Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S Sunday, June 15, 2014


Details:
Title           : Daesung’s Gender Bender series (Kucing Ajaib)
Author       : Zusli aka Shin Sung Young
Genre         : Schoolship, Fantasy
Category    : 15+

Casts:
       Shin Sung Young
       Kim Hyun Joong
       Kim Kyu Jong
       Park Jung Min
       Kim Hyung Jun
       Heo Young Saeng
       Others…

Thanks to God, Casts, and Readers
Happy reading^^
©2013 zuSaeng501



~501~

Masa-masa SMA. Hm, menurut kebanyakan orang masa-masa itu adalah masa yang sangat menyenangkan, mengasyikan, menggairahkan, dan sebagainya. Tapi tidak bagiku. Masa SMA justru merupakan sebuah bencana, mimpi buruk, dan kesengsaraan tiada henti. Yah, itu semua bisa saja terjadi selama kau bersekolah di Daesung Internasional Senior High School, sekolahnya orang-orang kaya, kaum elit, bangsawan, dan orang-orang dengan latar belakang keluarga yang mengagumkan. Namanya juga sekolah bertaraf internasional, biayanyapun pasti sangat luar binasa, maksudku biasa. Tidak heran kalau yang masuk ke sana adalah anak-anak dari keluarga ber-uang(bukan beruang loh)
Jadi, bagaimana bisa aku yang hanya berasal dari keluarga pedagang keliling masuk ke sekolah elit itu? Yah, apalagi kalau bukan karena kecerdasan. Aku berhasil mendapatkan beasiswa  untuk 3 tahun ke depan. Bahkan sekolahan ini yang menawariku beasiswa. Hebat, kan?
Hanya saja, hal itulah yang membuatku menjadi Cinderella di sini. Maksudku menjadi orang yang terbully. Setiap hari ada saja yang  mengerjaiku dan yang lebih parah anak-anak lain selalu melihat rendah diriku mentang-mentang aku miskin dan mereka kaya. Yang paling mengherankan, orang yang selalu membullyku adalah orang yang sama. Heuh, mereka pikir aku takut? Anio, kalau memang begitu, aku ke sekolah ini bukan untuk berteman jika mereka memang tidak mau berteman. Aku ke sini hanya untuk belajar dan lulus dengan prestasi yang maksimal dan membanggakan orangtua.
Semua itu dimulai saat pertama kali aku menginjakkan kaki di Daesung.

Pagi itu aku tergesa-gesa mengayuh sepeda karena jarum pendek sudah menunjukkan pukul 8. Koper dan beberapa tas yang ada di keranjang, bagian belakang sepeda, dan tergantung di bahu membuatku semakin lambat. Tas-tas itu berisi beberapa pakaian dan barang-barang karena hari ini aku mulai tinggal di asrama sekolah.
Kupacu terus sepedaku secepat mungkin. Jeongmal babo, aku lupa kalau sepeda bututku tidak ada remnya. Alhasil saat sampai di halaman sekolah, sepedaku menabrak  sebuah Ferrari hitam yang sedang berhenti. Brak!! Ban sepedaku penyok, aku jatuh, dan parahnya mobil keren itu tergores-gores dan sedikit penyok.
“Ini maksudnya apa? Dasar gembel bodoh,” kata seseorang yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan pelan tapi kata-katanya sangat menusuk. Dia sangat tinggi, tampan, dan pakaiannya sempurna. Jika kata-katanya tidak sekasar itu, aku pasti sudah mengiranya seorang pangeran. “Hyun Joong-ah, lihat apa yang dia perbuat pada mobilmu.”
“Jeongmal jeongmal mianhae, aku memang ceroboh, aku akan ganti rugi,” walau namja tadi mengataiku, tetap saja aku tidak bisa marah walaupun api di kepala sudah meletup-letup. Hah, tapi kan aku yang salah.
Seorang namja yang ternyata lebih tampan lagi keluar dari mobil tergesa-gesa. Perfect! Dia benar-benar seperti patung hidup. Namun di kemudian hari aku menjadi menyesal karena pernah memujinya.
“Apa ini, hah!? Dasar babo yeoja?!” dia berjalan sambil menendang tasku yang kebetulan menghalangi jalannya.
“Jeongmal mianhae, tapi, bukankah di sini tidak boleh untuk berhenti? Lihatlah tandanya,” aku yang semula takut menjadi berani lagi saat melihat huruf S dicoret tanda tidak boleh berhenti. Berarti, aku tidak begitu bersalah.
“Mwoya?! Ini semua gara-gara sepeda bututmu dan kebodohanmu!”
“Aku benar-benar minta maaf, aku akan ganti rugi jika bisa”
“Gantu rugi? Aku khawatir kau akan menjual rumahmu hanya untuk ganti rugi,” kata namja yang pertama tadi. Ommo! Mulutnya benar-benar pedas.
“Kyu Jong benar, kau kan miskin! Kau dan keluargamu tidak akan kuat ganti rugi meskipun sudah menjual rumah dan seluruh tanah yang kau punya,” dia memicingkan mata sambil mengernyit saat menatapku, seolah aku ini hanyalah seonggok pakaian kotor. “Ah, kau murid beasiswa itu ne?”
Aku tidak menjawab. Aku sedang berusaha menahan emosi karena dia sangat keterlaluan menjelek-jelekkanku dan keluargaku. Kecerobohanku yang kedua adalah tidak berpikir panjang terlebih dahulu. Tapi aku sudah terlalu marah dan yang kulakukan hanya membentak dua namja tidak sopan itu karena berani-beraninya sudah menghinaku.

Di kemudian hari aku baru tahu kalau dua orang itu adalah anggota OSIS yang disegani sekaligus kakak kelas yang disukai murid-murid Daesung. Rupanya aku tidak bisa meremehkan Daesung begitu saja, terlebih murid-murid elitnya. Selang sehari setelah incident itu, beritanya sudah menyebar ke seluruh Daesung. Alhasil semua murid menjadi semakin memandangku rendah. Sudah miskin, sok berani, pembawa masalah pula. Saat hari pertama aku mendapat 3 teman, sehari kemudian temanku berkurang satu dan terus berkurang sampai tidak ada yang mau berteman. Tapi aku tidak peduli. Aku tidak perlu berteman dengan orang-orang sombong.
Hah, itu baru kesengsaraanku yang pertama. Yang lebih parah, duo namja kasar di awal tadi benar-benar tidak bisa melupakan incident. Dia dan 2 anggota OSIS lainnya terus saja membuat rencana untuk membully dan mengerjaiku. Untung aku kuat dan sabar, sehingga bisa bertahan sampai 5 bulan ini. Kadang aku juga membalas keisengan mereka kalau benar-benar sudah melampaui batas. Tapi ternyata balasanku itu hanya akan membawa malapetaka yang lebih edan. Bodo amat, aku harus bisa membela diri.
Salah satu hasil keisengan mereka adalah ini. Rambutku sekarang lengket akibat lem yang pasti sengaja ditumpahkan di rambutku. Ujung-ujung rambut panjangku yang terkena lem super benar-benar sangat tidak nyaman.
“Huah! 4 Devils yang sangat menyebalkan!” kugenggam rambutku yang masih berlendir karena lem. Jika seperti ini aku sudah sangat mirip dengan gembel.
Saking sebalnya, aku sudah tidak bisa berpikir lagi. Rasanya percuma saja jika keramas. Huh, walaupun sudah menghabiskan 1 botol shampoo, pasti rambutku akan tetap seperti ini atau mungkin malah merata keseluruh kepalaku. Oke, tidak ada pilihan lain, Kugunting semua bagian rambut yang terkena lem super. Aku tidak peduli saat rambut sepinggangku tiba-tiba menjadi seleher.
Hari ini kau sudah mengorbankan rambut yang telah kau pelihara bertahun-tahun, Sung Young. Mataku masih tidak bisa lepas dari cermin. Hm, setelah diamat-amati ternyata tidak seburuk itu memiliki rambut pendek. Mungkin inilah saatnya aku merubah penampilanku. Kusunggingkan senyum dan mulai memangkas rambutku lagi untuk sedikit dirapikan. Keahlian memotong rambut yang kumiliki ternyata mengagumkan juga. Ini tidak buruk.

~501~
           
            Pagi ini mungkin akan menjadi pagi yang berbeda. Good morning Daesung School, hari ini aku berjanji tidak akan takut pada 4 Devils dan akan mengabaikan orang-orang yang tidak suka padaku. Entahlah, pagi ini aku lebih bersemangat dari biasanya. Kupakai kemeja terbaik yang aku punya juga celana panjang hitam kesukaanku. Hey, ini sekolah Internasional, muridnya bebas memakai pakaian apa saja asal rapi, sopan, dan tidak bau apek. Yah, kecuali hari Sabtu, murid-murid memakai seragam biru putih yang sudah disediakan. Untuk pakaian bebas, hanya ini yang aku punya, beberapa kemeja(bahkan sebagian punya Appa) dan beberapa celana. Rok? Anio, aku sudah lama tidak pernah memakainya karena memakai rok membuatku tidak bisa bergerak dengan leluasa. Tidak lupa kupakai kacamata berbingkai hitam yang lumayan keren. Perfect, aku sekarang justru seperti seorang namja.
            Kulangkahkan kakiku dengan cukup yakin ke sepanjang koridor. Hebat, semua mata menatapku. Bahkan saat di kelas, secara serentak semua orang yang ada di sana menatapku. Aku sih cuek saja. Tapi lucu juga melihat mereka semua terheran-heran. Salah satu yeoja yang dulu ‘pernah’ menjadi temanku berjalan mendekat.
            “Nuguseyo? Kamu anak baru?” aku terseyum dalam hati. Sempat terpikir olehku untuk berbohong, ah,  namun kuurungkan.
            “Kau tidak kenal aku, Hae Bin? Aku ini Sung Young.”
            Kulihat semua ekspresi orang-orang dan seperti yang aku duga, mereka terkejut. Bahkan seorang namja yang semula tidak peduli dan hanya duduk dipojokan menjadi tertarik dan ikut mendekat. Ini adalah kesialanku yang kesekian kali karena satu kelas dengan Hyung Jun, satu-satunya anggota 4 Devils yang satu angkatan denganku.
            “Sung Young? Ommo! Kupikir kau ini namja. Tak kusangka kau setampan ini,” kata Hae Bin. Belum sempat aku bicara, Hyung Jun menimpali.
            “Jadi, kau sebegitu putus asanya? Sampai-sampai merubah penampilanmu menjadi namja agar ada yeoja yang mendekatimu? Atau kau seperti ini karena menyadari bahwa tidak ada satu namja pun yang mau mendekatimu sehingga kau memutuskan untuk menyimpang?”
            “Cukup!” kusampar kepala Hyung Jun dengan tas gendongku dan kutinggalkan kelas menyebalkan ini.

            Perkataan Hyung Jun tadi benar-benar menghempaskan semangat pagiku. Seenaknya saja dia berkata seperti itu. Oke, seharusnya aku bisa membalasnya dan tidak perlu kabur seperti ini, namun aku sadar. Aku tidak bisa membuat masalah lagi dengannya atau aku akan dibully lebih parah. Oh, God, Appa, Eomma, kenapa aku terdampar di neraka ini!? Argh~
            Kuputuskan untuk melewati jam pertama pelajaran di halaman belakang sekolah yang sepi. Aku tahu perbuatan ini sangat keterlaluan mengingat aku hanya murid beasiswa. Apa kalian pikir aku hanya akan santai-santai saja? Anio, di sini aku tetap belajar. Bahkan saat sendiri seperti ini semua materi di buku yang kubaca bisa masuk ke otak dengan mudah.
            Baru asik-asiknya membaca buku sejarah, aku dikagetkan dengan suara gaduh yang hanya beberapa meter di sebelahku dan ternyata berasal dari cafeteria. Dari sini bisa kulihat ahjumma penjaga cafeteria sedang mengejar sesosok binatang yang berlari kencang, melesat ke pintu, dan mencoba melewati gerbang. Sayang sekali, binatang yang ternyata kucing itu tidak bisa melewati lubang gerbang besi, dia tersangkut, kasian sekali. Ahjumma sudah hampir sampai di tempat  kucing tersangkut tapi nampaknya dia tidak tahu keberadaan si kucing yang memang tertutup tong-tong sampah. Kuputuskan untuk menyelamatkan si kucing.
            “Hei, ahjumma, sedang apa?” kataku sambil berjalan ke arahnya.
            Dengan sendok sayurnya dia menunjuk kearahku,”Nona Shin, apa kau melihat kucing gendut di sekitar sini? Huh, berani-beraninya dia menyusup ke dapur dan berniat mengambil bahan-bahan makanan.”
            “Sepertinya dia ke arah sana,” kuacungkan telunjukku kearah yang berlawanan dari gerbang,”Wae? Itu kan hanya kucing? Dia pasti kelaparan.”   
            “Cih, walaupun hanya kucing, aku tetap tidak sudi ada binatang kotor yang berani-beraninya masuk ke dapur. Mereka penuh kuman,” setelah berkata seperti itu ahjumma cafeteria memutuskan untuk kembali lagi ke dapur, sudah tidak peduli lagi dengan si kucing walau aku tahu di wajahnya tersirat aura membunuh. Horror!

            Kucing yang tadi terjepit terlihat tidak berdaya. Aku cukup lega karena binatang ini tau diri untuk tidak bersuara selama aku berbincang dengan ahjumma tadi. Dengan hati-hati kukeluarkan tubuhnya yang gempal, membebaskan dari besi yang mengapitnya.
            “Pusss, kau sangat lucu. Bisa-bisanya ahjumma itu ingin melukaimu,” kuelus sayang kepalanya. Wow, bulunya sangat lembut dan lebat. Kucing ini hanya mendengus dan mengeong-ngeong. Dia  mengendus tanganku sejenak dan kembali menyundul-nyundulkan kepalanya pada tanganku minta dielus lagi.Aku justru mengelus bulu lebat nan panjang di punggungnya, dia terlihat senang.
            “Aih, jeongmal kyeopta,” kugendong si kucing menuju bangku tempat aku duduk tadi.
            Dari dulu aku memang menyukai kucing. Sangaaat suka! Dulu aku juga pernah memeliharanya. Namun semenjak si Kyou (Nama kucingku) buang air di cucian, Eomma menjadi marah  dan menjual Kyou. Sampai saat ini aku tidak pernah bertemu si Kyou lagi karena dia sudah dibeli. Hah~
            “Kamu benar-benar sangat lembut dan gempal,” ne, kucing di pangkuanku ini benar-benar sangat gendut dan besar. Menggemaskan! Bulunya sudah sangat kotor, mungkin karena dia adalah kucing liar sekolah yang tidak memiliki majikan untuk merawatnya.  Dia terus menggeliat-geliut senang saat kubelai.
            “Wah, sayang sekali sudah bel pergantian pelajaran. Mianhae, aku harus ke kelas. Sudah terlalu lama aku bolos.”
            Si kucing nampak tidak senang saat aku berdiri dari bangku. Dia terus mengeong dengan suaranya yang kecil tapi merdu untuk ukuran seekor kucing. Aku menjadi tidak tega meninggalkannya, tapi yah mau bagaimana lagi.
            “Aku berjanji akan menemuimu lagi. Nah, ini untukmu, kau pasti sangat lapar,” kuambil roti isi daging dari dalam tas. Aku tidak yakin kucing itu suka dengan pemberianku, tapi ternyata dia sangat menyukainya. Begitu kuberi dia langsung memakannya dengan lahap. Kasian sekali, dia pasti sangat lapar. Walau tubunnya sangat gendut dan besar, tapi aku bisa melihat bahwa dia kelaparan. Diam-diam selagi dia makan, aku berjalan menuju kelas.

            Seperti yang sudah aku duga, Hyung Jun tidak akan berhenti mengejek dan menjelek-jelekkan begitu aku masuk kelas. Aku berusaha untuk menutup telinga. Kebetulan aku duduk di depan sementara Hyung Jun di pojok belakang. Huf, ini cukup menguntungkan. Baru beberapa menit mengikuti pelajaran, kurasakan sesuatu yang lembut dan berbulu menggelitik betisku. Huah! Itu ekor kucing. Dan benar saja, si kucing yang tadi aku temui di halaman sudah ada di bawah mejaku. Dia menatapku dengan mata menggemaskannya yang baru kusadari ternyata berlainan warna. Yang kanan hijau sementara yang kiri biru. Keren!
            “Uwaa! Ada kucing liar!” teriak seorang yeoja yang duduk di sebelahku. Tentu saja semua orang langsung menatap ke mejaku, termasuk seonsaengnim.
            “Nona Shin, tidak boleh membawa binatang ke kelas!” gawat, seonsaengnim terlihat marah karena pelajaran terhenti.
            “Jeosonghamnida Seonsaengnim, tapi aku tidak tahu kapan kucing ini kemari.”
            “Kau pikir kucing itu bisa menghilang dan bisa muncul secara tiba-tiba, ha? Dasar penghayal!” komentar Hyung Jun, aku berniat membalasnya tapi seonsaengnim keburu naik darah.
            “Geumanhae! Sekarang juga kau keluarakan kucing itu, Nona Shin!”
            Geurae,  aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kugendong si kucing dan kukeluarkan.
            “Jebal, kamu tidak boleh masuk ke kelas,” kataku pada kucing. Seperti orang bodoh saja.
            Tapi anehnya kucing itu mengerti. Aku sudah kembali ke tempat duduk dan si kucing hanya duduk di ambang pintu, tidak berani masuk. Dia duduk dengan kaki belakangnya sambil menatap lurus ke arahku. Ommo! Sebenarnya ada apa dengan kucing itu.
            “Nona Shin! Sudah kubilang untuk mengeluarkan kucing itu.”
            “Seonsaengnim, kucing itu memang sudah di luar,”
            Seonsaengnim melempar penghapus ke arah  si kucing, berniat mengusirnya. Namun tak disangka-sangka, si kucing bisa menghindari lemparan dan kembali duduk di ambang pintu seperti semula. Seonsaengnim mengehentak-hentakkan kaki dan berteriak ‘syuu syuu’ dengan keras tapi kucing itu tetap bergeming. Akhirnya seonsaengnim memutuskan untuk mengabaikan binatang itu, toh, si kucing hanya duduk dalam diam.

            Sampai bel pulang berbunyi pun si kucing masih asik duduk di ambang pintu, seolah mengawasiku. Saat aku ijin ke WC tadi, dia mengikutiku. Uwah, apa hanya karena aku menyelamatkan dan memberinya makan kucing itu menjadi sangat jinak dan menurut padaku? Tapi jujur aku sangat senang saat kucing itu mengikutiku, menemaniku kemanapun aku pergi. Rasanya aku seperti mendapat teman baru setelah selama berbulan-bulan ini diacuhkan oleh orang-orang. Yah, kucing ini kuharap bisa menjadi temanku di sekolah.
            “Kau benar-benar sangat menggemaskan,” kugendong bintang berbulu lebat itu sambil mengelusnya sayang. Aku berniat mengajaknya ke cafeteria sekolah karena aku sangat lapar sekaligus ingin memberi makan si kucing.
            Aku lupa kalau si kucing punya problem dengan ahjumma cafeteria. Tentu saja ahjumma langsung bersiap memukulkan sendok sayur ke kepala kucing begitu melihat kami, tapi aku buru-buru mencegahnya. Si kucing hanya menggeram pelan, terlihat takut dan marah.
            “Kau tidak boleh membawa binatang ke cafeteria, nona!”
            “Tapi ahjumma, tidak ada peraturan seperti itu. Lihat, bahkan tidak ada tanda larangan di sini.”
            “Hey, mentang-mentang kau anak beasiswa, jangan harap bisa seenaknya. Sudah untung kamu bisa sekolah di sini.”
            “Cafetaria kan fasilitas sekolah juga, aku berhak menggunakannya. Jangan bicara seperti itu lagi ahjumma, perkataan Anda barusan seperti menentang keputusan kepala sekolah dan direktur mengenai pembeasiswaanku.”
            Selanjutnya ahjumma cafeteria hanya diam saja. Aku tahu, mungkin sekarang ahjumma ini sudah termasuk dalam daftar orang yang membenciku. Agh, masa bodoh lah. Yang penting sekarang aku bisa makan di cafetaia dengan si kucing. Kubeli roti rasa blueberry, coklat, dan isi daging untuk si kucing dengan uang saku dari sekolah.  Sedikit lebih boros memang, karena aku harus membeli 3 roti. Namun tidak apa-apa lah, aku tidak tega membiarkan kucing ini lapar.
           
            “Ommo, neoneun jeongmal kyeopta,” kataku saat melihat si kucing yang sedang asik melahap roti di bangku sebelahku. “Beruntung sekali aku bisa bertemu denganmu. Aku ingin sekali memeliharamu.”
            “Meow~” eong si kucing dengan suara kecilnya. Ah, dia pasti setuju aku menjadi majikannya. Selama ini aku tidak pernah tahu kalau ada binatang semenggemaskan ini di sekolah. Kalau tahu, pasti aku sudah memeliharanya dulu-dulu.
            Si kucing sudah selesai dengan rotinya. Dia melompat di meja dan merebahkan diri di atas kaki-kaki mungilnya. Aku kembali menatapnya gemas saat dia menguap. Kyeopta!
           “Jadi, kau sekarang adalah kucingku. Hm, bagaimana kalau kumulai dengan memberimu nama. Lihatlah, matamu sebiru laut dan sehijau dedaunan. Kebetulan aku sangat suka tentang dewa-dewi. Bagaimana kalau kau kupanggil Pan? Dewa alam liar?” si kucing hanya menatapku dengan mata bulat menggemaskannya. “Ah, anio anio. Pan itu digambarkan sebagai sesosok kambing. Aha, bagaimana kalau Poseidon? Yeah! Poseidon, Sang Dewa Laut!” si kucing hanya mengeong pelan. Dan itu kuartikan sebagai persetujuan.

            Entah aku ini memang gila atau bagaimana. Selama 15 menit kedepan kuhabiskan waktuku untuk bercerita tentang berbagai hal pada Poseidon.Aku tahu dia hanya kucing, tapi aku merasa dia mendengarkanku dengan baik. Baru asik-asiknya bercerita, dari pintu cafeteria muncul 4 orang namja paling tampan di Daesung. Ah, siapa lagi kalau bukan Hyun Joong, Kyu Jong, Jung Min, dan Hyung Jun selaku pengurus OSIS. Semua mata serentak menoleh kearah mereka, terutama yeoja-yeoja yang begitu antusias. Aigooo.

            “Poseidon, lihatlah namja-namja di sana itu.Tampan sih, seperti malaikat.  Tapi hatinya, beuh, seperti raja iblis. Mereka benar-benar anggota OSIS sejati alias Organisasi Setan Intra Sekolah,” kutatap mereka yang sedang membeli sesuatu.Ommo, si ahjumma benar-benar kecentilan saat melayani mereka.
”Nah, Poseidon, yang depan itu, namja sangat putih yang tadi sekelas denganku itu namanya Kim Hyung Jun. Dia adalah otak dari semua rencana jahil mereka terhadapku. Dia selalu punya ide-ide ‘menarik’ untuk membullyku. Lalu yang di sebelahnya, namja sangat tinggi dengan rambut gondrongnya itu bernama Park Jung Min. Dia sangat blak-blakan saat mengolok-olokku. Dia selalu berkata dengan mudah tanpa merasa bersalah.
Lalu, yang terlihat calm yang sekarang sedang duduk itu namanya Kim Kyu Jong. Tapi Poseidon, jangan sekali-sekali tertipu dengan sifat tenangnya. Pembawaannya memang kalem, tapi sekali bicara, wuah! Sangat pedas dan menusuk. Diantara keempatnya, perkataan Kyu Jong yang paling membuatku sakit hati. Dan yang terakhir adalah ketuanya, namanya Kim Hyun Joong. Dia adalah gabungan dari ketiganya! Sangat parah! Oiya, satu lagi, yeoja berambut pendek yang baru saja masuk cafeteria itu namanya Kang Hae Bin. Dulu dia adalah temanku, bahkan orang pertama yang berteman denganku. Namun semenjak berpacaran dengan Hyun Joong beberapa Minggu lalu, dia menjadi tidak mau berteman denganku lagi. Huh, pasti raja Devils itu yang menyuruhnya.”

Itulah sedikit ceritaku pada Poseidon begitu melihat 4 Devils. Tiba-tiba salah satu dari mereka melihatku yang sedang duduk di pojokan dan muncullah pikiran-pikiran buruk mereka. Suara melengking yang sangat familiar terdengar sekali lagi di telingaku. Benar-benar merusak pendengaran jika aku harus berlama-lama mendengar ocehannya.
            “Wah, wah, bertemu lagi dengan si miskin dan kucing liarnya,” hah, siapa lagi kalau bukan Hyung Jun.
            “Ah, bukankah itu kucing terkutuk yang sangat galak dan ditakuti seluruh warga Daesung?” tanya Kyu Jong.
            “Perfecto. Gembel itu semakin menakutkan saja,” timpal Jung Min cepat.
            “Hm, hm, kau juga merubah style juga ne? Janga-jangan kau sudah merubah gender juga. Ommo, rambut pendekmu benar-benar jelek. Jangan harap kau bisa menyaingi ketampanan kami, hahaha,” gelegar tawa Hyun Joong langsung memenuhi cafetaria.
            Aku tidak tahu apa yang terjadi, namun tiba-tiba Poseidon menggeram marah dan langsung melompat ke arah Hyun Joong. Namja itu reflek berjalan mundur untuk menghindar, tapi Poseidon sudah telanjur mendarat di wajah tampannya. Hyun Joong sempoyongan, menabraki meja di sampingnya, kemudian ambruk saat Poseidon menggoreskan cakarnya di wajah Hyun Joong yang mulus.
            “Uwaaa!” teriak Hyun Joong nyaring. Setelah mencakar Hyun Joong, Poseidon kembali lagi ke mejaku. Dia menggeram marah kearah 3 Devils lainnya yang ketakutan. Bulu-bulu di punggungnya berdiri semua, bahkan ekor panjangnya juga berdiri.
            Kyu Jong, Jung Min, dan Hyung Jun bergegas menolong Hyun Joong yang masih berbaring di lantai. Sebelum mereka menyadari apa yang terjadi, aku dan Poseidon sudah lebih dulu kabur ke asrama. Aku tahu mereka akan membalas kejadian itu,namun tidak hari ini.

            “Tadi itu hebat sekali, Poseidon!” kuangkat tubuh Poseidon tinggi-tinggi begitu kami sampai di asrama. Masih teringat dengan jelas wajah 4 Devils yang ketakutan terutama wajah Hyun Joong. Aku berani bertaruh wajah Hyun Joong besok akan dipenuhi plester, hahaha jarang-jarang aku merasa sepuas ini.
            “Nah, sekarang waktunya membersihkan diri. Poseidon, aku yakin setelah bulu-bulumu dibersihkan kau pasti akan terlihat seperti kucing bangsawan. Kkaja, kita mandi! Aku harap kau tidak seperti Kyou yang benci air.”
            Kugendong Poseidon menuju kamar mandi. Kunyalakan air di bathup dan menuangkan sabun di dalamnya. Hari ini aku sangat  ingin berendam. Tapi karena akan berendam dengan Poseidon, kali ini aku tidak akan mengisi bathup sampai penuh, mungkin hanya setengahnya saja.
            Wah! Segarnya. Seperti yang aku duga, Poseidon menjadi tambah cantik jika bulunya dibersihkan dari debu dan kotoran. Aku semakin takjub saat melihat bulu aslinya yang berwarna abu-abu dengan semburat biru laut. Benar-benar sangat indah. Aku semakin yakin kalau Poseidon adalah nama yang pantas untuknya.
            Lima belas menit kemudian kami sudah selesai. Kuhanduki diri kami dan kukeringkan Poseidon di depan kipas angin. Mian Poseidon, aku tidak punya hairdryer.
            “Ommo, neomu yeppeo,” setelah kering bulu-bulu Poseidon yang panjang dan lembut semakin meningkat keindahannya. Dia seperti kucing Persia yang sangat mahal., atau dia memang jenis Persia? Uwah! Aku sangat beruntung bisa memilikinya.
            Iseng-iseng kuambil kaleng makanan kosong di atas meja. Kupotong huruf ‘P’ yang ada di kaleng dengan gunting. Susah memang, tapi untungnya kaleng itu hanya tipis. Setelah berhasil memotongnya, kulubangi potongan itu lau kumasukkan benang di sana. Jadilah seutas kalung murahan dengan bandul kaleng makanan.
            “Poseidon, selamanya kau adalah kucingku.”

~501~

           Semenjak kedatangan Poseidon di kehidupan SMAku, hari-hari yang suram bisa kulewati dengan mudah. Poseidon dengan setia menemaniku kemana saja dan kapan saja. bahkan kubiarkan ia tidur di tempat tidurku jika malam sedang dingin-dinginnya. Sebenarnya itu sangat tidak sehat, tapi aku yakin Poseidon kucing yang berbeda, dia tidak akan membawa virus. Bahkan kutu pun dia tidak punya.
            Poseidon juga sangat pengertian dan tidak merepotkan. Dia tidak pernah buang air sembarangan. Dia bisa menggunakan kamar mandi seperti kucing pamanku dulu, atau dia langsung pergi keluar begitu ingin buang air. Padahal aku sama sekali belum pernah mengajarinya. Lalu yang paling berkesan untukku adalah, dia sangat suka membangunkanku di pagi hari dengan eongannya atau dengan menjilati tanganku. Satu lagi, saat belajar dia dengan setia duduk di meja belajarku sambil mengawasiku. Saat aku tertidur, dia langsung membangunkanku dengan menggosok-gosokkan kepalanya ke tanganku. Dan juga saat aku berhenti belajar karena tergoda sesuatu seperti makanan atau aku sedang sangat malas belajar, Poseidon akan langsung mengeong terus tanpa henti sampai aku mau belajar. Benar-benar deh Poseidon ini. Aku semakin menyayanginya saja!
            Jika dipikir-pikir Poseidonlah yang menjagaku selama ini, bukan aku yang menjaganya. Dia selalu menunjukkan cakarnya saat aku dikepung oleh 4 Devils. Sudah puluhan kali 4 Devils berusaha mencelakai Poseidon, tapi kucing itu selalu bisa meloloskan diri. Bahkan dia selalu bisa mencelakai Hyun Joong. Ommo Poseidon! Kau memang kucing ajaib.

            Semua masalahku sampai saat ini berhasil diatasi oleh Poseidon. Tapiiiiii...Pada akhirnya tibalah hari dimana Poseidon tidak bisa membantuku. Yah, hari ini atau lebih tepatnya nanti malam sekolah akan menggelar pesta untuk merayakan ulang tahun sekolah yang ke-55. Sayang sekali semua siswa wajib ikut. Selama ini aku selalu berpakaian seperti namja, bahkan seragam sekolahku pun berbentuk celana bukan rok. Babo sekali pihak sekolah benar-benar mengiraku sebagai namja. Rok saja tidak punya, apalagi gaun?  Jadi aku harus ke pesat dengan pakaian apa? Tuxedo? Ini gila! Jika aku memang harus membeli gaun, sayangnya aku tidak punya uang. Uang saku sekolah bukan untuk membeli barang seperti itu. Uang tabunganku pun tidak akan pernah kuhamburkan untuk membeli gaun.
            Itu baru sebagian masalah. Yang sebagian lagi adalah,kepala sekolah menganjurkan semua siswa untuk berpasangan. Siswa boleh berpasangan antar siswa, atau boleh mengundang orang dari luar yang seumuran. Pesta bodoh! Aku adalah siswi yang paling dianggap buruk dan dibenci siswa-siswi Daesung lainnya. Tidak mungkin ada namja sini yang mau denganku. Mengenai orang luar, aku tentu saja tidak bisa mengajak Appa ataupun Oppa-oppaku. Mereka semua sudah terlalu tua.
            Jadi malam ini kuputuskan untuk melewatkan pesta yang sebenarnya sangat ingin kudatangi. Aku hanya bisa duduk-duduk di halaman belakang sekolah seorang diri sambil menatapi bintang yang bertebaran di langit. Wah, malam ini sangat sempurna. Bintang begitu banyak dan bulan bersinar penuh alias sedang bulan purnama. Poseidon yang menyadari tidak bisa membantuku sedari tadi sore menghilang entah kemana. Aku lelah mencarinya jadi aku duduk-duduk di sini saja.
           
            “Sedang menikmati kesendirianmu, hah?” ingin sekali aku menutup telinga dan pergi dari situ sekarang juga. Tapi 4 Devils terlanjur mengepungku. “Kau tidak punya pasangan untuk ke pesta?”
            “Hyung, si gembel ini tidak mungkin mendapat pasangan. Tidak ada namja yang mau dengannya. Dia kan yeoja tomboy gila yang suka menggoda yeoja.” Kata Jung Min. God! Pipikku sudah sangat membara karena menahan amarah.
            “Kau benar, untung Hae Bin sudah kuselamatkan dari gembel ini.”
            “Shin Sung Young, bagaimana kalau kau pergi denganku?” Hyung Jun mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Tapi kemudian senyumnya berubah menjadi smirk mengerikan.”Tapi setelah aku menjadi gila, hahaha,” dia tertawa senang sambil menepuk-nepuk pundak Jung Min.
            “Geumanhae! Kalianlah yang gila. Kalian ke sini hanya untuk mengolok-olokku, ha? Kalian memilih meninggalkan pesta hanya untuk kemari dan menghinaku?!” kutatap satu per satu wajah cengengesan yang sangat ingin kutonjok ini. Terutama Hyun Joong! Kutatap dia tajam.
            “Puah, PD sekali tomboy gembel ini. Sungguh kasian. Kkaja, chingu! Kita kembali saja ke pesta. Tidak ada harapan untuknya agar bisa menikmati pesta ulang tahun daesung. Dia dari dulu sudah tidak pantas di sini.”

            “Sung Young akan pergi bersamaku.”
            Semua mata  serentak menoleh ke sumber suara, terutama diriku. Seorang namja yang sangat tampan dan imut berjalan kearah kami. Apakah dia murid Daesung? Memang,dia memakai seragam biru-putih Daesung yang sudah compang-camping tapi aku sama sekali belum pernah melihat namja itu. Dia tersenyum padaku dan jantungku langsung berdebar sangat cepat. Siapa dia sebenarnya?
            “Neo…Neo…Heo Young Saeng?!” pekik Hyun Joong sambil menatap horror ke namja itu.
            Jamkkanman, Heo Young Saeng? Kalau tidak salah Heo Young Saeng dulunya adalah salah satu murid di Daesung sekaligus anak direktur. Dia adalah ketua OSIS yang sesungguhnya tapi 6 bulan yang lalu lebih tepatnya satu minggu sebelum aku masuk sini secara misterius dia menghilang. Begitulah sekiranya berita paling Hot di sekolah.
            “Ne, aku memang Young Saeng. Aku tidak tahu, selama aku pergi ternyata kalian ber4 berubah sangat banyak. Kukira kalian orang baik. Bodoh sekali aku memilih kalian untuk dijadikan sahabat sekaligus rekan OSIS. Tapi nyatanya, hanya gara-gara mobil dan gara-gara yeoja beasiswa ini kalian berubah menjadi iblis yang jahat.”
Perkataan namja yang mengaku sebagai Young Saeng barusan membuat 4 Devils bungkam. Semburat merah menghiasi mereka entah itu malu atau menahan amarah. Hyun Joong seperti ingin mengatakan sesuatu tapi Young Saeng keburu berkata lagi. Kali ini benar-benar membuatku diam tak berkutik.
“Kkaja, Sung Young-ah. Kita harus segera bersiap jika tidak mau ketinggalan pesta,” aku hanya diam saja saat namja itu menarikku ke suatu tempat.

Otakku benar-benar sudah dipenuhi banyak pertanyaan. Namun Young Saeng selalu mengabaikan pertanyaanku dan mengatakan akan menjawab pertanyaanku setelah pesta nanti. Oke, aku pun hanya menurut saat dia membelikanku gaun, membawaku ke salon terdekat untuk meriasku, dan lai-lain. Aku tidak mau mendeskripsikannya secara rinci, yang jelas saat ini aku dan Young Saeng yang berubah menjadi  sosok pangeran dari negri dongeng sedang berdansa di pesta ulang tahun. Tadi semua orang sangat terkejut dengan kehadiran kami lebih tepatnya terkejut dengan kehadiran Young Saeng terutama Pak direktur. Dari situ aku semakin yakin bahwa Young Saeng memang Young Saeng yang hilang 6 bulan lalu.
Padahal pesta belum selesai, tapi Young Saeng langsung menarikku ke suatu tempat. Dia membawaku ke halaman belakang, tempat yang sering aku datangi. Kami duduk-duduk di bangku yang 4 jam lalu kududuki. Young Saeng hanya menatap ke langit seperti menunggu sesuatu. Ommo! Dia benar-benar sangat tampan.
“Jadi?” tanyanya.
“Mwo?” aku baru sadar kalau ternyata dia menunggu pertanyaan dariku.”Oh iya, umm..Sebenarnya kau ini siapa?” dia menatapku sambil tersenyum. Aigo, pipiku langsung panas melihatnya. Kali ini bukan karena menahan amarah, tapi karena entahlah…aku  pun tidak tahu dengan apa yang kurasakan.
“Bukankah sudah jelas? Joneun Heo Young Saeng imnida.”
“Dari mana saja kamu selama 6 bulan ini? Setahuku Young Saeng itu adalah murid Daesung yang hilang.”
“Hilang? Haha, aku tidak hilang. Aku hanya berubah. Berubah menjadi makhluk terbuang.”
Aku belum sepenuhnya mengerti dengan perkataanya. Tapi dia tidak berkata apa-apa lagi. Ini benar-benar membuatku bingung. Sekali lagi kuamati namja itu. Dia memiliki rambut abu-abu gelap yang hampir seperti hitam. Kulitnya bersih. Matanya sipit tapi indah. Dan, oh God! Dia..dia memakai kalung. Bukan kalung yang mahal, namun kalung itu hanya terdiri dari benang kusut dan lempengan kaleng bertuliskan huruf P sebagai bandulnya.
“Po..Poseidon?” sekali lagi dia menatapku.
“Kau sudah menyadarinya, ne? Ah, benar. Aku adalah kucingmu, Sung Young. Selama ini aku adalah Poseidonmu.”
“Bagaimana bisa? Ini tidak mungkin!”
Young Saeng menghela nafas sejenak lalu mulai bercerita,“Kejadian itu dimulai 6 bulan yang lalu. Hari itu aku bangun terlambat sehingga aku terburu-buru mengendarai mobil menuju ke sekolah. Saking terburu-burunya, aku tidak tahu kalau ada seekor kucing melintas di depanku. Dan, kecelakaan itu tidak bisa kuhindari. Seekor kucing Persia menjadi korban di hari itu. Kupikir menabrak seekor kucing tidak akan membuatku terlibat dalam masalah.
Babo Young Saeng! Ternyata kucing itu adalah milik seorang dukun tua pecinta kucing. Entah dia dukun atau penyihir yang jelas dia tidak terima salah satu kucing kesayangannya mati. Maka dari itu aku dikutuk menjadi seekor kucing selamanya kecuali ada sesorang yang mau menyelamatkanku. Setiap bulan purnama aku berubah lagi menjadi manusia, aku berusaha mencari sesorang yang pantas, tapi aku sadar bahwa aku tidak bisa pergi-pergi dari lingkungan sekolah. Aku semakin putus asa saat kembali lagi menjadi kucing dan semua warga sekolah membenciku. Kupikir aku benar-benar akan menjadi kucing selamanya sampai aku bertemu denganmu,” dia menatapku penuh harap. “Aku tidak memaksamu untuk mempercayai cerita bodoh itu, tapi itulah kenyataanya,” dia menghela napas panjang lagi dan membuang muka.
“Aku percaya,” kataku begitu saja. Aku tidak tahu kenapa aku begitu yakin dengan cerita itu terlebih dengan namja yang selama ini menjadi peliharaanku.
“Jinja? Jadi…apa kau mau menolongku?” dia menatapku lagi dengan mantanya yang dibulat-bulatku. Aduh, sangat lucu, persis seperti Poseidonku.
“Ne, um..apa yang bisa kulakukan untuk menghapus kutukanmu? Dengar, selama ini  memang aku sudah terlanjur sayang pada Poseidon, tapi jika Poseidon memanglah seorang manusia, aku bisa apa? Selain membantu tentunya. Karena yang kutahu Poseidon dulu juga sering membantuku.”
Young Saeng tersenyum lagi. Kali ini dia menggenggam tanganku.”Jeongmal Sung Young? Jika kau memang mau membantuku aku akan sangat senang karena aku dulu sudah berjanji dan bertekad akan mencintai dan setia selamanya pada yeoja yang menghapus kutukanku,” Oh! Jantungku semakin berdebar saja.”Kau hanya perlu memberiku satu ciuman tulus.”
Entah apa yang kupikirkan, tapi aku langsung melepaskan tanganku dari genggaman Young Saeng. “Wa..wae? Kenapa kau memilihku? Kenapa ingin mencintaiku? Aku hanya yeoja miskin, aku bisa mencarikanmu yeoja yang lebih pantas untukmu.”
“Babo! Ternyata kau tidak sepintar kelihatannya,” kali ini dia menatapku tajam,”Selama ini kau menyayangi Poseidon dengan tulus saat semua orang tidak memperhatikannya. Aku ingin kamu juga bisa menyayangiku seperti kau menyayangi Poseidon.”
“Aku hanya yeoja jelek yang dibenci semua orang di sini.”
“Anio, kau cantik dengan caramu sendiri. Dan aku menyukainya.”
“Aku miskin, tidak punya apa-apa.”
“Dan aku kaya, aku punya segalanya. Jadi, kita saling melengkapi dan aku tidak butuh apa-apa lagi selain dirimu,” astaga, dia ini penggombal sekali.
“Orangtuamu tidak akan setuju dengan hubungan kita.”
“Kata siapa? Bahkan aku yakin 501% Keluargaku akan menyayangimu dan berterimakasih padamu setelah kuceritakan bahwa kaulah yang menyelamatkan dan merawatku saat aku menjadi Poseidon.”
“Kau akan dibenci oleh murid-murid jika bergaul denganku.”
“Masa bodoh. Masa SMA tidak akan bertahan selamanya. Cepat atau lambat kita pasti akan lulus,” Oke, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.”Jadi, apa lagi Sung Young? Kau mau menyelamatkanku, kan? Anio, mau mencintaiku, kan? Jebal, waktu kita tidak banyak.” Sebenarnya aku mau saja menciumnya, tapi aku tidak punya keberanian untuk melakukannya.
“Tapi…”
Dan ternyata Young Saeng lah yang mempermudah segalanya. Dia menciumku terlebih dahulu sekaligus membungkam perkataanku. Wajahku pasti sudah berubah semerah tomat. Young Saeng masih menempelkan bibirnya padaku. Kutunggu beberapa saat tapi tidak ada yang berubah. Dan aku menyadari kalau bukan seperti ini caranya. Jadi aku mulai mengalungkan tanganku dan membalas ciumannya. Jemariku tanpa sadar mencengkram kalung yang dipakainya. Selamat tinggal Poseidon!
Tiba-tiba tubuh Young Saeng memancarkan cahaya yang sangat terang. Reflek kami melepas kontak dan melihat apa yang terjadi. Perlahan cahaya terang itu meredup dan padam kembali. Sepertinya kutukan telah diangkat.
“Jeonngmal gomawo Sung Young!!” Young Saeng langsung memelukku erat. Dia sangat bahagia tentunya, akupun turut bahagia.
“Ah, sayang sekali aku harus kehilangan Poseidon yang lucu. Sekarang tidak akan ada yang menemaniku tidur atau belajar dan aku tidak bisa membelai bulu lembutnya lagi.”
Young Saeng melepas pelukannya. Dia menatapku dengan matanya yang berbinar-binar.”Aku akan menemanimu terus, aku janji. Jika kau mau aku juga bersedia menemanimu tidur lalu kau bisa membelaiku. Anggap saja aku masih Poseidon! Aku masih selucu dia, kan?” Young Saeng mengepalkan kedua tangannya, membuat sign bbuing-bbuing lucu, dan mengedip-ngedipkan mata. Ommo! Namja ini! Jika aku tidak bisa menahan diri, mungkin aku sudah menciumnya lagi.
“Ah, geurae, kau adalah Poseidonku, kau adalah kucingku yang paling imut!” kuelus kepalanya. Ini sangat menggelikan.
“Assa! Jadi majikan, kapan kita bisa mandi bersama lagi?”
“Ya! Pervert!” kutinju lengannya dan Young Saeng malah hanya tertawa.

Itulah kisah remajaku. Semenjak Poseidon berubah menjadi Heo Young Saeng dan Heo Young Saeng berubah menjadi namjachinguku kehidupan SMAku di Daesung juga berubah drastis. Young Saeng kembali berkuasa di sekolah sebagai ketua OSIS, 4 Devils dikeluarkan dari OSIS, semua warga Daesung lebih menyayangiku bahkan tidak segan-segan mereka minta maaf padaku, ahjumma cafetaria sering memberiku makanan sebagai tanda permintaan maaf, dan yang paling penting aku menjadi murid kesayangan Pak Direktur. Young Saeng benar-benar mengubah persepsiku mengenai kehidupan SMA yang suram. Kuakui, orang-orang memang benar. SMA adalah masa-masa yang sangat menyenangkan.

*THE END*

FB Link: Oneshoot



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog
©2014 FF501. Powered by Blogger.

Newest Updates

Popular Posts

- Copyright © Fanfiction for SS501 -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -