat lebih manusiawi dan.. err..
“Apa yang kau lihat?” tanya Jun, sesaat
setelah menyesap sedikit darah yang ku suguhkan di secangkir gelas saat kami
sudah di dapur.
“Ah, kau tampak lain..”
“Oppa..” koreksi nya, ia tak pernah bosan
melakukan yang satu ini “Moment ini hanya terjadi sewaktu malam bulan purnama
dan mempermudah pasangan bersenang-senang. Pasti aku terlihat seperti manusia
di mata mu sekarang.”
Aku mendengus “Apa nya yang ‘Oppa’? Aku tak akan
memanggil mu Oppa sampai aku tahu berapa umur mu sebenar nya, kau sudah tahu
itu kan? Jadi, apa tujuan mu menginap di sini malam ini?” selidik ku, curiga.
Deg! Wajah nya mendekat ke arah ku, mata nya
menatap ke.. Bibir ku?! Kurasa ini pertanda buruk! Wajah nya, cara nya menatap tak pernah seperti ini
sebelum nya.
“Ya!” Tangan nya mencengkram lengan ku kuat
saat aku bergerak menjauh “Lepas! Kau kelihatan aneh!!” bentak ku, emosi.
Jun tersentak lalu melepaskan cengkraman nya
“Pergi lah ke kamar mu, jangan lupa kunci pintu serapat mungkin.. jangan keluar
sebelum matahari benar-benar muncul.” Bisik nya, kedua tangan nya menutup wajah
nya.
Aku segera beranjak tanpa harus berpikir 2
kali, ia membuat ku takut. Apa kehilangan sayap di malam bulan purnama mempengaruhi
pikiran nya juga? Ck, besok dia harus memberikan penjelasan
* * *
Esok pagi nya, Jun telah lenyap dari
dapur ku. Aku mencari nya di seluruh penjuru rumah, akan tetapi yang ku temukan
hanya bantal-bantal sofa di ruang tamu yang telah hancur, bulu dari bantal di
sofa itu telah bertebaran dimana-mana. Apa yang dia lakukan sebenar nya?
Vampire itu, hidup terkekang dalam
goa, tak jauh lebih baik dari aku yang terasingkan di pulau ini. Namun
pengetahuan nya jauh melebihi aku, sulit di percaya mungkin. Kecuali jika aku
mempercayai ucapan nya soal umur nya yang jauh di atas ku. Lupakan, mencoba
membayangkan nya berusia ratusan tahun hanya membuat ku tertawa.
Polos, jahil, terkadang aku kesal
karena ulah usil nya. Tempo hari saat ia membawa ku terbang di ketinggian
sekitar 501 kaki, ia melepas ku dari dekapan nya tiba-tiba tanpa peringatan apa
pun. Aku tentu saja panic dan menjerit sekeras mungkin meski aku yakin itu tak
akan membuat punggung ku tumbuh sayap.
Secepat ia melepas ku, secepat itu
juga ia menangkap ku. Bayangan nya seperti seekor elang yang mengincar mangsa
nya, menakutkan sekaligus melegakan karena tubuh ku hampir saja mencium tanah
satu detik lagi. Ia tergelak puas sekali.
Begitu melihat ku menangis, tawa nya
senyap “Kau benar-benar manusiawi, dan aku menyukai bagian itu” Kata-kata itu
malah membuat ku semakin jengkel, tak tahu kah dia aku sangat ketakutan tadi?
Kadang muncul juga perasaan rindu akan keusilan nya yang di luar batas itu.
Sikap nya semalam kembali menghantui ku,
dia tak pernah seserius itu selama ini. Yah, meski aku baru mengenal nya
beberapa minggu, kurasa tebakan ku jika sifat nya kekanakkan tak salah. Di
lihat juga dari sering nya dia bertengkar dengan Jungmin hanya karena hal
kecil.
Tok.. Tok.. Tok..
Lamunan ku buyar begitu mendengar
pintu di ketuk. Siapa yang datang sepagi ini?
“Jungmin?” seru ku heran, melihat
seorang namja berdiri di depan pintu ku. Bayang sayap nya yang besar menaungi
ku, itu berarti sayap Jun juga sudah kembali bukan?
“Apa Jun kemari semalam?” tanya nya,
telihat memperhatikan ku dengan was-was.
“Ne, ada apa?”
“Ne, ada apa?”
“Lalu apa yang dia lakukan pada mu?”
Hei, itu bukan pertanyaan yang aneh.
“Apa maksud mu? Dia hanya minta ijin menginap di sini semalam.”
“Jun belum kembali sampai sekarang.”
“Mwo?!” Kurasa namja ini tak terlihat
sedang membuat lelucon, dan yang ku tahu ini bukan bahan yang tepat untuk
sebuah lelucon “Apa kalian ada masalah?”
Bukan nya menjawab, Jungmin malah
menghela nafas dan mengacak rambut belakang nya dengan kasar “Geez, datang lah
ke tempat kami. Mungkin kami harus jelaskan sesuatu pada mu sebelum terlambat”
Ia melesat terbang ke langit sebelum aku kembali bertanya.
* *
*
Malam nya aku berjalan santai ke
tempat para vampire itu biasa berkumpul. Pikiran k uterus melayang ke kejadian
dimana Jun bersikap aneh di malam bulan purnama itu. seperti nya tanpa sadar
aku telah masuk terlalu jauh dengan masalah mereka.
“Geumanhae hyung!!” suara lantang itu,
aku hafal betul adalah suara Jun. Dia sudah kembali rupa nya, pasti
pertengkaran dengan Jungmin di mulai lagi. Mendengar suara nya, ada rasa rindu
aneh yang menguar di dada ku. Membuat kaki ku cepat-cepat melangkah lebih cepat
ke tempat mereka yang tak terlalu jauh lagi.
“Jun!! Uri memberi mu perintah untuk
menyelidiki yeoja itu demi kehidupan mu sendiri!!” Bentakan Hyun oppa
menghentikan langkah ku seketika, bukan, bukan karena aku takut akan suara nya
yang menggelegar di tengah hutan sepi, tapi lebih ke kata-kata yang iaa
ucapkan. ‘yeoja itu’? Apa yang mereka maksud adalah aku?
Aku memutuskan bersembunyi di salah
satu pohon besar yang tak begitu jauh dari mereka dan mendengarkan lebih jelas
pembicaraan mereka sebelum melangkah mendekati mereka.
“Shireo! Memang bukan yeoja itu!! Aku
pun tak pernah merasakan apapun saat di dekat nya!” sahut Jun, tak kalah
sengit.
Pernyataan nya yang terakhir membuat
dada ku sakit, seolah ada ribuan jarum menusuk nya dalam-dalam, sangat
menyakitkan. Itu sungguh aneh, ada apa dengan diri ku?
“Geotjimal! Lalu buat apa kau pergi ke
tempat nya saat bulan purnama? Kau pasti merasakan perasaan ingin memiliki nya
sepenuh nya kemarin malam, bukan? Dan kau tahu, perasaan itu hanya muncul pada
orang tertentu!” tegas Young Saeng, menengahi. Ternyata nbenar mereka
membicarakan aku.
Suara Jungmin yang terdengar kemudian
terdengar sangat sedih meski masih di bumbui celaan di kalimat nya, “Jun, waktu
terakhir mu semakin dekat. Aku tak mau kehilangan seorang dongsaeng kurang ajar
dan menjengkelkan seperti mu, aku lebih suka menghajar mu sesering yang ku bisa
daripada melihat mu menjadi abu.”
“Tak mencoba atau pun mencoba, rasa
nya aku tetap akan pergi nanti nya.”
“Kau hanya tak mau mempersingkat waktu
karena terlanjur menyukai yeoja itu kan?” suara dingin Kyu tiba-tiba terdengar.
Hening kemudian, dan aku tersadar jika
aku telah menangis. Ini akan memalukan jika aku menemui nya sekarang. Ada baik
nya jika aku pergi sekarang sebelum mereka menyadari keberadaan ku.
KREK!
Aku menunduk dan mendapati telah
menginjak beberapa ranting kering, bunyi nya tak begitu keras. Semoga mereka
tak begitu memperhatikan nya. Begitu mendongak, aku hampir saja menjerit saat
wajah Jun hanya berjarak 5 cm dari ku.
Tangan nya cepat-cepat membekap mulut
ku “Kau.. mendengar pembicaraan kami?” Aku menggeleng lambat “Sejak kapan kau
di sini?”
Aku tahu dia tak percaya begitu saja
akan jawaban ku, ke lepas tangan nya perlahan dari mulut dengan tangan gemetar
“A.. aku hanya mendengar bagian Jungmin bicara tadi.” Terpaksa aku berbohong,
mianhae.. Aku sadar hati ku telah tertawan pada sorot mata nya yang polos, aku
menyukai nya.. Sang malaikat kegelapan berhati seputih kapas.
Ia menghela nafas berat dan jatuh
terduduk, terlihat begitu rapuh dan hati ku semakin sakit melihat nya begini.
Mana Hyung Jun yang selalu enerjik? “Umur ku mendekati batas, itu benar..”
bisik nya.
Sentakan seperti tersengat listrik
membuat ku buru-buru duduk di hadapan nya dan memastikan bahwa dia sedang
bercanda seperti biasa, tapi wajah nya terlalu sendu untuk di katakana sedang
melucu.
Dia menatap ku sayu “Aku tahu ini
bukan hal penting untuk..”
“Berapa umur mu sekarang?” potong ku,
mendadak perasaan ku semakinm tak enak saat mengorek hal ini lagi pada nya.
“Bulan purnama depan, 501 tahun..
Batas usia maksimal kami..”
Kepala ku terasa pening mendengar nya,
selama ini aku hanya tahu jika vampire itu abadi menurut Appa, dan tak merasa
hal penting berapa pun umur nya. Kebodohan ku mencapai batas nya juga, tak
pernah berpikir jika ada vampire yang mempunyai batas usia seperti kaum Jun,
vampire bersayap.
“Kau tak abadi?” suara ku terdengar
serak karena menahan tangis.
Jun menggeleng dengan tatapan tersiksa
“Sayang nya aku bukan jenis vampire yang berumur panjang seperti yang kau
pikirkan selama ini.”
“Saudara mu? Hyungdeul mu pasti berumur
lebih dari mu kan? Kenapa mereka bisa?” tanya ku bertubi-tubi, berusaha tak
percaya jika umur nya hanya tinggal sebulan lagi.
“Karena mereka sudah menemukan
edelweiss mereka, kau ingat saat aku bilang mencari dan salah pilih, kami bisa
mati. Jika tak memilih, umur kami akan habis di tahun 501 dan mati.” Ia
menunduk, setetes air mata terlihat menuruni pipi nya.
“Jun?” ku gigit bibir bawah ku
kuat-kuat, menahan tangis ku sendiri.
“Panggil aku oppa di waktu terakhir ku
ini, aku mohon..” bisik nya pelan, badan nya terlihat bergetar karena isak yang
ia sembunyikan dari ku.
“Oppa..”
Sedetik kemudian, ia menarik ku dalam
pelukan nya. Tangis ku pecah begitu merasakan hangat pelukan nya, rasa yang
selama ini tak benar-benar ku nikmati, namun waktu kini tak memberi ku banyak
kesempatan merasakan nya lagi.
Tangis Jun terdengar di telinga ku,
deru nafas nya terasa panas menerpa leher ku. Dia pasti sangat takut, takdir
nya di balik sosok vampire bersayap yang menawan begitu menakutkan. Seandai nya
aku bisa menyelamatkan mu, Jun. Aku akan berikan segala milik ku untuk mu.
* * *
“Kau.. Mau apa kau kemari?” Kyu tentu saja
terlihat tak menyukai kehadiran ku di tempat biasa ia menyendiri, aku sendiri
yang selalu menjaga jarak dengan vampire bersayap satu ini.
“Tak bersama edelweiss mu lagi?”
Dia mendengus “Apa urusan mu?!” tanya nya,
ketus.
“Aku sudah dengar dari Jun, soal masalah mu.
Apa yang salah? Kau masih hidup panjang karena Hyo Jae kan? Jika saja kau
menggigit Hyo Jin, kau pasti sudah mati!” umpat ku, seperti nya aku sedikit
terlalu sensitive perihal kematian, mengingatkan ku akan Jun.
Kyu membuang muka, “Bukan itu..”
“Karena kau hampir membunuh yeoja yang kau
cintai?”
Ia tersentak pelan namun tetap berusaha
tenang “Ternyata ada juga yang bisa menebak nya.”
“Semua nya mengerti! Hanya saja kau saja yang
menutup diri dari semua orang semenjak kejadian itu, seolah kau menyalahkan
mereka! Soal Hyojin, bukan kah dia sudaha selamat karena Jungmin? Dia sudah
bahagia dengan Jungmin” Aku menatap nya penuh amarah “Jika saja Jun lebih
beruntung, lebih baik kau yang menyia-nyiakan edelweiss yang mati!!”
Aku berjalan pergi dengan hati yang lagi-lagi
terasa sakit, air mata ini, entah sudah yang keberapa kali nya menetes jatuh
dan membentuk anak sungai di pipi ku. Aku lelah, hati ini lelah merasa perih
dan kehilangan bahkan sebelum kau pergi, Jun.
* * *
Bulan purnama..
Malam terakhir, air mata ku sudah benar-benar
kering sekarang. Bukan waktu yang tepat pula untuk aku tangisi, waktu singkat
ini harus ku manfaat kan untuk menyimpan semua memori tentang nya di otak ku
sebanyak-banyak nya.
“Hyo Ae?” panggil Jun pelan, ia tengah
meringkuk di sofa dalam rumah ku, tatapan nya kosong. Dia pasti cukup tertekan
akhir-akhir ini, aku tak boleh terlihat lemah di depan nya. Akan ku bagi
sedikit semangat ke dalam diri mu, Jun.
Aku beranjak duduk lebih dekat dan mengusap
lengan nya lembut “Waeyo? Apa kau yakin malam ini ingin di sini? Kau tak mau menghabiskan
waktu terakhir kali dengan mereka?”
Ia menggeleng lemah “Aku sudah menghabiskan
waktu dengan mereka ratusan tahun, sedangkan dengan mu aku hanya bisa bersama 2
bulan.” Lirih nya
“Oppa, aku tak yakin akan sesuatu..”
Jun menatap ku, tak mengerti “Katakan..”
“Apa kau menyimpan perasaan pada ku? Mian,
aku hanya..”
“Ne, itu benar.” Potong Jun, mata ku dalam
sekejap terasa panas “Mianhae, aku tak memberitahu mu sejak awal. Ku pikir
mencintai manusia itu salah, apa lagi aku akan mati” Jun tertunduk sedih.
“Aku.. menyukai sayap mu.. “ Aku membelai
punggung nya yang bersih tanpa sayap di malam purnama ini “Sayang nya di malam
terakhir mu, aku tak bisa melihat nya.”
Entah karena ucapan ku atau karena mimic
wajah ku, Jun terkekeh pelan. Oh, aku merindukan wajah nya yang seperti ini
yang tak terlihat selama sebulan ini “Hanya pada sayap ku? Malang nya diri ku
ini, patah hati di saat-saat terakhir karena kalah dari sayap ku sendiri.”
Aku tertawa pelan “Aku menyukai pemilik sayap
itu juga.. sangat menyukai nya, aku mencintai mu..” Mata Jun menatap ku lekat,
berusaha membaca kejujuran dari mata ku, ada sedikit cahaya kebahagiaan yang
terpancar dari mata nya sendiri begitu tahu jawaban ku tulus dan jujur.
“Hyo Ae, mau kah kau ku titipkan sepasang
sayap ku?” tanya nya, terdengar serius kali ini.
“Bagaimana cara nya?”
Pipi nya bersemu merah mendengar nada
antusias dari ucapan ku “Ingat tingkah ku bulan purnama yang lalu?” Aku
mengangguk ragu, tak mungkin lupa karena dia membuat ku takut waktu itu “Di
bulan purnama, hormon kami para vampire bersayap bergejolak dengan kuat.. Itu
adalah waktu dimana kami dengan pasangan masing-masing melakukan..”
Mata ku masih menatap nya penasaran karena
dia tak meneruskan kalimat nya “Melakukan apa?”
“Kau belum mengerti?” Dia mengacak rambut nya
dengan kasar begitu aku menggeleng “Kau tahu, aku menahan nya sedari tadi..
Akan ku ajarkan sesuatu” Seringai kecil terlihat di bibir nya.
Tangan nya bergerak cepat memeluk pinggang ku
sebelum aku bergerak menghindar. Ia mulai mendekat dan semakin mendekat, mata
ku reflex menutup begitu ia menautkan bibir kami.
Kontak fisik yang lebih dari biasa nya ini
membuat ku merasakan sengatan listrik 180 volt lebih dan menyebar di seluruh
tubuh. Lumatan-lumatan kecil yang ia mulai membuat kepala ku kosong dan berat.
Kami sampai melupakan jika aka nada yang
pergi malam ini, hanya malam ini saja. Biarkan kami saling merasakan kehangatan
bahkan panas membara yang membakar tubuh ku, aku rela di bakar hidup-hidup demi
Jun saat juga.
Jun, aku tak akan pernah rela melepaskan mu.
Kau yang membuat tubuh ku yang sedingin es, seolah mencair. Kau yang menarik ku
dari tempat gelap nan sunyi dimana aku sendirian, kau menemani ku dan mengajari
ku banyak hal. Aku tak akan melupakan mu, kekasih pertama dan terakhir ku.
* * *
Esok pagi nya, aku terbangun dengan kepala
pening dan berat. Aku meraba tubuh ku, tubuh polos ku sudah berselimutkan
tirai. Jun sudah tak ada di sisi ku, dia sudah pergi? Apa vampire bersayap yang
mati, jasad nya akan menghilang seperti debu tertiup angin?
Aku beranjak bangun dan memakai kembali
pakaian ku meski seluruh tubuh ku terasa menyakitkan, rasa nya seluruh tulang
ku terlepas dari tempat nya. Sesuatu mengganjal di punggung ku begitu aku
memakai baju ku – pakaian terakhir yang belum aku pakai.
Sepasang sayap hitam pekat, mirip seperti
milik Jun, hanya saja ukuran nya sedikit lebih kecil. Jadi begitu, mereka
berhubungan fisik untuk menganugrahkan sayap. Itu kenapa dia selalu terlihat
malu membicarakan nya, itu kenapa hanya pasangan yang memiliki sayap sewarna
dan setekstur.
Air mata ku kembali turun, aku tak akan bisa
sanggup hidup tanpa kau, Jun. Aku tak akan bisa hidup hanya dengan sayap
pemberian mu. Aku hanya bisa hidup bahagia dengan mu.
* * *
>>Epilog~
Buk! Terdengar bunyi bedebam di hadapan ku
saat aku tengah menutup wajah ku yang berlumur air mata dengan tangan. Aku
terlalu tersiksa rasa sakit kehilangan Jun sampai mengabaikan suara apapun itu.
“Ada apa? Apa sayap mu terasa sakit?”
Suara ini?! Aku mendongak dan mendapati wajah
familiar itu dan reflex memeluk nya begitu erat, tak perduli jika mungkin itu
malah akan membuat nya kehabisan nafas “Jun.. Jun.. Jun.. “ isak ku.
“Hei, kemana panggilan oppa dari mu?” kekeh
Jun, heran.
“Oppa..” aku menurut, tak bisa berpikir untuk
menoleh atau berdebat dengan nya “Ku pikir kau.. Ku pikir..”
“Kau pikir aku mati?”
Aku mengangguk lemas “Apa yang terjadi?
Jangan katakan jika kau mengerjai ku dan melakukan ‘itu’ hanya untuk
sayap-sayap ini” bentak ku, tak sadar akan volume suara yang aku keluarkan
sendiri.
“Woow.. Calm down, aku tak mungkin mengerjai
mu soal hal seperti ini. Semalam, aku juga berpikir itu adalah malam pertama
dan terakhir ku dengan mu.. Aw! Yak!” rintih nya begitu aku menjitak kepala
nya. Ck, apa dia tak sadar jika kata-kata nya terlalu vulgar?!
Ku periksa leher ku, tak ada luka bekas
gigitan. Apa arti nya aku masih manusia penggila darah?
“Aku belum melakukan nya” Jun menyadari apa
yang ku cari “Aku menyukai sisi manusia mu, aku ingin kau tetap jadi manusia.
Toh, makanan kita tetap sama kan, my edelweiss?” Ia nyengir lebar sewaktu
menyebut ku dengan panggilan itu “Biar ku bantu..” Ia memutar ke balik sofa,
kemudian terdengar suara kain terkoyak.
“Ya! Apa yang kau lakukan?” Aku berusaha
menghindar, ia langsung memeluk ku dari belakang.
“Membuat mu berpakaian rapi, chagi. Kau
pikir, aku akan menyerang mu seperti semalam?” godaa nya dengan nada manja lalu
terkekeh melihat wajah ku memerah “Sayang nya kita hanya bisa lakukan hal itu
setiap bulan purnama..”
Hening..
“Apa kau akan tetap hidup?”
“Tentu saja my edelweiss, jika kau bukan
orang yang tepat semalam, keesokkan pagi kau hanya akan menemukan sehelai bulu
hitam, serpihan terakhir tubuh ku” jawab nya santai.
“Gomawo..”
“Ania, tapi gomawo..”
“Untuk?”
“Ku lihat, kau bicara dengan Kyu Hyung
beberapa hari yang lalu. Kau akan terkejut nanti jika melihat nya, sifat nya
melembut pada Hyo Jae karena ucapan kasar mu.” Bisik nya lembut.
“Saranghae..”
“Saranghae my edelweiss..”
Bunyi bel dari monitor tiba-tiba mengganggu
kami, aku melirik Jun dengan tatapan memohon dan dia langsung menyeriangi.
Sedetik kemudian, monitor besar itu sudah tak berbentuk karena pukulan tangan nya.
Selamat tinggal kehidupan lama ku, selamat
datang cinta ku, malaikat kegelapan~
THE END
Related Posts :
- Back to Home »
- 17+ , Bloody , Fantasy , Heo Young Saeng , Kim Hyun Joong , Kim Hyung Jun , Kim Kyu Jong , Mystery , OC , Park Jung Min , Series , SS501 »
- SiccaChu | Crazy's Blood | Fantasy, Romance