Posted by : Zusli zuSaeng Triple'S Tuesday, July 22, 2014


Details:
-          Title                 : Green Peas Land (Ketika makhluk fana dan makhluk elemental bersatu)
-          Genre              : fantasy, Adventure, Brothership
-          Category         : 15+, Chapter
-          Author            : Zusli a.k.a Shin Sung Young
-          Casts :
·         Kim Hyun Joong aka Prince Kim HJ
·         Heo Young Saeng aka Lord Heo
·         Kim Kyu Jong aka KyuKyu
·         Park Jung Min aka Prince Jung
·         Kim Hyung Jun aka Junnie
·         Kim Young Joong as Hyun’s brother
·         Shin Hyun Gi as Oracle
·         Others…

Thanks to God, Casts, and Readers^^
Happy Reading~

©2013 zuSaeng501




*501*

            Di sebuah negeri fantasy yang bernama Green Peas berdirilah kerajaan-kerajaan di setiap sudut negeri yang luas dan hijau itu. Setiap kerajaan mewakili satu jenis makhluk tertentu. Ada makhluk elemental, ada makhluk immortal, dan ada pula makhluk fana. Semuanya hidup penuh kedamaian, tidak ada benci dan persaingan karena masing-masing sudah mempunyai daerah kekuasaan yang dirasa telah mencukupi kebutuhan rakyat.
            Namun perdamaian itu sirna saat Bangsa Orc dari sisi tergelap dan terdalam Negeri Green Peas menyerbu serta menghancurkan setiap kerajaan yang dilewati. Orc yang tamak dan haus perang menginginkan perluasan wilayah, kebebasan, dan harta yang melimpah. Salah satu kerajaan yang dipimpin oleh Bangsa Manusia menyerukan persatuan di antara semua kerajaan Green Peas yang tersisa guna menumpas habis Bangsa Orc. Tapi karena sudah terlalu lama Negeri Green Peas tidak dirundung perselisihan apalagi perang, beberapa kerajaan lebih memilih untuk tunduk pada musuh, dan beberapa memutuskan untuk meninggalkan Green Peas selamanya, memilih untuk membangun kerajaan di negeri lain. Kerajaan yang tersisa mulai bergabung, menyatukan kekuatan, dan berkumpul di Green Field untuk memerangi bangsa Orc.
            Pertempuran itu berlangsung sengit dan memakan waktu 3 hari. Pada akhirnya kemenangan diraih oleh sisi baik Green Peas, belasan ribu Orc telah ditumpas habis. Namun tidak ada sorak sorai yang terdengar. Yang ada hanya keheningan dan duka mendalam. Tentu saja, banyak sekali korban jiwa yang berjatuhan karena pertempuran besar itu. Akibatnya, kerajaan demi kerajaan memutuskan untuk mundur dari negeri Green Peas. Beberapa ada yang pergi meninggalkan negeri hijau itu, beberapa memutuskan untuk bersembunyi entah ingin menghindar dari pertempuran di masa depan atau ingin mempersiapkan diri untuk pertempuran selanjutnya. Sebagian memulai hidup sendiri secara liar atau apa adanya karena ketiadaan raja ataupun keturunannya.
            Hanya Bangsa Manusialah yang tetap berdiri pada tempatnya. Dipimpin oleh raja Agung yang sudah sangat berjasa dalam pertempuran bernama Raja Kim Seon. Raja berumur 20  tahun ini yang telah membunuh pemimpin Orc dan Raja Kim Seonlah yang banyak membantu dengan menyelamatkan hidup beberapa raja yang sedang dalam kesulitan. Kemampuan pedangnya sangat mengagumkan. Dalam pertempuran itupun tidak kurang dari 501 Orc ditebasnya seorang diri. Raja Kim Seon pada akhirnya diserahi kekuasaan mutlak atas Negeri Green Peas. Seorang raja besar termuda pada masa itu.

            Raja Kim Seon sangat puas dengan pemerintahannya selama 30 tahun ini. Dia dikaruniai 2 anak laki-laki yang kelak akan meneruskan tahtanya sebagai raja. Sayangnya, 2 anak itu mempunyai sifat yang sangat jauh berbeda. Akhirnya timbul masalah baru di Green Peas terutama di kerajaan Bangsa Manusia. Raja Kim Seon sebelum wafat memerintahkan agar anak bungsunyalah yang meneruskan sebagai raja, karena raja Kim Seon sangat tahu bahwa kerajaan ini akan bertahan lama jika diperintah oleh si anak bungsu yang mempunyai sikap lebih baik. Hal itu menimbulkan kecemburuan pada anak sulung yang sejak kecil sudah menginginkan jabatan sebagai Raja mutlak.

            “Abeoji, kenapa harus Hyun Joong? Aku anak sulungmu! Aku lebih matang dan berpengalaman dibanding Hyun Joong!”
            “Ne, Abeoji, Young Joong Hyung lebih hebat.”
            “Nah, Hyun Joong saja lebih senang jika aku yang menjadi penerus Abeoji.”
“Putra-putraku memang hebat semua. Tapi maaf, keputusanku sudah tidak bisa dirubah.”

Perbincangan atau lebih tepatnya perdebatan di ruang singgasana itu terus terngiang di benak Hyun Joong. Pangeran muda itu tidak pernah merasa tenang semenjak Raja Kim Seon pergi untuk selamanya 3 hari yang lalu. Kesedihan dan duka mendalam kembali menyelimuti Negeri Green Peas atas berpulangnya Raja tunggal dan kegelisahan mulai merasuki karena masalah pergantian tahta. Young Joong si anak sulung tetap tidak terima dan tidak rela jika Hyun Joong yang menjadi raja selanjutnya.

“Hyun Joong, kau tidak akan pernah bisa menjadi raja. Akulah Raja Negeri Green Peas yang sesungguhnya.”
“Mianhae, Hyung. Tapi Abeoji telah memintaku untuk menjadi penerusnya. Kau juga sudah mendengarnya, kan?”
“Cih, lihat saja. Penobatanmu sebagai raja akan dipenuhi oleh pertumpahan darah rakyatmu sendiri. Akan kubuktikan bahwa akulah yang terkuat dan pantas menjadi Raja Green Peas. Tunggu saja, dongsaeng! Akan kurebut tahta raja darimu.”
            Semenjak perbincangan itu, Hyun Joong tidak pernah bertemu dengan Hyungnya lagi. Young Joong pergi entah kemana. Kegelisahan semakin merayapinya karena Young Joong telah menyatakan perang tepat di depannya. Mungkin kakak satu-satunya itu sedang mempersiapkan pasukan sampai pada awal musim panas,  waktu yang bertepatan dengan penobatan dirinya sebagai raja baru Green Peas. Tapi pasukan macam apa?
           
            “Pangeran Kim HJ, aku sudah menemukan Pangeran Kim YJ!” seorang yeoja yang sangat anggun terlihat tergesa-gesa berjalan ke singgsana tempat Hyun Joong merenung. Namja itu langsung bangkit dan menghampiri sang oracle kerajaan.
            “Hyun Gi, jebal panggil saja Hyun Joong. Kau tidak perlu memanggilku dengan istilah pangeran mengingat kau adalah tunangan Young Joong Hyung.”
            “Jebal, jangan ingatkan aku tentang pertunangan itu lagi. Hyungmu jahat, kau bahkan bisa melihat, kan, aku tidak ikut pergi bersamanya. Kau tahu aku ingin mengakhiri pertunangan ini. Aku tidak mau menikah dengan orang jahat.”
            Hyun Joong hanya tersenyum sambil menatap Hyun Gi. Sampai detik ini pun pandangan Hyun Joong terhadap oraclenya itu tidak pernah berubah. Cantik, yeoja yang sangat cantik. Selama ini dia berusaha menepis keinginannya untuk memiliki yeoja berbakat itu karena sejak 3 bulan yang lalu Hyun Gi telah resmi bertunangan dengan Hyungnya.
            “Young Joong Hyung itu tidak jahat. Dia hanya belum memahami keadaan ini. Sejak kami masih kecil, dia selalu bercerita mengenai keinginannya akan menjadi raja besar Green Peas. Selama bertahun-tahun Young Joong Hyung terus berlatih, belajar, dan mengamati segala hal yang bisa membuatnya menjadi raja. Aku merasa tidak enak padanya karena Abeoji telah memilihku menjadi raja.”
            “Jeoseonghamnida. Kuakui sebenarnya aku memang sempat menyukai namja itu. Dia type pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Namun aku takut ambisi dan emosinya yang besar akan mengalahkan sisi baik pada dirinya. Yah, seperti yang akan terjadi nanti.”
            “Katakan saja! Katakan, semua rencana Young Joong Hyung.”
            “Beberapa menit yang lalu aku memang mendapat penglihatan, namun tidak hanya sebatas rencana Young Joong. Aku melihat petunjuk! Ini sangat berbahaya.”

            Sang oracle itu mengatakan semua yang dia lihat dalam visinya. Berawal dari keberadaan Young Joong saat ini. Pangeran itu telah tiba di sisi tergelap Green Peas dengan kata lain dia sekarang berada di kerajaan Orc. Ternyata ancaman perang yang dilontarkan Young Joong tidak main-main. Dia berusaha mengumpulkan kembali pasukan Orc dan makhluk jahat lainnya untuk menyerang kerajaan terbesar Green Peas sekaligus untuk menumbangkan Hyun Joong.
            “Eottae? Aku bahkan tidak mempunyai pasukan untuk menumpas Orc. Perang di masa lalu mengingatkanku bahwa belasan ribu Orc dulu mampu membinasakan 60% penghuni Negeri Green Peas.”
            “Aku masih punya 1 petunjuk lagi, Hyun. Ramalan ini harus dipecahkan.”
            “Katakan.”

            Keturunan Kim Seon kan melakukan perjalanan ke Timur seorang diri.
            Satu menuju kehancuran, satu menuju kekuasaan.
            …..
            Di lembah tersembunyi kan selamatkan manusia abadi.
            Di gunung emas kan temukan cahaya yang hilang.
            Di gua sunyi kan pastikan auman pertemanan mengikuti.
            Di puncak tertinggi kan selamatkan naga cacat.       
            Makhluk fana dan elemental kan bersatu.
            Meniup kesengsaraan, mengembalikan hijaunya negeri.
            …..
            Penyesalan tak dapat dihindari.
            Ketulusan hati menyelesaikan segalanya.

            Hyun Joong hanya bersedekap sambil memikirkan larik-larik panjang ramalan yang baru saja diutarakan Hyun Gi. Satu larik ada yang sudah ia mengerti walau tidak yakin  akan kebenarnannya.
            Keturunan Kim Seon kan melakukan perjalanan ke Timur seorang diri. Apakah itu maksudnya aku dan Young Joong Hyung?”
            “Ne. Kalian akan benar-benar melakukan perjalanan ke Timur namun dengan tujuan yang berbeda. Larik berikutnya adalah Satu menuju kehancuran, satu menuju kekuasaan. Itu pasti mengenai tujuan kalian. Young Joong pergi menuju kehancuran karena dia berniat mengajak Bangsa Orc untuk bersatu. Dia ingin menghancurkan Negeri Green Peas. Jadi, tujuanmu adalah yang sebalikanya.”
            Hyun Joong hanya manggut-manggut sambil berpikir. Mendengar ramalan itu justru membuatnya semakin gelisah, bukan hanya karena tugas yang akan diembannya, tapi perjalanan ini akan menentukan nasib Green Peas.
            “Apakah maksudnya aku harus mengumpulkan pasukan di Timur?”
            “Ya dan tidak. Aku sudah mengetahui arti larik selanjutnya walau tidak sepenuhnya. Kau memang harus melakukan perjalanan ke Timur seorang diri, bukan untuk mengumpulkan pasukan di sana, tapi kau harus mengumpulkan pasukan dan di bawa ke sini, untuk memerangi pasukan Young Joong…..”
“Pasukan macam apa? Makhluk-makhluk Green Peas trauma dengan perang di masa lalu, dan...”
“Mianhae telah memotong pembicaraanmu, Pangeran. Tapi bisakah kau dengarkan dulu? Mungkin aku punya jawaban atas kebingunganmu.”
“Hahahaha, mian Hyun Gi. Geurae, lanjutkan.”
Di lembah tersembunyi kan selamatkan manusia abadi, aku yakin itu pasti Otter Valley.  Sudah bertahun-tahun aku tidak pernah melihat Kerajaan Elf. Mereka menyembunyikan kerajaan dengan sangat baik. Walau mereka masih di lembah itu, tapi tak ada seorang pun yang bisa menemukan kerajaan.”
“Jamkkanman, maksudmu aku harus meminta bantuan pada Elf? Peri?”
“Ne! Elf adalah makhluk elemental yang sangat pintar dan lebih mulia dibandingkan manusia. Mereka sangat baik dan ramah, aku yakin mereka mau menerima dan mendengarmu walau aku tidak yakin mereka akan membantu kita. Kau harus melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka mau membantu kita. Mungkin menyelamatkan manusia abadi adalah jawabannya.”
Hyun Joong mengeryit heran,”Dan apa itu manusia abadi?” Hyun Gi pun hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu.
“Manusia abadi mungkin manusia yang tidak bisa mati atau entahlah. Hm, selanjutnya Di gunung emas kan temukan cahaya yang hilang, mungkin maksudnya adalah Glory Mountain. Di sana banyak sekali emas. Para Dwarf atau kurcaci menambang emas di sana. Mungkin kau bisa minta bantuan pada mereka.”
“Dwarf? Apakah mereka bisa berperang?”
“Jangan remehkan mereka! Larik selanjutnya adalah Gua Sunyi atau Silent Cave. Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya apa tapi kau benar-benar harus mengajak makhluk elemental yang tinggal di sana untuk bergabung dalam perang kita. yang terakhir di puncak tertinggi…”
Kali ini Hyun Joong yang memotong pembicaraan. Dia tahu tempat mana yang harus dituju dan makhluk apa yang harus diajaknya.
“Itu pasti Draque Volcano, gunung berapi paling tinggi di Green Peas. Dulu gunung itu adalah tempatnya para Draken atau naga. Itu adalah tempat yang sangat berbahaya.”
“Ne, benar sekali. Semenjak perang itu, para naga tidak pernah membiarkan seorang pun memasuki kawasan gunung. Kau harus bisa meyakinkan mereka untuk kembali berada di pihak kita.”
Hyun Joong menghela nafas beberapa kali. Ditariknya sebilah pedang emas putih dari sarung kulit yang menggantung tepat di pinggang kirinya. Dilihatnya pantulan wajah sayu namun bersemangat itu  di mata pedang yang mengkilat. Hyun Joong tahu dia baru berumur 25 tahun, tapi pantulan itu menunjukkan wajah yang lebih tua. Mungkin akibat dari masalah-masalah yang terus menghantuinya, membuat gairah hidupnya menurun. Akan tetapi dia tidak boleh menyerah begitu saja sebelum berperang. Dia tidak akan mengecewakan Abeojinya, dia harus menunjukkan bahwa Abeoji tidak salah memilih dirinya sebagai raja besar Negeri Green Peas.

“Geurae, aku siap dengan tugas ini! Aku akan berangkat besok. Akan kucoba meyakinkan 4 makhluk elemental untuk berpihak pada kita dan memenuhi ramalan. Makhluk fana dan elemental kan bersatu. Meniup kesengsaraan, mengembalikan hijaunya negeri. Semoga itu adalah tanda untuk kemenangan kita di masa depan.”
Hyun Gi hanya mengerjap, merasa kagum dengan namja penuh semangat di depannya itu. Dalam hati dia merasa yakin bahwa Hyun Joong adalah raja yang pantas untuk memimpin negeri hijau ini.
“Aku akan membantumu berkemas.”
“Bisakah kau membuatkanku peta? Aku..um, aku lemah di pelajaran geografi. Aku tidak bisa mengingat letak tempat-tempat di Negeri Green Peas dengan baik.”
“Hahaha, akan kubantu sebisaku. Lebih baik kau istirahat saja, Pangeran.”
“Gamsahamnida, Hyun Gi,” Hyun Joong mendekat dan mendekap yeoja itu pelan sebagai ungkapan terimakasih, perpisahan, sekaligus rasa sayang yang sudah ia pendam bertahun-tahun.

*501*

            Keesokan harinya Hyun Joong merasa lebih bersemangat dan percaya diri. Dalam hatinya terus ditanamkan rasa percaya akan keberhasilannya memenuhi ramalan. Hyun Gi dan beberapa pengawal kerajaan telah menyiapkan keperluan perjalanan panjang Sang Pangeran.
Hyun Joong muncul sambil menuntun kuda abu-abu kesayangannya, GalSaeg, lengkap dengan pakaian kerajaan yang dilapisi pelindung tipis dan ditutupi jubah bepergian warna hijau. Tak lupa pedang emas putihnya, hwagolgeom, tergantung di pinggang terbalut sarung kulit. Hyun Joong mencengkramnya sejenak, ia kembali teringat saat-saat Raja Kim Seon memberinya hwagolgeom. Dia juga mencengkram sebuah kalung yang tergantung di lehernya selama 25 tahun ini. Yah, kalung pemberian Eommoninya.
            “Kali ini aku akan pergi sendiri, kalian tidak perlu mengikutiku,” kata Hyun Joong kepada para pengawal yang hendak mengambil kuda.
            “Igeo, peta yang akan membantumu. Berjanjilah untuk berhati-hati dan kembali dengan selamat sebelum musim panas dimulai. Aku tahu musim panas masih 1 bulan lagi, tapi perjalananmu akan memakan waktu yang lama dan jika kau salah langkah bisa jadi kau tidak akan kembali tepat pada waktunya,” Hyun Gi menyerahkan selembar kertas berisi peta Negeri Green Peas.
            Hyun Joong membuka peta yang terlipat, “Wow, ini artinya aku harus menjelajahi Negeri Green Peas.”
            “Ne, Pangeran Kim HJ, setiap tempat tujuan sudah aku beri tanda dengan gambar bendera walau aku tidak tahu pasti di mana letaknya. Paling tidak aku sudah menggambarkan wilayahnya dengan cukup jelas. Berkudalah hanya pada saat matahari masih terlihat.”
            “Gomawo, Hyun Gi-ah, ini sangat membantuku. Aku berjanji akan kembali dengan selamat.”
            Hyun Joong memposisikan dirinya di atas kuda. Sebelum berangkat, disempatkannya untuk menatap lambang Kim Seon di pintu utama. Dia akan meninggalkan benteng dan istana dalam waktu yang lama. Mengingatnya membuat dadanya sesak. Namun ia harus percaya pada Hyun Gi sang oracle untuk mengurusi dan menjaga kerajaan sementara ia pergi menjelajahi Negeri Green Peas yang luas.
            Untuk terakhir kalinya sebelum kembali lagi, disunggingkannya sebuah senyum kepada Hyun Gi, pengawal dan prajurit kerajaan, serta masyarakat Human Mainland yang mengantar kepergiannya.

            Selepas dari Human Mainland, Hyun Joong disuguhi hamparan padang hijau yang sangat sangat luas sampai-sampai batas padang tidak terlihat. Sudah seharian Hyun Joong berkuda menyusuri Green Field namun ia tak kunjung menemukan batasnya. Padang ini memang sangat luas dan cocok untuk berperang. Bahkan perang besar di masa lalu pun berada di tempat ini.
            Hyun Joong menjadi cukup ngeri mengingat banyak korban perang entah itu elf, manusia, orc, atau makhluk lainnya dibiarkan tergeletak begitu saja di sini selama bertahun-tahun, sampai sekelompok Griffin yaitu burung elang bertubuh singa membawa pergi mayat-mayat tersebut. Tidak jarang Hyun Joong melihat beberapa tulang manusia berserakan di mana-mana. Walau sudah bertahun-tahun, tulang-tulang tersebut belum hancur sepenuhnya.
            Matahari sudah hampir tenggelam di Barat. Hyun Joong harus mencari tempat berteduh yang cukup aman untuk untuk istrirahat. Namun padang luas ini sama sekali tidak ditumbuhi pohon-pohon tinggi. Yang ada hanya rumput-rumputan dan ilalang. Beruntung sekali, di dekat Hyun Joong terdapat sekumpulan tanaman perdu yang tidak begitu tinggi. Ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
            Sang pangeran dan kudanya mengistirahatkan diri di bawah perdu. Dibukanya tas yang berisi perbekalan dan persediaan makanan. Hyun Joong memberi kudanya beberapa buah-buahan sementara ia menyalakan api unggun dan memasak beberapa makanan. Sebenarnya masih ada roti siap makan di tasnya, namun ini kesempatan bagus untuk menyalakan api sebelum ia berada di alam liar yang dipenuhi makhluk-makhluk tak dikenal. Hyun Joong sebelumnya tidak pernah berada di alam liar seorang diri, terlebih memasak makanan seperti ini. Seharusnya sekarang dia sudah duduk di ruang makan ditemani beberapa hidangan yang sangat menggugah selera serta perapian yang cukup untuk menghangatkan seluruh ruangan. Hyun Joong hanya tersenyum mengingatnya, seolah itu semua sekarang hanyalah sekedar angan-angan. Dia tidak bisa kembali sebelum ramalan itu terpenuhi. Namun semangat pangeran muda itu tidak pernah luntur. Dia justru merasa tertantang dan ingin cepat-cepat menyelamatkan Green Peas Land terlebih kerajaannya.
            “Jika dalam menjalankan semua tugas ini harus mengorbankan nyawaku sendiri, aku tidak akan pernah menyesal dan jangan disesali karena aku akan berusaha sebaik mungkin demi Negeriku dan demi orang-orang yang kusayangi.”

            Keesokannya Hyun Joong kembali memacu kudanya menyusuri Green Field. Akhirnya, saat senja tiba, ia sudah mencapai tepi Green Wood dalam arti ia sudah mencapai batas Green Field. Dia memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya lagi terebih pantatnya yang pegal karena seharian duduk di atas GalSaeg. Kembali dibuatnya api unggun untuk mengusir udara dingin. Sayup-sayup Hyun Joong mendengar suara-suara aneh dari hutan di belakangnya yang cukup membuat bulu romanya meremang. Dia tidak boleh takut hanya karena suara! Bahaya yang menanti di depannya akan jauh lebih mengerikan lagi!
            Hyun Joong menengok ke belakang. Hutan ini sangat gelap dan rapat. Yah, Green Wood memanglah hutan terhijau, terluas, terapat, terliar, dan terindah di Negeri Green Peas. Dulu pernah ia sekali memasuki hutan ini di siang hari untuk berburu bersama para pengawal kerajaan. Namun tidak sampai jauh ke tengah hutan, mungkin hanya beberapa kilo saja, karena kabarnya sesuatu yang mendiami hutan ini sangat tidak bersahabat.

            Tidak terasa matahari sudah terbit kembali. Hyun Joong mengemasi barang-barangnya dan kembali memacu GalSaeg memasuki Green Wood. Kuda itu meringkik keras tanda menolak, namun akhirnya tetap menuruti sang majikan untuk menjelajahi hutan rapat ini dan sesegera mungkin sampai ke tengah hutan lebih tepatnya Otter Valley, lembah yang diyakini sebagai sebuah pintu gerbang menuju Kerajaan Elf yang tersembunyi.
            “Hari demi hari berlalu begitu cepat. Aku harus segera mencapai tujuan pertama.”
            Hyun Joong semakin memacu kudanya agar lebih cepat. Untung sekali di hutan ini terdapat jalan setapak yang sangat membantunya agar tidak kehilangan arah. Semakin Hyun Joong masuk ke dalam Green Wood, pohon-pohon dan tanaman jauh lebih hijau dan sangat indah, namun binatang-binatang yang menghuni jauh lebih mengerikan. Hyun Joong bergidik saat seekor laba-laba seukuran anak kambing melintas di sampingnya. Tak jarang beberapa ekor serangga atau binatang melata aneh lainnya jatuh atau terbang kearah Hyun Joong, namun pangeran itu dengan cekatan mengeluarkan pedangnya dan menebas apa saja yang mendekatinya. Sebenarnya bisa saja dia menghindar, tapi karena reflek sekaligus phobianya pada serangga membuatnya mau tak mau membunuh makhluk-makhluk itu.

            Semakim dalam Hyun Joong memasuki hutan, pohon-pohon pun semakin tinggi dan besar sampai-sampai sinar matahari tidak sampai ke tanah. Apalagi di malam hari, Hyun Joong sampai tidak bisa melihat apa-apa saking gelapnya. Suasananya pun sangat hening dan mencekam, seolah-olah penghuni Green Wood tidak ada. Namun Hyun Joong yakin bahwa di sekelilingnya terdapat banyak makhluk-makhluk aneh yang mengintainya dalam diam. GalSaeg bahkan tidak berani meringkik. Dia hanya mendengus-dengus tak suka.
            Sang pangeran memutuskan untuk istirahat tanpa diterangi api unggun yang hangat. Dia tidak mau mengambil resiko diserang makhuk Green Wood hanya karena cahaya api. Dia bahkan tidak mau repot-repot membuka tasnya untuk mengambil maknanan karena bau makanan pasti bisa tercium oleh makhluk lain. Akhirnya baik Hyun Joong maupun GalSaeg tidak makan apa-apa malam itu.
            Keesokan harinya pun keadaan masih gelap namun tidak segelap malam hari. Hyun Joong sedikit bisa melihat sekeliling. Samar-samar matanya menangkap laba-laba yang sedang asik berkumpul di atas pohon sambil memangsa sesuatu yang lebih besar dari laba-laba itu sendiri. Cepat-cepat Hyun Joong mengambil sebutir apel untuk GalSaeg dan segera memacu kudanya lagi karena jarak pohon laba-laba hanya beberapa meter. Sementara ia menyempatkan diri makan sebuah roti kerajaan sekedar untuk mengganjal perut.
           
            “Huh, sedari tadi aku tidak melihat sungai. Hutan ini benar-benar sangat luas,” yah, sudah berjam-jam Hyun Joong memacu GalSaeg cukup cepat, namun tidak juga ditemukannya sungai yang mengarah ke Otter Valley, bahkan suara aliran air pun belum terdengar. Hyun Joong sempat khawatir salah jalan.
            Tiba-tiba sebuah suara minta tolong mengejutkannya. Suara itu tak jauh darinya, mungkin hanya 20 meter di depan. Hyun Joong lebih mempercepat laju kudanya. Tibalah ia di sebuah anak sungai yang airnya mengalir dengan tenang tanpa suara. Ini dia, akhirnya Hyun Joong berhasil menemukan satu-satunya sungai Green Wood yang berhulu di Otter Valley atau Lembah Berang-Berang.
            “Dowajuseyo!!”
            Suara minta tolong itu terdengar lagi, lebih jelas. Hyun Joong mengedarkan pandangannya sepanjang sungai. Matanya menangkap seorang yeoja tengah berpegangan erat pada akar pohon sementara pinggang kebawahnya tercebur di sungai. Dia berusaha naik ketepian tapi sesuatu di dasar sungai seperti menariknya.
            “Dowajuseyo!” teriak yeoja itu lagi. Tak berpikir dua kali lagi, Hyun Joong segera turun dari kudanya dan berlari menuju si yeoja. Dia menarik tangan yeoja itu, berusaha membawanya ketepian. Namun yeoja itu justru semakin berteriak, kesakitan. Sekilas Hyun Joong melihat sesuatu melilit kaki si  yeoja yang ternyata sulur tanaman hidup. Degan sigap Hyun Joong menarik pedangnya dan menebas sulur itu sehingga ia bisa menarik yeoja tadi dengan mudah. Keduanya terengah-engah setelah sampai ketepian.
            “Ommo, jeongmal gomawo. Sudah 2 jam aku terjebak di sana. Sulur itu mengerikan.”
            “Cheonmaneyo. Tenang saja, kau sudah aman sekarang.”
Hyun Joong mengamati yeoja di depannya itu. Rambutnya bergelombang warna pirang sepunggung. Wajahnya bersih dan sangat cantik. Kulitnya putih pucat karena mungkin dia sudah  sangat lama tinggal di sini sehingga kekurangan cahaya matahari.
“Ireumi mwoyo? Joneun An Imnida.”
“An? Um..Joneun Hyun Joong imnida. Kau tinggal di mana, An? Kenapa berada di Green Wood sendirian?”
“Aku memang tinggal di Green Wood sendirian. Rumahku tidak jauh dari sini. Bisakah Anda mengantarku kerumah? Aku tidak bisa berjalan, kakiku sakit akibat jeratan tadi.”
Hyun Joong menatap memar di kaki putih An. Sempat ia berpikir untuk tidak mengantar yeoja itu kerumah karena dia baru saja menemukan sungai yang akan membawanya ke Kerajaan Elf. Namun ia tidak bisa seperti itu. Jika ingin menolong kenapa tanggung-tanggung? Yeoja ini sedang kesakitan, dia pasti sangat ingin kerumahnya yang aman. Hanya saja, aneh sekali seorang yeoja tinggal sendirian di Green Wood.
“An, sebenarnya kau ini apa?  Kenapa tinggal di Green Wood?”
“Aku ini manusia. Entahlah, orang-orang di desa tidak menyukaiku karena kulitku yang terlalu putih seperti mayat hidup. Mereka mengusirku ke Green Wood. Awalnya aku bersama eomma, tapi dia sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.”
Hati Hyun Joong semakin tergugah untuk menolongnya. Dipapahnya yeoja itu menuju kudanya. Dibantunya An untuk naik ke kuda sementara ia menyusul duduk di belakangnya.
“An, apa kau tahu siapa aku?”
“Anda manusia, kan? Um..manusia yang sangat baik bernama Hyun Joong.”
Hyun Joong hanya tersenyum. Hm, dia pikir nama dan gelarnya sebagai pangeran, putra Raja Kim Seon sudah diketahui oleh seluruh makhluk hidup di Green Peas Land. Tapi sebentar lagi Hyun Joong akan menjadi raja besar Negri Green Peas, dan namanya akan terukir di batu sejarah masyarakat Green Peas.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di sebuah gubuk tua di tengah hutan. Cukup besar memang karena bertingkat 2, tapi kayu-kayu rumahnya sudah banyak yang lapuk dan berjamur. Bahkan jamur yang tumbuh sampai ada yang sebesar kepala Hyun Joong. Dia tidak habis pikir yeoja cantik itu hidup di tempat seperti ini, kasian sekali. Sempat tepikir oleh Hyun Joong jika dia selamat dalam misi dan perang nanti, ia ingin mengajak An untuk tinggal di Human Mainland. Hidup dengan sepantasnya dan bersosialisasi dengan sesama manusia.
“Mari masuk, aku sangat berhutang budi padamu.”
Hyun Joong membiarkan GalSaeg tanpa mengikatnya, karena kuda itu tidak akan kabur tanpa pemiliknya kecuali dalam keadaan mendesak.
“Gwaenchana, santai saja. Aku sedang buru-buru.”
“Memang Hyun Joong mau kemana? Sampai mau memasuki Green Wood.”
“Aku sedang dalam misi pencarian. An, apakah kau tahu di mana kerajaan Elf?” sebenarnya tidak baik membicarakan misi kepada orang asing. Namun mengingat An sudah lama tinggal di Green Wood, apa salahnya bertanya mengenai tujuan pertamanya.
“Lebih baik kita masuk dulu, kkaja! Mianhae, rumahku tidak bagus,” tidak ada salahnya istirahat sebentar. Hyun Joong membantu memapah An ke dalam.
Rumah An benar-benar buruk. Udara begitu pengap dan sedikit busuk saat mereka sudah di dalam. Ternyata yeoja ini tidak pintar bersih-besrsih. Hyun Joong mengedarkan pandangannya kesepenjuru rumah yang remang-remang. Dia sempat terbelalak saat banyak binatang seperti babi hutan, laba-laba raksasa, macan putih, dan lainnya tergantung di tiang-tiang yang berjajar. Mungkin bau busuk itu tercium dari sana.
“An, apa itu?”
Hyun Joong menengok ke tempat An semula duduk. Namun ia semakin terbelalak saat An sudah digantikan dengan sosok yeoja atau lebih tepatnya halmeoni tua renta yang sangat buruk. Wajahnya kehijauan seperti lumutan dengan banyak jerawat yang menghiasi. Pakaiannya compang-camping.  Ketakutan perlahan mengaliri sang pangeran, apalagi saat pintu masuk tiba-tiba tertutup rapat. Gawat, ternyata ini semua hanya jebakan! Halmeoni mengerikan itu bangkit dari duduk dan berjalan mendekat.
“Hahahaha!” tawanya sangat mengerikan. Hyun Joong segera mencabut pedangnya dan mengacungkannya pada si halmeoni.
“Siapa kamu sebenarnya?!”
“Wah, wah, wah, ternyata Putra Kim Seon,” halmeoni itu memelototi pedang Hyun Joong lalu beralih menatap matanya tajam diiringi sebuah senyuman keji. “Aku adalah penguasa dunia tengah. Yang terbuang. Yang terburuk.”
“Black Witch!”
“Pintar sekali,” katanya dengan sebuah senyuman mengejek. Dikeluarkannya sebuah tongkat sihir panjang dari balik jubah hitam yang dikenakan. Ujungnya yang dihiasi semacam batu antik mengeluarkan asap hitam pekat dan sedikit berpendar.
Black Witch adalah satu-satunya penyihir yang masih tersisa di Negeri Green Peas. Sebelum perang, penyihir-penyihir masih banyak tersebar di pelosok negeri. Masing-masing penyihir menonjolkan satu warna dan namanya pun sesuai dengan warna yang ditonjolkan. Penyihir yang paling terkenal sampai saat ini adalah Black Witch, si penyihir hitam. Terkenal bukan karena kebaikannya, tapi karena kejahatan dan kelicikannya. Dia sangat kuat dan setengah abadi. Susah sekali untuk membunuh penyihir satu ini. Black Witch hanya bisa dibunuh dengan satu cara, namun tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali dirinya sendiri tentunya.
Beberapa tahun yang lalu Black Witch bersekutu dengan musuh dan dia membunuh semua penyihir Green Peas yang tersisa. Akan tetapi seiring kematian para penyihir, ternyata kekuatannya juga semakin menipis karena tidak ada aura magic yang kuat. Akhirnya Black Witch menyingkir dan tinggal di Green Wood. Menunggu korban-korban tersesat untuk dijadikan bahan guna meningkatkan aura magic pada dirinya.
“Apa yang kau ingingkan? Dasar penyihir licik!” Hyun Joong semakin mengacungkan pedangnya.
“Kau ingin menebasku? Silakan! Hahahaha…tapi percuma saja, karena aku abadi! Tentunya kau sudah mendengar cerita-cerita tentang kehebatanku!”
            Sang pangeran sudah mengumpulkan tenaga dan bersiap menyerang Black Witch dengan hwagolgeom. Mata pedang itu sempat mengenai ujung tongkat Black Witch. Namun dengan cepat penyihir itu mengetukkan pangkal tongkat panjangnya dan terbukalah lantai yang dipijak Hyun Joong. Tentu saja Hyun Joong terperosok, terus meluncur semakin dalam ke ruangan bawah tanah. Lebih tepatnya, Hyun Joong terperosok ke penjara bawah tanah.
            Dengan pendaratan yang tidak mulus, punggung Hyun Joong menghantam lantai tanah yang tentunya tidak empuk. Hwagolgeom yang baru saja terjatuh hampir saja mengenai kepalanya. Udara  di ruangan ini jauh lebih pengap dan lebih gelap. Hanya nyala api dari kejauhan yang menerangi seluruh ruangan bawah tanah.
Hyun Joong bangkit perlahan, mencoba mengabaikan rasa sakit di punggungnya. Otaknya dipaksa untuk berpikir, mencari cara agar bisa keluar dari tempat mengerikan ini sebelum Black Witch berbuat sesuatu yang buruk terhadap dirinya. Hyun Joong sempat mengetahui cara-cara meloloskan diri dari penjara. Salah satunya dengan hwagolgeom. Pedang sakti itu mampu menembus besi ataupun baja sekalipun saking tajamnya. Dengan tenaga yang tersisa, diayunkannya hwagolgeom agar menebas jeruji yang mengurungnya. Namun nihil! Berkali-kali diayunkannya pedang itu, namun besi tetap bergeming, yang ada hanya membuat tangannya sakit akibat benturan dua benda keras. Sang pangeran mendesah panjang, baru menyadari kalau ternyata penjara ini adalah penjara sihir.
Sebenarnya Hyun Joong tidak ingin menyerah. Tapi tidak ada ide lain agar bisa terbebas dari penjara sihir ini. Beberapa menit dia hanya duduk sambil merenung serta berpikir. Masih teringat dengan jelas sesosok yeoja bernama An yang ditolongnya ternyata jelmaan dari penyihir paling jahat di Green Peas. Mungkin memang itulah rencana yang selama ini dilakukan Black Witch untuk menarik mangsa. Pantas saja, orang-orang yang masih waras enggan masuk ke Green Wood karena mempercayai keberadaan makhluk berahaya di hutan hijau ini. Ternyata penyebab ketakutan itu adalah Black Witch. Awalnya dia sempat berhara bahwa An adalah manusia abadi yang harus diselamatkannya sesuai ramalan.
“Atau jangan-jangan Black Witch lah yang harus kuselamatkan? Tapi  untuk apa? Untuk apa aku menyelamatkan penyihir jahat. Hm, mungkin ada manusia abadi lain yang belum kuketahui.”
Jam demi jam berlalu dengan cepat. Tapi sampai detik ini tidak ada yang terjadi. Hyun Joong sudah mulai sesak, kelaparan, dan haus. Dia harus memikirkan cara agar bisa keluar dari sini atau dia akan mati. Lapar memang tidak akan membuatnya mati, namun kekurangan oksigen dan dehidrasi bisa membuat nyawanya melayang. Mungkin Black Witch memang menunggunya mati terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak lebih lanjut.
Dari kegelapan di ujung, samar-samar Hyun Joong mendengar suara langkah kaki yang cukup keras. Suara ketepak itu semakin mendekat. Dicengkramnya hwagolgeom erat, waspada dengan kemungkinan serangan. Hyun Joong yakin itu Black Witch, jelas sekali karena terdengar juga suara ketukan-ketukan tongkat.
“Annyeong, pangeran! Apa kau sudah menunggu terlalu lama?” suara serak itu membuat bulu roma Hyun Joong meremang. Black Witch muncul dari kegelapan bersama…
“Galsaeg!”
“Kudamu tidak sopan sekali. Dia berusaha merobohkan pintu rumahku, ckck. Mal, lebih baik kamu bergabung dengan tuamu!”
Galsaeg berontak dan meringkik-ringkik tak suka. Ruang bawah tanah memang tempat yang tidak cocok untuk seekor kuda. Tapi sepertinya dia sudah diikat dengan sebuah mantra sehingga tidak bisa terlalu brutal. Black Witch mengetukkan tongkatnya dan hilanglah sebagian jeruji penjara Hyun Joong. Kesempatan ini tidak disia-siakan.  Mungkin Black Witch memanglah penyihir yang kuat, tapi ternyata dia tidak terlalu pintar.
Karena bakat yang sudah turun-temurun, Hyun Joong bisa mengayunkan pedangnya dengan mudah dan cepat. Mata Hwagolgeom membuat tongkat Black Witch terpotong menjadi dua. Seketika mantra yang mengikat Galsaeg pudar. Kuda itu sudah bisa bergerak bebas sekarang.
“ANIOOO!!  Kau merusak tongkatku!”
Black Witch benar-benar terlihat marah. Sebelum ia meluapkan kemarahannya, Hyun Joong sudah lebih dulu naik ke punggung Galsaeg dan memacu cepat, berusaha keluar dari rumah horror ini. Cukup melegakan Hyun Joong sudah berhasil menginjak halaman rumah. Akhirnya dia bisa menghirup kebeasan dan segarnya udara hutan. Tapi ternyata perang belum berakhir.
Tiba-tiba Galsaeg terjatuh, yang tentunya membuat Hyun Joong terjatuh juga. Ternyata kaki Galsaeng dililit kabut hitam yang berbentuk tali. Black Witch sudah berdiri di ambang pintu sambil mengangkat tongkatnya yang menyala. Aigo, walaupun tongkatnya sudah terpotong menjadi dua, nampaknya masih berfungsi cukup baik.
“Argh..,” rintih sang pangeran saat berusaha bangkit.
Hyun Joong langsung mengambil batu yang kebetulan ada di depannya. Dilemparkannya sekuat tenaga batu itu dan sukses mengenai ujung tongkat Black Witch. Kabut hitam yang melilit Galsaeg sudah lenyap. Kali ini Hyun Joong tidak mau kabur. Dia segera mensiagakan pedangnya dan berlari kearah Balck Witch. Masa-masa penyihir harus segera berakhir!
TRANG! Hwagolgeom berhasil menyentuh ujung tongkat Black Witch. Beberapa detik mereka saling menahan. Dengan sekali hentakan, Hyun Joong terlempar ke belakang. Lagi, dia terjatuh lagi. Belum sempat Hyun Joong berdiri, Black Witch sudah merapal mantra. Kabut hitam melesat kearah Hyun Joong cepat, untungnya sang pangeran punya reflek yang bagus. Dia mengangkat hwagolgeom untuk menahan kabut hitam yang dilontarkan. Kesaktian hwagolgeom benar-benar bisa digunakan untuk menahan sihir hitam. Black witch tidak mau kalah, dia semakin meningkatkan mantra.
Beberapa detik mereka kembali saling menahan. Kali ini Hyun Joong yang mengehentakkan  pedang, mencoba membalikkan mantra. Sial, mantra itu justru meledak. Baik Hyun Joong maupun Black Witch sama-sama terlontar cukup jauh. Hwagolgeom dan tongkat sihir pun terlontar entah kemana.
Hyun Joong tersadar lebih dulu. Dia melihat hwagolgeom tertancap di batang pohon yang cukup jauh. Sempat terpikir olehnya untuk mengambil pedang itu, namun Hyun Joong justru mengambil tongkat penyihir yang tergeletak cukup dekat lalu sekuat tenaga ditusukkannya ujung tongkat ke tubuh Black Witch.
“Per-percuma kau membunuhku! Aku abadi!”
Hyun Joong tidak peduli. Dia semakin melesakkan tongkat ke tubuh Black Witch. Tiba-tiba tubuh penyihir itu terbakar sedikit demi sedikit dan terbuyarkan menjadi abu. Hyun Joong terduduk, merasa sangat lelah, sakit, sekaligus lega. Rahasia yang selama ini menghantui masyarakat Green Peas terjawab sudah. Black Witch hanya bisa dibunuh dengan tongkat sihirnya.

Susah payah Hyun Joong berdiri dan berjalan kearah Galsaeg. Tak dihiraukannya luka lecet dan memar di kakinya. Galsaeg sebenarnya juga merasa sakit pada kakinya yang tadi dililit mantra. Namun sang pangeran tidak mengetahui itu, dia bergegas naik ke punggung Galsaeg, ingin segera melanjutkan perjalanan yang masih sangat jauh. Dia ingin cepat-cepat sampai di kerajaan elf sebagai tujuan pertama untuk meminta bantuan sesuai ramalan. Maka, Hyun Joong dan Galsaeg kembali ke aliran sungai, tempat di mana mereka bertemu dengan gadis manis bernama An.
Galsaeg yang sebenarnya mulai merasa sangat kesakitan tetap memaksa kakinya untuk berjalan di sepanjang sungai. Hyun Joong yang duduk-duduk lemas dan terkantuk-kantuk tidak tahu keluhan yang disampaikan oleh si kuda abu-abu. Hyun Joong baru tersadar saat Galsaeg tiba-tiba ambruk.
“Ommo! Galsaeg!” Hyun Joong bergegas turun dan mengecek apa yang terjadi. Ternyata kaki bekas mantra tadi meninggalkan luka yang dalam.
“Kenapa aku tidak menyadarinya, babo! Galsaeg, aku janji kau akan baik-baik saja.”
Hyun Joong lebih panik seperti ini daripada saat berhadapan dengan Black Witch tadi. Diedarkannya pandangannya keseluruh hutan berharap menemukan sesuatu. Namun dia justru mematung karena baru menyadari telah sampai di Otter Valley. Air terjun besar yang mengalir tenang terhampar di sampingnnya. Airnya berwarna hijau, sangat jernih, dan berkilau saat terkena sinar matahari.
Di bawah air terjun terdapat banyak binatang coklat yang sedang hilir mudik. Hyun Joong mendekat, ternyata itu berang-berang. Saat Hyun Joong berjalan, berang-berang langsung menghentikan aktivitasnya dan serentak memandang kearah Hyun Joong. Cukup menyeramkan memang ditatap seperti itu, namun Hyun Joong berusaha tidak peduli. Sekarang ini dia lebih tergoda untuk minum air yang sangat jernih di sungai yang bertemu dengan air terjun, sekaligus ingin mengisi kantong airnya yang hampir kosong.
Saat Hyun Joong menyentuhkan tangannya ke air, tiba-tiba berang-berang menjadi ribut dan satu per satu meloncat kearahnya. Sang pangeran yang terkejut dan tidak siap terkena cakaran dan gigitan. Tidak ada pilihan lain, Hyun Joong menarik hwagolgeom dari sarungnya dan bersiap untuk bertarung melawan berang-berang liar. Hewan-hewan pengerat itu semakin terlihat marah. Hyun Joong menelan ludah, tidak habis pikir akan diserang oleh hewan selucu berang-berang.
“Mundur!”
Semua berang-berang justru meloncat kearah Hyun Joong, menyerang. Sang pangeran terkejut dan…sial…ia terpeleset. Tubuhnya tercebur ke sungai. Dia berusaha berenang ke permukaan, namun tekanan air sungai ini begitu kuat. Dadanya perlahan menjadi sesak, tubuhnya kaku, kulitnya pucat. Hyun Joong hanya pasrah pada air yang membawanya entah kemana. Sang pangeran sudah di ambang kesadaran saat ada tangan muncul dari permukaan untuk menariknya hingga terbebas dari tekanan air. Dia masih sempat melihat penolongnya, yaitu sosok berpendar yang memakai baju zirah hijau. Ternyata tidak sendiri, setidaknya ada selusin sosok berzirah yang sedang mengelilinginya. Hyun Joong mencengkram hwagolgeom, berniat menyerang. Namun rasa sakit dan lelah lebih dulu merenggutnya dari kesadaran.

*501*

            Hyun Joong mencoba membuka matanya yang terasa berat. Pertama kali yang dilihatnya adalah warna hijau. Setelah berusaha untuk fokus, akhirnya dia dapat meihat dengan jelas. Entah berapa lama ia tidur di atas ranjang berkelambu yang sangat mewah ini. Dia merasa sedikit pening saat mencoba bangun. Diedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, merasa takjub. Semua benda yang ada di ruangan ini dominan hijau dan biru. Sejenak Hyun Joong merasa berada di kerajaan lagi, namun segera ditepis pikiran itu. Ruangan ini lebih harum dan segar dari kamarnya.
            “Sebenarnya di mana aku?”
Sang pangeran mendapati dirinya masih berpakaian sama seperti terakhir kali yang dia ingat, hanya saja pakaiannya lebih bersih dan tidak ada cacat sedikitpun.  Bahkan luka-luka di tubuhnya sudah hilang semua. Dilangkahkannya kedua kakinya, ingin menyelidiki tempat keeradaannya sekarang. Hyun Joong justru hanya terbengong saat berhasil keluar dari kamar.
Beberapa makhluk bertelinga lancip, berkulit putih kehijauan, dan berpakaian hijau tengah melayang ke sana kemari. Walau tanpa sayap, mereka tetap bisa melayang dengan bebas. Mereka mengeluarkan wangi yang memabukkan saat melintas. Wajah mereka pun tidak ada yang buruk. Hyun Joong baru menyadari kalau dia saat ini sudah berada di Kerajaan Elf. Kelegaan dan semangat kembali mengalirinya.
Hyun Joong mencoba bertanya ke elf-elf yang melayang-layang itu mengenai keberadaan sang raja. Namun tidak ada satu pun yang merespon. Mereka justru terlihat kebingungan dan segera melesat pergi.
“Mereka tidak mengerti bahasamu,”
Hyun Joong menoleh. Di sampingnya sudah berdiri 5 elf lengkap dengan baju zirah. Namun elf yang paling depan mengenakan jubah sutra berwarna hijau toska yang sangat indah. Rambutnya yang pirang dan panjang tergerai seperti yang lainnya. “Suilaid! (salam!)” kata elf yang paling depan sambil membungkuk. Empat elf lainnya juga ikut membungkuk.
“Mwoya?” Hyun Joong sama sekali tidak mengerti.
“Itu bahasa elf.”
“Sorry, sir. I not speak elf.”
“Hahaha, tentu saja, kau tidak bisa bahasa elf. Bahasa Inggrismu juga buruk.”
Hyun Joong sebenarnya ingin marah,tapi sepertinya tidak baik marah dan bertindak ceroboh di kerajaan elf. Daripada marah, dia lebih memilih untuk membungkuk.
“Apakah Anda Raja Elf?”
“Maksudmu Lord Heo? Bukan, namaku adalah Jibin, penasehat kerajaan sekaligus orang kepercayaan Lord Heo. Beliau sedang mengecek keadaan gerbang akibat kerusuhan yang kau timbulkan minggu lalu. Berang-berang masih marah kau menyentuh air suci mereka tanpa ijin.”
Hyun Joong mendengus sebal. Merasa menyesal telah membungkuk pada elf yang ternyata bukan raja ini. Hajiman, jamkkanman..
“Anda bilang tadi, minggu lalu?”
“Yah, kau sudah terbaring di sini seminggu.”
Mendadak pusing kembali menyerangnya gara-gara mendengar pernyataan elf barusan. Ini berarti waktu  dan kesempatannya semakin sempit. Hyun Joong harus bergegas!

Tiba-tiba suasana di ruangan ini menjadi sunyi. Para elf yang semula beraktivitas langsung berhenti di tempat dan menunduk 90 derajat. Yah, semuanya, kecuali Jibin dan Hyun Joong yang terheran-heran. Dari pintu utama muncul selusin elf yang terbang beriringan. Salah satu elf terlihat paling menonjol, mengenakan jubah sutra panjang bergradasi biru, hijau, dan putih. Rambutnya hitam, tidak seperti elf kebanyakan yang mempunyai rambut pirang atau au-abu. Kepalanya dihiasi mahkota dari jalinan daun yang sangat indah dan berkilau, bermatakan permata besar berwarna biru. Elf itu menyandang busur dan beberapa anak panah berkilau. Dari radius beberapa meter Hyun Joong bisa merasakan aura yang…wah, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata serta wangi yang sangat menyenangkan. Hyun Joong langsung mengetahui kalau dia adalah Lord Heo, penguasa Negeri Elf.
Saking takjubnya, Hyun Joong hanya mematung, padahal elf itu sudah sampai persis di depannya. Jibin membungkuk sekali lalu memelototi Hyun Joong yang hanya diam saja.

“Mára aurë!(hello)” kata Lord Heo sambil tersenyum. Hyun Joong tertegun, elf ini adalah elf tertampan di antara seluruh elf yang ia lihat. Atau hanya auranya yag sangat kuat. Dari parasnya, Hyun Joong menebak ia masih seumuran dengannya. Namun elf adalah mekhluk elemental abadi, jadi ada kemungkinan elf di depannya ini sudah berumur ratusan tahun.
“Suilaid!” balas Hyun Joong menirukan kata-kata Jibin tadi. Hanya itu bahasa elf yang ia tahu.
“Pedich  Edhellen?(Do you speak Elvish?)”
Hyun Joong melirik Jibin, meminta bantuan menterjemahkan, namun yang didapatkannya hanya senyuman jahil. “Mianhae, ak-aku tidak bisa bahasa elf.”
“Arraseo, aku kira kau bisa. Jarang-jarang manusia mempelajari Bahasa Elf,” raja elf itu tersenyum lagi, menampakkan lesung pipit yang membuat bekas luka berbentuk silang di pipinya semakin dalam. “Aku adalah elf yang berwenang mengatur pemerintahan di sini. Apakah kau manusia dari Human Mainland?  Apa tujuanmu?”
“Namaku Kim Hyun Joong, putra Kim Seon Joong. Aku kemari untuk meminta bantuan para elf.”
Lord Heo mengamati Hyun Joong saksama, meneliti apakah namja di depannya ini benar-benar keturunan Raja Agung. Gara-gara perang, Lord Heo memutuskan untuk menyembunyikan kerajaan Elf demi membangun kekuatan dan melindungi rakyat, sehingga kerjasamanya dengan Kerajaan Manusia terhenti dan ia tidak bisa mengikuti perkembangannya.
“Mari, ikut aku,” Lord Heo mengisyaratkan pengawalnya untuk tidak mengikuti.

Sampailah mereka berdua di taman hutan Kerajaan Elf. Pohon-pohon elf berjajar sangat indah dan rapi. Hyun Joong masih terkagum-kagum karena pemandangan yang ia lihat saat perjalanan tadi. Benar-benar pemandangan alam yang sangat asli, alami, dan indah tentunya. Dari taman ini pun Hyun Joong masih bisa mendengar nyanyi-nyanyian para peri dan nymph sungai yang sangat merdu dan menghanyutkan. Semua elf dan makhluk elemental udara yang melihat mereka langsung menunduk dalam. Hyun Joong jadi merasa tidak enak berjalan di samping raja mereka dengan santainya. Namun Lord Heo berkali-kali hanya tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa.

“Jadi, apa benar kau keturunan Raja Kim Seon?” Lord Heo yang semula hanya tersenyum-senyum langsung mengubah ekspresinya menjadi sangat serius sambil menatap Hyun Joong tajam. Iris matanya yang semula berwarna hijau langsung berubah menjadi kecoklatan.
“Tentu saja, Lord. Nan kojitmal aniya.”
“Dan, apa yang kau minta?”
“Begini ceritanya.  Kerajaan manusia sedang dirundung perselisihan pergantian tahta, yah, aku dan kakakku, Young Joong, saling berebut tahta. Raja Kim Seo sebelum wafat memintaku untuk menjadi penerusnya tapi Hyungku tidak terima. Dia menuntut balas dendam dan perang saat awal musim panas. Sekarang ini dia sudah sampai di kerajaan Orc untuk meminta bantuan pada mereka. Oracleku mendapat penglihatan mengenai misiku, salah satunya aku harus meminta bantuan dari kerajaan Elf,” Hyun Joong mengeluarkan Hwagolgeom lalu menancapkannya keras ke tanah. Dia berlutut sambil menunduk dan kedua tangannya memegang pangkal hwagolgeom, symbol pengabdian sekaligus permohonan. “Bersediakah Anda membatu kami? Ini demi kejayaan Negeri Green Peas juga.”
Lord Heo menatap Hyun Joong sendu. “Apa yang akan diberikan manusia pada elf?”
“Manusia bersedia ikut menjaga dan melestarikan hutan. Tidak akan mengeksploitasi hutan berlebihan dan akan minta ijin pada elf terlebih dulu jika ingin memanfaatkan sumber daya hutan,” hanya itu yang terpikir di benak Hyun Joong. Tapi nampaknya Lord Heo cukup puas mendengarnya.
“Dan jika melanggar?”
“Kami bersedia dihukum.”
“Alam yang akan menghukum. Hm…hajiman, aku masih ragu-ragu dengan satu hal.”
Hyun Joong berdiri dan kembali menyarungkan hwagolgeom. “Apa itu Lord Heo? Katakan saja apa yang harus kuperbuat agar Anda bisa yakin.”
“Aku lihat kamu memiliki hwagolgeom. Itu pedang khusus yag terbuat dari emas putih dan logam elf. Jika kau benar-benar keturunan Kim Seon, maka kau pasti bisa menggunakan pedang itu dengan baik, bahkan bisa menangkis panah sekalipun.”
“Ne, aku pernah berlatih menangkis panah.”
“Tapi, kau pasti belum pernah belajar menangkis panah elf,” Lord Heo tersenyum simpul pada Hyun Joong membuatnya sedikit was-was. “Hanya keturunan Kim Seon yang bisa mendengar desing panah elf.”
            Selesai berkata seperti itu,Lord Heo melesat pergi entah kemana. Saking cepatnya, Hyun Joong tidak tahu kemana perginya elf itu. Ini pasti sebuah ujian. Hyun Joong mensiagakan hwagolgeom dan memfokuskan pendengaran. Firasatnya mengatakan akan ada sesuatu yang mendekat. Benar saja, dari arah belakang Hyun Joong mendengar suara desingan panah yang melaju sangat cepat. Reflek bagus Hyun Joong membuat hwagolgeom mampu menangkis panah perak itu dengan sempurna sebelum sempat menancap di kepalanya.
            Lagi! Kali ini dua panah datang dari sisi kanan Hyun Joong. Sepertinya elf itu ingin membunuhnya. Namun dengan semangat ia mengayun-ayunkan hwagolgeom, membelokkan arah anak panah agar tidak mengenai dirinya. Akhirnya 17 anak panah sudah bertebaran di mana-mana, sebagian besar menancap di pohon atau tanah. Hyun Joong terengah lelah, namun lega dan sangat senang. Ujiannya sudah berakhir dan dia berhasil lolos dari maut.

            “Daebak!” Lord Heo muncul dari pohon-pohon elf yang berjajar. Dia tersenyum senang namun wajahnya menampakkan kesan murung. “Sekarang aku percaya kau putra Kim Seon,” lanjutnya sambil membungkuk.
            “Jadi, Anda bersedia membantuku?”
            “Aku takut aku tidak bisa membantumu, walaupun aku sangat ingin melakukannya demi membalas budi Kim Seon,” sekarang Lord Heo benar-benar muram.
            “Balas budi?”
            “Saat Bangsa Orc berusaha menghancurkan kedamaian Negeri Green Peas, semua makhluk Green Peas yang tersisa bersatu untuk memeranginya. Elf dan manusia sebenarnya sangat akrab. Bisa dikatakan aku adalah sahabat baik Kim Seon,” Hyun Joong hanya diam, “Tak kusangka dia pergi secepat ini. Yah, manusia bukan makhluk immortal.
Masih kuingat dengan jelas semangat Kim Seon yang ingin merebut kedamaian Green Peas. Dia sangat hebat dalam memainkan pedang. Semangatnya membuat semangatku ikut tersulut. Kami berdua membabi buta melawan orc-orc yang menghadang. Namun karena kelalaianku, salah satu orc menghantamku dengan pemukul, membuat busur dan panahku berserakan. Kim Seon dengan berani menyelamatkanku dari orc hijau yang menyeramkan. Dia membunuh pemimpin orc yang ingin menikamku. Walau aku mendapat luka permanen, tapi aku selamat,” Lord Heo menunjuk bekas luka silang di pipinya.
            “Dan sejak itu Anda merasa berhutan budi?”
            “Tentu saja, aku bersedia melakukan apapun untuk Kim Seon, namun dia berkata ‘Berikan saja bantuanmu itu pada anakku kelak.’”
            “Nah, inilah saatnya bagi Anda untuk membantu kami.”
            “Pangeran, mianhae. Aku bisa saja mengirim ribuan pasukan ke Human Mainland. Tapi, sebagai raja sekaligus jenderal perang, aku tidak bisa pergi untuk memimpin mereka dalam perang."
            “Apakah ada syarat lain?”
            “Ini bukan tentang syarat. Ini tentang istriku. Yah, sudah 2 bulan ini istriku hanya terbaring di ranjang. Tidak membuka mata sama sekali, walaupun belum mati. Aku sangat khawatir, dia bahkan tidak makan ataupun minum. Untuk itulah, aku tidak bisa pergi, jeosonghamnida,” Lord Heo membungkuk lalu melayang pelan, menuju istana.
            “Jamkkanman! Bolehkah aku melihat istri Anda?”

            Akhirnya Hyun Joong dan Lord Heo bersama-sama menuju istana. Sesampainya di istana, mereka dikejutkan dengan kabar dari salah satu elf pembantu bahwa istri Lord Heo yang bernama Young-wen sudah membuka mata alias sudah sadar. Kemurungan Lord Heo menguap begitu saja. Ia dengan semangat melesat menuju kamar Young-wen, meninggalkan Hyun Joong yang hanya berjalan kaki. Ditemani Jibin, akhirnya Hyun Joong sampai di kamar Young-wen yang luar biasa luas dan…mengagumkan.

            “Herves, herves!(wife) Aku sangat senang kau sadar kembali,” seru Lord Heo dengan Bahasa Elf sambil memeluk sosok yang duduk di ranjang.
            “Herven(husband), aku juga senang bisa melihat wajah tampanmu lagi.”
            Mereka melepas pelukan saat mengetahui Hyun Joong dan Jibin sudah sampai di ambang pintu. Hyun Joong ikut tersenyum melihat kebahagiaan dan kelegaan yang dirasakan Lord Heo. Pasti sangat berat menanggung kekhawatiran dan ketakutan selama 2 bulan. Namun akhirnya, cobaan itu sudah diangkat. Istri yang sangat dicintai sudah sadar kembali.
            Hyun Joong mengamati Young-wen saksama, merasa familiar. Dia semakin terkejut dan yakin saat mata Young-wen bertemu pandang dengannya.
            “Shin Sung Young?!”
            “Ommo, Hyun Joong Oppa?!” yeoja itu juga sama terkejutnya.
            Jibin melotot pada Hyun Joong,”Kau tidak sopan sekali, memanggil ratu kami dengan nama aslinya.”
            “Jamkkanman, kalian berdua saling kenal?” tanya Lord Heo heran.
            Sung Young tersenyum sambil membelai rambut panjang suaminya,”Dialah Oppa yang pernah aku ceritakan. Apakah suamiku ini sudah pikun? Ah, benar, Lord Heo kan sudah berumur 117 tahun.”
            “Geurae, aku sudah mengingat kembali cerita-ceritamu, tapi kau tidak perlu mengejekku,” Lord Heo mempoutkan bibirnya, membuat Sung Young terpingkal. Hyun Joong yang melihat kebahagiaan mereka hanya tersenyum. Ternyata sosok raja elf yang berwibawa dan formal bisa sebebas, sesantai, bahkan bermanja-manja seperti itu. Walau begitu, Hyun Joong tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena bahasa yang digunakan adalah bahasa elf.
            “Mereka sebenernya membicarakan apa?” bisik Hyun Joong pada Jibin.
            “Kau tidak perlu tahu.”
           
            “Nah, Herves, kau pasti sangat lapar setelah tertidur cukup lama. Kkaja! Para elf pasti sudah menyiapkan jamuan makan. Kau harus makan banyak,” Lord Heo membantu Sung Young berdiri,”Kau juga ikut,” lanjutnya sambil menepuk pundak Hyun Joong.
            Perut Hyun Joong langsung keroncongan melihat pemandangan menggiurkan di ruang makan. Meja hijau panjang nan besar yang berada di tengah ruangan sudah dipenuhi oleh bermacam-macam hidangan. Hyun Joong tidak yakin bisa menghabiskan semua itu walaupun sangat ingin karena beberapa hari ini dia hanya makan roti kerajaan.
            Lord Heo duduk di kursi paling ujung, sementara Hyun Joong dan Sung Young duduk bersebrangan di dekat Lord Heo. Mereka makan dalam diam. Hyun Joong baru menyadari semua hidangan ini terbuat dari tumbuh-tumbuhan, tidak ada daging ataupun unsur-unsur binatang secuil pun. Nampaknya para elf benar-benar melindungi binatang. Walau begitu, rasa makanan ini sangat lezat, tidak kalah dengan daging asap atau steak sekalipun.

            “Hyun Joong Oppa, aku sangat berterimakasih padamu karena sudah menyelamatkanku,” kata Sung Young setelah selesai dengan makanannya. Para elf  pembantu melayang-layang, mengambil semua piring kosong dan dibawa pergi entah kemana.
            “Na? Apa yang sudah aku perbuat padamu?”
            “Tujuh belas bulan yang lalu, tepatnya saat aku memutuskan untuk pergi dari Human Mainland, aku melakukan perjalanan ke Timur menuju Green Wood. Di sana aku bertemu penyihir jahat bernama Black Witch. Dia menangkapku, mengurungku, dan ingin membunuhku.
Namun Dewi keberuntungan masih menyertaiku sehingga aku berhasil kabur dari sana. Walau begitu, Balck Witch berhasil melukaiku dengan sihirnya saat aku berusaha kabur. Beberapa hari kemudian aku berhasil sampai di sini, ditolong oleh Lord Heo, dan pada akhirnya kami saling jatuh cinta. Tapi sejak Black Witch melukaiku, keadaanku semakin memburuk dari bulan ke bulan. Ternyata sihir hitam telah bersarang di tubuhku. Puncaknya adalah saat aku jatuh tak sadarkan diri.”
Lord Heo melanjutkan,” Berbagai cara sudah kami, para elf usahakan untuk menolong Sung Young, tapi semua usaha itu sia-sia. Kami baru menyadari kalau sihir hitam itu akan terangkat begitu Black Witch mati.”
“Selama ini tidak ada seorang pun yang bisa membunuh penyihir keji itu,” kata Sung Young.
“Kecuali jika Sang Pangeran berhasil mengetahui rahasianya.”
Lord Heo dan Young-wen menatap Hyun Joong penuh semangat sekaligus penasaran. Dia berdeham sejenak, lalu menceritakan semua yang dialaminya saat bersama Black Witch. Tak lupa ia menceritakan apa yang telah dilakukannya untuk membunuh Black Witch.

Tiba-tiba Lord Heo berdiri dari kursinya. Dia menyibakkan jubah panjangnya lalu berlutut dengan satu kaki di samping Hyun Joong membuat Sang Pangeran terkejut dan salah tingkah.
“Demi memenuhi  sumpahku, kuputuskan untuk membalas budi Raja Kim Seon dengan membantu Sang Pangeran Kim Hyun Joong terlebih Kerajaan Manusia dalam menghadapi perang saudara. Kami, para elf bersedia membentuk pasukan perang. Ijinkan kami membantu. Dan aku sangat berterimakasih karena sudah menyelamatkan Young-wen, ratu Elf Kingdom.”
Hyun Joong berdiri dari kursinya lalu menepuk pundak Lord Heo pelan. “Bantulah para manusia dengan kekuatan dan kecerdikan para elf.”
“Geurae, aku akan menyiapkan pasukanku,” selanjutnya Lord Heo melesat pergi entah kemana.
Harapan dan kelegaan perlahan menyesaki dada Hyun Joong. Sang pangeran berhasil menyelesaikan tugas pertama dalam ramalan. Di lembah tersembunyi kan selamatkan manusia abadi. Ternyata manusia abadi yang dimaksud ramalan adalah Sung Young. Menurut legenda yang diingatnya, jika sesosok makhluk fana melakukan hubungan fisik dengan sosok makhluk abadi, maka makhluk fana itu akan berubah menjadi makhluk abadi atau setengah abadi. Ini masuk akal mengingat Sung Young sudah menikah dengan raja elf itu. Hyun Joong kembali duduk lalu menatap yeoja di depannya lekat. Jujur, dia sangat merindukan dongsaengnya itu.

“Kau harus menjelaskan semuanya padaku, Nyonya Heo. Jahat sekali kau tidak mengundang Oppamu ke pesta pernikahan.”
“Hehe, mianhae Oppa. Hajiman, suamiku itu benar-benar melarangku untuk mengundang orang-orang luar.”
“Tapi aku keluargamu.”
Sung Young berdiri dan berjalan perlahan ke tempat Hyun Joong duduk. Yeoja itu benar-benar berbeda dengan Sung Young yang pernah diingatnya terakhir kali. Dia dulu sangat tomboy dengan rambut pendeknya, tapi sekarang sangat cantik dan anggung dengan rambut panjang dan gaun sutranya. Sung Young merangkul leher Hyun Joong.
“Oppa merestuiku, kan?” Hyun Joong membalas dengan mengelus pelan tangan Sung Young.
“Hah, aku tidak bisa menolak. Ne ne, aku merestuimu, tapi jika kalian mengadakan pesta lagi, jangan lupa mengundangku.”
“Haha, tentu saja,” kata Sung Young kegirangan sambil mengacak-acak rambut Hyun Joong.
“Yaa! Kau  ini,” Hyun Joong bangkit, mengikuti Sung Young yang berjalan cepat menjauhinya. Mereka berdua sampai di balkon istana yang mengarah langsung ke sungai  dan hutan elf. Pemandangannya begitu menakjubkan.
“Oppa, aku sangat merindukan Appa dan Young Joong Oppa. Apakah mereka baik-baik saja?”
Hyun Joong tertegun sejenak. Sung Young sudah pasti tidak tahu tentang kematian Raja Kim Seon mengingat dia tak sadarkan diri cukup lama. “Abeoji sudah…sudah meninggal dan Young Joong Hyung..”
Tidak ada pilihan lain, Sung Young harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sesingkat mungkin Hyun Joong menceritakan tentang berpulangnya Sang Raja serta perselisihannya dengan Pangeran Young Joong alias Hyungnya. Hyun Joong cukup khawatir melihat ekspresi Sung Young yang sulit dideskripsikan. Dia tidak mau membuat  Sung Young menangis. Tapi ternyata yeoja itu terlihat tenang-tenang saja dan hanya merespon dengan menganggukkan kepala seolah sudah mengerti cerita Hyun Joong.
“Ini akan menjadi tugas yang berat untuk Oppa. Berhati-hatilah dan pastikan Oppa kembali dengan selamat demi menyelamatkan Negeri Green Peas,” Sung Young meraih kedua tangan Hyun Joong lalu menggenggamnya lembut. “Oppa harus membuktikan pada Raja Kim Seon bahwa beliau tidak salah telah memilih Oppa sebagai penerusnya. Mian, aku tidak bisa memberikan apa-apa untuk membantu Oppa, aku hanya akan memberikan restu padamu.”
Hyun Joong hanya  diam saat Sung Young mencium keningnya lembut. Perlahan kehangatan dan semangat kembali meluap-luap pada dirinya. Hyun Joong pernah diberitahu bahwa restu sesosok elf bisa berfungsi sebagai pelindung dan sedikit keberuntungan. Tapi setahunya Sung Young hanyalah manusia, sama seperti dirinya, yah, walaupun sekarang dongsaengnya ini sudah benar-benar berbeda. Dia bukanlah sosok manusia biasa.
“Semoga restuku bisa melindungimu dalam perjalanan.”
“Apa Sang Pangeran perlu restu dariku juga?” Lord Heo sudah berdiri di samping mereka. Hyun Joong sempat merasa tidak enak karena dicium Sung Young, namun melihat Lord Heo yang hanya tersenyum membuatnya cukup tenang.
“Kalau maksudnya.. Anda harus menciumku, aku rasa tidak perlu,” jawab Hyun Joong sekenanya.
“Hahaha, geurae. Perjalananmu akan berlanjut besok. Sebaiknya kau istirahat sekarang. Herves, kita juga harus istirahat,” Sung Young alias Young-wen menerima uluran tangan Lord Heo dan segera melesat ke lantai atas meninggalkan Hyun Joong di balkon.
Sang Pangeran masih menikmati pemandangan di bawahnya sambil bersandar di pembatas balkon. “Semoga para kurcaci bisa seramah para elf.”

*501*

Keesokan harinya Hyun Joong sudah mengemasi barang-barangnya. Beberapa elf bahkan sudah menyediakan perbekalan makanan dan baju sutra ringan. Hyun Joong benar-benar bersyukur bisa menginjakkan kaki di kerajaan ini. Hyun Gi benar, para elf sangat ramah dan baik. Rasanya dia tidak ingin meninggalkan Elf Kingdom, tapi apa boleh buat. Waktu yang tersedia semakin sempit, dia harus bergegas, masih ada 3 makhluk elemental yang harus diajaknya demi memenuhi ramalan.
“Aku sudah mengirimkan 5017 pasukan ke Human Mainland. Jika tidak ada halangan, mereka akan sampai dalam waktu 2 hari,” Hyun Joong sedikit terkejut mendapati Lord Heo hanya menggunakan jubah sutra biasa bukannya baju perang.
“Jeongmal gamsahamnida atas semua bantuan para elf.”
“Senang bisa membantu. Nah, semalam aku sudah berunding dengan Young-wen. Aku memutuskan untuk ikut berpetualang dan membantu tugas-tugasmu terlebih dahulu sebelum memimpin pasukanku untuk berperang.”
“Mwo? Anda akan ikut? Ha..hajiman, ramalan itu mengatakan bahwa aku harus berjalan seorang diri.”
“Hm, sepertinya kau harus memahami 3 hal. Yang pertama, kau pasti membutuhkan bantuanku agar bisa keluar dari Green Wood. Asal kau tahu saja, Green Wood sisi timur lebih berbahaya dari sisi barat. Yang kedua, aku bukan orang alias manusia, jadi kau tidak akan menyimpang dari ramalan. Yang terakhir, aku tidak berjalan, aku bisa melayang.”
“Um..itu benar. Tapi tetap saja, ini tugasku. Aku akan menyelesaikan  masalahku seorang diri.”
“Kalau begitu, kau ingin aku menarik pasukanku kembali, hm? Dan, aku punya penawaran bagus.”
Lord Heo bersiul pelan bermaksud mengundang sesuatu. Dari kejauhan, mereka bisa melihat seekor kuda cantik berwarna abu-abu tengah berlari menjawab panggilan.
“Galsaeg! Oh, ommona, aku melupakannya.”
Galsaeg menghampiri Hyun Joong yang langsung disambut dengan pelukan dan elusan sayang dari pemiliknya. Kuda itu nampak sangat sehat, bahkan luka di kakinya tidak berbekas. Hyun Joong sangat merindukan Galsaeg terutama ringkikannya.
“Eottokhae?” tanya Lord Heo meminta kepastian.
“Jika Anda bersedia, silakan ikut saya dalam perjalanan,” kata Hyun Joong diselipi senyuman senang. Yah, tentu saja ia sangat senang karena perjalannya tidak akan terasa sepi dan ketakutan atau kecemasannya bisa sedikit hilang.

“Herves, aku harus pergi sekarang. Goheno nin (forgive me), padahal baru sehari kita bisa merasakan kebersamaan kembali, tapi aku malah harus pergi untuk waktu yang cukup lama,” ucap Lord Heo sambil menggenggam tangan istrinya lembut. Hyun Joong berusaha tidak mempedulikan Lord Heo dan Young-wen toh dia tidak mengerti dengan apa yang mereka katakan. Diam-diam Hyun Joong merasa kagum pada Sung Young yang begitu fasih berbahasa elf.
“Ú-moe edhored (There is nothing to forgive). No diriel! (be careful). Berjanjilah untuk kembali dengan selamat demi Elf Kingdom, aku, dan anak kita.”
“Maksudmu, kau hamil?”
“Yahhhh, begitulah.”
Hyun Joong langsung membuang muka sambil berpura-pura mengelus surai Galsaeg saat pasangan suami istri itu berciuman. Tidak habis pikir, dia kira elf cukup pemalu untuk berciuman di depan orang lain. Atau mungkin mereka benar-benar menganggap Hyun Joong tidak ada.
“Ommo Galsaeg, itu  pasti restu yang sangat ampuh,” walau begitu, di saat-saat seperti ini Hyun Joong justru teringat Hyun Gi.

“Sung Young-ah, aku berjanji akan kembali. Jaga diri kalian baik-baik. Mára mesta(goodbye),” walau kesedihan dan kecemasan menyelimuti mereka, Hyun Joong masih bisa melihat secercah kebahagiaan. “Le hannon (thanks),” kata Lord Heo pada Hyun Joong.
“Mwoya?”
“Ah, lebih baik kita beragkat sekarang, pangeran. Kkaja!”
Lord Heo lebih dulu melesat pergi. Hyun Joong segera menempatkan diri di atas Galsaeg dan memacunya cepat, berusaha mengikuti raja elf yang terbang begitu gesit menghindari pohon-pohon yang tumbuh berjajar di tanah Elf Kingdom.

Hyun Joong baru menyadari, ternyata gerbang Elf Kingdom adalah air terun Otter Valley. Pantas saja orang-orang tidak ada yang tahu dimana pintu masuknya. Para elf benar-benar pintar menyembunyikan kerajaan. Para penjaga membukakan gerbang luar biasa itu agar bisa dilewati Hyun Joong. Kali ini dia tidak perlu takut tercebur, karena secara ajaib ia bisa berjalan di atas air sungai dengan mudah. Begitu keluar, Hyun Joong sempat mendapat tatapan horror dari para berang-berang.  Tapi ia tidak peduli, perhatiannya lebih tertuju pada pemandangan di depannya.
“Selamat datang kembali di Green Wood, hutan mimpi buruk yang dipenuhi serangga aneh.”
Masih teringat olehnya perkataan Lord Heo mengenai sisi Timur Green Wood yang lebih berbahaya. Dia tidak mau membayangkan makhluk apa yang tinggal di sana. Hyun Joong hanya bisa berdoa dan merutuki dirinya yang phobia akan serangga.
“Kenapa berhenti? Kkaja! Kita harus berhasil menyebrangi Green Wood Timur sebelum gelap,” seru Lord Heo yang sudah cukup jauh di depan.
Hyun Joong menghela nafas sejenak dan menatap tajam seolah menantang Green Wood beserta makhluk yang menghuninya. Dipacunya Galsaeg dengan cepat. Keberadaan Lord Heo di sampingnya benar-benar membantu. Raja Elf itu sudah seperti petunjuk arah atau guide. Tentu saja, dia sudah benar-benar hafal seluk-beluk Green Wood. Selain itu, aura kekuasaan Lord Heo benar-benar memancar sehingga tidak ada satu binatangpun yang berani mendekat ke arah mereka. Padahal Hyun Joong sudah begitu tercekat saat melihat sekumpulan capung bertaring sebesar burung elang menghalangi jalan. Tapi begitu Lord Heo lewat, capung-capung itu segera pergi seperti seekor lalat yang kebingungan. Sekali lagi Hyun Joong begitu bersyukur.
“Jika aku menjadi raja kelak, pasti semua rakyat akan mentertawakanku karena takut pada serangga,” gumam Hyun Joong pelan.

“Pangeran, kita sudah hampir sampai di tepi Green Wood. Lebih baik kita istirahat dulu di sini.”
Lord Heo mengeluarkan busur dan panahnya lalu memanah sebuah pohon yang cukup besar. Tempat itulah yang akan digunakan untuk istirahat.
“Panggil saja aku Hyun Joong, Lord Heo.”
Mereka berdua kini duduk di bawah pohon. Sinar elf yang ada pada diri Lord Heo benar-benar membantu penerangan. Hyun Joong jadi teringat suasana mencekam saat ia menyebrang Green Wood beberapa hari yang lalu. Benar-benar mengerikan.
“Hm, kalau begitu, kau juga bisa memanggilku Young Saeng. Nampaknya, jika aku menjadi manusia, umurku sama dengan umurmu.”
“Young Saeng? Ah, begitu canggung.”
“Santai saja. Sebenarnya hanya 3 orang yang memanggilku dengan nama itu. Raja Kim Seon, Sung Young, dan kau. Ah, kau benar-benar  mengingatkanku pada Kim Seon.”
Hyun Joong mengobrak-abrik tasnya, berusaha mengambil apa saja yang bisa ia makan.
“Kau mau roti?”
“Aku bawa bekalku sendiri, tapi, apakah itu roti dari kerajaanmu?”
“Yups, rasanya tak kalah dengan rotimu.”
“Hm, sudah lama aku tidak merasakannya. Le hannon, um maksudku gomawo.”

Hyun Joong sebenarnya merasa sangat lelah. Tapi keberadaan Young Saeng di sampingnya membuatnya ingin bertanya ini itu. Baru disadarinya kalau selama ini ia begitu tidak tahu apa-apa. Young Saeng memberitahu semua yang ingin ia ketahui. Hyun Joong begitu antusias menanyakan hubungan Young Saeng dengan Raja Kim Seon, juga mengenai hubungannya dengan Sung Young.
Mereka mengobrol cukup lama. Keakraban itu membuat keformalan di antara mereka sedikit menghilang. Mereka sudah seperti sahabat lama saja. Rasanya, Hyun Joong sudah lama tidak merasakan yang seperti ini semenjak Young Joong berubah menjadi musuh yang sangat membencinya. Sampai pada akhirnya Hyun Joong maupun Young Saeng merasa sangat mengantuk. Dan mereka pun tertidur.

Keesokannya Young Saeng bangun lebih dulu. Dia berkeliling di Green Wood sejenak lalu membangunkan Hyun Joong yang masih terlelap.
“Hyun Joong, irreona! Kita harus melanjutkan perjalanan.”
Setelah mengumpulkan nyawa dan membasuh muka dengan air minum, Hyun Joong segera menunggangi Galsaeg. Dia tidak pernah merasa senyaman dan selelap itu tidur di tengah hutan.
“Jadi, kemana tujuanmu selanjutnya?”
“Kita harus menuju Glory Mountain untuk mengajak para kurcaci,” Hyun Joong merogoh-rogoh saku jubahnya tempat di mana seharusnya peta buatan Hyun Gi berada. Tapi yang ditemukannya justru bubur kertas. Ommo, nampaknya peta itu sudah melebur gara—gara ia tercebur di sungai.
“Hmm, kurcaci, ne?”
“Memangnya kenapa? Ah, ini tidak bagus, aku kehilangan petaku.”
“Haha, gwaenchanayo, lihat saja nanti. Kau tidak memerlukan peta itu lagi, Hyun. Aku adalah petamu sekarang.”
Perasaan Hyun Joong kembali lega. Beruntung sekali Young Saeng ikut dengannya. Selanjutnya mereka kembali mengerahkan tenaga agar bisa sampai di tepi Green Wood. Ternyata tidak lama, mereka hanya memerlukan waktu 3 jam untuk menyeberanginya.
Akhirnya mereka bisa melihat sinar matahari lagi. Hyun Joong memicingkan matanya merasa silau. Udara lembab  yang ia hirup perlahan tergantikan dengan udara kering. Tapi mereka tidak berhenti di situ, mereka belum sampai, bahkan mereka baru menempuh separuh perjalanan. Mereka terus memacu langkah, menyebrangi padang kering itu. Young Saeng yang tidak begitu suka sinar matahari yang begitu terik dan lahan kering memutuskan untuk membonceng di kuda Hyun Joong.
“Apa kau sekarang merasa menyesal telah keluar dari Green Wood hanya karena ingin membantuku?” ledek Hyun Joong.
“Hm, baiklah aku akan pulang saja kalau aku hanya merepotkanmu. Tapi kau harus ingat bahwa kau tidak punya peta.”
“Oke, Lord Heo. Aku tarik kata-kataku kembali.”

            Walau matahari begitu menyengat, mereka tetap tidak mengurangi kecepatan. Galsaeg justru lebih senang berada di padang seperti ini daripada harus berada di Green Wood yang lembab. Mereka istriahat sekali di bawah perdu, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Dari kejauhan, mereka bisa melihat gunung berkilau yang semakin dekat.
            “Wow, Glory Mountain. Gunung yang terbuat dari emas,” gumam Hyun Joong.
            “Kau terlalu berlebihan, itu hanya gunung yang mengandung emas.”
            “Tapi, emas itu tetap ada kan? Walaupun ditambang terus oleh kurcaci.”
            “Yah, kau benar. Lihat, kita benar-benar sudah dekat. Kita tinggal menuruni tebing curam itu, tapi lebih baik kita melewati hutan saja daripada memaksa Galsaeg melakukan seluncur.”

            Tiba-tiba mereka mendengar lolongan yang memekakkan telinga. Young Saeng maupun Hyun Joong terkesiap dan segera mensiagakan senjata masing-masing. Young Saeng bahkan menarik 2 anak panah sekaligus. Hwagolgeom di tangan Hyun Joong mengkilap-kilap siap menebas apapun. Tak jauh dari mereka, Young Saeng yang sedang melayang melihat selusin Warg yang siap menyerang. Warg adalah makhluk sejenis serigala namun lebih besar, mengerikan, dan lebih buas tentunya.
            “Lari!!” seru Young Saeng.
            Sebenarnya bisa saja mereka melawan, namun mereka tidak mau menyia-nyiakan tenaga dan keselamatan. Para warg yang mengetahui mangsanya kabur segera menyusul dengan cepat.
            “Apakah warg itu anak buah orc?”
            “Bukan sekedar anak buah! Mereka peliharaan. Ppali ppali! Mereka sudah begitu dekat.”
            Warg-warg mengerikan meraung-raung tepat di belakang mereka. Untuk memperlambat laju mereka, Young Saeng melayang dan melepaskan beberapa anak panah. Beruntung sekali, 2 warg langsung tumbang.  Tapi masih ada 10 lagi yang seperti itu.
            Terlambat. Para warg sudah menghadang jalan mereka.  Tidak ada pilihan lain, Hyun Joong segera mengayunkan hwagolgeom kesana-kemari, menangkis serangan warg mengerikan. Tidak jarang ia nyaris terkena gigitan atau cakaran, namun keberuntungan benar-benar sedang di pihaknya. Galsaeg tidak mau kalah, dengan gesit ia menghindari serangan dan menyepak warg yang berada di belakangnya. Hal itu sempat membuat Hyun Joong hampir terjatuh. Tapi kerjasama antara galsaeg dan Hyun Joong begitu bagus. Yah, pada akhirnya pertempuran kecil tak dapat dihindari lagi.
            Young Saeng terbang semakin tinggi agar bisa membidik warg. Lima warg berhasil ia tumbangkan dengan panah.  Empat warg lainya sudah ditumbangkan Hyun Joong dengan hwagolgeom. Satu warg yang tersisa sedang mengejar Galsaeg kesana-kemari. Degan sekali bidikan, panah perak Young Saeng berhasil menembus tubuh warg dengan mulus. Ternyata warg itu masih bisa berdiri, maka Young Saeng melepaskan satu anak panah lagi.
            Setelah kekacauan itu berhenti dan semua warg tumbang, Young Saeng baru menyadari kalau Hyun Joong tidak ada. Galsaeg meringkuk di tanah merasakan sakit di bokongnya yang berdarah karena terkena cakaran.
            “Hyun Joong-ah!”
            Young Saeng membalik semua warg-warg yang telah mati berharap menemukan Hyun Joong. Namun hasilnya nihil. Yang ditemukannya hanyalah hwagolgeom yang tertancam pada tubuh warg. Ommo, ini tidak bagus. Young Saeng menjadi semakin panik.

            Sebenarnya apa yang terjadi pada Hyun Joong?
            Geurae, sekarang kita coba untuk kembali ke kejadian beberapa saat lalu. Sementara Young Saeng asik melayang sambil membidik warg-warg mengerikan itu, Hyun Joong tengah bergulat dengan sengit di atas galsaeg sambil mengibaskan hwagolgeom kesana-kemari berharap mengenai warg yang menyerangnya. Warg-warg besar itu berusaha menjangkau Hyun Joong dengan cakarnya yang tajam serta gigitan mematikannya. Namun satu per satu warg berhasil ditikam oleh Hyun Joong tepat di perut atau dada. Tinggal 2 warg yang mengerubungi Hyun Joong dan galsaeg.
            Tiba-tiba salah satu warg melompat sangat tinggi dari depan, membuat Hyun Joong terkejut. Reflek dia menghujamkan hwagolgeom keras-keras di tubuh warg itu sehingga membuatnya ambruk ke samping. Melegakan, Hyun Joong berhasil lolos dari cakarannya. Tapi, hwagolgeom Hyun Joong masih tertancap kuat di tubuh warg tadi. Tidak ada waktu untuk mencabutnya, warg terakhir sudah bersiap menerkamnya.
            Hyun Joong akhirnya memacu galsaeg, berusaha menghindari terkaman warg. Sang pangeran berniat meminta bantuan Young Saeng, tapi elf itu terlalu jauh di atas dan sedang sibuk. Tidak ada pilihan lain, Hyun Joong terus memacu galsaeg sampai akhirnya dia sampai di tebing Glory Mountain. Galsaeg berhenti begitu mendadak membuat Hyun Joong hampir jatuh.
            “Bagus sekali. Jalan buntu.”
            Hyun Joong mencengkram kekang galsaeg erat-erat sambil memikirkan sesuatu agar dirinya selamat. Warg yang mengejar sudah sampai persis di depan mereka. Sang pangeran berniat mengambil ranting kayu sebagai senjatanya, namun warg tadi melolong begitu keras membuat galsaeg meringkik terkejut sambil mengangkat dua kaki depannya. Hyun Joong yang sedang berusaha mengambil ranting otomatis tidak memegang kekang kudanya sehingga ia jatuh ke belakang, terus meluncur sepanjang tebing itu membawanya. Dia berusaha menggenggam sesuatu agar tubuhnya tidak terus meluncur, tapi usahanya sia-sia.
            Akhirnya Hyun Joong jatuh  tengkurap tepat di kubangan lumpur yang berwarna keemasan atau memang lumpur itu terbuat dari emas? Tubuhnya terasa begitu sakit dan sangat kotor. Untungnya Hyun Joong mengenakan baju pelindung sehingga luka yang dideritanya tidak begitu parah, tapi lumpur yang mengotori baju dan seluruh wajahnya tidak bisa dihindari.  
            “Agh..”
Dengan susah payah ia berusaha bangkit. Tangannya meraba-meraba kesekeliling berusaha menggapai sesuatu yang bisa digunakan untuk membantu berdiri. Hanya saja tangannya malah menangkap sesuatu yang sangat keras. Pikirnya, itu hanyalah batu biasa, tapi setelah dicermati, ternyata itu sebuah batu permata besar berwarna hijau. Benda itu berkilau sangat terang di tangannya. Hyun Joong belum pernah melihat permata seindah ini. Dengan melihatnya saja, dia bisa tahu harga batu ini tidak sebanding dengan seluruh harta yang dimilikinya di kerajaan.
Setelah beberapa lama terpesona dengan batu itu, Hyun Joong baru bangkit dengan tergesa-gesa saat merasakan bajunya seperti ditarik-tarik dan tubuhnya dipatuki oleh semacam burung raksasa. Benar saja, dua ekor burung elang berbadan singa sebesar galsaeg sudah menjulang di sampingnya. Itu griffin! Yang nampaknya sedang kelaparan. Ini tidak bagus, griffin sangat suka memangsa daging dan saat ini Hyun Joong sedang berada di antara mereka.  Cepat-cepat dimasukkannya batu itu ke kantong jubah.
            “Terlepas dari mulut singa, masuk ke mulut buaya. Terlepas dari warg, masuk ke kandang griffin.”
Griffin-griffin itu berkaok-kaok tidak sabar untuk memangsa Hyun Joong. Sang pangeran hanya menelan ludah, berusaha tenang. Sekeras apapun usahanya untuk tenang, tetap saja tidak bisa karena selusin griffin lain tengah berlari ke arahnya. Hyun Joong segera melesat tepat saat seekor griffin mematuk tempat ia berdiri tadi. Semakin Hyun Joong berlari ke tengah area, semakin banyak pula griffin-griffin yang dijumpai. Lumpur lengket yang dipijak membuatnya sulit berlari cepat. Sebisa mungkin dia menghindari patukan, cakaran, ataupun bulu tajam dari sayap burung elemental itu.
Tidak lama kemudian Hyun Joong sudah terkepung. Dia mendengus kesal karena pada saat-saat seperti ini hwagolgeom tidak berada di genggamannya. Dia sempat mengharapkan bantuan Young Saeng, tapi pastinya elf itu tidak tahu keberadaannya. Akhirnya Hyun Joong bertekad melakukan tindakan yang sangat berani tapi bodoh. Dinaikinya seekor griffin terdekat. Griffin itu mengepak-ngepakkan sayapnya sambil berkaok tidak suka dengan keberadaan Hyun Joong di  punggungnya. Dia berlarian kesana-kemari berusaha menjatuhkan Hyun Joong. Sebisa mungkin Hyun Joong mengendalikan si griffin dan bertahan agar tidak terjatuh.
“Ommo, ini lebih buruk dari menaiki seekor banteng.”
Karena griffin itu begitu panik, tangan Hyun Joong tidak sengaja mengenai sayap tajamnya. Darah mengalir cukup banyak dari luka yang didapatnya. Pertahanan Hyun Joong pun terlepas. Dia jatuh di lumpur lagi. Pandangannya sedikit berkunang-kunang akibat benturan.
Hyun Joong terlambat menyadari keberadaan 5 orang..umm  kerdil? tengah berdiri mengelilinginya dengan tatapan ingin tahu. Para griffin perlahan menjauhinya. Para prajurit kecil itu bergegas memegangi Hyun Joong, mengikat tangannya, lalu menuntunnya entah kemana. Hyun Joong cukup lega karena sudah terlepas dari griffin-griffin lapar, tapi lagi-lagi ia tetap waspada. Makhluk-makhluk kerdil yang lucu ini belum bisa membuatnya tenang. Apalagi posisinya saat ini sudah seperti seorang tawanan.
“Cepat jalan!” perintah seorang diantaranya sambil menyodokkan tongkatnya ke Hyun Joong.
“Apakah kalian ini kurcaci?”
“Yeah, kurcaci terbaik di Green Peas Land.”
“Ini dia, tujuan dan tugas keduaku sudah di depan mata. Aku tidak boleh mengacaukannya,” gumam Hyun Joong.
“Kau bicara apa?”
“Ah, anio.”
Hyun Joong dan 5 kurcaci itu terus berjalan menuju pintu gerbang besar di gunung yang terbuat dari emas. Hyun Joong hanya menganga saat mereka masuk. Ruangan ini tidak gelap dan pengap serta tidak seperti bayangan Hyun Joong mengenai sebuah ruangan di dalam gunung. Mungkin kurcaci memang makhluk paling kaya di Green Peas Land. Bayangkan saja, ruangan utama yang sangat luas ini dilapisi emas pada setiap dinding dan perabotnya. Atau jangan-jangan perabot itu memang terbuat dari emas murni? Mata Hyun Joong benar-benar silau menerima pantulan cahaya dari emas berkilauan itu. Sebenarnya tidak hanya emas, permata-permata dan jenis batu berharga lainnya ikut dipajang di sana, seolah para kurcaci ingin memamerkan seluruh hasil tambang.
“Apa  kau begitu mengagumi hasil kekayaan Glory Mountain?” Hyun Joong tersadar dari kekagumannya begitu seorang kurcaci yang diduga sebagai pemimpin di sini menegurnya.
Kurcaci itu lebih tinggi dibanding 5 kurcaci yang menggiringnya tadi. Pakaiannya lebih sederhana, bukan baju zirah dan tidak berwarna emas seperti yang lainnya, melainkan jubah berwarna hijau yang melambangkan Negeri Green Peas. Rambut panjangnya dipangkas rapi, memberikan kesan tampan dan ia memiliki karisma seorang pemimpin. Hyun Joong belum pernah bertemu dengan kurcaci sebelumnya. Dia membayangkan para kurcaci memiliki tubuh pendek, gempal, berjanggut panjang, dan memiliki hidung besar yang aneh. Namun makhluk-makhluk Green Peas benar-benar sempurna, bahkan untuk ukuran kurcaci sekalipun. Mungkin hanya orc dan goblin yang masuk dalam kategori makhluk jelek.
“Apakah Anda pemimpin para kurcaci?”
“Pintar sekali. Yeah, Kyu Jong imnida, tapi orang-orangku sering memanggilku Kyu Kyu. Ireumi mwoyo? Jarang-jarang sekali manusia mampir kesini.”
“Joneun Hyun Joong imnida, putra Raja Kim Seon Joong.”
Sejenak para  kurcaci yang ada di situ saling memandang, menganggap perkataan Hyun Joong barusan hanyalah lawakan garing.
“Jamkkanman, kau tadi bilang apa? Putra Raja Kim Seon? Apa yang membuatmu berpikir aku harus mempercayai kata-katamu?” seulas senyum meremehkan terlukis di sana.
“Apakah para kurcaci tidak pernah keluar dari Glory Mountain atau sesekali mengunjungi Human Mainland?” entah kenapa Hyun Joong merasa begitu marah saat seseorang tidak mempercayainya sebagai keturunan Kim Seon.
“Tenang, nak. Kami memang  jarang main kesana. Banyak hal yang harus diurusi di sini. Yah, terutama sejak ‘yang berharga’ hilang entah kemana. Para kurcai sudah sibuk mencarinya selama bertahun-tahun.”
Hyun Joong merasa begitu aneh dipanggil dengan sebutan ‘nak’ oleh makhluk yang tingginya hanya setengah badannya. Dia juga merasa bahwa kurcaci ini  tidak lebih tua darinya.
“Walau begitu, kalian harus percaya bahwa aku keturunan Kim Seon. Aku kesini mempunyai tujuan.”
“Apa tujuanmu?”
“Aku kesini untuk meminta bantuan para kurcaci,” dalam keadaan terikat, Hyun Joong memutuskan untuk menceritakan semua alasan yang mengharuskan para kurcaci membantunya. Semua yang ada di ruangan itu terdiam, berusaha fokus mendengarkan semua cerita Hyun Joong. “Jadi, bersediakah para kurcaci membantu para manusia?”
“Perang dan orc. Kami benar-benar menyukai keduanya. Para kurcaci sangat hebat dalam hal-hal berbau perang terutama perang melawan orc. Hajiman, kau meminta bantuan perang kepada kami seperti meminta permen saja. Kami juga belum meutuskan untuk mempercayaimu sebagai putra Kim Seon.”
“Jadi, apa yang harus aku lakukan?”
Nampaknya Hyun Joong harus melakukan ujian di setiap tugasnya. Waktu itu saat di Elf Kingdom, dia harus benar-benar meyakinkan Young Saeng mengenai statusnya. Young Saeng bahkan berniat membunuhnya dengan melimpahkan sebuah ujian padanya. Kemarin Hyun Joong bisa percaya diri, tapi sekarang, tanpa hwagolgeom dan dalam keadaan seperti ini, dia tidak yakin bisa menghadapi ujian para kurcaci. Walau begitu, siap tidak siap Hyun Joong harus menerimanya.
“Hm, jika memang begitu, buktikanlah kepada kami bahwa kau pantas untuk diikuti. Kami, para kurcaci tidak mau mengikuti atau dipimpin dalam perang oleh seseorang yang lemah. Keturunan Kim Seon sudah pasti pintar bermain pedang,” Kyu mengambil dua pisau panjang..umm atau pedang kecil? yang sangat tajam dan terbuat dari emas dari sarung di pinggangnya.
“Hajiman, aku kehilangan pedangku.”
Serentak para kurcaci tertawa, mengejek,”Hahaha, kau meminta bantuan perang kepada kami, tapi pedang saja kamu tidak punya. Bagaimana bisa kami mengikuti pembual sepertimu.”
Wajah Hyun Joong sudah merah padam antara kesal dan malu ditertawakan oleh makhluk-makhluk pendek di sekitarnya. Tiba-tiba sebuah pedang melesat melewati kepalanya dan menancap di lantai emas tepat di depannya. Itu hwagolgeom! Para kurcaci melongo melihat pedang emas putih itu menancap di lantai emas yang keras. Hyun Joong tak kalah terkejutnya. Dia menengok kebelakang dan kelegaan mengalirinya. Di pintu gerbang, berdiri galsaeg yang sedang ditunggangi Young Saeng. Elf itu hanya tersenyum sambil mengangguk mengisyaratkan Hyun Joong untuk segera menjawab tantangan Kyu. Kemudian Young Saeng dan galsaeg pergi, mungkin untuk meletakkan galsaeg di tempat kuda karena kurcaci penjaga gerbang terus mengomel.
Sementara itu, prajurit kurcaci yang mengikatnya tadi bergegas melepas ikatan Hyun Joong. Walau sang pangeran kesakitan dan kotor, dia tetap semangat menghadapi Kyu. Dengan hwagolgeom, dia yakin bisa meyakinkan para kurcaci. Kyu masih terbengong saat Hyun Joong mencabut hwagolgeom dari lantai.
“Pe..pedang itu terbuat dari emas?”
“Yups, emas putih,” para kurcaci semakin terkagum-kagum.”Apakah kalian belum pernah melihat emas putih? Ini salah satu hasil karya manusia. Manusia yang cerdas tidak hanya menggunakan emas secara murni, tapi mereka mencampurinya dengan beberapa logam sehingga terbentuk logam mulia ini. Selain menghemat penggunaan emas, logam ini tak kalah indah dan berkilau dari perabotan kalian.”
Hyun Joong berkata seperti itu sambil memainkan hwagolgeom di tangannya, seolah-olah dia sedang mempromosikan barang.
“Tapi sepertinya itu buatan elf,” celetuk kurcaci di ujung ruangan.
“Pedang ini memang dibuat dengan bantuan elf. Tapi bahan dasarnya, dengan kata lain emas putih ini asli buatan manusia itu sendiri. Tunggu sampai kalian melihat kehebatan hwagolgeom, pedang hebat dari Kim Seon.”
Hyun Joong mengayunkan pedangnya, menyerang Kyu yang masih terkagum. Trang! Kyu ternyata memiliki reflek yang sangat bagus. Dia bisa menangkis serangan Hyun Joong. Sang pangeran mengeluarkan smirknya, begitu juga dengan KyuKyu. Selanjutnya mereka asik bertarung di ruangan utama. Kurcaci-kurcaci lain terus mundur, menghindari medan tempur si tawanan dengan pemimpin mereka. Kyu sempat menaiki beberapa meja dan melompat begitu tinggi untuk mengenai bagian atas Hyun Joong. Tapi Hyun Joong berhasil menangkis.
Cukup lama mereka saling adu pedang. Young Saeng yang sudah masuk ke ruang utama hanya melihat sambil bersedekap. Beberapa kali Hyun Joong hampir terkena tusukan Kyu. Baju dan jubah Hyun Joong berhasil disayat. Beberapa bagian di kulitnya juga terkena sayatan, walaupun tidak dalam. Ternyata kurcaci memanglah prajurit perang yang hebat. Mereka begitu gesit dan lincah. Musuh pasti kesulitan menikam makhluk kecil itu. Tapi kurcaci-kurcaci bisa melihat kelemahan lawan dengan tepat.
Hyun Joong sudah merasa kelelahan meladeni Kyu. Tangannya yang terluka akibat sayatan bulu griffin terasa semakin perih Akhirnya dia mengeluarkan seluruh tenaganya dan dengan sekali hentakan ia menebas pedang emas Kyu. Masing-masing pedang yang dipegang Kyu terpotong menjadi dua. Kurcaci itu hanya memelototi pedangnya. Sementara Hyun Joong merasakan tangannya memerah dan sangat sakit setelah melakukan aksi itu.
“Ommo, kau memotong stabber,” pekik Kyu.
“Stabber?”
“Ne, pedang-pedangku. Ah, sudahlah, para kurcaci bisa memperbaikinya,” dua kurcaci berbaju zirah mendekat dan memunguti potongan pedang KyuKyu lalu dibawa entah kemana.
Young Saeng yang sedari tadi hanya bersandar sambil menonton bergegas mendekati mereka sambil bertepuk tangan.
“Hullo, Kyu Kyu sang pemimpin kurcaci. Apakah sekarang kau percaya bahwa temanku ini keturunan Kim Seon?”
“Lord Heo? Woah, suatu kehormatan bagi kami bisa dikunjungi oleh penguasa hutan dari Elf Kingdom,” KyuKyu meletakkan salah satu tangannya di dada lalu membungkuk hikmat. Lord Heo tidak merespon, dia malah berdeham. “Ah, iyaa…Geurae, aku percaya padamu. Selamat datang di Glory Mountain, Pangeran Hyun Joong putra Kim Seon,” dia juga membungkuk pada Hyun Joong.
“Jadi, kalian bersedia membantuku?”
“Kkaja! Kita membicarakan ini di ruang makan saja, dan lebih baik Pangeran Hyun Joong membersihkan diri terlebih dahulu. Baumu seperti kotoran griffin,” Kyu mendahului berjalan ke ruangan lain.
“Kurcaci memang makhluk yang menyebalkan dan gila harta. Tapi, mereka begitu hebat,” bisik Young Saeng.
“Kuharap ramalan itu tidak salah menyuruhku meminta bantuan pada para kurcaci.”

*501*

            Setelah Hyun Joong mengobati lukanya dan yakin bahwa dirinya sudah benar-benar bersih serta terbebas dari kotoran griffin, ia segera menempatkan diri di ruang perjamuan. Nampaknya semua ruangan di dalam gunung ini terbuat dari emas, buktinya kemana pun Hyun Joong melangkah, kilauan emas terus menyertainya. Jamuan makan malam yang disediakan ternyata tidak sebanding dengan kekayaan yang dimiliki para kurcaci. Mereka menyediakan makanan ala kadarnya, berupa daging asap dan sedikit salad  buah untuk Young Saeng. Mereka benar-benar menghemat pengeluaran agar harta yang dimiliki tidak cepat habis. Walau begitu, Hyun Joong dan Young Saeng tetap menikmati makanan yang ada. Hyun Joong tidak mau repot-repot protes atau semua tugas ini akan sia-sia.

            “Ah, makanan yang sangat enak,” ucap Young Saeng setengah hati begitu selesai menyantap saladnya. Hyun Joong dan Kyu nampaknya juga sudah selesai.
            “Lord Heo, apakah para elf memutuskan untuk membantu para manusia?”
            “Ne, tentu saja. Para elf tidak semudah itu melupakan jasa-jasa yang pernah dilakukan oleh para manusia terdahulu, terutama raja kita, Kim Seon.”
            Kyu Jong sedikit getir mendengar jawaban itu,”Yeah, kau benar. Manusia telah banyak berjasa untuk Negeri ini.”
            “Jadi, Kyu-ssi, apa kau sudah memikirkan bantuan yang akan diberikan oleh para kurcaci?”
            “Kami akan sangat senang membantu manusia dalam perang melawan orc. Seperti yang aku bilang sebelumnya, kurcaci-kurcaci sangat suka menumpas orc dan nampaknya tangan kami sudah gatal, ingin segera melakukannya. Tapi sebelumnya…”
            “Ne?”
            “Apa yang bisa diberikan manusia sebagai imbalan atas bantuan kami?” Kyu mengeluarkan smirk sambil menopangkan kepala pada tangannya. Hyun Joong dan Young Saeng hanya saling pandang, seolah berdiskusi tanpa suara mengenai imbalan apa yang pantas diberikan pada kurcaci yang memiliki gunung emas.
            “Bukankah kau sudah memiliki banyak harta, bahkan melebihi harta yang kumiliki. Apa lagi yang kau inginkan?”
            “Hahaha, tepat sekali. Yaah, kalau begitu sayang sekali. Kalian boleh menginap di sini satu malam,” Kyu hendak bangkit dari kursinya. Hyun Joong hanya tercengang mendengar penolakan bantuan secara tidak langsung ini.
            “Mwo? Sudah selesai? Hyun Joong-ah, pikirkan sesuatu.”
            Tanpa disuruh pun Hyun Joong sudah mengusahakan dan memikirkan apa saja yang bisa digunakan untuk membujuk kurcaci ini. Beruntung sekali, sebuah ide melintas di benaknya.
            “Bagaimana kalau imbalannya adalah para manusia mengajarkan para kurcaci cara membuat emas putih?”
            Kyu yang akan meninggalkan ruangan itu mengurungkan niatnya dan kembali duduk di tempatnya. Hyun Joong dan Lord Heo sempat berharap ini akan berhasil.
            “Menarik. Tapi itu belum cukup karena aku akan mengirim 5501 prajurit terbaik,” Kyu kembali berdiri.
            “Bolehkah aku memanahnya?” Lord Heo sudah memegangi busur dan panahnya. Iris matanya yang semula normal berwarna hijau, perlahan berubah menjadi merah. Yah, iris mata elf memang bisa berubah warna sesuai suasana hati, dan warna merah menunjukkan bahwa elf itu sedang kesal atau marah.
            “Andwae! Aku rasa, aku tahu apa  yang diinginkannya. Umm, jamkkanman, di gunung emas kan temukan cahaya yang hilang. Cahaya yang hilang? Apa itu?”
            “Mungkin sesuatu yang berharga bagi para kurcaci?”
            Kepala Hyun Joong langsung disinari bohlam lampu dalam arti sebuah pemahaman melintas di otaknya. Dia sudah memahami semuanya, semua peristiwa dan perkataan itu. Kyu pernah mengatakan bahwa para kurcaci sedang sibuk mencari sesuatu yang berharga. Dia yakin iniah jawabannya, maka dirogohnya kantong jubahnya yang terasa berat.
            “Kyu-ssi, jamkkanman! Bagaimana kalau kuberikan ini padamu?”
            Permata hijau di tangan Hyun Joong itu langsung berkilauan, bersinar sangat terang. Kyu dan semua kurcaci yang ada di situ terperangah, tidak mempercayai apa yang mereka lihat. Young Saeng bahkan hanya terbengong.
            “Darimana kau mendapatkannya? Apakah selama ini kau yang mencurinya?!” hardik Kyu.
            “Luminous Green Jewel,” gumam kerumunan kurcaci yang ternyata semakin banyak. Para kurcaci berdatangan dari segala arah.
            “Anio! Aku menemukan ini di kubangan lumpur kandang griffin saat aku terjatuh tadi.”
            “Sudah bertahun-tahun lamanya para kurcaci kehilangan cahaya hijau itu, sekarang pada akhirnya ditemukan kembali oleh seorang keturunan Kim Seon. Maukah kau mengembalikannya pada kami? Agar benda itu bisa dipasang di tempat yang semestinya,” mata KyuKyu berbinar-binar.
            “Tentu saja, asal para kurcai mau membantu.”
            “Hm, setuju!” mereka berdua tersenyum. Kyu sangat senang menerima permata bercahaya itu, sementara Hyun Joong merasa lega tugas kedua ini berhasil, namun di sisi lain ia merasa tidak rela menyerahkan benda hijau itu. Daya tarik Luminous Green Jewel benar-benar sangat hebat.
            KyuKyu membawa permata itu dengan hati-hati. Dia menerobos kerumunan para kurcaci dan berjalan menuju ruang utama. Diletakkannya permata itu di sebuah tempat kosong pada dinding emas. Begitu diletakkan, luminous green jewel mengeluarkan cahaya yang lebih terang sehingga mampu menyinari seluruh ruangan. Semua emas yang ada di ruangan itu langsung menjadi hijau karena memantulkan cahaya permata. Keren sekali. Simbol warna Negeri Green Peas akhirnya bersinar largi di gunung itu.
            Kyu mendekati Hyun Joong dan berlutut dengan sebelah kakinya,”Kami sangat berterimakasih karena Sang Pangeran berhasil menemukan ‘yang berharga’, untuk itu aku akan segera mengirimkan 5501 pasukan ke Human Mainland, dan aku akan mengikuti kemanapun Pangeran pergi. Aku menebak, kalian masih harus melakukan perjalanan?”
            “Kami juga sangat berterimakasih padamu Kyu-ssi, kurcaci baik hati dan materialistis. Hanya saja…”
            “Kami akan sangat senang jika kamu ikut dalam perjalanan kami,” sela Young Saeng, membuat Hyun Joong menatapnya tajam karena elf itu juga memutuskan sesuatu secara sepihak. “Lebih banyak, lebih baik kan?  Lagipula, kurcaci bukan manusia, sehingga kamu tidak perlu takut menyalahi ramalan, dan Kyukyu, jika kau ingin ikut dalam perjalanan, kendaraan apa yang akan kau gunakan?”
            Kyu berpikir sejenak,”Kurcaci sebenarnya sangat senang berjalan kaki. Tapi, jika itu hanya memperlambat perjalanan aku bisa menaiki griffin peliharaan kami. Mereka binatang terbang yang sangat mengagumkan, bukan?”
            “Nah,sempurna.”

*501*

            Malam berlalu begitu cepat. Tidak terasa matahari suah bersinar kembali. Hyun Joong yang sempat merasa lega kembali dilanda kecemasan. Selama ini dia lupa menghitung waktu yang masih tersisa, tapi dia yakin waktunya tidak banyak. Dia baru melaksanakan separuh perjalan, masih ada 2 makhluk elemental lagi yang harus dibujuk sedemikian rupa dan perang akan segera menantinya. Perang yang mengharuskan Hyun Joong melawan hyungnya sendiri.
            Hyun Joong dan Young Saeng yang sudah selesai mengemasi barang segera menghampiri KyuKyu di kandang Griffin. Sebenarnya Hyun Joong sedikit trauma dengan makhluk separuh elang separuh singa itu karena peristiwa buruk yang dialaminya. Bahkan luka di tangannya masih berdenyut nyeri walaupun sudah diobati Young Saeng. Tapi kandang galsaeg berada di sebelahnya, jadi dia harus mendekat. Para griffin yang melihat Hyun Joong langsung berkaok-kaok, masih mengingat kejadian kemarin rupanya.
            “Burung menyebalkan, bagaimana bisa kau mendapatkan griffin-griffin itu?” tanya Hyun Joong pada Kyu yang sedang mengeluarkan salah satu griffin.
            “Mereka nampaknya tidak suka denganmu, haha. Aku tidak mendapatkannya, merekalah yang mendatangi tempat ini. Griffin sebenarnya adalah makhluk penjaga barang-barang berharga seperti harta karun, atau emas. Yah, seperti yang kau ketahui, tempat ini dipenuhi emas sehingga para griffin berdatangan. Karena kami pikir menguntungkan, maka para kurcaci membuat kandang istimewa ini.”
            “Bukankah griffin bisa terbang? Lagipula ini kandnag terbuka. Mengapa mereka tidak kabur?”
            “Seperti yang aku katakan tadi. Mereka tertarik dengan benda berharga dan kandang ini sangat istimewa. Lumpurnya terbuat dari lelehan emas yang lengket sementara kandangnya terbuat dari emas dan perunggu. Berkat bantuan Gold Witch, para griffin tidak bisa lepas dari tempat ini kecuali dilepaskan oleh para kurcaci.”
            “Gold Witch? Maksudmu penyihir gila harta itu?” tanya Young Saeng.
            “Hust, dia adalah penyihirnya para kurcaci. Kalian, makhluk-makhluk Green Peas pastinya punya penyihir kan? Sayang sekali, tak lama setelah Green Witch yang agung tewas, penyihir kami juga tewas.”
            Mendengar itu, Hyun Joong jadi teringat akan cerita abeojinya mengenai kepunahan para penyihir di masa lalu. Hal itu sangat menyedihkan. Padahal Hyun Joong sangat ingin melihat penyihir pelindung manusia, White Witch.
            “Ah, aku juga jadi merindukan Blue Witch,” gumam Young Saeng.
            “Lord Heo, kudengar Anda pernah berhubungan dengan penyihir itu, apakah benar?”
            “Mwo? Aniyo!” Hyun Joong langsung menatap Young Saeng tajam.
            “Apa Sung Young tahu hal itu?”
            “Mwo? Heh, dengar. Geurae, dulu kami memang sangat akrab, yah, aku sempat menyukainya tapi tidak berhubungan lebih jauh karena dia lebih dulu pergi dari dunia ini, dan, yah, Sung Young sudah tahu.”
            “Jinja?” Hyun Joong terus menggodanya.
            “Lihat, iris mata Lord Heo berubah menjadi merah muda,” KyuKyu tak mau kalah.
            “Aku belum pernah melihat elf merasa malu sebelumnya,”
            “Waktumu tinggal sedikit, Hyun.”
           Tidak  tahan dengan dua makhluk itu, akhirnya Young Saeng memutuskan untuk melayang pergi. Kyu dan Hyun Joong berhenti tertawa lalu segera menunggangi binatang masing-masing, berniat menyusul sang elf. Mau tidak mau Hyun Joong merasa kagum dengan griffin yang sekarang di tunggangi Kyu. Makhluk itu benar-benar mengagumkan dan sangat gagah. Dia sedikit iri pada Kyu yang bisa menungganginya tanpa terluka.
            “Kita akan kemana setelah ini?” tanya Kyukyu.
            “Ke Silent Cave.”
            “Mwo? Tapi di sana daerah kekuasaan werewolf. Apa kau yakin? Mereka tidak begitu ramah.”
            Hyun Joong langsung mematung. Jadi, werewolf lah makhluk yang mendiami Silent Cave. Setahunya, manusia serigala sangat membenci manusia karena peristiwa masa lalu yang…tidak menyenangkan. Apalagi peristiwa itu melibatkan Raja Kim Seon. Ini akan menjadi tugas yang sulit.
            “Yah, aku yakin.”
            “Geurae, tapi, kenapa elf itu pergi ke arah sungai? Bukankah akan lebih cepat melalui hutan?”
            Hyun Joong dan Kyu segera menyusul Young Saeng yang sudah cukup jauh di depan. Begitu mendekat, Young Saeng malah menatap mereka tajam. Iris matanya sudah berubah menjadi merah.
            “Ommo, apa kau benar-benar marah pada kami? Mianhae Young Saeng, kau tahu kan kami tadi hanya bercanda,” kata Hyun Joong.
            “Kau in bicara apa. Tentu saja aku tahu kalian hanya bercanda. Itu bagus, mengingat kau selalu serius akhir-akhir ini. Anio, aku tidak marah pada kalian. Aku marah pada sekumpulan warg di hutan yang tengah menunggu kita. Untuk itulah aku membawa kalian mengikuti arus sungai saja, jangan melewati hutan.”
            “Warg? Mereka masih mengejar kita? Bagaimana kau tahu mereka ada di sana?”
            “Hey, apakah sang pangeran sudah pikun? Aku adalah elf penguasa hutan, hutan adalah bagian dari diriku.”
            “Ah, mian…”
            “Sssttt! Ppali! Sembunyi di bebatuan itu. Kyu! Jangan terbang terlalu tinggi.”
            “Bukan aku yang terbang, griffin ini yang..”
            Perkataan Kyu langsung terhenti. Di antara mereka bertiga tidak ada yang berani bicara saat sekumpulan orc melintas di depan mereka. Untung mereka sudah bersembunyi di balik batu. Orc yang lewat semakin banyak saja. Tampang mereka benar-benar buruk, seperti wajah yang terbentur trotoar lalu dilindas truk. Orc-orc itu berpakaian zirah lengkap dengan senjata tajam beraneka ragam. Setelah itu disusul beberapa goblin. Goblin berukuran lebih kecil dari orc, tapi tidak kalah menyeramkan. Tubuh mereka gempal, berwarna hijau dan berlendir. Lari mereka begitu cepat.
            Lima belas menit mereka bertiga menunggu, akhirnya semua orc dan goblin sudah lewat. Benar-benar banyak. Hyun Joong tertegun, itu pasti sebagian pasukan yang dikirim untuk membinasakan Human Mainland.
            “Kita kehabisan waktu,” ucap Hyun Joong.
            “Belum, mereka hanya pelacak. Pemimpin perjalanan,” kata Young Saeng datar.
            “MWO? Pemimpin perjalanan? Tapi jumlah mereka ada 2000an!” seru KyuKyu
            “Ini akan menjadi mimpi buruk, pasukan yang sebenarnya pasti 10x lipat lebih banyak. Nampaknya Young Joong berhasil mengumpulkan seluruh makhluk kelam di Negeri Green Peas.”
            Hyun Joong tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia masih tertegun dan sulit mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Young Joong benar-benar serius akan membinasakan seluruhnya. Sampai saat ini dia masih belum mempercayai hyungnya itu berniat membunuh dongsanegnya sendiri dan menghancurkan tanah kelahiran demi kekuasaan mutlak. Manusia benar-benar mengerikan.

            Setiap manusia pastilah mempunyai sisi terang dan gelap dalam dirinya. Seseorang yang biasanya bersikap jahat suatu saat pasti bisa menjadi baik. Begitu sebaliknya, orang baik tidak akan selamanya bersikap baik. Hyun Joong terus memikirkan Young Joong. Setelah melihat kawanan orc dan goblin beberapa saat lalu, pikirannya tidak pernah lepas dari hyungnya itu. Hyung yang dulu selalu  menjaga dan membuatnya tertawa. Hyung yang mau mengalah dan memberikan apapun yang Hyun Joong mau. Walau Young Joong mengancam akan membunuhnya dengan menyatakan perang, tidak bisa dipungkiri bahwa Hyun Joong juga merasa khawatir pada Young Joong. Orc adalah makhluk yang licik dan kejam serta haus kekuasaan. Dia takut kalau Young Joong hanya dimanfaatkan oleh mereka.

            “Hyun Joong-ah, gwaenchanayo? Dari tadi kamu hanya melamun,” Young Saeng terbang rendah di samping Hyun Joong. Sejenak ia duduk di bokong Galsaeg.
            “Gwaenchana aniya, tentu saja.”
            “Arraseo, pasti karena perang yang akan terjadi nanti. Yah, semua makhluk Green Peas sudah sepantasnya mengkhawatirkan hal itu.”
            “Ne. Ngomong-ngomong, bagaimana bisa kau menemukanku saat aku sedang berada di Glory Mountain?”
            Young Saeng mengeluarkan busurnya dan menggosok-gosoknya dengan sehelai kain dari saku jubahnya,”ah, itu hal mudah. Kau harus berterimakasih pada kudamu yang pintar ini.”
            “Maksudmu,  Galsaeg yang memberitahumu?”
            “Hmm, terkadang aku bisa bicara dengan mereka, eh bukan berarti bicara dengan bahasa seperti kita ini, maksudnya aku bisa memahami ataupun menyuruh para binatang untuk melakukan sesuatu. Jadi, waktu itu Galsaeg memahami kecemasanku dan dia langsung menunjukkan keberadaanmu terakhir kali,” kali ini Young Saeng menghitung jumlah panahnya yang tersisa,”Galsaeg membawaku ke tebing itu, dan aku langsung yakin bahwa kau berada di daerah kekuasaan kurcaci karena tebing itu hanya mengarah ke satu-satunya tempat yaitu Glory Mountain. Fuh, untung panahku masih banyak. Semoga cukup untuk perjalanan selanjutnya.”
            “Ha? Panah?”
            “Ah, ini, aku sedang menghitung senjataku.”

            Selanjutnya Hyun Joong hanya tersenyum sambil mengelus-elus kepala Galsaeg yang dipenuhi rambut surainya. Dia sangat senang kuda abu-abu kesayangannya ini ikut dalam perjalanan. Mendengar cerita Young Saeng, dia menjadi sedikit berharap bisa berbicara pada Galsaeg juga.
            “Apakah semua elf bisa bicara dengan binatang?”
            “Yah, sebagian besar. Para elf memang ditakdirkan untuk dekat dengan alam termasuk makhluk-makhluk hidup di dalamnya.”
            Setelah menyusun semua anak panah yang tadi dihitung ke dalam wadahnya, Young Saeng memutuskan untuk kembali terbang, menemani Kyu Jong yang tengah terkantuk-kantuk di atas punggung Griffin karena tidak ada yang mengajaknya mengobrol dan juga akibat perjalanan panjang. Sayang sekali mereka harus memutar, perjalanan menjadi lebih lama.

            Saat matahari sudah mulai tenggelam, mereka baru menyeberangi sungai dalam arti perjalanan mereka baru ditempuh setengahnya. Hyun Joong maupun Kyu Jong benar-benar sudah merasa pegal karena terus duduk sepanjang hari ini. Untung saja, tidak jauh dari jembatan, Kyu melihat kerlap-kerlip lampu yang mulai bermunculan satu per satu.
            “Apakah itu kota? Ayo kita istirahat di sana! Karena kita sudah dekat dengan daerah kekuasaan Orc, alangkah lebih baik bagi kita untuk tidak tidur di alam liar.” serunya kegirangan. Matanya yang tinggal 5 watt mendadak menjadi 501 watt.
            “KyuKyu benar, tapi apakah kalian yakin? Itu Centaur City, kotanya para Centaurus.”
            “Para Centaurus itu baik,  kan?”  Hyun Joong mencoba mengingat-ingat semua makhluk-makhluk Green Peas beserta karakteristiknya.
            “Dulunya sangat baik. Bahkan mereka berada di pihak kita saat perang besar di masa lalu. Tapi semenjak perang itu, kau tahu sendiri kan banyak makhluk Green Peas yang berubah. Para Centaurus kini menjadi sangat netral, bangsa mereka tinggal sedikit, semua yang hebat dan berani terbunuh, mereka tidak mau terlibat  hal-hal berbau perang lagi,” jelas Young Saeng sedikit antusias. Dia sekarang nampak seperti guru yang tahu segalanya di mata Hyun Joong. Benar-benar guide yang hebat.
            “Jamkkanman! Mereka bukan Centaurus penggila harta, pesta, dan judi kan?” tanya Kyu cepat. Semangatnya yang semula menggebu perlahan merosost.
            “Sayangnya iya. Untuk melupakan masa lalu dan menikmati masa-masa sekarang, para Centaurus memutuskan untuk menenggelamkan diri dalam kesenangan dan foya-foya. Sayang sekali, padahal centaurus yang terlatih bisa menjadi makhluk hebat dan kuat.”
            “Gawat, satu lagi makhluk gila harta,” Hyun Joong langsung mendapat tatapan tajam dari Kyu,”Ehm, kalau para Centaurus itu netral, berarti mereka masih bisa menolong, kan? Kita hanya akan menginap semalam saja.”
            “Mungkin. Kalau begitu, kkaja!”

            Dengan sedikit paksaan, akhirnya Kyu Jong mau dibujuk untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Centaur yang tinggal beberapa meter. Bagi yang tidak tahu Centaurus, bayangkan saja mereka adalah hasil perkawinan antara manusia dan kuda. Mian, Centaurus benar-benar sosok yang unik, mengagumkan, dan menyeramkan. Dari kepala sampai setengah badannya benar-benar terlihat seperti manusia normal, namun dari perut sampai kakinya berwujud Galsaeg um,,maksudnya kuda. Yah, kuda sungguhan yang memilik ekor! Mereka adalah makhluk elemental yang cukup panjang umur, walaupun tidak abadi.
            Kota Centaur adalah kota yang sunyi di siang hari dan ramai di malam hari. Penghuninya selalu mengadakan pesta malam. Bahkan bar besar yang menjadi pusat penyelenggaraan pesta tidak pernah sepi setiap harinya. Hyun Joong, Young Saeng, dan Kyukyu sudah sampai di gerbang kota. Beberapa pasang mata menatap dan mengikuti gerak-gerik mereka sejenak lalu bergegas melanjutkan kesibukan masing-masing. Mereka bertiga sempat kebingungan akan singgah di mana, namun sebuah papan bertuliskan  ‘Bar & Penginapan’ langsung menarik perhatian.
            Tempat itu tampak begitu besar dari luar. Kerlap-kerlip lampu dan keramaian centaurus-centaurus yang sedang berpesta terdengar begitu keras. Pasti di dalam sana sedang terjadi pesta rutin. Seorang penjaga pintu langsung menghentikan dan mengamati  mereka dari atas ke bawah. Tentu saja dia heran melihat manusia, elf, dan kurcaci jalan bersama dengan membawa senjata dan hewan-hewan aneh. Centaurus itu berjanggut dan berambut panjang, sementara wajahnya terlihat begitu tua tapi matanya menyorot tajam, tegas, dan penuh semangat. Tubuh kudanya berwarna abu-abu, sama seperti Galsaeg hanya saja terkesan lebih kotor, padahal Galsaeg sudah melakukan perjalanan panjang selama beberapa hari ini.
            Hyun joong langsung turun dari kudanya begitu Young Saeng berbincang dengan si penjaga. Berbeda dengan Kyu, dia justru masih asik duduk di atas Griffin sambil memandang kesekeliling dengan tatapan horror.
            “Silehamnida, kami ingin menginap di sini, ijinkanlah kami masuk.”
            “Dan siapakah kalian-kalian ini?” pandangan centaurus itu tidak lepas dari si griffin dan Kyu.
            “Kau tidak tahu…” Young Saeng langsung menyikut Hyun Joong yang hendak memberitahu identitas mereka yang sebenarnya,”Ah, kami hanyalah pengembara biasa. Kami butuh tempat untuk tidur barang semalam saja, jebal.”
            “Kota ini adalah kota damai yang jarang dikunjungi orang asing. Geurae, kalian aku ijinkan masuk, tapi tinggalkan senjata dan hewan-hewan mengerikan kalian di tempat penitip di sebalah sana,” centaurus setengah mabuk itu menunjuk tenda kecil di samping bar.
            “Shireo!” bantah Kyu cepat membuatnya langsung mendapat tatapan horror dari Young Saeng dan Hyun Joong.
            “Ne, kami akan menitipkannya di sana.”
            Sekali lagi Hyun Joong dan Young Saeng harus memaksa Kyu agar mau menitipkan senjatanya. Sebenarnya mereka berdua juga khawatir, namun tidak ada pilihan lain. Mereka sudah sampai di sini, mereka harus bisa istirahat dengan tenang.
            “Mungkin tidak ada salahnya jika  kita membawa senjata kecil untuk berjaga-jaga. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi.”
            “Terimakasih atas semangatnya pangeran, nah, KyuKyu mungkin kita bisa membawa pisau kecil emasmu itu untuk berjaga-jaga? Kurasa tidak sulit untuk disembunyikan.”
            “Ah, ide bagus.”
            Setelah menyerahkan barang-barang mereka pada centaurs penjaga, mereka bergegas masuk ke bar sekaligus penginapan itu. Hyun Joong dan KyuKyu sudah merasa begitu lapar sementara Young Saeng ingin segara tidur di kasur yang empuk. Begitu masuk, bau anggur dan kuda langsung menyengat hidung. Kekacauan dan kebisingan tumpah ruah menjadi satu, tapi nampaknya semua centaurus menyukai itu. Hyun Joong mengernyit melihat semua itu dan hendak keluar lagi tapi Young Saeng buru-buru mencegahnya. Dari sekian banyak centaurus, tidak ada satu pun yang memperhatikan kedatangan mereka karena sedang sibuk dengan pesta masing-masing, ada yang tengah berjudi dengan kartu, bola-bola, ataupun lempar panah kecil. Bahkan tidak sedikit centaurus terlihat sedang asik minum-minum, berjoget liar dengan tapal kudanya yang berderap keras, atau bermain-main dengan centaurus yeoja yang penampilannya tidak kalah mengerikan.
            “Bisakah kita mendapat makanan atau minuman dulu?” Kyu sudah menatap berbotol-botol anggur dengan antusias sedari tadi.
            “Ah, aku langsung tidur saja,” kata Young Saeng sambil berlalu untuk memesan kamar.
            “Aku setuju dengan Young Saeng. Bukankah kita masih mempunyai makanan? Kita makan itu saja, dan juga aku tidak begitu yakin dengan kebersihan dan kelezatan makanan di tempat ini.”
            “Oh, ayolaah, paling tidak ijinkan aku membeli beberapa anggur merah itu.”
            “Pergilah.”
            KyuKyu yang sudah melangkah ke meja bartender mendadak kembali lagi ke hadapan Hyun Joong,”Bolehkah aku meminjam uang?”
            “Anio.”
            “Sekali ini saja, bukankah aku sudah mengirim pasukanku?”
            “Dan kau sudah kuijinkan ikut dalam perjalananku.”
            “Ah, gomawo, sahabatku,” KyuKyu langsung lari lagi ke arah meja bartender. Hyun Joong terlambat menyadari, ternyata Kyu sudah mengambil kantong uang miliknya.
            “Argh, pencuri kerdil!”
            Begitu Kyu kembali dengan dua botol anggurnya, Hyun Joong langsung menjambak rambut panjangnya kuat-kuat. Tentu saja Kyu berteriak-teriak kesakitan. Tapi untungnya kebisingan pesta menutupi keributan mereka.
            “Apa yang sedang kalian lakukan?” Young Saeng nampak heran dengan kedekatan mereka yang tidak biasa. Dengan enggan Hyun Joong melepaskan cengkramannya.
            “Apa kau mendapat kamar?”
            “Ne, kabar buruknya kamar yang tersisa tinggal satu tapi kabar baiknya kamar yang kupesan punya 3 ranjang, hehe.”
            “Joha, kita langsung kesana saja,” kata Hyun Joong sambil berlalu mendahului, yah, padahal dia tidak tahu di mana kamarnya.

*TBC*

[Green Peas Land Map]




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog
©2014 FF501. Powered by Blogger.

Newest Updates

Popular Posts

- Copyright © Fanfiction for SS501 -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -